Anda di halaman 1dari 10

1.

Buku Metodologi Penelitian Filsafat


a. Identitas buku
Judul buku : Metodologi Penelitian Filsafat
Penulis : Anton Bakker dan Achmad Charris Zubair
Penerbit : Penerbit Kanisius
Tahun terbit : 1989
Tebal buku : 125 Halaman

b. Topik : Metodologi Penelitian Filsafat menurut Bakker dan Achmad Charris Zubair dalam buku
mereka Metodologi Penelitian Filsafat.
c. Masalah Pokok : Konsep Metodologi Penelitian Filsafat menurut Bakker dan Achmad Charris Zubair
dalam buku mereka Metodologi Penelitian Filsafat.
d. Ide Pokok atau gagasan pokok : Model-model penelitian pokok seperti berlaku di bidang filsafat
secara konkrit disajikan dalam wujud sebuah usulan bagi penelitian tertentu, dengan demikian
model–model itu menampakan baik keserupaan maupun perbedaan dengan penelitian ilmiah di
bidang keahlian lain. Model-model ini memberikan kelonggaran cukup besar bagi setiap ahli
filsafat untuk menyesuaikan dengan gaya dan orientasi filsafat pribadinya.

Penjelasan :

Penulis memaparkan penjelasan terkait konsep metode penelitian filsafat dalam beberapa bab.

Bab 1 : Pendahuluan

Pada bab yang pertama ini, kita dapat mengetahui bahwa penelitian merupakan salah satu
aspek penting dalam perkembangan pengetahuan. Perkembangan pengetahuan di Indonesia sendiri
tidaklah terlepas dari tiga tugas perguruan tinggi Indonesia yang sering dikenal dengan Tri Dharma
Perguruan Tinggi yakni, pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Dalam metodologi
penelitian filsafat sendiri, filsafat dipandang sebagai kegiatan reflektif namun juga sebagai ilmu dengan
gaya metodologisnya yakni gaya eduktif dan inventif dan penelitian dib idang filsafat pada dasarnya
berpijak pada gaya inventif. Selain itu penelitian filsafat juga memerlukan dialog dengan ilmu-ilmu yang
lain. Adapun manfaat dari penelitian filsafat ini sendiri selain berdialog dengan ilmu-ilmu lain fiisafat
juga menjadi oprasional yang membutuhkan metodologi untuk membuat penelitian yang konkret.
Bab 2 : Objek ilmu dan objek filsafat

Bab ini menentukan parameter yang paling umum dengan menentukan objek formal yang
mengarahkan seluruh pemikiran filsafat. Adapun pembagian pengetahuan manusia di bagi berdasarkan
beberapa struktur, seperti struktur pengetahuan manusia menurut tarat-taraf subyek, struktur
pengetahuan manusia dalam rangka pemahaman objek formal ilmu, dan juga pembagian ilmu-ilmu
menurut objek formalnya serta beberap sifat objek formal filsafat dan keutuhan dari pengetahuan
ilmiah.

Bab 3 : Unsur-unsur metodis umum bagi penenlitian filsafat

Pada bab ini diuraikan unsur-unsur metodis yang menjadi konsekuansi objek formal (bab 2) yang
seharusnya dilaksanakan dalam setiap penelitian filsafat. Interpretasi, induksi dan deduksi, koherensi
intern, holistic, kesinambungan historis, idealisasi, komparasi, heuristika, bahasa inklusif atau analogal,
dan deskripsi. Inilah beberapa unsur metodis umum dalam penelitian filsafat.

Bab 4 : Usulan penelitian filsafat

Dalam bab ini kemudian dilanjutkan sampai pada bab ke-10, unsur-unsur umum metodis yang
telah dijelaskan sebelumnya dikhususkan dalam beberapa model sesuai dengan beranekaragam
konkretisasi objek formal. Namun secara khusus dalam bab ini dijelaskan terlebih dahulu unsur-unsur
pokok usulan penelitian filsafat secara umum.

Bab 5 :

Bertolak dari bab 4 yang telah menjelaskan unsur-unsur pokok usulan penelitian filsafat secara
umum, pada bab ini sampai pada bab 10 unsur-unsur umum usulan penelitian filsafat sudah
dikhususkan sesuai objek. Dan pada bab ini ditampilkan model 1 dengan 3 konkretisasi sesuai objek
penelitian.

 Model 1.A. Penelitian historis- factual mengenai tokoh


 Model 1.B. Penelitian historis factual mengenai naskah atau buku
 Model 1.C. penelitian Historis factual mengenai teks naskah

Bab 6 :

Dalam bab ini ditampilkan model 2. Penelitian mengenai konsep sepanjang sejarah
Bab 7 :

Dalam bab ini ditampilkan model 3. Penelitian komparatif

Bab 8 :

Dalam bab ini ditampilkan model 4. Penelitian pandanga filosofis di lapangan

Bab 9 :

Dalam bab ini ditampilkan model 5. Penelitian sistematis –reflektif

Bab 10 :

Dalam bab ini ditampilkan model 6.A. Penelitian mengenai masalah aktual dan Model 6.B.
Penelitian mengenai teori ilmiah.

2. Buku Ringkasan Sejarah Filsafat


a. Identitas buku
Judul buku : Ringkasan Sejarah Filsafat
Penulis : Prof. K. Bertens
Penerbit : Penerbit Kanisius
Tahun terbit : 2020
Tebal buku : 102 Halaman
b. Topik : Sejarah filsafat menurut Prof. K Bertens dalam bukunya Ringkasan Sejarah Filsafat
c. Masalah Pokok : Gambaran sejarah filsafat menurut Prof. K Bertens dalam bukunya Ringkasan
sejarah Filsafat
d. Ide pokok : Menurut Prof. K Bertens, perkembangan sejarah filafat barat dimulai dengan
lahirnya pemikiran filosofis di Yunani dan pemikiran-pemikiran filosofis ini mulai
berkembang sampai pada abad ke 19.
Penjelasan : Penjelasan terkait sejarah filsafat di muat dalam beberapa bab oleh penulis.

Bab 1 : Masa Yunani Kuno

Pada bab ini dijelaskan bahwa pemikiran filsafat mulai berkembang sejak
abad ke 6, meskipun tidaklah pasti tahun dan tanggal ia lahir namun yang pasti
ialah tempat lahirnya adalah Yunani. Kelahiran Filsafat ditandai oleh mereka
yang disebut sebagai filsuf-filsuf pertama yakni Thales, Anaximandros dan
Anaximenes. Mereka mulai berfilsafat dengan mempertanyakan hakikat dari
realitas yang ada. Kemudian pemikiran filsafat mulai dikembangkan dengan
munculnya filsuf-filsuf setelah ketiga filsuf pertama ini yang tidak membatasi
pemikiran mereka hanya pada realitas yang ada saja. Contohnya Sokrates, Plato,
dan Aristoteles. Masa ini mengalir sampai pada masa hellenisme dan Romawi
yang mana dalam masa ini kita dapat menemukan paham-paham seperti
stoisisme, epikurisme, skeptisisme, eklektisisme, dan neoplatonisme.

Bab II : Masa Patrisitik dan Abad Pertengahan

Masa Patristik merupakan masa dimana Bapa-Bapa Gereja mulai


meletakan dasar intelektual untuk agama Kristen. Di masa ini kita akan berjumpa
dengan nama-nama seperti Tertulianus, Origenes, Klemens dari Alexandria,
Gregorius dari Nazianza, atau Basilius Agung. Masa ini kemudian mengalir ke
masa Skolastik dengan beberapa nama yang juga terkenal seperti Johanes Scotus
Eeriugena, Anselmus dari Centerbury atau Petrus Abelarus, Thomas Aquinas dan
lain-lain. Selain itu juga di masa ini mulai berdiri universitas-universitas dan
biara-biara yang menjadikan dasar pengetahuan teologis begitu kokoh. Masa ini
kemudian berjalan sampai pada abad pertengahan yang kemudian berakhir pada
abad ke 15 dan 16 dengan adanya masa renaissance.

Bab III : Masa Modern

Setelah itu kita akan masuk pada masa modern. Di sana kita akan
berjumpa dengan Rene Descartes yang disebut bapa filsafat modern, Blaise
Pascal, Immanuel Kant dan masih banyak lagi filsuf dengan pemikirannya.
Filsafat modern kemudian berkembang sampai pada abad ke 19 dengan begitu
banyak filsuf yang muncul dengan pemikiran-pemikirannya. dua aliran yang
sangat kentara dapat kita temui pada masa ini ialah Empirisme dan rasionalisme.
3. Buku Etika Lingkungan Hidup
a. Identitas buku
Judul buku : Etika Lingkungan Hidup
Penulis : A Sonny Keraf
Penerbit : Penerbit Kompas
Tahun terbit : 2010
Tebal buku : 408 Halaman
b. Topik : Etika lingkungan hidup menurut A. Sonny Keref dalam bukunya Etika lingkungan hidup
c. Masalah Pokok : Gagasan A. Sonny Keraf tentang Etika lingkungan Hidup dalam bukunya Etika
lingkungan Hidup.
d. Ide pokok : masalah lingkungan hidup adalah masalah moral, persoalan perilaku manusia. krisis
ekologi global yang kita alami dewasa ini adalah persoalan moral, krisis moral secara global. oleh
karena itu perlu etika dan moralitas untuk mengatasinya.

penjelasan : Penulis menjelasakan gagasan-gagasan tentang etika lingkungan hidup dalam beberapa
bagian.

Bagian pertama : Teori-teori etika lingkungan hidup

pada bagian ini penulis membahas terlebih dahulu arti etika dan moralitas agar, adanya
kesamaan pemahaman tentang etika dan membantu dalam pembahasan mengenai permasalahan-
permasalahan di bidang lingkungan hidup dari perspektif etika dan membantu mencari etika yang
sesuai dan dibutuhkan lingkungan hidup. selain itu penulis juga membahas dalam bab ini teori-teori
etika yang dikenal hingga sekarang. contohnya : Antroposentrisme, Biosentrisme, Ekosentrisem, Hak
Asasi Alam, Ekofeminisme, dan prinsip-prinsip etika lingkungan hidup.

Bagian kedua : Etika Lingkungan Hidup dan Politik Lingkungan hidup

Pada bagian pertama kita telah dikenalkan dengan beberapa teori etika lingkungan hidup dan
pada bagian ini, penulis mengajak kita untuk menyoroti aspek-aspek makro dari etika lingkungan itu
sendiri yang berkaitan dengan politik, ekonomi global dan penyelenggaraan pemerintah. sehingga
dapat ditemukan beberapa pokok pembahasan dalam bab ini seperti, pembangunan berkelanjutan
atau berkelanjutan ekologi, undang-undang perlindungan dan pengolaan lingkungan hidup atau
ekonomi global dan krisis ekologis.
Bagian ketiga : Dari ilmu pengetahuan dan teknologi kembali ke kearifan tradisional

Pada bagian ini seacara manarik dibahas bagaimana kesalahan cara pandang manusia tentang
dirinya, alam dan relasi dengan alam. Ditambah lagi dengan paradigma ilmu pengetahuan dan
teknologi yang terkadang tidak mempertimbangkan nilai termasuk juga nilai alam dan lingkungan
hidup. Sebaliknya hanya memfokuskan diri pada ekonomi. Dalam sudut pandang seperti ini,
penggalian kembali kearifan tradisional atau etika dan moralitas masyarakat lokal di seluruh dunia
akan memiliki pengaruh yang kuat. Kearifan dan etika tradisional tersebut dapat menjadi alternatif
ditengah kondisi ilmu pengetahuan dan teknologi yang cenderung mengabaikan etika dan lingkungan
hidup.

4. Buku Metafisika Sebagai Hermeneutika


a. Identitas buku
Judul buku : Metafisika Sebagai Hermeneutika
Penulis : Dr. Johanis Ohoitimur, Msc
Penerbit : Penerbit Obor
Tahun terbit : 2006
Tebal buku : 206 Halaman
b. Topik : Metafisika sebagai hermeneutika menurut Dr. Johanis Ohoitimur, Msc dalam bukunya
Metafisika sebagai hermeneutika.
c. Masalah Pokok : Gagasan Dr. Johanis Ohoitimur, Msc tentang Metafisika sebagai hermeneutika
dalam bukunya Metafisika sebagai hermeneutika.
d. Ide pokok : Metafisika sebagai hermeneutika menjadi sarana bagi kita untuk memahami
pengalaman-pengalaman pada suatu masa sesuai dengan konteks zaman itu. Dan skema-skema
Metafisika dari Aquinas dan whithead menjadi relevan bagi kita sebagai instrument
hermeneutika.
Penjelasan:
Buku ini terdiri dari 6 bab yang diikuti oleh beberapa sub bab. Pada pendahuluan,
penulis mengemukakan bahwa buku ini ditujukan kepada siapa, dan menjelaskan secara umum
arti metafisika dan hermeneutika serta pandangan dari Thomas Aquinas dan Whitehead.
Bab 1 : Hakikat Metafisika
Pada bab ini, penulis menjelaskan beberapa hal mengenai hakikat metafisika itu sendiri
seperti pengertian metafisika, asal-usulnya , hubungannya dengan iman dan teologi dan juga
sebagai ilmu tentang pengada sekadar pengada. sehingga dapat dipahami bahwa metafisika
adalah cabang filsafat yang secara spesifik meneliti fondasi terdalam realitas.
Bab 2 : Metafisika Thomas Aquinas
Pada bab ini penulis secara lebih spesifik menjelaskan metafisika dari Thomas Aquinas.
beberapa hal seperti pengertian dasar : Ens, Esse dan Essentia , substansi dan struktur Esensi-
Eksistensi dijelas disini oleh penulis.
Bab 3 : Pandangan Aquinas Tentang Tuhan
Lebih masuk lagi secara spesifik terkait Thomas Aquinas, dalam bab ini penulis kemudian
menjelaskan pandangan Aquinas tentang Tuhan. dimuat dalam Penjelasan Tuhan: Esensi =
Eksistensi, bukti eksistensi Tuhan, Hubungan Tuhan dan Makhluk ciptaan serta ikhtisiar tentang
Metafisika Aquinas.
Bab 4 : Filsafat Spekulatif A.N. Whithead dan konsep tentang relaitas.
Pada bab ini, dari Thomas Aquinas, penulis beralih ke Whithead dan menjelaskan
tentang filsafat spekulatif dan konsep realitas menurut Whithead. Pembahasan yang dapat kita
temui dalam bab ini ialah terkait metafisika atau filsafat spekulatif , satuan actual dan nexus
serta prehensi dan proses menjadi.
Bab 5 : Pandangan Whithead tentang Tuhan dan kreativitas
Pada bab ini, secara spesifik penulis memaparkan pandangan Whithead tentang Tuhan
dan juga kreativitas. Perkembangan konsep tentang Tuhan, Kreatifitas dan relasinya dengan
Tuhan serta pembahasan tentang Personalitas Tuhan. dan kemudian disimpulkan dengan
ikhtisar tenteng metafisika Whitehead.
Bab 6 : Metafisika sebagai Hermeneutika
Bab ini menjadi puncak dari keseluruhan bab, karena disinilah ide pokok dibahas.
dilandaskan pada metafisika dari Aquinas dan Whithead yang mana metafisika dari Aquinas
memberikan pendasaran bagi personalisme etis sedangkan metafisika Whithead lebih
mempromosikan suatu etika lingkungan hidup. disini penulis mencoba menangkap metafisika
dari kedua tokoh sebagai penyingkapan realitas budaya oada masa metafisika itu dirumuskan.
5. Menalar tentang Tuhan
a. Identitas buku
Judul buku : Menalar tentang Tuhan
Penulis ; Frans Magnis Suseno
Penerbit : Penerbit Obor
Tahun terbit : 2006
Tebal buku : 206 Halaman
b. Topik : Menalar Tuhan menurut Franz Magnis Suseno dalam Bukunya Menalar Tuhan
c. Masalah Pokok : Konsep menalar Tuhan menurut Franz Magnis Suseno dalam Bukunya Menalar
Tuhan
d. Ide pokok : Penjelasan tentang Tuhan dipertanggungjawabkan dengan menggunakan rasionalitas
dengan jala-jalan yang dapat menghantar kita pada eksistensi dari filsafat ketuhanan.
Penjelasan: Penulis membagi penjelasannya tentang menalar Tuhan dalam 8 bab diikuti
beberapa sub bab.
Bab 1: Menalar Tuhan : Untuk apa?
pada bab ini, penulis menjelaskan gagasannya dengan bertumpu pada suatu pertanyaan
sentral yang berasal dari manusia yakni untuk apa sebenarnya penalaran bagi Tuhan. Selain itu
penulis juga menjelasakan pertanggungjawaban iman secara rasional sehingga disana juga
dibahas mengenai filsafat ketuhanan dan juga teologi.
Bab 2 : Cara-cara manusia mengahayati ketuhanan
Pada bab ini penulis memaparkan beberapa cara manusia dalam menghayati
ketuhanan. Penulis mengemukakan bahwa bila mana kita hendak menjajaki rasionalitas
kepercayaan kepada Allah, sebaiknya perlu bertolak dari penghayatan terhadap ketuhanan yang
nyata-nyata ada. Sehingga dalam bab ini kemudian dibahas mengenai pelbagai penghayatan
seperti penghayatan aseli, hinduisme, buddhisme, tionghoa, dualisme agama-agama
Abrahamistik.
Bab 3 : Modernitas: Skeptisisme tentang Tuhan
Pada bab ini pembahasan dilandasi oleh modernitas yang muncul pada sejak abad 17
dan kemudian memunculkan skeptisisme tentang ketuhanan. Orang kemudian mulai meragukan
ketuhanan. Peralihan pandangan kemudian terjadi. yang dahulunya segala sesuatu dipandang
dari sudut Allah, kini segala sesuatu dipertanyakan dari sudut manusia. Dan untik memahami
skeptisme modernitas tentang ketuhanan kita haruslah memahami peralihan pandangan atau
paradigma tersebut.
Bab 4 : Lima Model Ateisme
Bertolak dari modernitas yang memunculkan skeptisisme tentang Tuhan, maka
munculah pemikir-pemikir ateisme dan pada bab ini penulis kemudian membahas lima tokoh
ateisme yang terkemuka yang mana pandangan mereka sangat berpengaruh pada pemikiran-
pemikiran filosofis selanjutnya. Mereka itu ialah Ludwig Feuerbach, Karl Marx, Friederich
Nietzsche, Sigmund Freud dan Jean-Paul-Sartre.
Bab 5 : Agnostisisme
Pada bab sebelumnya kita telah membahas ateime-ateisme filosofis yang berkembang
pada abad ke-19 dan bagian pertama abad ke-20. Dan dapat ditemukan bahwa ateisme tidaklah
dapat dipertahankan. Kemudian berlatarbelakang pada hal demikian, bab ini membahas tentang
anggapan bahwa hal adanya tuhan tidak dapat diketahui secara filosofis atau yang kita kenal
dengan agnotisisime. Dan secara lebih khusus juga membahas mengenai empat model
agnotisisme filosofis yakni relativisme religius dan sekularisasi kehidupan, Immanuel Kant dan
filsafat ketuhanan, positifisme logi dan prinsip falsifikasi dan ketuhanan.
Bab 6 : Jalan-jalan ke Tuhan I
Bertolak dari 2 bab sebelumnya yang mana membahas mengenai dua aliran yang
menyangkal kemungkinan Filsafat ketuhanan, yang juga tidak dapat bertahan yaitu ateisme dan
agnotisisme. Pada bab ini penulis tidaklah membicarakan tentang pembuktian tuhan melainkan
menguraikan jalan-jalan yang diyakini akan membawa kita pada Filsafat ketuhanan. Dimulai dari
jalan klasik ke Tuhan: jalan yang pertama adalalah pembuktian ontologis Allah, jalan kedua dan
ketiga sering disebut jalan kosmologis karena berangkat dari realitas luar. kemudian
berdasarkan pertimbangan prinsipiil bahwa kalau ada sesuatu, harus ada sesuatu yang mutlak.
jalan ketiga yang oleh Kant disebut Fisiko-Teologis bertolak dari keindahan alam raya yanf
tertata rapid an bertnya dari mana tatanan itu.
bab 7 : Jalan-Jalan ke Tuhan II
Pada bab sebelumnya kita telah melihat 3 jalan ke Tuhan yang klasik. Dalam bab ini akan
ditelusuri jalan yang berbeda yang disebut dengan antropologis karena bertolak dari implikasi
kesadaran manusia. Jalan tersebut terkait dengan kebebasan manusia dan implikasinya,
manusia yang mencari makna akhir, dan manusia yang berhadapan dengan tuntutan mutlak
dalam kesadaran moral.
Bab 8 : Tuhan dan Dunia
Setelah menelusuri jalan-jalan menuju Yang ilahi, dalam bab ini akan dibicarakan
bagaimana kita dapat menjajagi apa yang ditemukan dalam filsafat tentang hubungan antara
Yang ilahi dan dunia. Pertama, terkait apa yang dapat dikatakan tentang Tuhan. Kedua, mencari
tahu rumusan tepat tentang hubungan antara Yang Ilahi dan dunia. Ketiga, membicarakan
tentang hal penciptaan. Keempat, mempertanyakan impilkasi kenyataan bahwa manusia
diciptakan oleh Tuhan bagi identitasnya, khususnya bagi kebebasannya. dan yang kelima adalah
penjelajahan nalar dengan masalah yang muncul dari kenyataan bahwa dalam dunia ditemukan
banyak kejahatan dan penderitaan.

Anda mungkin juga menyukai