net/publication/361374553
CITATIONS READS
0 2,332
3 authors, including:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Fakhri Putra Tanoto on 17 June 2022.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan membahas secara mendasar mengenai biografi Immanuael
Kant beserta pemikiran filsafatnya. Metode penelitian ini bersifat kualitatif dengan
menggunakan metode deskriptif melalui analisis teori serta studi kepustakaan. Hasil
dari penelitian ini menyimpulkan bahwa dengan latar belakang Immanuel Kant dapat
menghadirkan filsafat kritisisme sebagai perlawanan antara rasionalisme dan
empirisme. Penelitian ini memiliki signifikasi untuk pengembangan diskursus ilmu
filsafat sehingga perlu adanya penelitian lebih lanjut agar bisa diketahui pemikiran
filsafat Immanuel Kant secara komprehensif.
ABSTRACT
This study aims to discuss fundamentally the biography of Immanuael Kant and his
philosophical thoughts. This research method is qualitative by using descriptive method
through theoretical analysis and literature study. The results of this study conclude that with
Immanuel Kant's background, the philosophy of criticism can be presented as a resistance
between rationalism and empiricism. This research has significance for the development of
philosophical discourse so that further research is needed so that Immanuel Kant's
philosophical thinking can be understood comprehensively.
1
1. PENDAHULUAN
Immanual Kant dalam dunia filsafat memiliki peran penting sehingga jika
pengkaji ilmu filsafat mendengar nama tokoh yang satu ini terdengar begitu elegan
dan berkesan. Hal ini dikarenakan konsep filsafat moralnya memberi banyak
kemungkinan untuk kritik dan pembahasan. Seperti halnya J.B. Schneewind salah
seorang profesor filsafat di New York mengemukakan beberapa alasan mengapa
harus mempelajari filsafat moral melalui pemikiran Immanuel Kant.
Schneewind menjelaskan bahwa ada tiga alasan mengapa karya Kant menjadi
teks yang penting bagi para pelajar politik, hukum, ekonomi, dan ilmu sosial lainnya.
Yang pertama, Kant merupakan filosof modern yang memaparkan cara baru dalam
memahami filsafat moral. Hal ini bergantung pada sejarah pemikiran barat yang hadir
dan lama diterima oleh masyarakat Barat di era sebelum Kant berhasil merumuskan
metafisika moral. Tesis utama Kant ialah bahwa manusia merupakan makhluk moral,
dan oleh sebab itu Kant percaya bahwa melalui berbagai pengamatan empiris maka
pendasaran moral dapat dijelaskan secara rasional. Kant mengemukakan salah satu
cara terbaik untuk menganalisis proposisi moralitas manusia melalui pengamatan
atas detail formula yang menyusun moralitas.
Alasan kedua ialah karena Kant telah menuliskan magnum opus-nya yang
berjudul The Groundwork of Metaphysics of Moral, Critique of Practical Reason, serta
Critique of Pure Reason yang merupakan karya filsafat metafisika moral terbesar di
zaman modern. Di dalam ketiga buku tersebut, Kant memaparkan berbagai kriteria
filsafat moral dan bagaimana moralitas dapat diketahui oleh manusia melalui
rasionya. Karya-karya di atas menjadi rujukan karya-karya besar dari berbagai filosof
dan peneliti di bidang ilmu lainnya.
Alasan ketiga dari Schneewind ialah bahwa karya Kant merupakan karya
revolusioner pada zamannya. Kant berusaha mengubah konsepsi moral yang hadir
selama masanya, dan juga pada masa sebelumnya. Demikian pula, Kant memberi
pengertian tegas mengenai bagaimana rasio manusia bekerja, utamanya dalam
pilihan moral. Moralitas dalam filsafat Kant telah jauh dari unsur-unsur teologis dan
dogmatis.
Melalui pernyataan tersebut, penulis dipandang perlu membahas biografi
bagaimana latar belakang dan juga pemikiran filsafat dari Immanuel Kant. Dan
dilakukan juga diskusi bersama rekan magister Manajemen Pendidikan Islam –
Pergutuan Tinggi Ilmu Al-Qur’an agar bisa saling berbagi pengetahuan yang dimiliki
serta ulasan dari Dosen Pengampu agar diskusinya berjalan dengan sebagaimana
mestinya.
2
2. METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif-deskriptif.1 Penelitian kualitatif
dikatakan sebagai rangkaian penelitian yang mampu menghasilkan data berupa
deskriptif kata-kata baik tertulis atau lisan dari objek atau perilaku manusia yang
dapat diamati.2 Penelitian ini juga menggunakan analisis teori dan studi kepustakaan.
Analisis teori adalah salsah satu teknik dalam penelitian yangg menjadiikan teori
sebagai acuan dari kebenaran, fakta, dan keadaan objek yang diteliti. Analisis teori
digunakan sebagai alat pembacaan realitas yang kemudian dikonstruksikan menjadi
deskripsi yang argumentatif.3 Studi kepustakaan dipakai untuk memperkaya literatur
penelitian, agar kemudia dapat ditarik sebuah kesimpulan.
1 Wahyudin Darmalaksana, “Metode Penelitian Kualitatif Studi Pustaka Dan Studi Lapangan,” Pre-
Print Digital Library UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2020, 1–6,
http://digilib.uinsgd.ac.id/32855/1/Metode Penelitian Kualitatif.pdf.
2 L. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), 8.
3 Hamad, “Lebih Dekat Dengan Analisis Wacana,” Jurnal Komunikasi, 2007, 325–44.
4 Juhaya S. Praja, Aliran Filsafat Dan Etika (Bandung: Yayasan Piara, 1997).
3
bosan pada teologi dan mulai menunjukkan minatnya yang besar pada matematika
dan fisika.5
Pada tahun 1746, ketika Kant berusia 22 tahun, ayahnya meninggal dunia. Kant
bersama lima orang adik perempuannya ditinggalkan dalam keadaan miskin. Adik
perempuannya yang terkecil dipungut anak oleh sebuah keluarga Pietist, sedangkan
adik-adiknya yang lain bekerja sebagai pelayan. Kant melamar bekerja di sebuah
sekolah lokal, tapi lamarannya ditolak, hingga ia akhirnya terpaksa meninggalkan
bangku kuliah sebelum sempat meraih gelar sarjana. Selama sembilan tahun
berikutnya, Kant membiayai dirinya sendiri dengan memberikan les pada keluarga-
keluarga kaya di sekitar wilayah pedesaan.6
Kant bangkit kembali dan sukses meraih gelar doctor Pada tahun 1755, ketika
berusia 31 tahun, Kant berhasil meraih gelar sarjana dari Universitas Konigsberg
berkat kebaikan hati seorang dermawan Pietist. Di usia tersebut bisa dikatakan
terlambat untuk mendapatkan gelar kesarjanaan, dan seperti halnya yang akan kita
lihat, Kant memang termasuk filsuf yang perkembangannya terlambat.
Selama sebelas tahun Kant tidak mempublikasikan apa pun, namun ia tetap
tekun menggarap filsafatnya. Selama itu pula ia menjalani kehidupan yang betul-
betul sangat teratur. Keteratuan inilah yang membuat Kant menjadi sebuah legenda.
Seperti yang diungkapkan oleh Heine, “Bangun pagi, minum kopi, menulis,
memberikan kuliah, makan malam, jalan-jalan sore adalah kegiatan Kant yang
masing-masing mempunyai jadwalnya sendiri. Dengan jaket abu-abu dan tongkat
di tangannya, Immanuel Kant muncul dari balik pintu rumahnya dan berjalan ke
arah sebuah jalan setapak yang dihiasi pohon-pohon linden (sejenis pohon dari
5 Mudji Sutrisno, Para Filsuf Penentu Gerak Zaman (Yogyakarta: Kanisius, 1992).
6 M. Amin Abdhullah, Antara Al-Ghazali Dan Kant, ed. Mizan (Bandung, 2002).
4
genus Tilia). Inilah yang disebut dengan “The Philosopher’s Walk”, dan semua orang
tahu persis bahwa saat itu jarum jam menunjukkan angka setengah empat tepat. Ia
selalu menggunakan waktu tersebut untuk berjalan-jalan di musim apa pun. Ketika
cuacanya sedang mendung, maka pelayannya yang tua, Lampe, akan tampak
berjalan di belakang Kant dengan mengempit payung, sebagai sebuah lambing
kebijaksanaan”.
5
Rasionalisme menurut Kant mempunyai masalah untuk menghubungkan
kepastian logisnya dengan kenyataan. Pernyataan-pernyataan vang dihasilkan oleh
rasionalisme menurut Kant adalah pernyataan analitik. Sedangkan pengetahuan
rasionalisme adalah pengetahuan apriori. Pengetahuan tentang alam dan moralitas
menurut rasionalisme berpijak pada hukum-hukum yang bersifat apriori, yaitu
hukum-hukum yang sudah ada sebelum pengalaman indrawi. Berbeda dari
rasionalisme, empirisme ialah paham yang mengedepankan keyakinan bahwa semua
gagasan dan pengetahuan itu hanyalah bersifat sekunder dan bisa dikatakan benar
apabila diawalkan dari pengalaman indrawi, pemikiran empirisme, yang meyakini
dasar kebenaran pengetahuan merupakan hasil pengamatan indrawi. Paham
empirisme berpandangan bahwa semua pengetahuan datang dari pengalaman dan
tidak ada ide-ide bawaan. Menurut Kant, empirisme mempunyai masalah untuk
membuktikan keniscayaan logis hukum-hukum pengalaman. Pernyataan paham
empirisme merupakan Pernyataan sintetis dan pengetahuan empirisme adalah
pengetahuan aposteriori, yang tumbuh dari pengalaman manusia.
6
sumber pengetahuan? Apakah pengetahuan yang benar itu lewat rasio atau
empiris?
7
tidak merupakan “ruang dalam dirinya” (ruang an sich). Waktu bukan
merupakan suatu arus tetap, di mana pengindraan-pengindraan bisa
ditempatkan. Kedua-duannya berakar dalam struktur subyek sendiri.
Pendirian tentang pengenalan indrawi ini mempunyai implikasi yang
penting. Memang ada suatu realitas, terlepas dari subyek. Kant berkata bahwa
memang ada das ding an sich (benda dalam dirinya) akan tetapi, das ding an sich
selalu tinggal suatu X yang tidak dikenal. Kita hanya mengenal gejala geajala,
yang selalu merupakan sintetis antara hal-hal yang datang dari luar dengan
bentuk ruang dan waktu.
Setelah obyek indra dijelaskan menurut kategori-kategori barulah
objek yang diamati menjadi objek dalam pengertian sebenarnya. Sekarang
barulah kita dapat bicara tentang “mobil”, orang yang menyanyi, dan lain lain.9
9 Akhyar Yusuf Lubis, Filsafat Ilmu (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014).
10 Dkk Ali Abdurahman, “Kant Dan Romantisme,” no. 192520106 (2018): 0–20.
8
Banyak tokoh romantik salah satunya adalah Jean Jacques Rousseau yang lahir di
Prancis pada tanggal 28 Juni 1712 dan wafat pada tanggal 2 Juli 1778. Rousseau lahir
dari keluarga broken home, bapaknya berprofesi sebagai tukang service jam disebuah
pasar dan ibunya meninggal ketika melahirkan Rousseau. Dia tinggal hanya bersama
dengan bapaknya, karena semua sodaranya merasa tidak tahan dengan kelakuan
bapaknya yang sering melakukan tindak kekerasan. Rousseau terkenal dengan
slogannya “for us, to exist is to feel”. Sejak kecil bakat menulis Rousseau sudah
terlihat, tulisannya sering memenangkan perlombaan dari mulai karya ilmiah, novel,
puisi, dll.
Dalam kritikannya Rousseau berpendapat bahwa manusia modern adalah
manusia rasional, manusia rasional pasti positivistic dan manusia positivistic hanya
mempercayai segala sesuatu yang bisa diobservasi secara empiris dengan
pancaindera. Faktor-faktor non-materil berupa perasaan dan emosi mengalami
pengikisan yang berakibat manusia seolah-olah hanya bergerak menurut rasionya
saja.
Abad Pencerahan adalah abad pesimisme total. Pemikir-pemikir pencerahan,
perkembangan teknologi dan sains menyebabkan dekadensi moral dan budaya.
Akibatnya, manusia menjadi rakus dan tamak sehingga terjadi kerusakan dan
penghancuran besar-besaran bagi keberlangsungan manusia , baik itu alam maupun
manusianya sendiri.
Oleh sebab itu manusia harus kembali pada segala kehidupan yang alamiah,,
kehidupan penuh emosi dan perasaan untuk menghidari dari kehancuran total.
Manusia tidak lagi merasa dirinya sebagai subjek dan alam sebagai objeknya,
sehingga tidak ada lagi yang mengeksploitasi dan tereksploitasi.
4. KESIMPULAN
Immanuel Kant adalah seorang filsuf yang terlahir dari keluarga yang sangat
sederhana. Ia lahir di Konigsberg, Prusia Timur, Jerman, pada tanggal 22 April 1724.
Pemikiran dan karya-karyanya membawa revolusi yang begitu kuat hingga saat ini.
Pemikiran filsafat Immanual Kant (kritisisme) mencakup: aliran kritisme, kritik atas
rasio murni, pengetahuan pada taraf indra, pengetahuan pada taraf rasio dan kritik
atas rasio praktis.
Romantisme hadir pada akhir abad ke-18 di Eropa Barat sedangkan istilah
penggunaan kata romantisme pertama kali digunakan di negara Jerman pada akhir
tahun 1700 oleh para kritikus August dan Friedrich Schlegal yang menulis buku kritik
berjudul Romantische Poesie (Puisi Romantik). Sejarah romantisme dipengarahui oleh
datangnya revoslusi industri yang mulai meninggalkan kealamian dunia destruktif
9
terhadap lingkungan. Banyak seniman yang menolak praktik-praktik industrialisasi
yang kurang memperhatikan dampak negatif terhadap alam.
Dalam kritikannya Rousseau berpendapat bahwa manusia modern adalah
manusia rasional, manusia rasional pasti positivistic dan manusia positivistic hanya
mempercayai segala sesuatu yang bisa diobservasi secara empiris dengan
pancaindera. Faktor-faktor non-materil berupa perasaan dan emosi mengalami
pengikisan yang berakibat manusia seolah-olah hanya bergerak menurut rasionya
saja.
DAFTAR PUSTAKA
Abdhullah, M. Amin. Antara Al-Ghazali Dan Kant. Edited by Mizan. Bandung, 2002.
Achmadi, Asmoro. Filsafat Umum. Jakarta: Rajawali Pres, 2013.
Ali Abdurahman, Dkk. “Kant Dan Romantisme,” no. 192520106 (2018): 0–20.
Darmalaksana, Wahyudin. “Metode Penelitian Kualitatif Studi Pustaka Dan Studi
Lapangan.” Pre-Print Digital Library UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2020, 1–6.
http://digilib.uinsgd.ac.id/32855/1/Metode Penelitian Kualitatif.pdf.
Hamad. “Lebih Dekat Dengan Analisis Wacana.” Jurnal Komunikasi, 2007, 325–44.
Lubis, Akhyar Yusuf. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014.
Moleong, L. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.
Praja, Juhaya S. Aliran Filsafat Dan Etika. Bandung: Yayasan Piara, 1997.
Sutrisno, Mudji. Para Filsuf Penentu Gerak Zaman. Yogyakarta: Kanisius, 1992.
Suyanto, Bagong. Filsafat Sosial. Malang: Aditya Media Publishing, 2013.
10