Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

FILSAFAT PENDIDIKAN
"Pragmatisme"
di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah filsafat pendidikan
Dosen Pengampu : Bapak Hendra Pribadi, M.Ag

Disusun Oleh :
Kelompok 3
Agustian Nur Effendi (60403070123188)
Sarah Zanimah (60403070123176)
Siti Maryamah (60403070123180)

PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


STKIP BINA MUTIARA SUKABUMI KAMPUS II SURADE
TAHUN PELAJARAN 2023/2024
ii | F i l s a f a t P e n d i d i k a n
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Allah SWT. Atas limpahan rahmat, taufiq serta hidayah-
Nya yang telah menurunkan agama melalui wahyu yang disampaikan kepada
Rasullullah pilihan-Nya, kami mengucapkan terima kasih atas kesempatan kali ini
yang telah diizinkan untuk membahas materi tentang PRAGMATISME dan dapat
menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua umumnya yang membaca dan
khususnya yang menulis. Semoga kedepannya dapat memperbaiki isi makalah agar
menjadi lebih baik.
Keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya, saya yakin masih ada
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu saya mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

November 2023

Kelompok 3

i|Filsafat Pendidikan
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................1
C. Tujuan Penelitian...............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................. 2

A. Pengertian Pragmatisme..................................................................................2
B. Tokoh John Dewey Dalam Filsafat Pragmatisme...........................................3
C. Karya-Karya John Dewey.................................................................................5
D. Pandangan Filsafat Terhadap Pragmatisme...................................................6
E. Implikasi Terhadap Pragmatisme....................................................................7

BAB III PENUTUP......................................................................................................... 9

A. Kesimpulan........................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................10

ii | F i l s a f a t P e n d i d i k a n
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pragmatisme timbul akibat dari Pemberontakan melawan sistem idealisme yang
terlalu memperdepankan intelektual dan bersifat tertutup. Pragmatisme diperkenalkan
pertama kali oleh William James (1842-1910) di Amerika. Empiri Inggris dan Jerman
Modern mempengaruhi berdirinya pragmatisme, juga pengalaman sosial bangsa
Amerika pada abad XIX dalam perdagangan yang menekankan kerja keras dan
kebijakan. Sehingga, pragmatisme menjadi alat untuk menolong manusia dalam hidup
sehari-hari.
Pelaksanaan atau praktik hiduplah yang penting dalam aliran pragmatisme, bukan
Cuma pendapat atau teori yang bersifat hipotesis. Kebenaran diartikan sebagai hal
yang dinamis yang mana kebenaran dibuat sambil berjalan atau melaksanakan konsep
hidup, karena kebenaran sifanya dinamis. John Dewey mengambarkan konsep hidup
terdapat dua unsur, yaitu kecerdasan atau intelaktual manusia dan pengalaman.
Kecerdasan manusia merupakan sesuatu yang bersifat kreatif, sedangkan pengalaman
merupakan unsur yang terpokok dalam segala pengetahuan.
oleh karena itu, pentingnya pragmatisme dalam kehidupan manusia. penulis akan
sedikit mengulas tentang aliran pragmatisme dari pengertian pragmatisme, konsep
hidup yang di kemukakan oleh filosofi Amerika John Dewey dan pengertian menurut
pandangan filsafat beserta implikasinya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian pragmatisme?
2. Bagaimana konsep hidup tokoh John Dewey?
3. Bagaimana pandangan filsafat pada pragmatisme?
4. Bagaimana implikasi dalam pragmatisme?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengertian pramatisme.
2. Untuk mengetahui konsep kehidupan tokoh John Dewey dalam pragmatism.
3. Untuk mengetahui pengertian menurut pandangan filsafat beserta implikasinya.

1|Filsafat Pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pragmatisme
Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar adalah apa
yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantara akibat-akibatnya yang
bermanfaat secara praktis. Di Amerika Serikat Pragmatisme mendapat tempatnya yang
tersendiri di dalam pemikiran filsafati. William James (1842-1910) orang yang
memperkenalkan gagasan-gagasan pragmatisme kepada dunia. Pegangan
pragmatisme adalah logika pengamatan. Aliran ini bersedia menerima segala sesuatu,
asal saja membawa akibat yang praktis. Pengalaman-pengalaman pribadi diterimanya,
asal bermanfaat, bahkan kebenaran mistis dipandang sebagai berlaku juga, asal
kebenaran mistis itu membawa akibat praktis yang bermanfaat (Hadiwijono, 1980:130).
Pragmatisme adalah bagian dari salah satu aliran filsafat. Pragmatisme merupakan
salah satu pemberontakan umum dalam melawan sistem idealisme yang terlalu
menonjolkan intelektual dan tertutup. Pemberontakan dalam bidang filsafat ini terjadi
dalam abad XIX. Pada saat itu, para penganut idealisme mengembangkan pengalaman
pikiran subjektif manusia sehingga pengalaman tersebut menjadi prinsip metafisika
untuk menjelaskan Kosmos. Bagi penganut idealisme, semua realitas adalah satu
susunan, dan realitas tersebut tersusun dari bagian-bagian yang melekat satu sama
lain berdasarkan atas hubungan internal yang saling menunjang. Realitas ini sering
diinterprestasikan dalam katagori-katagori intelektual tertentu dan abstrak.
Dua aliran filsafat yang sangat mempengaruhi pragmatisme pada awal berdirinya
adalah Empiris Inggris dan FIlsafat Jerman Modern. Pada Empiris Inggris, karya-karya
yang mempengaruhi pragmatisme ditulis oleh John Stuart Mill, Alexander Bain, dan
John Venn. Empirisme Inggris menekankan peran pengalaman dalam terbentuknya
pragmatisme adalah George Berkeley, seorang penganut idealisme empirisme.
Pengaruh lain yang perlu ditambahkan adalah pengalaman sosial bangsa Amerika
pada XIX. Pengaruh tersebut adalah ekspansi industri dan perdagangan yang cepat
dan optimisme yang merakyat yang berasal dari teologi puritanisme, terutama yang
berhubungan dengan kerja keras dan kebijakan (Suparman, 2003:49-50).

2|Filsafat Pendidikan
Bagi pragmatisme, filsafat adalah alat untuk menolong manusia dalam hidup sehari-
hari maupun dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan mewujudkan dunia teknik.
Dalam segalanya itu pelaksanaan atau praktik hiduplah yang penting dan bukan
pendapat atau teori yang hipotesis dan sepihak. Untuk menilai bermanfaat tidaknya
ilmu pengetahuan, anggapan-anggapan hidup malahan filsafat sendiri pun, perlu
diperhatikan segala hasil dan kesimpulan atau akibat yang terjadi atas dasar hipotesis-
hipotesis itu. Yang pokok adalah bahwa manusia berbuat dan bukan berfikir. Pikiran
atau teori merupakan alat yang “hanya berguna“ untuk memungkinkan timbulnya
pengalaman yang semakin ikut mengembangkan hidup manusia dalam praktik
pelaksanaanya (Sutrisno, 1993:99)
B. Tokoh John Dewey Dalam Filsafat Pragmatisme
John Dewey adalah seorang filsuf dari Amerika, teoretikus, reformator pendidikan
dan kritikus sosial yang lahir di Burlington, Vermont dalam tahun 1859, tepatnya pada
tanggal 20 Oktober. Dewey kecil adalah seorang yang gemar membaca namun tidak
menjadi seorang siswa yang brilian di antara teman-temannya ketika itu. Ia masuk ke
Universitas Vermont dalam tahun 1875 dan mendapatkan gelar B.A. Ia kemudian
melanjutkan kuliahnya di Universitas Jons Hopkins, di mana dalam tahun 1884 ia
meraih gelar doktornya dalam bidang filsafat di universitas tersebut. Di universitas
terakhir ini, Dewey pernah mengikuti kuliah logika dari Pierce, orang yang menggagas
munculnya pragmatisme. Disinilah beliau bersentuhan dengan filsafat pragmatisme.
Walaupun demikian, pengaruh terbesar datang dari guru dan sahabatnya George
Sylvester Morris, seorang idealis yang sangat bersemangat mengajarkan filsafat Hegel
sehingga Dewey pun menjadi pengikut filsafat idealisme tersebut. Setelah
menyelesaikan doktornya, pada tahun 1884 hingga 1886, beliau mengajar filsafat dan
psikologi di Universitas Michigan atas undangan Morris. Dari tahun 1884 samai 1888,
Dewey mengajar pada Universitas Michigan dalam bidang filsafat.
Tahun 1889 Ia pindah ke Universitas Minnesota. Akan tetapi pada akhir tahun yang
sama, ia pindah ke Universitas Michigan dan menjadi kepala bidang filsafat. Tugas ini
dijalankan sampai tahun 1894, dimana ia pindah ke Universitas Chicago yang
membawa banyak pengaruh pada pandangan-pandangannya tentang pendidikan
sekolah di kemudian hari. Salah satu keberatan Dewey terhadap program dan metode
pendidikan saat itu adalah bahwa mereka gagal memperhitungkan penemuan psikologi

3|Filsafat Pendidikan
tentang aktivitas belajar. Di Universitas Chicago beliau menjabat sebagai kepala
departemen filsafat, psikologi dan pedagogi. Ia berpaling dari filsafat Hegel ke teori
yang meyakini bahwa pengalaman sehari-hari dan pengalaman ilmiah menyiapkan
landasan penting bagi realitas maupun pemikiran. William James kemudian
memproklamirkan Chicago University yang berada di bawah pengaruh Dewey, sebagai
mazhab filsafat yang baru.
Masa di Chicago mungkin adalah masa keemasannya. Di sinilah Dewey menjadi
terkenal dalam bidang pendidikan. Sedemikian kuat ketertarikannya pada bidang ini
sampai-sampai ia menegaskan bahwa semua filsafat adalah filsafat pendidikan. Ia
kemudian mendirikan Laboratory School yang kelak dikenal dengan nama The Dewey
School. Di pusat penelitian ini ia pun memulai penelitiannya mengenai pendidikan di
sekolah-sekolah dan mencoba menerapkan teori pendidikannya dalam praksis sekolah-
sekolah. Hasilnya, ia meninggalkan pola dan proses pendidikan tradisional yang
mengandalkan kemampuan mendengar dan menghafal. Sebagai ganti, ia menekankan
pentingnya kreativitas dan keterlibatan murid dalam diskusi dan pemecahan masalah.
Selama periode ini pula ia perlahan-lahan meninggalkan gaya pemikiran idealisme yang
telah mempengaruhi sejak pertemuan dengan Morris. Jadi selain menekuni pendidikan,
ia juga menukuni bidang logika, psikologi dan etika.
Pengalaman Dewey tidak hanya berhenti sampai di Universitas Chicago. Karena
bertentangan dengan rektor mengenai manajemen pembiayaan departemen
pendidikan, Dewey meninggalkan Chicago dan hijrah ke Universitas Columbia di New
York. Terakhir ia berkarya sebagai dosen di Universitas Colombia dalam tahun 1904. Di
universitas ini, Dewey berkarya sebagai seorang profesor filsafat sampai ia pensiun
pada tahun 1929. Setelah pindah ke New York, Dewey kerapkali menulis di berbagai
media massa antara lain the New Republic. Beliau juga terlibat dalam berbagai
organisasi seperti the American Civil Liberties Union di mana dia adalah pendiri dan
ketuanya; dan Asosiasi Professor Universitas Amerika sebagai pendiri dan presiden
pertamanya.
Dalam periode ini, Dewey banyak mengadakan perjalanan antara lain ke negara-
negara Eropa serta Jepang, Cina, Meksiko, dan Rusia. Di Jepang, misalnya, ia
memberikan kuliah-kuliah dalam bentuk ceramah yang kemudian akan menjadi dasar
pengembangan filsafat rekunstruksinya. Dalam tahun 1924, ia juga berkunjung ke

4|Filsafat Pendidikan
Turky untuk mengadakan rekonstruksi terhadap sistem pendidikan yang dijalankan di
sana. Hal yang sama juga dilakukan dalam kunjungannya ke Meksiko dan Rusia dalam
tahun 1928.
Sejak ia berhenti dari universitas Colombia, ia aktif dalam pengembangan filsafat
dan melanjutkan karya-karya dokrinnya. Dengan berbagai usaha dan kerja yang
dilakukannya selama masih bekerja di universitas-universitas maupun setelah itu, ia
kemudian dikenal sebagai seorang yang mengembangkan filsafat secara baru di
Amerika. Pemikirannya banyak mempengaruhi perkembangan filsafat, politik,
pendidikan, religiusitas dan kesenian di Amerika.
Pada November 1951 tulang pinggulnya patah dan gagal disambung kembali
dengan baik. Pada 1 Juni 1952 Dewey wafat akibat peneumonia meninggalkan 6 orang
anak kandung dan 2 orang anak angkat. Beliau adalah tokoh yang sangat dihormati
semasa hidupnya dilihat dari banyaknya undangan ceramah yang datang dari bebagai
negara dan bangsa.
C. Karya-Karya John Dewey
Adapun karya-karya buku yang dihasilkannya, yaitu. Buku karyanya yang pertama
yakni Psychology yang diterbitkan dalam tahun 1891. Dalam tahun 1891, bukunya
Outlines of a Critica Theory of Etics diterbitkan. Tiga tahun kemudian, 1894, terbit lagi
The Study Of Etics: A Syllabus. Ketika ia berkarya di Universitas Chicago, berturut-turut
ia menerbitkan My Pedagogic Creed (1897), The School and Society (1903), dan
Logical Conditions of a Scientific Treatment of Morality (1903). Ia juga banyak
menghasilkan buku-buku ketika berada di Universitas Colombia seperti Ethics (1908),
How We Think (1910), The Influence of Darwin and Other Essays in Contemporary
Thought (1910), School of Tomorrow (1915), Democraty and Education (1916), Essays
in Experimental Logic (1916), Recunstruction in Philosophy (1920), Human Nature and
Conduct (1922), Experience and Nature (1925), The Quest for Certainty (1929), Art as
Experience (1934), A Common Faith (1934), Experience and Education (1938), Logic:
The Theory of Inquiry (1938), Theory of Valuation (1939), Education Today (1940),
Problem of Men (1946), dan Knowing and The Known (1949).
Nampak jelas dari tulisan-tulisan Dewey bahwa ia menaruh minat besar pada
bidang logika, metafisika dan teori pengatahuan. Tetapi perhatian Dewey di bidang
pragmatisme terutama dicurahkan pada realitas sosial daripada kehidupan individual.

5|Filsafat Pendidikan
Hal ini nampak dalam tema-tema bukunya: pendidikan, demokrasi, etika, agama, dan
seni.

D. Pandangan Filsafat Terhadap Pragmatisme


Pragmatisme merupakan suatu aliran atau pandangan dalam filsafat yang sangat
menekankan pentingnya hasil praktis atau konsekuensi suatu gagasan atau tindakan.
Beberapa pandangan filsafat terhadap pragmatisme dapat disajikan sebagai berikut:
Kegagalan dalam Mengakui Kebenaran Absolut: Beberapa filsuf mungkin
mengkritik pragmatisme karena dianggap meniadakan ide tentang kebenaran yang
absolut. Kritik ini berkaitan dengan kekhawatiran bahwa penekanan pada hasil praktis
dapat mengarah pada pemahaman yang relatif tentang kebenaran, sehingga
menghilangkan keberadaan kebenaran yang absolut.
Fleksibilitas dan Kontekstualitas: Filsafat pragmatisme sering dianggap sebagai
pendekatan yang sangat fleksibel, yang memungkinkan adanya adaptasi terhadap
konteks yang berubah. Filsuf tertentu mungkin melihat keuntungan besar dalam
pendekatan ini karena mengakui bahwa tidak ada satu model tunggal yang bisa
diterapkan secara universal dalam segala situasi.
Penekanan pada Pengalaman dan Praktik: Banyak filsuf memandang pragmatisme
sebagai pandangan yang sangat kuat karena menempatkan penekanan yang besar
pada pengalaman dan eksperimen. Ini dianggap sebagai pendekatan yang
memungkinkan perkembangan ilmu pengetahuan dan pengetahuan manusia secara
umum.
Kritik terhadap Pengabaian pada Aspek Metafisika atau Teoritis: Beberapa filsuf
mungkin mengkritik pragmatisme karena dianggap mengabaikan aspek-aspek
metafisika atau teoritis tertentu. Pragmatisme sering fokus pada apa yang bisa bekerja
dalam praktik, namun terkadang mengesampingkan pertanyaan tentang asal-usul atau
esensi kebenaran.
Relevansi dalam Kehidupan Sehari-hari: Kebanyakan pandangan filosofis
mengakui bahwa pragmatisme memberikan nilai yang tinggi dalam hal relevansi dalam
kehidupan sehari-hari. Ini karena menempatkan penekanan pada konsekuensi praktis

6|Filsafat Pendidikan
dan pengalaman yang dapat diuji, membuatnya lebih mudah diterapkan dalam konteks
sehari-hari.
Dampak pada Etika dan Kebijakan: Pragmatisme memiliki implikasi yang kuat
dalam bidang etika dan kebijakan. Dalam etika, pendekatan pragmatis memungkinkan
eksperimen etis dan penekanan pada konsekuensi tindakan.
Dalam kebijakan, pragmatisme dapat memberikan pemahaman yang lebih
pragmatis tentang bagaimana kebijakan dapat diterapkan dan diuji dalam praktik.
Pandangan filosofis terhadap pragmatisme dapat sangat bervariasi tergantung pada
sudut pandang dan orientasi filosofis masing-masing individu. Beberapa melihatnya
sebagai pendekatan yang sangat relevan dan kuat, sementara yang lain mungkin
memiliki kekhawatiran terhadap aspek-aspek tertentu yang dianggapnya kurang
diperhatikan oleh pandangan ini.
E. Implikasi Terhadap Pragmatisme
Pragmatisme adalah suatu pandangan filsafat yang menekankan pentingnya
mengukur kebenaran dari suatu gagasan atau tindakan berdasarkan hasil praktis atau
konsekuensinya. Implikasi dari pragmatisme mencakup beberapa hal yang bisa
memengaruhi berbagai aspek kehidupan:
Penekanan pada Konsekuensi Praktis: Implikasi utama pragmatisme adalah
menempatkan fokus pada hasil praktis dari suatu tindakan atau gagasan. Hal ini bisa
berarti bahwa dalam pengambilan keputusan, kebenaran atau nilai dari suatu ide dinilai
berdasarkan efek praktisnya dalam kehidupan sehari-hari. Ini bisa berdampak pada
keputusan di berbagai bidang, seperti politik, etika, dan ilmu pengetahuan.
Fleksibilitas dalam Pemikiran: Pragmatisme menekankan bahwa ide atau gagasan
harus bersifat fleksibel, berubah seiring waktu, dan harus dapat beradaptasi dengan
perubahan konteks atau keadaan. Ini berarti bahwa dalam berbagai aspek kehidupan,
konsep-konsep atau pandangan tidak harus bersifat kaku dan tidak boleh dianggap
sebagai kebenaran mutlak, tetapi harus selalu terbuka untuk revisi atau penyesuaian
berdasarkan kondisi baru yang muncul.
Pentingnya Percobaan dan Pengalaman: Implikasi pragmatisme juga menekankan
pentingnya percobaan dan pengalaman sebagai sarana untuk menentukan kebenaran
atau keefektifan suatu gagasan atau tindakan. Pendekatan ini memungkinkan

7|Filsafat Pendidikan
pengujian konsep atau ide dalam praktik sehari-hari, yang kemudian hasilnya menjadi
penentu utama keberhasilan atau kegagalan suatu konsep.
Kritik terhadap Absolutisme dan Dogma: Pragmatisme cenderung menolak ide-ide
absolut atau dogma dalam berbagai bentuknya. Implikasinya adalah bahwa tidak ada
kebenaran mutlak atau aturan yang tidak bisa ditantang, dan ide-ide harus selalu
terbuka untuk kritik, revisi, dan perubahan.
Relevansi Kontekstual dan Sosial: Pragmatisme menekankan bahwa setiap ide
atau tindakan harus dipahami dalam konteks sosial, politik, dan budaya di mana hal itu
beroperasi. Implikasinya adalah bahwa setiap ide harus dilihat dalam konteks yang
relevan, dan solusi yang efektif bisa bervariasi tergantung pada lingkungan di mana ide
atau tindakan itu diterapkan.
Menghargai Keragaman Perspektif: Implikasi lainnya adalah bahwa dalam
mempertimbangkan ide atau tindakan, penting untuk mengakui bahwa keragaman
perspektif merupakan hal yang alami. Pandangan yang berbeda bisa memberikan
kontribusi berharga dalam memahami suatu masalah atau dalam menemukan solusi
yang lebih baik.
Penting untuk diingat bahwa implikasi pragmatisme dapat berbeda-beda tergantung
pada bagaimana pandangan ini diterapkan dalam konteks tertentu, baik dalam bidang
filsafat, ilmu pengetahuan, politik, atau kehidupan sehari-hari. Pragmatisme mendorong
untuk melihat suatu gagasan atau tindakan dari sudut pandang hasil yang praktis,
adaptif, dan kontekstual.
Edward J. Power (1982) menyimpulkan pandangan pragmatisme bahwa “Siswa
merupakan organisme rumit yang mempunyai kemampuan luar biasa untuk tumbuh,
sedangkan guru berperan untuk memimpin dan membimbing pengalaman belajar tanpa
ikut campur terlalu jauh atas minat dan kebutuhan siswa”.
Callahan dan Clark menyimpulkan bahwa orientasi pendidikan pragmatisme adalah
progresivisme. Artinya, pendidikan pragmatisme menolak segala bentuk formalisme
yang berlebihan dan membosankan dari pendidikan sekolah yang tradisional. Anti
terhadap otoritarianisme dan absolutisme dalam berbagai bidang kehidupan.

8|Filsafat Pendidikan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pragmatisme adalah aliran yang memperdepankan praktis ketimbang hanya
sekedar berteori atau berpendapat saja. Pragmatisme timbul akibat pemberontakan
melawan idealisme yang terlau mengunakan intelektual manusia dan bersifat tertutup.
Berdirinya pragmatisme dipengaruhi aliran Empris Inggris dan Jerman Modern, juga
pengalaman sosial rakyat Amerika dalam melaksanakan perekonomian yang
memperdepankan kerja keras dan kebijakan. Pragmatisme diperkenalkan dari
gagasan-gagasan william james (1842-1910) di Amerika, pegangannya adalah logika
pengamatan yakni segala sesuatu dapat masuk asalkan bersifat praktis
Pragmatisme membuat kebenaran menjadi pengertian yang dinamis, sambil
berjalan kita membuat kebenaran, karena masalah-masalah yang kita hadapi bersifat
nisbi. John Dewey mengambarkan pragmatisme dengan memakai istilah
“intrumentalisme”, untuk memberikan tekanan pada hubungan antara ajaranya dengan
teori biologi tentang evolusi. Yaitu pikiran berkembang sebagai alat untuk mengadalan
eksperimen terhadap alam sekitar, karena itu kecerdasan merupakan sesuatu yang
bersifat kratif, dan pengalaman merupakan unsur terpokok dalam segala pengetahuan.
Pragmatisme bersifat penting dalam kehidupan sehari-hari, aktivitas manusia
dipengaruhi oleh kerja otak, karena akal merupakan Akal merupakan sarana bagi
mausia yang dapat mengadakan pembaharuan, rekontruksi dan reorganisasi. Sehingga
watak dan fikirin manusia dapat berkembang akibat dari lingkungan yang dialami. Oleh
karena itu semua hal yang terjadi jika ditelusuri secara mendalam manusialah yang
menjadi faktor dan aktor utamanya.

9|Filsafat Pendidikan
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, T. Saiful. “MANUSIA DAN PENDIDIKAN MENURUT PEMIKIRAN IBN


KHALDUN DAN JOHN DEWEY”. Jurnal Ilmiah Didaktika, (2015), Vol. 15:223-243.
Kattsoff, Louis O. Elements of Philisophy. Terj. Soejono Soemargono Yogyakarta: Tiara
Wacana Yogya, 1996.
Syarifuddin. “KONTRUKSI FILSAFAT BARAT KONTEMPORER”. Jurnal
Substantia, (2011), Vol. 13:231-248.
Syarifuddin, “KONTRUKSI FILSAFAT BARAT KONTEMPORER”, Jurnal Substantia, 2
(Oktober, 2011), 238.
Louis O. Kattsoff, Elements of Philisophy, terj. Soejono Soemargono (Yogyakarta: Tiara
Wacana Yogya, 1996), 133
T. Saiful Akbar, “MANUSIA DAN PENDIDIKAN MENURUT PEMIKIRAN IBN KHALDUN
DAN JOHN DEWEY”, dalam Filsafat pendidikan, Sistem dan Metode, ed Imam
Barnabid (Yogyakarta: Yasbit, FIP IKIP), 66-68.
T. Saiful Akbar, “MANUSIA DAN PENDIDIKAN MENURUT PEMIKIRAN IBN KHALDUN
DAN JOHN DEWEY”, Jurnal Ilmiah Didaktika, 2 (Februari, 2015), 236
Louis O. Kattsoff, Elements of Philisophy, terj. Soejono Soemargono (Yogyakarta: Tiara
Wacana Yogya, 1996), 131.
T. Saiful Akbar, “MANUSIA DAN PENDIDIKAN MENURUT PEMIKIRAN IBN KHALDUN
DAN JOHN DEWEY”, Jurnal Ilmiah Didaktika, 2 (Februari, 2015), 236

10 | F i l s a f a t P e n d i d i k a n

Anda mungkin juga menyukai