Disusun oleh:
Maula Miftahul Ulum (1904016078)
Miftahur Rohman Aufa (1904016090)
Rumusan Masalah
Kant di besarkan dalam rumah taangga Peits yang menekankan ketaatan agama,
kerendahan hati pribadi dan interpretasi literpretasi dari Al kitab. Pendidikan dasarnya di
tempuh di Saint Geoge’s Hospital School, lalu di lanjutkan ke Collegium Fredecianum
sebuah sekolah yang berpegang pada ajaran Pietist.Keluarga Kant memang penganut a
gama Pietist, yaitu agama di jerman yang mendasarkan keyakinannya pada pengalaman
religius dan studi kitab suci.
.
B. Konsep dalam Etika Immanuel Kant
1
H.B. Acton, Dasar-dasar Filsafat Moral. (Surabaya: Pustaka Eureka. 2003)h.3
Pada tahun 1781,Kant menerbitkan Critique of Pure Reason (Kritik Atas Rasio
Murni) yang secara umum di anggap sebagai karya besarnya. 2 Ia setuju dengan Hume
dan para empirisme lain tentang tidak adanya gagasan-gagasan yang sudah ada dari
“sananya”; tetapi ia menolak pernyataan Hume bahwa segala pengetahuan berasal dari
pengalaman. Kaum empiris berpendapat bahwa semua pengetahuan harus bersesuaian
dengan pengalaman, dan dengan cemerlang Kant membalikkan pernyataan ini dengan
menyatakan bahwa Semua pengelaman harus sesuai dengan pengetahuan. Bagi Kant
bahwa prinsip –prinsip seperti “ setiap peristiwa mempunyai sebab” merupakan prinsi-
prinsip formal yang membawa keteraturan (order) dan kejelasan (intelligibility) kepada
kesan-kesan inderawai tetapi tidak mempunyai signifikansi obyektif yang terlepas dari
kesan inderawi. Ruang dan waktu merupakan sesuatu yang subjektif. Ruang dan waktu
itu bisa di ibaratkan seperti kaca mata yang tidak bisa berpindah-pindah. Tanpa ruang dan
waktu, kita tidak bisa membuat pengalaman kita masuk akal. Tetapi unsur-unsur subjektif
yang membantu kita memahami pengalaman bukan hanya ruang dan waktu belaka. Kant
menjelaskan adanya berbagai “kategori”yang kita mengerti melalui pengalaman kita
tanpa bergantung pada pengalaman. Kategori-kategori ini mencangkup berbagai hal
seperti kualitas (quality), kuantitas (quantity) dan hubungan (relation). Semua ini adalah
kaca mata yang tidak bisa dipindahkan. Hanya adasatu cara untuk menemukan dunia,,
yaitu dengan menginfestigasinya melalui metode-metode ekperimental ilmu alam.Kita
tidak bisa memandang dunia dengan cara lain selain menggunakan kategori kualitas,
kuantitas tersebut.Meskipun begitu, melalui kaca mata yang tidak bisa digerakkan ini,kita
hanya bisa menyaksikan fenomenna dunia; kita sama sekali tidak akan mampu
mempersoalkan fenomena, yakni sesuatu yang merupakan realitas sebenarnya yang
mendukung atau membuat munculnya fenomena.
Kant membagi bahwa perintah (imperatif) dalam dua macam: (1) imperatif
hipotesis, yaitu perintah yang mengemukakan suatu perbuatan sebagai alat untuk
mencapai sesuatu. Misalnya, jika anda ingin pandai, harus rajin belajar. (2) imperatif
kategoris, yaitu perintah yang tidak mengenal pertanyaan “untuk apa?” Perintah tidak ada
hubungannya dengan suatu tujuan yang harus dicapai.3 Imperatif kategoris mewajibkan
kita begitu saja, tak tergantung dari syarat apapun. Misalnya, barang yang dipinjam harus
dikembalikan. Keharusan ini berlaku begitu saja, tanpa syarat.
A. Kesimpulan
Etika Kant, pada hakikatnya memberikan landasan agar manusia berbuat baik atas dasar
kesadaran sendiri sesuai dengan otonomi kehendak yang dimilikinya. Hal ini merupakan
kesadaran tertinggi dari manusia untuk mencapai moral yang luhur.
B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami paparkan. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan
makalah ini masih membutuhkan penyempurnaan. Maka dari itu kritik dan saran kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini. Harapan kami semoga makalah ini bisa memberikan manfaat
bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA