METAFISIKA
(ONTOLOGI)
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Kelompok 8
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................. ii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seringkali ditemukan orang atau berita di televisi yang menyebut
kata “metafisika”. Hal tersebut selalu dikaitkan kearah yang ghaib
(supernatural) ilmu nujum, perbintangan, dan pengobatan jarak jauh yang
bersifat lebih tinggi atau lebih kuasa. Dalam kehidupan sehari – hari secara
sadar ataupun tidak, manusia selalu membicarakan tentang hal – hal yang
berbau metafisika (kepercayaan), hal – hal yang diluar dunia fisik
seirngkali dikaitkan dengan metafisika. Sebagai contoh sederhana adalah
beriman terhadap agama yang dianut, manusia memahami alam semesta
diciptakan oleh Tuhan namun seringkali manusia mempertanyakan
bagaimana wujud Tuhan, Apa tuhan itu ada, selain itu adanya hantu dan
jin. Hal ini menunjukkan hubungan antara manusia dan metafisika. Apa
sebenarnya metafisika itu? Metafisika merupakan salah satu cabang ilmu
filsafat yang mempelajari dan memahami mengenai penyebab segala
sesuatu sehingga hal tertentu menjadi ada, dimana di dalamnya
menjelaskan studi keberadaan atau realitas.
1
Manusia merupakan makhluk yang berakal, dengan akalnya
memungkinkan untuk dapat berifikir dan belajar. Belajar merupakan suatu
aktivitas yang melibatkan indera, akal, dan qalbu menuju perubahan secara
terencana agar tahu, mau, dan mampu hidup pada masanya. Inti berpikir
dilihat dari posisi akal berdampingan dengan wahyu, adalah berfilsafat.
Sedangkan berfilsafat intinya bermetafisika. Bahkan metafisika adalah
filsafat itu sendiri, yakni bermetafisis berpikit itu sendiri. Maka manusia
adalah makhluk yang bermetafisika.
Manusia sebagai makhluk yang bermetafisika dapat menjadi
postulat yang mendasari bahwa manusia berkeharusan sekaligus dapat
mencari dan menangkap apa yang terdapat di balik yang tampil atau
tampak secara fisikal. Manusia mempunyai beberapa pendapat mengenai
tafsiran metafisika, diantaranya adalah bahwa terdapat hal – hal ghaib
(supernatural) dan hal – hal itu bersifat lebih tinggi atau lebih kuasa
dibandingkan dengan alam yang nyata.
Metafisika pada masa Yunani kuno dikatakan sebagai ilmu
mengenai yang ada dalam dirinya sendiri. Dengan metafisika orang ingin
memahami realitas dalam dirinya sendiri. Berbicara mengenai yang ada
berarti bergaul dengan sesuatu yang sungguh – sungguh riil, sejauh yang
ada itu sebagai kondisi semua realitas. Metafisika itu bergaul dengan hal
konkret, misalnya pohon ini atau itu. Metafisika mempunyai objek kajian
yang mengatasi pengalaman inderawi yang bersifat individual. Metafisika
bertugas mencari kedudukan yang individual itu dalam konteks
keseluruhan. Metafisika mengajak orang untuk tidak terpaku pada pohon
ini atau itu, atau masalah Kesehatan manusia dan lain-lain yang tertentu,
tetapi melihat semuanya itu dalam konteks bahwa semua itu ada.
Metafisika pada masa sekarang menjadi bidang filsafat yang
memikirkan dan mempelajari hal-hal yang “mengatasi” atau “di luar”
pembahasan tentang hal-hal yang fisik dan empiris, di mana sudut
pandang metafisika mengatasi fisika (metaphysica).
Uraian tersebut di atas tersirat menunjukkan bahwa masalah
metafisis adalah masalah universal, yang mengandung arti bahwa
2
bermetafisis dan metafisika itu berlangsung sejak manusia ada hingga
manusia yang mendatang. Yang memang secara kebetulan tidak secara
keseharusan, penemuan yang berlanjut secara artifisial dikonstruk secara
sistematis bahwa metafisis dan metafisika itu diterbtikan di Yunani. Untuk
itu maka kami ingin mengulas lebih dalam lagi dengan karat ulus yang
berjudul “Metafisika”
B. Rumusan Masalah
1. Apa hakikat pengetahuan Metafisika?
2. Apa saja objek kajian ontologi?
3. Apa saja aliran – aliran dalam Metafisika ontologi ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui hakikat pengetahuan metafisika.
2. Untuk mengetahui objek kajian ontologi.
3. Untuk mengetahui aliran-aliran dalam metafisika ontologi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
1
Bertens, Kees. (SEJARAH FILSAFAT YUNANI). 1989, Jakarta, Kanisius
4
1. Metafisika sebagai kebijakan (sophia), ilmu pengetahuan yang mencari
prinsip-prinsip fundamental dan penyebab-penyebab pertama.
2. Metafisika sebagai ilmu yang bertugas mempelajari yang ada sebagai yang
ada (being qua being) yaitu keseluruhan kenyataan.
3. Metafisika sebagai ilmu tertinggi yang mempunyai obyek paling luhur dan
sempurna dan menjadi landasan bagi seluruh adan, yang mana ilmu ini
sering disebut dengan theologia.
B. Objek Kajian Ontologi
Objek telaahan ontologi adalah yang ada,yaitu ada individu,ada umum,ada
terbatas,ada tidak terbatas,ada universal,ada mutlak,termasuk kosmologi dan
metafisika dan ada sesudah kematian maupun sumber segala yang ada, yaitu
Tuhan Yang Maha Esa,pencipta dan pengatur serta penentu alam semesta.objek
formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas.
5
Animisme (roh-roh yang bersifat gaib terdapat pada benda,seperti
batu,pohon) merupakan contoh kepercayaan yang berdasarkan pemikiran
supernaturalisme. Naturalime yaitu pemahaman yang menolak
pemahaman bahwa terdapat wujud-wujud yang bersifat supranatural.
Materialisme merupakan paham yang beerpendapat bahwa gejala-gejala
alam tidak disebabkan oleh pengaruh kekuatan gaib,mlainkan oleh
kekuatan yang terdapat dalam alam itu sendiri.
c. Asumsi
Pendapat yang telah didukung oleh beberapa teori dan fakta yang dapat
dibuktikan secara rasional. Beekenaaan dengan pengkajian konsep-
konsep,pengandaian-pengandaian. Dengan demikian,filsafat ilmu erat
kaitannya dengan pengkajian analisis konseptual dan bahsa yang
digunakannya, dan juga dengan perluasan serta penyusunan cara-cara yang
lebih tepat untuk memperoleh pengetahuan.
1. Aliran Monoisme
Paham monoisme menganggap bahwa hakikat yang asal dari
seluruh kenyataan itu hanyalah satu saja, tidak mungkin dua. Haruslah satu
hakikat saja sebagai sumber asal, baik yang asal berupa materi maupun
berupa ruhani. Tidak mungkin ada hakikat masing-masing bebas dan
berdiri sendiri. Istilah monoisme oleh Thomas Davidson di sebut dengan
block universe. Paham monoisme kemudian terbagi ke dalam 2 aliran
yaitu aliran materialisme dan aliran idealisme . aliran materialisme
menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah nateri, bukan rohani.
Aliran ini sering di sebut aliran naturalisme. Menurutnya zat mati
merupakan krnyataan dan satu-satunya cara tertentu. Sedangkan aliran
idealisme dinamakan juga spiritualisme. Idealisme berarti serba cita
sedang spiritualisme berarti serba ruh, idealisme di ambil dari kata „idea‟
yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Aliran ini beranggapan bahwahakikat
kenyataan yang beranekaragam ini semua berasal dari ruh, yaitu sesuatu
yang berbentuk dan menempati ruang. Materi atau zat itu hanyalah suatu
jenis dari penjelmaan ruhani.
2. Aliran Dualisme
Aliran dualisme adalah aliran yang mencoba memadukan antara
dua paham yang saling bertentangan, yaitu materialisme dan idealisme.
Menurut aliran dualisme materi maupun ruh sama-sama merupakan
hakikat. Materi muncul bukan karena adanya ruh, begitupun ruh muncul
bukan karena materi. Akan tetapi, dalam perkembangan selanjutnya aliran
ini masih memiliki masalah dalam menghubungkan dan menyelaraskan
kedua aliran tersebut.
Aliran dualisme memandang bahwa alam terdiri dari dua macam
hakikat sebagai sumbernya. Aliran dualisme merupakan paham yang serba
dua, yaitu antara materi dan bentuk. Menurut paham dualisme, didalam
6
dunia ini selalu di hadapkan kepada dua pengertian, yaitu „yang ada
sebagai potensi‟ dan „yang ada secara terwujud‟. Keduanya adalah sebutan
yang melambangkan materi dan bentuk.
3. Aliran Pluralisme.
Paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan
kenyataan. Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa
segenap macam bentuk itu semuanya nyata. Pluralisme sebagai paham
yang menyatakan bahwa kenyataan alam ini tersusun dari banyak unsur,
lebih dari satu atau dua entitas.
4. Aliran Nikhilisme
Paham ini menyatakan bahwa dunia terbuka untuk kebebasan dan
kreativitas manusia. Aliran ini tdak mengakui validitas alternatif positif.
Dalam pandangan nikhilisme, tuhan sudah mati, manusia bebas
berkehendak dan berkreativitas.
5. Aliran Agnotisisme
Aliran ini menganut paham bahwa manusia tidak mungkin
mengetahui hakikat sesuatu di balik kenyataannya. Manusia tidak
mungkin mengetahui hakikat batu, air, api dan sebagainya. Sebab aliran ini
kemampuan manusia sangat terbatas dan tidak mungkin tahu apa hakikat
sesuatu yang ada, baik oleh inderanya maupun oleh pikirannya. Paham
agnotisisme mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat
benda, baik hakikat materi maupun hakikat ruhani.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa
metafisika merupakan salah satu cabang ilmu filsafat yang mempelajari
dan memahami mengenai penyebab segala sesuatu sehingga hal tertentu
menjadi ada, dimana di dalamnya menjelaskan studi keberadaan atau
realitas. Manusia sebagai makhluk yang bermetafisis dalam kehidupan
sehari – harinya selalu membicarakan hal-hal tersebut bersifat lwbih tinggi
atau lebih kuasa dibandingkan dengan alam yang nyata.
Metafisika mengajak manusia memahami dirinya secara psikis
(iman). Pengkajian tentang metafisika membawa pengaruh secara
langsung atau tidak langsung dalam kehidupan manusia yang akan
melahirkan asumsi yang mendalam dan kesadaran tentang jati dirinya
sebagai manusia dan hakikat dirinya. Mempelajari kajian metafisika
membawa pengaruh yang cukup dalam kepada manusia, sehingga manusia
tidak hanya percaya kepada yang fisik dan berfikiran materialis namun
manusia juga dapat mempercayai hal-hal metafisik yang cenderung
bersifat rohani.
B. Saran
Diharapkan kepada semua pihak yang membaca makalah ini, agar
kiranya dapat menjadikan sebagai salah satu rujukan yang sifatnya
membangun dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Orang bijak
mengatakan bahwa manusia perlu berfikir untuk mengetahui siapa dirinya
dan kemana arah tujuan perjalanan hidupnya, sehingga tidak hanya
berfikir secara materialistic dan hedonis.
8
DAFTAR PUSTAKA