Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH FILSAFAT

DEFINISI ILMU SECARA ETIMOLOGI DAN TERMINOLOGI

Dosen Pengampu Mata Kuliah:


Muhammad Naufal Ramadhansyah, S.Pd., M.Pd

Oleh Kelompok 2:

Yudith Gladyes. S (230306501025)


Adibah Nur Khalizah (230306501024)
Amaliyah Ramadhani (230306501011)
Dhini Damaiyanti Y (230306500030)
Nurul khairiyah Rahmah (230306502014)
Andrian Adinata Sinulingga (230306500010)
Nur Annisa Aulia Rahman (230306501028)
Annisa Salsabila (230306500025)
Masyikuratun Nur Azizah (230306501039)
Nurul Qaisyah (230306502001)
Najwah Mutiah Ruslan (230306501031)
Ainun Mutmainna (230306501013)
Muh. Nuzul Fadli (230306502024)
Amel Sege’ Sampearung (230306502049)

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN DAN


KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah
ini sebagai salah satu syarat penyelesaian studi Mata Kuliah Filsafat ilmu konsep
matematika dan Keterampilan belajar. Dalam proses penyusunan makalah ini, telah
diusahakan semaksimal mungkin dan tentunya tak lepas dari bantuan berbagai pihak,
sehingga dapat memperlancar penyusunannya. Untuk itu penyusun ucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Meski demikian, penyusun menyadari masih banyak kekurangan pada Makalah ini.
Maka dari itu, penyusun secara terbuka menerima segala kritik dan saran positif dari
pembaca sehingga dapat menjadi lebih baik kedepannya. Demikian apa yang dapat
penyusun sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk pembaca makalah
ini.

Makassar, 12 September 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... 1


DAFTAR ISI .................................................................................................................. 2
BAB I .............................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN.......................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 3
1.3 Tujuan ..................................................................................................... 4
BAB II ............................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ............................................................................................................ 5
2.1 Pengertian Ilmu Filsafat Secara Etimologi .......................................... 5
2.2 Definisi Ilmu Filsafat Secara Terminologi .......................................... 5
2.3 Perkembang Ilmu Filsafat Sampai Saat Ini ......................................... 6
2.3.1 Perkembangan Ilmu Filsafat ........................................................... 6
2.3.2 Sejarah Perkembangan Ilmu ........................................................... 9
2.3.3 Perkembangan Ilmu Menurut George J. Maouly ......................... 10
BAB III ......................................................................................................................... 12
PENUTUP .................................................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 12
3.2 Saran ...................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada perkembangan ilmu dari masa ke masa selalu mengalami perubahan
terutama dalam bidang filsafat yang merupakan akar dari ilmu pengetahuan. Pokok
persoalan filsafat adalah apa yang pernah terbesit di pikiran manusia, karena tanpa
kita sadari bahwa kita pernah mempertanyakan sesuatu, namun sulit untuk
diucapkan. Pertanyaan itu terkadang muncul setelah kita melakukan perenungan dan
pemikiran mendalam.
Logika merupakan ilmu yang masih satu dalam pelajaran matematika dan
filsafat. Secara garis besar, filsafat bisa juga dikatakan sebagai sudut pandang.
Sedangkan objek pemikiran filosofis adalah ribuan bahkan jutaan pertanyaan yang
selalu terngiang di pikiran kita. Jadi, secara tidak langsung kita tidak menyadari
bahwa kita sudah berfilsafat. Dengan catatan jika kita menemukan kesimpulan sesuai
dengan sudut pandang kita masing-masing.
Filsafat sendiri memiliki unsur spekulasi, keraguan, ingin tahu, dan jawaban.
Filsafat juga dikatakan lebih mendalam soal permasalahan hal ini juga terdapat
dalam prinsip ilmu fisioterapi. Meski begitu banyak yang masih belum menyadari
sehingga bisa dikatakan bahwa sebagian orang beranggapan bahwa filsafat hampir
tidak tersentuh oleh ilmu lain yang bersifat skeptis, tentang pertanyaan dan tidak
berkaitan dengan ilmu lain khususnya fisioterapi. Maka hal dasar inilah yang
melatarbelakangi dalam pembuatan makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya sebagai
berikut :
1. Apa pengertian ilmu secara etimologi ?
2. Apa definisi ilmu secara terminologi ?
3. Bagaimana perkembangan ilmu filsafat sampai saat ini ?

1
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan makalah
ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian ilmu secara etimologi.
2. Untuk memahami definisi ilmu secara terminology.
3. Untuk mendalami perkembagan ilmu filsafat sampai saat ini

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ilmu Filsafat Secara Etimologi


Secara etimologi Kata Ilmu ini berasal dari bahasa Arab,
yaitu `ilm ( ‫ ) علم‬yang memiliki makna mengetahui atau perbuatan yang bertujuan
untuk mengetahui segala sesuatu. Dan juga kata ilmu ini berasal dari bahasa Inggris,
yakni Science atau bahasa Latin, yakni Scientia yang bermakna pengetahuan,
mengetahui atau memahami. Sedangkan filsafat Secara etimologi Yunani, dalam
bahasa Yunani diambil dari tiga kata yaitu philein yang berarti mencintai, philia yang
berarti persahabatan, dan sophos yang berarti kebijaksanaan sesuai pengalaman.
Kesimpulannya, filsafat merupakan cinta yang cenderung pada hikmat
kebijaksanaan dalam melakukan sesuatu di kehidupan sehari-hari. Semantara dalam
hubungan ini al-Syabani berpendapat, bahwa filsafat bukanlah hikmah melainkan
cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian
padanya dan menciptakan sikap positif terhadapnya. Untuk itu ia mengatakan bahwa
filsafat berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat dan
berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia (Fachruddin,2016).

2.2 Definisi Ilmu Filsafat Secara Terminologi


Ilmu adalah bentuk pengetahuan tentang sesuatu yang datang dari Allah, yang
mana ilmu tersebut diturunkan kepada para nabi dan rasul serta alam yang
diciptakan-Nya termasuk manusia dan apa saja yang ada pada di antara langit dan
bumi ini, atau pengetahuan yang sistematis dan bersifat ilmiah. Sedangkan
pengertian terminologis merupakan uraian yang menjelaskan berdasarkan batasan –
batasan definisi yang disusun oleh sejumlah filsuf dan ahli filsafat.
Pengertian terminologis tentang filsafat terbagi atas beberapa yaitu :
1. Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik dan lengkap
tentang seluruh realitas.
2. Upaya untuk melukiskan hakikat realitas akhir dan dasar secara nyata.
3. Upaya untuk menentukan batas – batas dan jangkauan pengetahuannya :
sumbernya, hakikatnya, keabsahannya, dan nilainya.
4. Penyelidikan kritis atas pengandaian – pengandaian dan pernyataan – pernyataan
yang diajukan oleh berbagai bidang ilmu pengetahuan.
5. Disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu kita melihat apa yang kita katakan
dan untuk mengatakan apa yang kita lihat.

2.3 Perkembang Ilmu Filsafat Sampai Saat Ini


2.3.1 Perkembangan Ilmu Filsafat
Adapun zaman pembagian perkembagan ilmu filsafat yaitu :
A. Zaman Yunani Kuno (600 SM – 200 M)
Periode filsafat Yunani merupakan periode sangat penting dalam
sejarah peradaban manusia karena pada waktu itu terjadi perubahan pola
pikir manusia dari mite-mite menjadi lebih rasional. Pola pikir mite adalah
pola pikir yang mengandalkan mitos-mitos untuk menjelaskan fenomena
alam seperti gempa bumi dan pelangi. Gempa bumi tidak dianggap kejadian
alam biasa, tapi dewa bumi sedang menggoyangkan kepalanya. Namun
setelah filsafat ditemukan, fenomena tersebut tidak lagi dianggap sebagai
aktivitas dewa melainkan fenomena alam yang terjadi secara kausalitas.
Dan hal ini terus dikembangkan oleh manusia melalui filsafat sehingga
alam dijadikan obyek penelitian dan pengkajian sampai dalam bentuk yang
paling mutakhir, seperti yang kita kenal sekarang.
a) Filsafat Pra Socrates
Zaman Yunani Kuno dipandang sebagai zaman keemasan
filsafat, karena pada zaman ini orang memiliki kebebasan untuk
berpendapat atau mengungkapkan ide-idenya. Pada masa itu,
Yunani dipandang sebagai gudang ilmu dan filsafat, karena bangsa
Yunani sudah tidak lagi mempercayai mitosmitos. Bangsa Yunani
juga tidak dapat menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap
receptive attitude (sikap menerima begitu saja) melainkan
menumbuhkan sikap yang senang menyelidiki atau kritis. Sikap
kritis inilah yang menjadikan bangsa Yunani berada pada barisan
terdepan dalam ilmu pengetahuan. Filsafat zaman Yunani kuno
mencakup zaman Pra Socrates dan zaman keemasan filsafat. Tokoh-
tokoh filosof pada masa itu adalah Thales, Anaximandros,
Anaximenes, Pythagoras, dan Heraklitos. Mereka dikenal dengan
filosof alam.
b) Zaman Keemasan Filsafat:
Socrates, Plato, Aristoteles Puncak filsafat Yunani dicapai
pada Socrates, Plato dan Aristoteles. Filsafat dalam periode ini
ditandai oleh ajarannya yang "membumi" dibandingkan ajaran-
ajaran filosof sebelumnya. Seperti dikatakan Cicero (sastrawan
Roma) bahwa Socrates telah memindahkan filsafat dari langit ke
atas bumi. Maksudnya, filosof praSocrates mengkonsentrasikan diri
pada persoalan alam semesta sedangkan Socrates mengarahkan
obyek penelitiannya pada manusia diatas bumi.

B. Zaman Pertengahan (200 M – 1500 M)


Zaman ini sering dianggap sebagai zaman di mana filsafat begitu
erat, bahkan berada di bawah naungan agama. Zaman ini, dibagi kedalam
empat periode, yaitu Zaman Patristik, Zaman Awal Skolastik, Zama
Keemasan Skolastik, dan Zaman Akhir Abad Pertengahan.
▪ Zaman Patristik Istilah patristik berasal dari kata Latin patres yang
berarti Bapak dalam lingkungan kehidupan gereja. Bapak yang
mengacu pada pujangga Kristen, mencari jalan menuju teologi
Kristiani, melalui peletakan dasar intelektual untuk agama Kristen.).
▪ Zaman Awal Skolastik Zaman ini ditandai dengan migrasi penduduk,
yaitu perpindahan bangsa Hun dari Asia ke Eropa, sehingga bangsa
Jerman berpindah melintasi perbatasan kekaisaran Romawi yang
secara politik mengalami kemerosotan.
▪ Zaman keemasan Skolastik terjadi pada abad ke-13. Sama dengan
Abad Pertengahan, pada Zaman Keemasan Skolastik ini, filsafat
dipelajari dalam hubungannya dengan teologi.
▪ Masa Akhir Abad Pertengahan Pada akhir abad XIV terjadi sikap
kritis atas berbagai usaha pemikiran yang menyintesiskan pemikiran
filsafati dan teologi yang semakin menyimpang dari pendapat
Aristoteles.

C. Zaman Pencerahan (1500M – 1700M)


Pengetahuan yang luas menjadikan Nicolaus bukan saja sebagai
eksponen Abad Pertengahan, melainkan juga pecinta eksperimen yang
membawanya kepada pemikiran ilmu masa modern. Meskipun demikian,
perlu diperhatikan suatu masa yang relatif singkat yang membatasi Abad
Pertengahan dan Abad Modern yaitu Abad Pencerahan, enlightment, atau
Aufklaerung. Meskipun singkat, sekitar satu sampai dua abad saja, namun
apa yang terjadi dalam masa itu penting untuk direnungkan.
Dengan demikian, tokoh-tokoh yang mengawali Modernisme
dapat dianggap tokoh Abad Pencerahan. Misalnya Michel de Montaigne
(1533- 1592). Kemudian Descrates, Leibnitz, dan Wolf di Eropa Daratan,
serta Locke, Hume dan Berkeley di Inggris.

D. Zaman Modern (1700-2000)


Zaman modern menjadi identitas di dalam filsafat Modern. Pada
masa ini rasionalisme semakin dipikirkan.Tidak gampang untuk
menentukan mulai dari kapan Abad Pertengahan berhenti. Namun, dapat
dikatakan bahwa Abad Pertengahan itu berakhir pada abad 15 dan 16 atau
pada akhir masa Renaisans. Masa setelah Abad Pertengahan adalah masa
Modern.

E. Pasca moderenisme
Pembicaraan mengenai fenomenologi dan eksistesialisme
menandai masuknya babak baru yang disebut Pascamodernisme. Tokoh
tokoh kedua aliran itulah yang membawa pemikiran ke arah pascamodern
dengan meninggalkan cara berpikir modernisme, atau dapat disebut
sebagai Abad Ilmiah. Istilah “pascamodernisme” muncul dalam konteks
yang luas, dari wacana akademik sampai susunan kata yang singkat dalam
sebuah iklan. Maknanya berbeda dalam koneks yang bermacam-macam,
seperti “floating signifier” Levi-Strauss; tidak banyak mengekspresikan
suatu nilai dan tetap membuka ruang bagi ekspresi yang luas. Kapasitas
“pascamodern” yang demikian luas menyangkut ruang lingkup perubahan
kultural (Suharto,2020)

2.3.2 Sejarah Perkembangan Ilmu


Sejarah adalah suatu rentetan kejadian yang berlangsung di dalam
kehidupan manusia.Sejarah dapat dikatakan sebagai suatu system rentetan
kejadian yang bersumber dari kesadaran, dengan objek khusus yaitu kesadaran
tentang perlunya perubahan-perubahan demi perkembangan dan kemajuan bagi
kehidupan umat manusia.
Francis Bacon melihat ilmu atau filsafat sebagai salah satu hasil
pemahaman atau belajar manusia melalui pemikiran. Berdasarkan objeknya,
ilmu atau filsafat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu; 1) Filsafat Tuhan
(de Numine) atau teologi Rasional/alamiah, 2) Filsafat Alam dan 3) Filasafat
manusia. Teologi alamiah merupakan pengetahuan tentang Tuhan yang dapat
diperoleh melalui cahaya alam dan perenungan tentang hal-hal yang diciptakan
oleh Tuhan, yang mengungkapkan tentang adanya Tuhan dan sifatNya, serta
ditambah dengan ajaran tentang malaikat-malaikat dan roh (doctrina de angles
et spiritibus) (Redja Mudyahardjo, 2010).
Dorongan ingin tahu (curiosity) sebagai hasrat alamiah manusia
merupakan entry point bagi lahirnya segala ilmu pengetahuan. Dengan kata
lain, kelahiran ilmu pengetahuan akan selalu oleh rasa keingintahuan manusia
akan segala sesuatu. Apa yang diketahui manusia disebut pengetahuan. Ilmu
yang mengkaji pengetahuan manusia disebut Filsafat Pengetahuan
(Epistemology atau Theory of Knowledge) (Suharto, 2020).
Kunto Wibisono mengatakan ilmu ini lahir semenjak Immanuel Kant
(1724-1804 M) menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang
menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan secara tepat. Ilmu ini
sebagai kelengkapannya mempunyai empat sarana untuk mengkaji
pengetahuan manusia, yaitu bahasa, logika, matematika dan statistika. Bahasa
digunakan untuk menyampaikan isi pikiran kepada orang lain dengan
didasarkan pada proseslogika deduktif dan induktif. Matematika berperan
membantu berfikir deduktif, sedangkan statistika berperan membantu berfikir
induktif (Thaha, 1996).

2.3.3 Perkembangan Ilmu Menurut George J. Maouly


George J. Mouly membagi perkembangan ilmu menjadi tiga (3) tahap
yaitu animisme, ilmu empiris dan ilmu teoritis. George J. Mouly dalam
bukunya Jujun S Suriasumantri, (1985:87) menjelaskan bahwa permulaan ilmu
dapat ditelusuri sampai pada permulaan manusia. Tak diragukan lagi bahwa
manusia purba telah menemukan beberapa hubungan yang bersifat empiris
yang memungkinkan mereka untuk mengerti keadaan dunia. Usaha mula-mula
di bidang keilmuan yang tercatat dalam lembaran sejarah dilakukan oleh
bangsa Mesir dimana banjir Sungai Nil terjadi tiap tahun ikut menyebabkan
berkembangnya sistem almanak, geometri dan kegiatan survey.
George J. Mouly menjelaskan bahwa pada tahap animisme, manusia
menjelaskan gejala yang ditemuinya dalam kehidupan sebagai perbuatan dewa-
dewi, hantu dan berbagai makhluk halus. Pada tahap inilah pola pikir
mitosentris masih sangat kental mewarnai pemikiran bangsa Yunani sebelum
berubah menjadi logosentris. Sebagai contoh, gempa bumi pada saat itu tidak
dianggap fenomena alam biasa, tetapi Dewa Bumi yang sedang
menggoyangkan kepalanya. Namun, ketika filsafat diperkenalkan, fenomena
alam tersebut tidak lagi dianggap sebagai aktivitas dewa, tetapi aktivitas alam
yang terjadi secara kualitas.
Dari hal tersebut diketahui bahwa proses berpikir manusia menuntut
mereka untuk menemukan sebuah metode belajar dari pengalaman dan
memunculkan keinginan untuk menyusun sesuatu hal secara empiris, serta
dapat diukur.
Dalam sejarah mencatat bangsa Yunanilah yang pertama diakui oleh
dunia sebagai perintis terbentuknya ilmu karena telah berhasil menyusunnya
secara sistematis. Implikasi dari hal tersebut manusia akan mencoba
merumuskan semua hal termasuk asal-muasal mitos-mitos karena mereka
menyadari bahwa hal tersebut dapat dijelaskan asalusulnya dan kondisi
sebenarnya. Sehingga sesuatu hal yang tidak jelas yang hanya berupa tahu atau
pengetahuan dapat dibuktikan kebenarannya dan dapat dipertanggungjawabkan
pada saat itu. Dari sinilah awal kemenangan ilmu pengetahuan atas mitos-
mitos, dan kepercayaan tradisional yang berlaku di masyarakat.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ilmu secara etimologi adalah suatu proses kegiatan penelitian terhadap
suatu gejala atau kondisi pada suatu bidang dengan menggunakan berbagai
prosedur, metode ilmiah untuk menghasilkan suatu kebenaran ilmiah yang empiris,
sistematis, objektif, analitis, dan verifikatif. Sedangkan Ilmu secara terminologi
adalah pengetahuan yang sistematis dan bersifat ilmiah.
Sejarah filsafat dibagi dalam lima periode, yaitu:
1) Zaman Yunani Kuno (600 SM – 200 M)
2) Zaman Pertengahan (200 M – 1500 M)
3) Zaman Pencerahan (1500 M – 1700 M)
4)Zaman Modern (1700 M – 2000 M)
5)Zaman Pasca Modern (2000 M – ... M).
Kelahiran ilmu pengetahuan akan selalu oleh rasa keingintahuan manusia
akan segala sesuatu. Apa yang diketahui manusia disebut pengetahuan. Ilmu yang
mengkaji pengetahuan manusia disebut Filsafat Pengetahuan (Epistemology atau
Theory of Knowledge) (Suharto, 2020).

3.2 Saran
Kami sebagai penulis menyarankan agar pembaca mampu mengetahui dasar
maupun teori – teori terkait filsafat dalam kehidupan sehari-hari, serta berfikir
radikal tentang hakikat ilmu. Melatih berfikir reflektif di dalam lingkup ilmu.
Menghindarkan diri dari memutlakkan kebenaran ilmiah, dan menganggap bahwa
ilmu sebagai satu-satunya cara memperoleh kebenaran.
DAFTAR PUSTAKA

S. Fachruddin and U. C. Palopo, Pengantar Filsafat Ilmu, no. March. 2016.


Siti Mariyah, Ahmad Syukri, Badarussyamsi. (2021). Filsafat dan Sejarah Perkembangan
Ilmu. Jurnal Filsafat Indonesia, 5.
Suaedi. (2016). Pengantar Filsafat Ilmu. Bogor: PT Penerbit IPB .
Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, Menguatkan Epistemologi Islam dalam Penidikan,
2020, Jogjakarta: Ar Ruz Media
Widyawati, S. (2013). Filsafat Ilmu Sebagai Landasan Pengembangan Ilmu Pendidikan.
Jurnal Seni Budaya, 10.

Anda mungkin juga menyukai