PENDIDIKAN ISLAM
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah “Filsafat Ilmu : Topik-Topik
Epistimologi”
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh
NIM.22204031003
YOGYAKARTA
DESEMBER 2022
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya kepada
kita terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah mata kuliah Filsafat Ilmu : Topik-Topik Epistemologi. Kemudian shalawat beserta
salam kita sampaikan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang memberikan pedoman
hidup kepada kita yakni Al-Quran dan Hadist untuk keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan tugas mata kuliah Filsafat Ilmu : Topik-Topik Epistemologi
dalam program Pascasarjana Pendidikan Islam Anak Usia Dini di Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Prof. Dr. H.
Sangkot Sirait, M.Ag selaku dosen pengampu mata kuliah Filsafat Ilmu : Topik-Topik
Epistemologi dan kepada segenap pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah
ini.
Sabila Gozzani
ii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ................................................................................................12
B. Saran ..........................................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ilmu pengetahuan bukanlah sebuah pengetahuan yang datang begitu saja, akan
tetapi ilmu pengetahuan merupakan suatu cara berpikir seseorang dengan begitu
mendalam mengenai suatu objek yang khas dengan menggunakan pendekatan tertentu
sehingga menghasilkan sebuah pengetahuan yang dapat dipertanggung jawabkan
secara terbuka dan dapat dikaji serta diuji oleh siapapun. Ilmu merupakan salah satu
buah pemikiran manusia dalam menjawab segala permasalahan dalam kehidupan. Ilmu
dasar yang perlu dikaji manusia adalah ilmu etika.
Etika merupakan simbol dari kedamaian jiwa manusia. Etika merupakan filsafat
mendasar mengenai ajaran-ajaran dan padangan-pandangan moral. Etika mengajarkan
manusia agar dapat mengambil sikap yang bertanggung jawab dengan perlbagai ajaran
moral. Sejarah etika banyak ditulis hampir setiap filsuf dunia sejak zaman sebelum
masehi hingga saat ini. Zaman ke zaman masalah moral manusia semakin kompleks.
Masalah tersebut ditimbulkan karena adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan
tekhnologo, seni, dan perubahan sosio kultural dalam masayarakat. Etika dipandang
sebagai alat orientasi bagi manusia untuk menjawab suatu pertanyaan yang amat
fundamental. Salah satu filsuf etika yang terkenal adalah Immanuel Kant.
Sistem etika pada umumnya adalah penekanan pada hasil dari perbuatan. Baik
buruknya perbuatan tergantung pada konsekuensinya, namun hal ini berbeda dengan
pemikiran Immanuel Kant. Sistem etika yang digagas Kant tidak mengukur baik
tidaknya suatu perbuatan melalui hasilnya, melainkan semata-mata berdasarkan
maksud pelau dalam melakukan perbuatan tersebut. Sistem ini tidak menyoroti tujuan
yang dipilih bagi perbuatan atau keputusannya, melainkan semata-mata wajib tidaknya
perbuatan dan keputusan tersebut. Teori Kant disebut juga deontologi, dari kata deo
berati apa yang harus dilakukan, kewajiban. Berdasarkan pernyataan tersebut, penulis
ingin membahas filsafat etika menurut immanuel kant dan implementasinya dalam
pendidikan islam.
1
2
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana etika menurut Immanuel Kant ?
2. Bagaimana etika menurut pandangan Islam ?
3. Bagaimana Implementasi etika dalam pendidikan Islam ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui etika menurut Immanuel Kant
2. Untuk mengetahui pandangan etika dalam Islam
3. Untuk mengetahun implementasi etika dalam pendidikan Islam
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Syaifal Dinata, 2021, Epistemologi Kristisme Immanuel Kant, Kanz Philosophia, Vol.7,No.2, Hlm.221
3
4
2
J.Sudarminata, Etika Umum; Kajian tentang Beberapa Masalah Pokok dan Teori Etika Normatif,
Yogyakarta : Kanisius,2013, Hlm.3
3
De Vos, Pengantar Etika, Terj. Soejono Soemargono, (Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya, ), Hlm.3
4
J.Sudarminata, Etika Umum; Kajian tentang Beberapa Masalah Pokok dan Teori Etika Normatif,
Yogyakarta : Kanisius,2013, Hlm. 4-5
5
Ibid......Hlm. 4
6
Setya Widyawati, Simpul Pemikiran Etika-Immanuel Kant, Surakarta: Isi Press, 2016, Hlm. 40
5
yakni mengenai pandangan manusia mengenai kewajibannya. Menurut Kant sah dalam
pandangan hukum belum berati sah menurut moral. Moralitas akan tercapai apabila kita
telah menaati hukum lahiriah. Artinya moralitas akan tercapai bukan kareana menaati
hukum karena membawa keuntungan atau takut dengan saknsi yang akan diterima
namun moralitas terwujud apabila manusia menyadari menaati hukum adalah
kewajiban yang harus dilaksanakannya. Moralitas dibedakan menjadi dua, yakni
moralitas heteronom dan moralitas otonom.
a. Moralitas heteronom merupakan suatu kewajiban yang ditaati bukan karena
kewajiban itu sendiri, melainkan ada sesuatu yang berasal dari luar dirinya.
b. Moralitas otonom merupakan kesadaran manusia akan kewajiban yang
harus ditaati sebagai suatu yang dihendaki. Dalam hal ini manusia menaati
hukum bukan takut karena hukuman akan tetapi sebagai kewajiban sendiri
karena mengandung nilai kebaikan
7
Dalam filsafat terdapat tiga macam jenis etika. Etika hedonistik, utilitarian, dan deontologis, M.Amin
Abdullah, Antara al Ghozali dan Kant-Filsafat Etika Islam, Yogyakarta,2002, Hlm. 16
8
Ibid....Hlm. 18
9
K.Bertens, Etika, (Yogyakarta: Kanisius, 2013), Hlm.198
6
Wujud dari kehendak baik seseorang adalah saat seseorang telah mau
menjalankan kewajiban. Hal tersebut menegaskan bahwa beruntung atau tidaknya
langkah tersebut tidak lagi menjadi permasalahan dalam dirinya, karena pada dasarnya
tindakan tersebut merupakan karena adanya dorongan dalam hari nurani seseorang.
Dengan demikan menurut Kant kewajiban adalah suatu keharusan tindaka yang hormat
kepada hukum. Nyaman atau tidak, senang atau tidak senang, cocok atau tidak,
seseorang harus melakukan tindakan tersebut. suatu tindakan dikatakan baik bukan
berati hasil akhir dari tindakan tersebut adalah baik, melainkan tindakan tindakan
tersebut dikatakan baik karena kepatuhan terhadap perintah hati nurani dan hukum
moral yang berlaku. Salah satu kebaikan di dunia ini adalah memiliki kemauan yang
baik, yakni kemauan untuk mengikuti hukum moral dan membuang jauh-jauh sifat
pamrih.
Deontologi Kant memberi pemahaman bahwa nilai moral selalu didasarkan
pada apa yang ada dalam perbuatan itu sendiri bukan karena suatu hal yang berada
diluar.10 Kant benar-benar melepaskan moralitas dari konsekuensi tindakan. Artinya
dalam suatu tindakan tentunya ada akibat dari suatu tindakan tersebut, maka akibat
tersebut tidak boleh menjadi pertimbangan. Manusia baru memiliki sikap moral yang
sungguh-sungguh apabila mematuhi kewajiban moralnya karena sikap hormat terhadap
hukum moral. Contohnya ia tidak berbohong bukan karena akibat dari tindakannya
akan menguntungkan bagi dirinya, melainkan karena berbohong merupakan sebuah
tindakan yang bertentangan dengan hukum moral. Tujuan filsafat etika moral menurut
Kant adalah untuk menetapkan dasar palung dalam guna menentukan keabsahan dalam
peraturan-peraturan moral. Kant berusahan menjelskan bahwa dasar yang paling dalam
bukan terletak pada kegunaan atau nilai nilai lain, melainkan pada akal budi murni.
Kajian etika menurut Immanuel Kant terdapat dua macam imperatif tindakan.
Pertama imperatif hipotesis, kedua imperatif kategoris. Imperatif merupakan sebuah
kata yang mengungkapkan perintah atau keharusan juga merupakan larangan untuk
melakukan suatu perbuatan.11
1. Imperatif Hipotesis
Imperatif hipotesis merupakan tindakan yang memberi tahu kita
mengenai perilaku atau tindakan apa yang harus kita lakukan jika kita ingin
10
Idzam Fautanu, Filsafat Ilmu Teori dan Aplikasi, Jakarta: Referensi,2012,Hlm. 207
11
Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik, edisi keempay, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama,2008) Hlm. 91
7
12
Hlm.7
8
bertemunya filsafat Islam dengan pandangan filsafat Yunani era socrates dab plato serta
Kant dari masa modern. Moralitas dalam Islam didasarkan kepada keadilan, artinya
menempatkan segala sesuatu tepat pada porsinya. Jika etika diartikan sebagai kumpulan
peraturan sebagaimana yang diungkapkan oleh Aristoteles, maka etika dalam
pandangan Islam dapat diartikan dengan akhlak.
Dalam Islam yang menjadi hukum tolak ukur suatu etika adalah al Qur’an. Al
Qur’an merupakan ketetapan mutlak yang diberikan oleh Tuhan kepada umatnya. Etika
dalam Islam merupakan seperangkat nilai yang tak terhingga dan luhur yang tidak
hanya memuat sikap dan perilaku yang baku, yaitu berupa hubungan antara manusia
dengan Tuhan (iman), tetapi juga ekspresi hubungan antara manusia dengan Tuhan dan
alam semesta sudut makanan yang bersejarah. Moralitas sebagai kodrat akan sangat
bergantung pada pemahaman dan pengalaman beragama. Jadi Islam memerintahkan
manusia untuk menjunjung tinggi moralitas sebagai alam mewujudkan perdamaian,
kejujuran dan keadilan. Etika dalam Islam akan melahirkan konsep ihsan, yaitu
pandangan dan perilaku manusia dalam hubungan sosial semata-mata dan mengabdi
kepada Tuhan tanpa syarat.
D. Implimentasi Etika dalam Pendidikan Islam
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh setiap manusia untuk
mengembangkan keilmuan dan pengetahuan yang dimiliki agar dapat memperbaiki
kualitas hidup manusia. Pendidikan diharapkan memiliki konsep pendidikan
yangtertatat dan memiliki etika. Agar nilai pendidikan dapat optimal diperlukan sebuah
aturan sebagai pengendali proses terjadinya kegiatan pendidikan yakni etika akademis.
Etika akademus berisi mengenai nilai-nilai sosial dan budaya yang telah disepakati
masyarakat sebagai norma yang harus dipatuhi bersama. Pendidikan islam memiliki
peran penting dalam pembentukan etika akademis. Pendidikan Islam yang
berlandaskan Al Qur’an dan Hadis mengatur hubungan manusia dengan manusia,
manusia dengan dirinya sendiri sehingga dapat menjamin keselerasan, keseimbangan,
keserasian dalam hidup menuju kebahagian lahir dan batin.13 Banyak pakar pendidikan
yang menyetujui mengenai pentingnya peningkatan pendidikan etika atau akhlak dalam
jalur pendidikan formal. Sebagai bangsa yang mayoritas penduduknya Islam tentu akan
sangat baik apabila pendidikan etika dan akhlak bagi siswa digali dari etika.
13
Daradjat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara2012), Hlm.87
9
14
Syafaruddin,Ilmu Pendidikan Islam: Melejitkan Potensi Budaya Umat,(Jakarta: Hijri Pustaka
Utama,2014),Hlm.46
10
15
Syafaruddin, dkk, Sosiologi Pendidikan,(Medan: Perdana Publishing,2016) Hlm.21
11
16
Mahmud, Sosiologi Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia,2012),Hlm.140
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Etika merupakan ilmu mengenai kesusilaan atau norma. Etika Immanuel Kant
dikategorikan dalam etika deontologi. Deontologi merupakan etika yang berdasarkan
konsep mengenai kewajiban. Kanr memandang bahwa perbuatan moral dapar dilihat
melalui kata hati. Pada dasarnya setiap manusia yang terlahir memiliki nilai-nilai moral
dasar yang telah tertanam dalam dirinya, kecenderungan untuk melakukan perbuatan
baik telah ada dalam diri manusia. Manusia hanya meneruska kecenderungan diri dalam
setiap perilaku yang diperbuat. Kajian etika menurut Immanuel Kant terdapat dua
macam imperatif tindakan. Pertama imperatif hipotesis dan yang kedua imperatif
kategoris.
Etika dalam pandangan islam identik dengan moral. Etika dan moral memiliki
kesamaan yakni terkait dengan baik dan uruknya suatu tindakan manusia. Filsafat etika
yang berkembang dibelahan dunia barat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu hedonisme,
utilitarian, dan deontologis. Islam sepakat dengan pendapat teori tentang etika yang
bersifat fitri yang artinya setiap manusia pada hakikatnya memiliki pengetahuan
mengenai baik dan benar, moralitas dalam Islam dilandasajab kepada keadilan. Dalam
Islam yang menjadi hukum tolak ukur suatu etika adalah Al Qur’an.
Penerapan etika dalam pendidikan Islam merupakan sarana menanamkan
moralitas kepada dunia pendidikan. Etika memiliki makna kata yanng banyak
diantaranya dalah akhlak, moral, adab dan sopan santun serta budi pekerti. Etika dalam
pendidikan Islam mengajarkan pendidik maupun peserta didik berperilaku sesuai
aturan dan norma yang berlaku. Etika dalam pendidikan Islam digunakan sebagai alat
untuk mempersiapkan bangsa dengan generasi yang berkualitas dan memiliki akhlak
mulia, amanah, bertanggung jawab serta beriman kepada Tuhan.
B. SARAN
Penulis menyadari banyak kekurangan dari makalah ini disebabkan
keterbatasan pengetahuan pemakalah sehingga pemakalah berharap agar pembaca
menambah referensi sehingga mendapatkan informasi yang lebih banyak lagi mengenai
filsafat etika Immanuel Kant dan Implikasinya terhadap pendidikan Islam
12
DAFTAR PUSTAKA
Sudarminata,J. 2013. Etika Umum; Kajian tentang Beberapa Masalah dan Teori Etika
Normatif.Yogyakarta. Kanisius
13