Anda di halaman 1dari 19

FILSAFAT ILMU

ALIRAN POSITIVISME

Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dalam Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Program Studi Sejarah Peradaban Islam
Pascasarjana
UIN Alauddin Makassar

Oleh :

Asnawi Hidayatullah
NIM : 8010223030

PROGRAM PASCA SARJANA


UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

BAB I: PENDAHULUAN................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah......................................................................................1

B. Rumusan Masalah................................................................................................3

C. Tujuan penulisan..................................................................................................3

BAB II: PEMBAHASAN.................................................................................................4

A. Latar belakang lahirnya aliran positivisme........................................................4

B. Positivisme Sebagai Empirisme Radikal............................................................6

C. Positivisme sebagai saintisme..............................................................................7

D. Kritik post modernisme dan frank frut terhadap positivisme..........................9

BAB III: PENUTUP.......................................................................................................13

A. Kesimpulan.........................................................................................................13

i
ABSTRAK
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menjelaskan dan menganalisis
aliran positivisme, dan menganalisi positivisme sebagai empirisme radikal dan
keterkaitan positivisme dengan saintisme, serta menganalisi kritik post
modernisme terhadap aliran pisitivisme.
Untuk mengkaji masalah tersebut penulis melakukan penelitian
menggunakan metode penelitian pustaka,serta lamngkah-langkah dalam
menyusun penulisan Makalah,seperti Heuristik, kritik, interpretasi, historigrafi.
Adapun hasil yang didapatkan dalam penelitian ini, pertama postivisme
adalah aliran yang menekankan aspek faktual pengetahuan. Aliran positivisme juga
diartikan dengan aliran filsafat yang meyakini bahwa ilmu-ilmu alam adalah satu- satnya
sumber pengetahuan yang benar.
Kedua Empirisme radikal adalah postulat, pernyataan fakta, dan
kesimpulan, kata James dalam The Meaning of Truth. Dalilnya adalah bahwa satu-
satunya hal yang dapat diperdebatkan di antara para filsuf adalah hal-hal yang
dapat didefinisikan berdasarkan pengalaman.
Ketiga sains adalah cara pandang dunia yang paling otoritatif atau paling
berharga hingga menyingkirkan cara pandang lainnya. Saintisme telah didefinisikan
sebagai "pandangan bahwa metode induktif sains adalah satu-satunya sumber
pengetahuan yang benar dan terutama bahwa sains dapat menghasilkan pengetahuan
mengenai manusia dan masyarakat yang benar.
Penulisan makalah ini memberikan pengetahuan kepada kita tentang muncul dan
berkembang serta tantangan yang dihadapi oleh aliran positivisme, hadirnya aliran
positivisme sebagai penyempurna dari tiga tahap perkembangan manusia ternyata
mendapatkan kritikan dari post modernism dan mazhab Frangfrut. Serta diharapkan
menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi kita semua dan semoaga memberikan
kontribusi bagi perkembangan manusia dan masyarakat. Terkhususnya untuk civitas
akademika Pasca sarjana Uin Alauddin Makassar.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

limpahan nikmat kepada kita semua sehingga pada kesempatan ini kita masih bisa

menjalangkan rutinitas kita sebagai mahasiswa yaitu menuntut ilmu, dan semoga

ilmu yang kita dapatkan ini bisa bermanfata untuk kita semua.

Salawat dan salah kita curahkan kepada Nabi Muhammad Saw, sang maha

guru bagi segenap umat yang memahami arti dari pada sebuah perjuangan dan

nilai dari pada sebuah kebenaran dengan adanya cahaya islam pada saat sekarang

ini

Sehingga hasil dari jerih payah perjuangan yang beliau lakukan pada saat

itu bisa kita rasakan dampak atau manfaat nya pada saat sekarang ini. Amin

yarabbalalamin.

Alhamdulliah dengan penuh kesadaran yang melekat dalam diri, ahirnya

saya bisa menyelesaikan makalah ini, dan semoga makalah ini bisa bermanfaat

untuk kita semua.

Gowa, 17 Oktober 2023

Penyusun

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perubahan merupakan suatu yang niscaya bagi seluruh mahluk hidup

dimuka bumi ini tanpa tak terkecuali. Semua materi akan mengalami perubahan,

bahkan manusia sekalipun, sesempurna apapun bentuk manusia yang diciptakan

oleh tuhan pasti akan mengalami perubahan. Ia akan mengalami perubahan,

karena perubahan merupakan kehendak alamiah sebagai bagian dari kekuasaan

tuhan. Perubahan dapat menuju kepada arah yang lebih baik atau sebaliknya

perubahan dapat menjadi semakin buruk.1

Perubahan tidak hanya mengenai sesuatu yang bersifat materi atau

kebendaan. Perubahan juga mengarah kepada cara manusia mempertahankan

hidup, perubahan cara berpikir, perubahan dalam bertingkah laku, dan perubahan

dalam memperoleh kenikmatan duniawi. Itu semua mencakup mengenai

kebudayaan dan peradaban manusia. Perdebatan mengenai perubahan, terutama

mengenai perubahan sosial terus berlanjut sehingga arah dan laju perubahan pada

berbagai tingkat kehidupan sosial seolah-olah tidak mungkin dapat dibendung.2

Perubahan sosial dapat dipelajari pada suatu tingkat tertentu atau lebih

dengan menggunakan berbagai kawasan studi dan berbagai suatu analisi. Hal ini

sebagaimana yang telah dilakkukan oleh Agusti Comte seorang pemikir sosial

1
Irham Nugroho,positivisme positivisme Aguste Comte analisis epistimelogi dan nilai
etisme terhadap sain.
2
Dr. Ahmad beni saebani, filsafat umum dari mitologi sampai teofilosofi (bandung pustaka setia
2008). H 175

1
asal prancis yang dianggap sebagai bapak sosiologi dan sekaligu pendiri aliran

positivisme, dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan. Comte coba

memberikan tawaran ilmiah dan pemahaman metodelogi terkait konsep

masyarakat manusia yang dikatakannya sebagai istilah “fisika sosial’

Istilah positivisme pertama kali digunakan oleh Sain Simon pada tahun

1825. Positivisme berakar pada empirisme, prinsip filosofik tentang positivisme

dikembangkan pertama kali oleh Francis Bacon (sekitar 1600). Tesis positivism

adalah bahwa ilmu adalah satu-satunya pengetahuan yang valid, dan fakta- fakta

sejarah yang mungkin dapat menjadi obyek pengetahuan. Dengan demikian

positivisme menolak keberadaan segala kekuatan atau subyek di belakang fakta,

menolak segala penggunaan metode diluar yang digunakan untuk menelaah

fakta.3

Agusti comte menggunakan istilah positivisme ini, kemudian

mematoknya secara mutlak sebagai tahapan paling akhir sesudah tahapan-

tahapan agama dan filsafat dalam karya utamanya yang berjudul course de

philosopie phositive.

Melalui tulisan dan pemikirannya ini comte bermaksud memberi

peringatan kepada para ilmuwan akan penting perkembangan ilmu ketika

pemikiran manusia beralih dari fase teoligis menuju fase metafisis, dan terahir

fase positif. Pada fase teologis(tahapan agama dan ketuhanan) diyakini adanya

kuasa-kuasa adikodrati yang mengatur semua gerak dan fungsi alam ini, jaman

ini dibagi menjadi tiga periode yaitu animisme, politeisme, dan monoteisme,
3
Surawardi Ahmad riyadh maulidi, filsafat positivisme dan ilmu pengetahuan serta
peranannya terhadap pendidikan di indonesia jurnal yakhzan, IAIN syekh nurjatin cirebon.

2
pada tahp ini untuk menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi hanya

berpegang kepada kehendak tuhan, selanjutnya pada zaman metafisis kuasa

adikodrati tersebut telah diganti oleh konsep-konsep abstrak seperti kodrat dan

penyebab. Pada fase ini manusia menjelaskan fenomena-fenomena dengan

pemahaman-pemahaman metafisika, seperti kausalitas, substansi,aksiden, esensi,

dan eksistensi. Dan ahirnya pada masa positif manusia telah membatasi diri pada

fakta yang terjadi dan menetapkan hubungan antar fakta tersebut atas adasar

observasi dan kemampuan rasio, pada tahap ini manusia menafikan semua

bentuk tafsiran agama dan hanya mengedepankan metode empiris dalam

menyikapi fenomena-fenomena.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan positivisme

2. Bagaimana kritik post modernism terhadap aliran positivisme.

C. Tujuan penulisan.

1. Menjelaskan dan menganalisis tentang aliran positivisme.

2. Menganalisi kritik pos modernism terhadap aliran positivisme.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar belakang lahirnya aliran positivisme

Positivisme berasal dari bahasa Inggris, yakni positivism atau positivus

yang berarti meletakkan. Peletak dasar pemikiran positivisme ialah August

Comte. Pemikiran Comte tentang positivisme, ia tuangkan dalam karyanya

dengan judul The Course of Positive Philosophy. Pemikiran Comte kemudian

disebut dengan aliran filsafat postivisme yang mana aliran ini disebut sebagai

aliran yang menekankan aspek faktual pengetahuan. Aliran positivisme yang

berkembang pada abad 19 ini juga diartikan dengan aliran filsafat yang meyakini

bahwa ilmu-ilmu alam adalah satu- satnya sumber pengetahuan yang benar,

sehingga studi filosofis atau metafisik akan ditolak dalam aliran ini.4

Agusti comte mendefinisikan positivism dalam kedalam lima hal yang

dikutip oleh karmillah, diantaranya adalah :

a. Lawan dari suatu yang bersifat khayal. Sehingga positif diartikan

sebagai sesuatu yang nyata. Objek yang menjadi sasaran haruslah

didasarkan pada kemampuan akal.

b. Sebagai lawan dari sesuatu yang tidak bermanfaat.

4
Irham Nugroho,positivisme positivisme Aguste Comte analisis epistimelogi dan nilai etisme
terhadap sain.

4
c. Sebagai lawan dari sesuatu yang meragukan. Sebab, positivisme

merupakan pengidentifikasian dari sesuatu yang bersifat pasti.

d. Sebagai lawan dari sesuatu yang bersifat kabur. Pemikiran

positivisme sangat menekankan kepada hal yang jelas dan tepat.

e. Sebagai lawan dari sesuatu yang bersifat negatif. Karena pemikiran

positivisme merupakan pemikiran yang dibuat dalam rangka

penertiban cara berpikir ke arah yang lebih baik.

Kehadiran aliran filsafat positivisme merupakan respon dari ketidak

mampuan filsafat spekulatif, seperti ajaran idealisme. Aliran filsafat ini sangat

mendewakan ilmu dan metode ilmiah. Bahkan metode ilmiah telah

dikembangkan oleh pemikiran positivisme sehingga wajah kebaruan dalam

filsafat semakin terlihat. Menurut Comte, ada tiga tahap perkembangan manusia,

puncak tertingginya ialah tahap positif. Tahapan tersebut berupa tahap teologis,

tahap metafisik dan tahap positivistik.5

Tahap teologis merupakan tahap di mana manusia percaya bahwa ada

kekuatan ilahi (dewa-dewi) di belakang gejala-gejala alam. Adapun tahap

metafisik adalah tahap di mana pemikiran mulai mendapat kritik. Ide-ide abstrak

yang telah dikembangkan oleh para filsuf Yunani sangat mewarnai tahap ini.

Realitas pada tahap ini didasarkan pada pemikiran dan ide abstrak mereka.

Adapun tahap positivistik ialah tahap di mana pemikiran manusia didasarkan

5
Asmoro acmhadin, filsafat umum (rajagrafindipersada PT. 2021).h.45

5
pada pengalaman dan eksperimen. Artinya, manusia sudah memiliki sikap ilmiah

dalam berpikir. Inilah yang disebut dengan Hukum Tiga Tahap.6

Tahap tertinggi yang dialami oleh manusia tersebut menggambarkan

bahwa kebenaran adalah realitas yang ada dan bagaimana realitas tersebut

berjalan. Realitas ini yang nantinya akan memunculkan sebuah metodologi ilmu-

ilmu alam. Sehingga penekanan dari positivisme adalah tentang apa yang

berdasar fakta objektif. Adapun tokoh dari aliran positivisme adalah, Aguste

comte, john stuart Mill, Hippolyte taine Adolphe, Emile Durkheim, Carles De

Hardie, D.j.O.Connor.7

B. Positivisme Sebagai Empirisme Radikal

Positivisme radikal adalah doktrin filsafat yang dikemukakan

oleh William James. Secara konkrit: Pandangan dunia filosofis apa pun akan

cacat jika berhenti pada tingkat fisik dan gagal menjelaskan bagaimana makna,

nilai, dan intensionalitas dapat muncul darinya,

Empirisme radikal adalah postulat, pernyataan fakta, dan kesimpulan, kata

James dalam The Meaning of Truth. Dalilnya adalah bahwa satu-satunya hal yang

dapat diperdebatkan di antara para filsuf adalah hal-hal yang dapat didefinisikan

berdasarkan pengalaman. Faktanya adalah pengalaman kami berisi entitas yang

tidak terhubung serta berbagai jenis koneksi penuh makna dan

nilai. Kesimpulannya adalahbahwa pandangan dunia kita tidak memerlukan

6
Dr. Ahmad beni saebani, filsafat umum dari mitologi sampai teofilosofi (bandung
pustaka setia 2008). H 176
7
Lalu syamsul arifin, filsafat positivisme aguste comte relefansinya denga ilmu-ilmu
keislaman(jurnal interaktif) pasca sarjana uin sunan kali jaga yokyakarta.

6
dukungan penghubung trans-empiris yang asing, namun memiliki struktur yang

menyatu atau berkesinambungan.8

Postulat tersebut merupakan pernyataan dasar metode empiris, teori tidak

boleh memasukan entitas supernatural atau trans empiris, karena empirsme adalah

teori pengetahuan yang menekankan peran pengalaman, khususnya persepsi

indrawi, dalam pembentukan ide sambil mengabaikan penalaran, intuisi, atau

wahyu apriori. Yakobus mengakui bahwa entitas trans empiris mungkin ada,

namun tidak ada gunanya membicarakannya.

Pernyataan faktual James adalah bahwa pengalaman kita bukan sekadar

aliran data, melainkan proses kompleks yang penuh makna. Kita melihat objek

berdasarkan maknanya bagi kita dan kita melihat hubungan sebab akibat antar

fenomena. Pengalaman bersifat "berlaras ganda" ia memiliki konten (data indra)

dan referensi, dan kaum empiris secara tidak adil mencoba mereduksi pengalaman

menjadi sensasi belaka, menurut James. Deskripsi pengalaman sadar yang “tebal”

seperti itu sudah menjadi bagian dari karya monumental William James The

Principles of Psychology pada tahun 1890, lebih dari satu dekade sebelum ia

pertama kali menulis tentang empirisme radikal.

Hal ini sangat berbeda dengan pandangan empirisme tradisional yang

melihat pengalaman dalam bentuk atom seperti bercak warna dan gelombang

suara, yang tidak ada artinya dan perlu di interpretasikan dengan dengan rasio

sebelum kita dapat menindak lanjutinya.

8
Irham Nugroho,positivisme positivisme Aguste Comte analisis epistimelogi dan nilai etisme
terhadap sain.

7
C. Positivisme sebagai saintisme

Saintisme adalah istilah yang digunakan (biasanya secara peyoratif) untuk

kepercayaan bahwa metode dan pendekatan ilmiah dapat diterapkan untuk segala

hal, dan bahwa sains adalah cara pandang dunia yang paling otoritatif atau paling

berharga hingga menyingkirkan cara pandang lainnya.9 Saintisme telah

didefinisikan sebagai "pandangan bahwa metode induktif sains adalah satu-

satunya sumber pengetahuan yang benar dan terutama bahwa sains dapat

menghasilkan pengetahuan mengenai manusia dan masyarakat yang benar. Istilah

ini biasanya digunakan sebagai kritik terhadap positivisme logika ekstrem dan

telah digunakan oleh beberapa tokoh seperti ilmuwan sosial Friedrich Hayek filsuf

sains Karl Popper dan filsuf Hilary Putnam dan Tzvetan Todorov untuk

mendeskripsikan sokongan dogmatik terhadap metodologi sains dan pereduksian

pengetahuan menjadi hal-hal yang dapat diukur saja . Istilah saitisme meiliki dua

makna proyektif.

a. Untuk menunjukkan penggunaan istilah sains atau klaim ilmiah yang

tidak tepat. Makna ini juga berlaku dalam konteks ketika sains tidak

dapat diterapkan, seperti saat topik dianggap berada di luar jangkauan

penelitian ilmiah, dan dalam konteks ketika tidak ada bukti

empiris yang cukup untuk menjustifikasi simpulan ilmiah. Definisi ini

termasuk rasa hormat berlebih terhadap klaim yang dibuat oleh ilmiah

9
saintisme&oq=saintisme&gs_lcrp=EgZjaHJvbWUqBggAEEUYOzIGCAAQRRg7MgYIARBFG
DwyBggCEEUYPDIGCAMQRRg80gEJNDA0Mwo.

8
atau ketidakkritisan dalam menerima begitu saja hasil penelitian

apapun yang dianggap ilmiah. Maka, dalam kasus ini, istilah saintisme

digunakan untuk menentang argumen berdasarkan otoritas sains.

b. Untuk merujuk kepada kepercayaan bahwa metode sains alam, atau

kategori dan hal yang diakui dalam sains alam, merupakan satu-

satunya hal yang tepat dalam filsafat atau penyelidikan lainnya, atau

bahwa "sains, dan satu-satunya sains, yang mendeskripsikan dunia

sebagaimana mestinya, independen dari sudut pandang seiring dengan

"penghapusan dimensi psikologis pengalaman.

D. Kritik post modernisme dan frank frut terhadap positivisme

Tradisi aliran dalam filsafat ilmu sosial yang muncul paling awal adalah

aliran filsafat positivistik. Perkembangan filsafat positivisme atau tradisi saintifik,

dimotori oleh Henry Saint Simon (1760-1825) dan Auguste Comte (1798-1857).

Auguste Comte merupakan ilmuwan yang fokus terhadap perkembangan filsafat

positivisme dan mengintegrasikannya ke dalam ilmu pengetahuan sosial melalui

karyanya yang berjudul The Course Positive Pilosophy pada abad ke-19.

Aliran positivistik berakar dari filsafat positivisme saintifik yang

bersumber dari ilmu kealaman (naturwissenchaft). Ilmu kealaman atau dapat

dikatakan hukum-hukum alam merupakan sebuah ilmu pengetahuan yang

awalnya muncul di kalangan para cendekiawan. Tidak dapat dipungkiri bahwa

filsafat positivisme melahirkan metodologi sama persis yang dianut oleh ilmu

9
pengetahuan alam. Metode ilmiah yang mendasari ilmu kealaman, yakni: objektif,

rasional, sistematis, dan terukur.10

Positivisme bertumpu pada tesis bahwa ilmu adalah satu-satunya yang

valid. Positivisme menolak keberadaan segala kekuatan atau subjek yang berada

di belakang fakta, menolak segala penggunaan metode diluar yang digunakan

untuk menelaah fakta.

Menurut Teori Kritis Mazhab Frankfurt, teknologi dan sains telah

memanipulasi kehidupan sosial kemasyarakatan. Manusia modern terlalu sibuk

mengembangkan sains dan teknologi tanpa memperhatikan dampak dari apa yang

telah diciptakannya sendiri. Bagi Teori Kritis, positivisme memposisikan manusia

atau individu sebagai aktor pasif yang segala macam tindakannya ditentukan oleh

hukum sosial tersebut. Sebagai dampaknya, positivisme tidak memiliki kekuatan

untuk membawa perubahan. Karena alih-alih menantang sistem sosial yang

timpang dan tidak adil, positivisme justru akan menyatakan bahwa ketimpangan

dan ketidakadilan tersebut merupakan bagian dari hukum sosial yang sifatnya

pasti. Karena berkenaan dengan argumen utama positivisme yang menyatakan

bahwa dunia sosial diatur oleh seperangkat hukum sosial yang bersifat pasti,

layaknya hukum alam. Teori Kritis Mazhab Frankfurt memberikan pemahaman

baru bahwa individu pun mampu merubah struktur yang ada melalui kekuatan

rasionalitas dan daya kreasinya. Teori Kritis mampu membangun kesadaran

subjektif individu secara kolektif terhadap realitas sosial masyarakat, tak hanya

10
Suci fajarni teori kritik mazhab frankfrut varian pemikiran tiga generasi, kritik
terhadap sosioligi, positivisme, dan masyarakat moderen.(UIN Ar-Rinary)

10
terhadap struktur ekonomi Marxian tapi juga struktur budaya yang telah

membelenggu masyarakat.11

Kritik Teori Kritis terhadap paradigma positivisme tentu tidak terlepas dari

pengaruh idealisme filsafat Jerman yang dipengaruhi oleh filsafat Kritisisme

Immanuel Kant.45 Paradigma positivisme secara ontologis telah menghilangkan

aspek kebebasan sebagai bagian terpenting dalam diri manusia. Kebebasan

manusia sudah terkooptasi oleh sistem kapitalisme, dimana dalam istilah Max

Horkheimer dijelaskan sebagai otonomi subjek yang semakin tereduksi oleh

sistem.12

Bertolak dari Kritisisme Kant serta asumsi dasar dari Teori Kritis Mazhab

Frankfurt tersebut, maka dapat dirangkum beberapa kritik dari Teori Kritis

Mazhab Frankfurt terhadap positivisme. Pertama, positivisme cenderung melihat

kehidupan sosial sebagai sebuah proses alamiah, sementara Teori Kritis

cenderung memusatkan perhatiannya pada aktivitas manusia. Bagi Teori Kritis,

manusia adalah makhluk otonom yang memiliki daya serta beragam cara untuk

mempengaruhi struktur sosial. Singkatnya Teori Kritis menganggap positivisme

terlalu mengabaikan peran aktor. Meskipun individu dikendalikan dan dijejali

dengan beragam kebutuhan palsu, menurut gagasan Freudian individu dibekali

dengan libido yang menjadi dasar bagi tindakan kreatif yang berorientasi ke arah

terhapusnya bentuk-bentuk utama dominasi.

11
Suci fajarni teori kritik mazhab frankfrut varian pemikiran tiga generasi, kritik
terhadap sosioligi, positivisme, dan masyarakat moderen.(UIN Ar-Rinary)

12
Ibid.

11
Kedua, positivisme mengangap adanya metode ilmiah tunggal yang dapat

diberlakukan pada seluruh bidang kajian dan bersifat netral. Menurut para

teoretikus kritik, positivisme dinilai cenderung mereifikasi (menuhankan) dunia

sosial dan memeliharanya sebagai proses netral, mengabaikan sekaligus

mengerdilkan aktor menjadi entitas pasif yang ditentukan oleh kekuatan-kekuatan

alamiah. Teori Kritis Mazhab Frankfurt percaya bahwa tujuan ilmu pengetahuan

adalah untuk mengangkat kesadaran manusia untuk berkontribusi pada perubahan

sosial. Sementara bagi positivisme, tujuan pengetahuan adalah perumusan hukum

sosial. Dengan mengikuti pemikiran Auguste Comte, kaum positivist mengklaim

bahwa pengetahuan atas hukum evolusioner dapat memungkinkan aparatur negara

mengatur masyarakat mengikuti jalan ke arah kematangan modernitas.

Ketiga, paradigma positivisme memisahkan antara teori dengan praksis

manusia. Hal ini disebabkan positivisme bersifat netral terhadap objeknya.

Kenetralan positivisme dapat digambarkan sebagai sesuatu yang tidak bermaksud

mempengaruhi fakta yang hadir di hadapannya. Padahal menurut Teori Kritis,

teori tidak semestinya berada pada dirinya sendiri, melainkan teori harus mampu

memberikan solusi atas permasalahan yang dibongkar. Positivisme memandang

fakta sebagai fakta lahiriah apa adanya (objektif). Teori Kritis Mazhab Frankfurt

mengecam paradigma positivisme karena hanya mampu menjelaskan (erklaren)

realitas faktual tanpa bermaksud mengubahnya ke arah yang lebih baik.

Kemandulan positivisme dalam hal praksis tersebut, disebabkan oleh

epistemologinya yang bernuansa ilmu kealaman yang menganggap objek kajian

dalam bentuk benda yang mati atau pasif. Sifat positivisme terhadap realitas sosial

12
kemasyarakatan menekankan pada kepentingan teknis. Akibatnya semua

digeneralisasi seperti diibaratkan benda yang pasif. Menurut Mazhab Frankfurt,

positivisme tidak lagi murni sebagai teori pengetahuan, melainkan telah menjelma

menjadi suatu ideologi baru yang berperan penting pada masa kapitalisme akhir

yang mendukung penyesuaian dengan kehidupan sehari-hari.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

pertama postivisme adalah aliran yang menekankan aspek faktual


pengetahuan. Aliran positivisme juga diartikan dengan aliran filsafat yang
meyakini bahwa ilmu-ilmu alam adalah satu- satnya sumber pengetahuan yang
benar.
Kedua Empirisme radikal adalah postulat, pernyataan fakta, dan
kesimpulan, kata James dalam The Meaning of Truth. Dalilnya adalah bahwa satu-
satunya hal yang dapat diperdebatkan di antara para filsuf adalah hal-hal yang
dapat didefinisikan berdasarkan pengalaman.
Ketiga sains adalah cara pandang dunia yang paling otoritatif atau paling
berharga hingga menyingkirkan cara pandang lainnya. Saintisme telah
didefinisikan sebagai "pandangan bahwa metode induktif sains adalah satu-
satunya sumber pengetahuan yang benar dan terutama bahwa sains dapat
menghasilkan pengetahuan mengenai manusia dan masyarakat yang benar.

14
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Ahmad beni saebani, filsafat umum dari mitologi sampai teofilosofi
(bandung pustaka setia 2008). H 175.

Asmoro acmhadin, filsafat umum (rajagrafindipersada PT. 2021).h.45

Irham Nugroho,positivisme positivisme Aguste Comte analisis


epistimelogi dan nilai etisme terhadap sain.

Surawardi Ahmad riyadh maulidi, filsafat positivisme dan ilmu


pengetahuan serta peranannya terhadap pendidikan di indonesia jurnal yakhzan,
IAIN syekh nurjatin cirebon.

Lalu syamsul arifin, filsafat positivisme aguste comte relefansinya denga


ilmu-ilmu keislaman(jurnal interaktif) pasca sarjana uin sunan kali jaga
yokyakarta.

saintisme&oq=saintisme&gs_lcrp=EgZjaHJvbWUqBggAEEUYOzIGCAAQRRg7MgYIARBFGDwyBggC
EEUYPDIGCAMQRRg80gEJNDA0Mwo.

Suci fajarni teori kritik mazhab frankfrut varian pemikiran tiga generasi,
kritik terhadap sosioligi, positivisme, dan masyarakat moderen.(UIN Ar-Rinary).

15

Anda mungkin juga menyukai