Anda di halaman 1dari 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/361374553

Immanuel Kant dan Pemikiran Filsafatnya

Article · June 2022

CITATIONS READS

0 2,332

3 authors, including:

Fakhri Putra Tanoto


UIN Sunan Gunung Djati Bandung
25 PUBLICATIONS   1 CITATION   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Tahfizh Dulido Mobile View project

Quran Live Chat View project

All content following this page was uploaded by Fakhri Putra Tanoto on 17 June 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


IMMANUEL KANT DAN PEMIKIRAN FILSAFATNYA

Adha Santri Madani,1 Fakhri Putra Tanoto,2 Nisa Halwati,3


1
Jurusan Manajemen Pendidikan Islam – Institut PTIQ Jakarta
(almadaniadha@gmail.com)
2
Jurusan Manajemen Pendidikan Islam – Institut PTIQ Jakarta
(fakhriputra12@gmail.com)
3
Jurusan Manajemen Pendidikan Islam – Institut PTIQ Jakarta
(nisahalwati2@gmail.com)

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan membahas secara mendasar mengenai biografi Immanuael
Kant beserta pemikiran filsafatnya. Metode penelitian ini bersifat kualitatif dengan
menggunakan metode deskriptif melalui analisis teori serta studi kepustakaan. Hasil
dari penelitian ini menyimpulkan bahwa dengan latar belakang Immanuel Kant dapat
menghadirkan filsafat kritisisme sebagai perlawanan antara rasionalisme dan
empirisme. Penelitian ini memiliki signifikasi untuk pengembangan diskursus ilmu
filsafat sehingga perlu adanya penelitian lebih lanjut agar bisa diketahui pemikiran
filsafat Immanuel Kant secara komprehensif.

ABSTRACT
This study aims to discuss fundamentally the biography of Immanuael Kant and his
philosophical thoughts. This research method is qualitative by using descriptive method
through theoretical analysis and literature study. The results of this study conclude that with
Immanuel Kant's background, the philosophy of criticism can be presented as a resistance
between rationalism and empiricism. This research has significance for the development of
philosophical discourse so that further research is needed so that Immanuel Kant's
philosophical thinking can be understood comprehensively.

Keyword: Kant, Kritisisme, Romantisme

1
1. PENDAHULUAN
Immanual Kant dalam dunia filsafat memiliki peran penting sehingga jika
pengkaji ilmu filsafat mendengar nama tokoh yang satu ini terdengar begitu elegan
dan berkesan. Hal ini dikarenakan konsep filsafat moralnya memberi banyak
kemungkinan untuk kritik dan pembahasan. Seperti halnya J.B. Schneewind salah
seorang profesor filsafat di New York mengemukakan beberapa alasan mengapa
harus mempelajari filsafat moral melalui pemikiran Immanuel Kant.
Schneewind menjelaskan bahwa ada tiga alasan mengapa karya Kant menjadi
teks yang penting bagi para pelajar politik, hukum, ekonomi, dan ilmu sosial lainnya.
Yang pertama, Kant merupakan filosof modern yang memaparkan cara baru dalam
memahami filsafat moral. Hal ini bergantung pada sejarah pemikiran barat yang hadir
dan lama diterima oleh masyarakat Barat di era sebelum Kant berhasil merumuskan
metafisika moral. Tesis utama Kant ialah bahwa manusia merupakan makhluk moral,
dan oleh sebab itu Kant percaya bahwa melalui berbagai pengamatan empiris maka
pendasaran moral dapat dijelaskan secara rasional. Kant mengemukakan salah satu
cara terbaik untuk menganalisis proposisi moralitas manusia melalui pengamatan
atas detail formula yang menyusun moralitas.
Alasan kedua ialah karena Kant telah menuliskan magnum opus-nya yang
berjudul The Groundwork of Metaphysics of Moral, Critique of Practical Reason, serta
Critique of Pure Reason yang merupakan karya filsafat metafisika moral terbesar di
zaman modern. Di dalam ketiga buku tersebut, Kant memaparkan berbagai kriteria
filsafat moral dan bagaimana moralitas dapat diketahui oleh manusia melalui
rasionya. Karya-karya di atas menjadi rujukan karya-karya besar dari berbagai filosof
dan peneliti di bidang ilmu lainnya.
Alasan ketiga dari Schneewind ialah bahwa karya Kant merupakan karya
revolusioner pada zamannya. Kant berusaha mengubah konsepsi moral yang hadir
selama masanya, dan juga pada masa sebelumnya. Demikian pula, Kant memberi
pengertian tegas mengenai bagaimana rasio manusia bekerja, utamanya dalam
pilihan moral. Moralitas dalam filsafat Kant telah jauh dari unsur-unsur teologis dan
dogmatis.
Melalui pernyataan tersebut, penulis dipandang perlu membahas biografi
bagaimana latar belakang dan juga pemikiran filsafat dari Immanuel Kant. Dan
dilakukan juga diskusi bersama rekan magister Manajemen Pendidikan Islam –
Pergutuan Tinggi Ilmu Al-Qur’an agar bisa saling berbagi pengetahuan yang dimiliki
serta ulasan dari Dosen Pengampu agar diskusinya berjalan dengan sebagaimana
mestinya.

2
2. METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif-deskriptif.1 Penelitian kualitatif
dikatakan sebagai rangkaian penelitian yang mampu menghasilkan data berupa
deskriptif kata-kata baik tertulis atau lisan dari objek atau perilaku manusia yang
dapat diamati.2 Penelitian ini juga menggunakan analisis teori dan studi kepustakaan.
Analisis teori adalah salsah satu teknik dalam penelitian yangg menjadiikan teori
sebagai acuan dari kebenaran, fakta, dan keadaan objek yang diteliti. Analisis teori
digunakan sebagai alat pembacaan realitas yang kemudian dikonstruksikan menjadi
deskripsi yang argumentatif.3 Studi kepustakaan dipakai untuk memperkaya literatur
penelitian, agar kemudia dapat ditarik sebuah kesimpulan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Biografi Immanuel Kant
Immanuel Kant adalah seorang filsuf yang terlahir dari keluarga yang sangat
sederhana. Ia lahir di Konigsberg, Prusia Timur, Jerman, pada tanggal 22 April 1724.
Pemikiran dan karya-karyanya membawa revolusi yang begitu kuat hingga saat ini.4
Ayahnya adalah seorang pembuat pelana kuda, sedangkan ibunya yang memang
rendah dalam pendidikan formal namun memiliki kecerdasan yang amat luar biasa.
Kant dibesarkan dalam suasana Pietist yang ketat, dan sejak usia delapan tahun
hingga enam belas tahun ia belajar di sekolah Pietist lokal. Di sinilah kecerdasannya
yang luar biasa dan kehausannya untuk terus-menerus belajar mulai terganggu akibat
terlalu banyaknya nasihat-nasihat religius yang ia dengar. Kebenciannya atas ajaran
resmi agama tetap tinggal dalam dirinya sampai akhir hidupnya (saat ia dewasa, Kant
tidak pernah datang ke gereja). Meskipun demikian, banyak sekali ajaran Pietist yang
tetap mewarnai hidup Kant, terutama yang berkaitan cara hidup sederhana yang
berdasarkan prinsip moral yang ketat.
Pada usia 18 tahun Kant memasuki Universitas Konigsberd sebagai mahasiswa
teologi. Pada mulanya Kant mendapatkan bantuan keuangan dari gereja Pietist lokal
untuk kuliahnya, tetapi ia juga berusaha untuk membiayainya sendiri dengan
memberikan les kepada teman-teman kuliahnya. Dengan segera Kant menjadi sangat

1 Wahyudin Darmalaksana, “Metode Penelitian Kualitatif Studi Pustaka Dan Studi Lapangan,” Pre-
Print Digital Library UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2020, 1–6,
http://digilib.uinsgd.ac.id/32855/1/Metode Penelitian Kualitatif.pdf.
2 L. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), 8.

3 Hamad, “Lebih Dekat Dengan Analisis Wacana,” Jurnal Komunikasi, 2007, 325–44.

4 Juhaya S. Praja, Aliran Filsafat Dan Etika (Bandung: Yayasan Piara, 1997).

3
bosan pada teologi dan mulai menunjukkan minatnya yang besar pada matematika
dan fisika.5

Pada tahun 1746, ketika Kant berusia 22 tahun, ayahnya meninggal dunia. Kant
bersama lima orang adik perempuannya ditinggalkan dalam keadaan miskin. Adik
perempuannya yang terkecil dipungut anak oleh sebuah keluarga Pietist, sedangkan
adik-adiknya yang lain bekerja sebagai pelayan. Kant melamar bekerja di sebuah
sekolah lokal, tapi lamarannya ditolak, hingga ia akhirnya terpaksa meninggalkan
bangku kuliah sebelum sempat meraih gelar sarjana. Selama sembilan tahun
berikutnya, Kant membiayai dirinya sendiri dengan memberikan les pada keluarga-
keluarga kaya di sekitar wilayah pedesaan.6

Kant bangkit kembali dan sukses meraih gelar doctor Pada tahun 1755, ketika
berusia 31 tahun, Kant berhasil meraih gelar sarjana dari Universitas Konigsberg
berkat kebaikan hati seorang dermawan Pietist. Di usia tersebut bisa dikatakan
terlambat untuk mendapatkan gelar kesarjanaan, dan seperti halnya yang akan kita
lihat, Kant memang termasuk filsuf yang perkembangannya terlambat.

Setelah mendapatkan gelarnya, Kant memperoleh jabatan di universitas


sebagai seorang privatdozent (dosen yunior). Jabatan ini dipegangnya selama lima
belas tahun, sebuah jabatan akademis yang tidak mengenal bayaran yang pantas.
Kant memberikan kuliah dalam bidang matematika dan fisika, serta menerbitkan
sejumlah risalah dalam berbagai persoalan ilmu pengetahuan. Selain itu, Kant juga
mulai memberikan kuliah-kuliah dalam bidang filsafat. Dari caranya berbicara,
orang segera melek betapa Kant telah melakukan perjalanan yang begitu jauh
melalui wilayah-wilayah etika dan epistimologi yang penuh bahaya, bahkan
melampaui Utima Thule (jarak terjauh) logika, hingga memasuki wilayah yang begitu
jauh dari peradaban seperti metafisika.

Selama sebelas tahun Kant tidak mempublikasikan apa pun, namun ia tetap
tekun menggarap filsafatnya. Selama itu pula ia menjalani kehidupan yang betul-
betul sangat teratur. Keteratuan inilah yang membuat Kant menjadi sebuah legenda.
Seperti yang diungkapkan oleh Heine, “Bangun pagi, minum kopi, menulis,
memberikan kuliah, makan malam, jalan-jalan sore adalah kegiatan Kant yang
masing-masing mempunyai jadwalnya sendiri. Dengan jaket abu-abu dan tongkat
di tangannya, Immanuel Kant muncul dari balik pintu rumahnya dan berjalan ke
arah sebuah jalan setapak yang dihiasi pohon-pohon linden (sejenis pohon dari

5 Mudji Sutrisno, Para Filsuf Penentu Gerak Zaman (Yogyakarta: Kanisius, 1992).
6 M. Amin Abdhullah, Antara Al-Ghazali Dan Kant, ed. Mizan (Bandung, 2002).

4
genus Tilia). Inilah yang disebut dengan “The Philosopher’s Walk”, dan semua orang
tahu persis bahwa saat itu jarum jam menunjukkan angka setengah empat tepat. Ia
selalu menggunakan waktu tersebut untuk berjalan-jalan di musim apa pun. Ketika
cuacanya sedang mendung, maka pelayannya yang tua, Lampe, akan tampak
berjalan di belakang Kant dengan mengempit payung, sebagai sebuah lambing
kebijaksanaan”.

Pada tahun 1796 kesehatan Kant mulai menurun. Ia mengalami gangguan


kesehatan, hingga ia menjadi sering sakit-sakitan. Kant hampir buta, hampir
kehilangan kekuatan fisik dan intelektualnya. Hingga pada akhirnya membuatnya
lupa dan pikun pada teman-temannya. Bahkan Kant tidak mampu lagi melengkapi
kalimat latin sederhana. Hingga pada akhirnya di tahun 1804 tanggal 12 Februari
Kant meninggal dunia dalam usia 80 tahun. Kant dimakamkan di katedral. Hingga
pada tahun 1924 tepat peringatan 200 tahun kelahiran Kant yang tersisa hanyalah
tulang-tulang belulangnya. Ketika saat itu terdapat perang dunia kedua yang
membuatnya porak-poranda, kuburan Kant menjadi rusak akibat perang tersebut.
Seorang yang tak dikenal membongkar peti batunya kuburan Kant dan
membawanya kabur. Hingga saat ini yang tertinggal hanyalah sebuah batu nisannya
yang bertuliskan “ Langit berbintang di atas saya, hukum moral di batinku.”

3.2 Pemikiran Filsafat Immanuel Kant


Filsafat Kant lahir dalam perdebatan dua pandangan besar pada saat itu, yaitu
rasionalisme dan empirisme. Lewat karyanya Kant bermaksud memeriksa kesahihan
pengetahuan secara kritis, bukan dengan pengujian empiris, melainkan dengan asas-
asas apriori dalam diri subjek. Kant berpendapat bahwa rasionalisme dan empirisme
harus digabungkan. Rasionalisme adalah paham yang menyatakan bahwa alam
gagasan dan kemampuan manusia mengembangkan potensi pikirannya merupakan
sumber pengetahuan manusia tentang dunia dan isinya, bukan tradisi-tradisi yang
diikuti secara membabi buta. Menurut rasionalisme rasio adalah faktor utama setiap
upaya manusia untuk menemukan pengetahuan yang benar, tidak palsu atau tidak
keliru. Pengetahuan yang benar dan tidak keliru harus masuk akal dan tidak hanya
tampak nyata dalam amatan indrawi. Menurut pendekatan rasionalisme,
pengetahuan datang dari deduksi rasional logis saja. Ide-ide bawaan memberikan
satu-satunya dasar yang kukuh bagi pengetahuan.7

7 Bagong Suyanto, Filsafat Sosial (Malang: Aditya Media Publishing, 2013).

5
Rasionalisme menurut Kant mempunyai masalah untuk menghubungkan
kepastian logisnya dengan kenyataan. Pernyataan-pernyataan vang dihasilkan oleh
rasionalisme menurut Kant adalah pernyataan analitik. Sedangkan pengetahuan
rasionalisme adalah pengetahuan apriori. Pengetahuan tentang alam dan moralitas
menurut rasionalisme berpijak pada hukum-hukum yang bersifat apriori, yaitu
hukum-hukum yang sudah ada sebelum pengalaman indrawi. Berbeda dari
rasionalisme, empirisme ialah paham yang mengedepankan keyakinan bahwa semua
gagasan dan pengetahuan itu hanyalah bersifat sekunder dan bisa dikatakan benar
apabila diawalkan dari pengalaman indrawi, pemikiran empirisme, yang meyakini
dasar kebenaran pengetahuan merupakan hasil pengamatan indrawi. Paham
empirisme berpandangan bahwa semua pengetahuan datang dari pengalaman dan
tidak ada ide-ide bawaan. Menurut Kant, empirisme mempunyai masalah untuk
membuktikan keniscayaan logis hukum-hukum pengalaman. Pernyataan paham
empirisme merupakan Pernyataan sintetis dan pengetahuan empirisme adalah
pengetahuan aposteriori, yang tumbuh dari pengalaman manusia.

Kant berpendapat bahwa paham rasionalisme dan empirisme memiliki


kelemahan masing-masing, oleh karena itu menurut Kant paham rasionalisme dan
empirisme harus dipadukan. Bagi Kant, Pengetahuan datang dari sintesis antara
pengalaman dan konsep, tanpa indra manusia tidak akan sadar akan obiek apa pun,
tanpa pemahaman manusia tidak akan membentuk pengertian tentangnya. Proses
memperoleh pengetahuan merupakan satu kesatuan yang melibatkan persepsi,
imajinasi, sensibilitas, dan pemahaman berinteraksi.

Pemikiran filsafat Immanual Kant (kritisisme) mencakup: aliran kritisme, kritik


atas rasio murni, pengetahuan pada taraf indra.

1. Aliran Kritisisme Kant


Aliran ini muncul abad ke-18. Ini adalah suatu zaman baru di mana
seorang ahli pikir yang cerdas mencoba menyelesaikan pertentangan antara
rasionalisme dengan empirisme. Zaman baru ini disebut zaman pencerahan
(Aufklarung). Zaman pencerahan ini muncul di mana manusia lahir dalam
keadaan belum dewasa (dalam pemikiran filsafatnya). Isaac Newton (1642-
1727) memberikan dasar-dasar berpikir dengan induksi, yaitu pemikiran yang
bertitik tolak pada gejala-gejala dan mengembalikan kepada dasar-dasar yang
sifatnya umum. Untuk itu dibutuhkan analisis. Di Jerman pertentangan antara
rasionalisme dengan empirisme semakin berlanjut. Masing-masing berebut
otonomi. Kemudian timbul masalah, siapa yang sebenarnya dikatakan sebagai

6
sumber pengetahuan? Apakah pengetahuan yang benar itu lewat rasio atau
empiris?

Kant mencoba menyelesaikan persoalan di atas. Pada awalnya, Kant mengikuti


rasionalisme, tetapi kemudian terpengaruh oleh empirisme Hume. Walaupun
demikian, Kant tidak begitu mudah menerimanya karena ia mengetahui bahwa
dalam empirisme terkandung skeptisisme. Untuk itu ia tetap mengakui kebenaran
ilmu, dan dengan akal, manusia akan dapat mencapai kebenaran. Akhirnya, Kant
mengakui peranan akal dan pengalaman empiris, kemudian dicobanya dengan
mengadakan sintesis. Menurut Kant, walaupun semua pengetahuan bersumber pada
akal (rasionalisme), tetapi adanya pengertian timbul dari benda (empirisme). Ibarat
burung terbang harus mempunyai sayap (rasio) dan udara (empiris). Jadi metode
berpikirnya disebut metode kritis. Walaupun ia mendasarkan diri pada nilai yang
tinggi dari akal, tetapi ia tidak mengingkari adanya persoalan-persoalan yang
melampaui akal. Sehingga akal mengenal batas batasnya karena itu aspek
irrasionalitas dari kehidupan dapat diterima kenyataanya.8

2. Kritik atas Rasio Murni


Kritisisme Kant dapat dianggap sebagai suatu usaha raksasa untuk
mendamaikan rasionalisme dan empirisme. Rasionalisme mementingkan
unsur a priori dalam pengenalan, berarti unsur-unsur yang terlepas dari segala
pengalaman seperti misalnya “ide-ide bawaan” ala Descartes. Empirisme
menekankan unsur-unsur aposteriori, berarti unsur-unsur yang berasal dari
pengalaman seperti Locke yang menganggab rasio sebagai “lembaran putih”.
Menurut Kant, baik rasionalisme maupun empirisme, kedua-duannya berat
sebelah. Ia berusaha menjelaskan bahwa pengenalan manusia merupakan
paduan antara sintesis unsur-unsur a priori. Akan tetapi berbeda dengan para
pemikir abad pertengahan yang lain, dasar Kant lebih pada epistimologis dari
pada metafisika. Dengan bertujuan pada kritik validitas ilmu pengetahuan,
menguji operasionalitasnya dan menentukan batas-batas ilmu pengetahuan itu
sendiri.
3. Pengetahuan Pada Taraf Indra
Unsur apriori memainkan peranan bentuk dan unsur aposteriori
memainkan peranan materi. Menurut Kant, unsur apriori itu sudah terdapat
pada taraf indra. Ia berpendapat dalam pengetahuan indrawi selalu ada dua
bentuk apriori, yaitu ruang kosong, di mana benda-benda di letakkan ruang

8 Asmoro Achmadi, Filsafat Umum (Jakarta: Rajawali Pres, 2013).

7
tidak merupakan “ruang dalam dirinya” (ruang an sich). Waktu bukan
merupakan suatu arus tetap, di mana pengindraan-pengindraan bisa
ditempatkan. Kedua-duannya berakar dalam struktur subyek sendiri.
Pendirian tentang pengenalan indrawi ini mempunyai implikasi yang
penting. Memang ada suatu realitas, terlepas dari subyek. Kant berkata bahwa
memang ada das ding an sich (benda dalam dirinya) akan tetapi, das ding an sich
selalu tinggal suatu X yang tidak dikenal. Kita hanya mengenal gejala geajala,
yang selalu merupakan sintetis antara hal-hal yang datang dari luar dengan
bentuk ruang dan waktu.
Setelah obyek indra dijelaskan menurut kategori-kategori barulah
objek yang diamati menjadi objek dalam pengertian sebenarnya. Sekarang
barulah kita dapat bicara tentang “mobil”, orang yang menyanyi, dan lain lain.9

3.3 Sejarah dan Kritik Romantisme Terhadap Nalar Pencerahan


Romantisme hadir pada akhir abad ke-18 di Eropa Barat sedangkan istilah
penggunaan kata romantisme pertama kali digunakan di negara Jerman pada akhir
tahun 1700 oleh para kritikus August dan Friedrich Schlegal yang menulis buku kritik
berjudul Romantische Poesie (Puisi Romantik).10
Sejarah romantisme dipengarahui oleh datangnya revoslusi industri yang
mulai meninggalkan kealamian dunia destruktif terhadap lingkungan. Banyak
seniman yang menolak praktik-praktik industrialisasi yang kurang memperhatikan
dampak negatif terhadap alam.
Romantisme adalah gerakan pemikiran luas dalam filsafat, seni, sejarah, dan
teori politik. Romantisme dapat didefinisikan sebagai reaksi terhadap rasionalisme
dan empirisme pada periode pencerahan.
Romantisme tidak dapat didefinisikan dengan suatu gaya, teknik, atau sikap
yang tunggal. Namum memiliki ciriumum yang seragam. Ciri tersebut antara lain:
1. Imajinatif
2. Subjektif
3. Intensitas Emosional
4. Pencitraan
5. Menggambarkan perasaan kuat dengan menggunakan perumpamaan atau
simbol

9 Akhyar Yusuf Lubis, Filsafat Ilmu (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014).
10 Dkk Ali Abdurahman, “Kant Dan Romantisme,” no. 192520106 (2018): 0–20.

8
Banyak tokoh romantik salah satunya adalah Jean Jacques Rousseau yang lahir di
Prancis pada tanggal 28 Juni 1712 dan wafat pada tanggal 2 Juli 1778. Rousseau lahir
dari keluarga broken home, bapaknya berprofesi sebagai tukang service jam disebuah
pasar dan ibunya meninggal ketika melahirkan Rousseau. Dia tinggal hanya bersama
dengan bapaknya, karena semua sodaranya merasa tidak tahan dengan kelakuan
bapaknya yang sering melakukan tindak kekerasan. Rousseau terkenal dengan
slogannya “for us, to exist is to feel”. Sejak kecil bakat menulis Rousseau sudah
terlihat, tulisannya sering memenangkan perlombaan dari mulai karya ilmiah, novel,
puisi, dll.
Dalam kritikannya Rousseau berpendapat bahwa manusia modern adalah
manusia rasional, manusia rasional pasti positivistic dan manusia positivistic hanya
mempercayai segala sesuatu yang bisa diobservasi secara empiris dengan
pancaindera. Faktor-faktor non-materil berupa perasaan dan emosi mengalami
pengikisan yang berakibat manusia seolah-olah hanya bergerak menurut rasionya
saja.
Abad Pencerahan adalah abad pesimisme total. Pemikir-pemikir pencerahan,
perkembangan teknologi dan sains menyebabkan dekadensi moral dan budaya.
Akibatnya, manusia menjadi rakus dan tamak sehingga terjadi kerusakan dan
penghancuran besar-besaran bagi keberlangsungan manusia , baik itu alam maupun
manusianya sendiri.
Oleh sebab itu manusia harus kembali pada segala kehidupan yang alamiah,,
kehidupan penuh emosi dan perasaan untuk menghidari dari kehancuran total.
Manusia tidak lagi merasa dirinya sebagai subjek dan alam sebagai objeknya,
sehingga tidak ada lagi yang mengeksploitasi dan tereksploitasi.

4. KESIMPULAN
Immanuel Kant adalah seorang filsuf yang terlahir dari keluarga yang sangat
sederhana. Ia lahir di Konigsberg, Prusia Timur, Jerman, pada tanggal 22 April 1724.
Pemikiran dan karya-karyanya membawa revolusi yang begitu kuat hingga saat ini.
Pemikiran filsafat Immanual Kant (kritisisme) mencakup: aliran kritisme, kritik atas
rasio murni, pengetahuan pada taraf indra, pengetahuan pada taraf rasio dan kritik
atas rasio praktis.
Romantisme hadir pada akhir abad ke-18 di Eropa Barat sedangkan istilah
penggunaan kata romantisme pertama kali digunakan di negara Jerman pada akhir
tahun 1700 oleh para kritikus August dan Friedrich Schlegal yang menulis buku kritik
berjudul Romantische Poesie (Puisi Romantik). Sejarah romantisme dipengarahui oleh
datangnya revoslusi industri yang mulai meninggalkan kealamian dunia destruktif

9
terhadap lingkungan. Banyak seniman yang menolak praktik-praktik industrialisasi
yang kurang memperhatikan dampak negatif terhadap alam.
Dalam kritikannya Rousseau berpendapat bahwa manusia modern adalah
manusia rasional, manusia rasional pasti positivistic dan manusia positivistic hanya
mempercayai segala sesuatu yang bisa diobservasi secara empiris dengan
pancaindera. Faktor-faktor non-materil berupa perasaan dan emosi mengalami
pengikisan yang berakibat manusia seolah-olah hanya bergerak menurut rasionya
saja.

DAFTAR PUSTAKA
Abdhullah, M. Amin. Antara Al-Ghazali Dan Kant. Edited by Mizan. Bandung, 2002.
Achmadi, Asmoro. Filsafat Umum. Jakarta: Rajawali Pres, 2013.
Ali Abdurahman, Dkk. “Kant Dan Romantisme,” no. 192520106 (2018): 0–20.
Darmalaksana, Wahyudin. “Metode Penelitian Kualitatif Studi Pustaka Dan Studi
Lapangan.” Pre-Print Digital Library UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2020, 1–6.
http://digilib.uinsgd.ac.id/32855/1/Metode Penelitian Kualitatif.pdf.
Hamad. “Lebih Dekat Dengan Analisis Wacana.” Jurnal Komunikasi, 2007, 325–44.
Lubis, Akhyar Yusuf. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014.
Moleong, L. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.
Praja, Juhaya S. Aliran Filsafat Dan Etika. Bandung: Yayasan Piara, 1997.
Sutrisno, Mudji. Para Filsuf Penentu Gerak Zaman. Yogyakarta: Kanisius, 1992.
Suyanto, Bagong. Filsafat Sosial. Malang: Aditya Media Publishing, 2013.

10

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai