Anda di halaman 1dari 10

Beberapa Aspek Penting Pancasila Dalam Ilmu Pengetahuan

Oleh :
KELOMPOK 6
GAZZING ARKHAN RIZKY GUSTIWAN (20744011)
RENDI INDRA PUTRA ( 20744024 )

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN


POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karuniaNya,
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Beberapa aspek penting pancasila dalam
ilmu pengetahuan” tepat pada waktunya, makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Pendidikan Pancasila.
Makalah  disusun berdasarkan hasil diskusi yang diharapkan berguna untuk ntuk menambah
pengetahuan tentang Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu.
Segala petunjuk, arahan dan bantuan dari berbagai pihak yang penulis terima dalam menyusun
makalah ini sangatlah besar artinya. Untuk itu, dalam kesempatan ini kami menyampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
       Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami berharap kritik dan saran dari pembaca demi sempurnanya Makalah ini.      
Demikian harapan kami semoga hasil diskusi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Dan
menambah referensi yang baru sekaligus ilmu pengetahuan yang baru pula.
Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pada zaman modern seperti sekarang ini dimana ilmu pengetahuan dan globaliasi berkembang
sangat pesat, nilai-nilai Pancasila mulai tergeser. Banyak masyarakat Indonesia yang mulai
meninggalkan nilai-nilai pencasila dan tidak lagi menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari. Padahal jika ditilik dari sejarah bangsa Indonesia, Pancasila merupakan
wujud dari kerja keras dan pengorbanan para pendiri bangsa yang sangat diperhitungkan dengan
matang.
Masyarakat sekarang beranggapan bahwa Pancasila sangat kaku dan normatif sehingga tidak sesuai dengan
perkembangan ilmu dan teknologi serta tidak dapat mengikuti arus globalisasi. Padahal hal ini merupakan sebuah
kekeliriuan yang sangat disayangkan. Anggapan ini timbul karena mereka tidak memahami Pancasila sepenuhnya
bahwa pada hakikatnya Pancasila bersifat terbuka. Pancasila bersifat terbuka dan fleksibel yang artinya dapat
mengikuti perkembangan zaman. Justru nilai-nilai Pancasila inilah yang perlu dipegang teguh oleh masyarakat
Indonesia agar tidak terkena dampat buruk perkembangan zaman sehingga Indonesia akan tetap kokoh berdiri.

Seperti yang kita tahu bahwa Pancasila merupakan dasar negara. Berkaitan dengan perkembangan ilmu, Pancasila
juga memiliki peran menjadi dasar pengembangan ilmu. Maka, anggapan bahwa Pancasila tidak dapat mengikuti
perkembangan ilmu dapat dibantah. Dari hal inilah perlu dibenahi bahwa tidak ada alasan lagi untuk meninggalkan
Pancasila demi keutuhan negara Indonesia. Oleh karena itu, makalah ini akan dibahas mengenai “Pancasila Menjadi
Dasar Pengembangan Ilmu”

B.     Rumusan Masalah
1. Apa saja Sejarah kelahiran dan perkembangan ilmu pengetahuan?
2. Apa saja ciri-ciri khas ilmu pengentahuan?
3. Apa saja Pilar pilar bagi eksentensi ilmu pengetahuan?
4. Apa saja Prinsip-prisip berfikirnilmiah?
5. Apa saja Masalah nilai dalam iptek?

C.    Tujuan
1. Untuk mengetahui Sejarah kelahiran dan perkembangan ilmu pengetahuan
2. Untuk mengetahui ciri-ciri khas ilmu pengentahuan
3. Untuk mengetahui Pilar pilar bagi eksentensi ilmu pengetahuan
4. Untuk mengetahui Prinsip-prisip berfikirnilmiah
5. Untuk mengetahui Masalah nilai dalam iptek
BAB II
PEMBAHASAN
A.   Sejarah kelahiran dan perkembangan ilmu pengetahuan

Ilmu pengetahuan berkembang melangkah secara bertahap menurut dekade waktu dan
menciptakan jamannya, dimulai dari jaman Pra Yunani Kuno, Yunani Kuno, Abad
Pertengahan, Renaissance, Zaman Modern, dan Masa Kontemporer.

A. Zaman Pra Yunani Kuno


Pada masa ini manusia masih menggunakan batu sebagai peralatan. Oleh karena itu
zaman pra Yunani Kuno disebut juga Zaman Batu yang berkisar antara empat juta
tahun sampai 20.000 tahun

Pada zaman ini ditandai oleh kemampuan :


a. Know how dalam kehidupan sehari-hari yang didasarkan pada
pengalaman.
b. Pengetahuan yang berdasarkan pengalaman itu diterima sebagai
fakta dengan sikap receptive mind, keterangan masih dihubungkan
dengan kekuatan magis.
c. Kemampuan menemukan abjad dan sistem bilangan alam sudah
menampakkan perkembangan pemikiran manusia ke tingkat
abstraksi.
d. Kemampuan menulis, berhitung, menyusun kalender yang
didasarkan atas sintesa terhadap hasil abstraksi yang dilakukan.
e. Kemampuan meramalkan suatu peristiwa atas dasar peristiwa-
peristiwa sebelumnya yang pernah terjadi.

B. Zaman Yunani Kuno


Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudang ilmu dan filsafat, karena Bangsa
Yunani pada masa itu tidak lagi mempercayai mitologi-mitologi. Bangsa Yunani juga
tidak dapat menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap receptive attitude
(sikap menerima begitu saja), melainkan menumbuhkan sikap an inquiring attitude
(suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis).

C. Zaman Abad Pertengahan


Para ilmuwan pada masa ini hampir semua adalah para theolog, sehingga aktivitas
ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Semboyan yang berlaku bagi ilmu pada
masa ini adalah Ancilla Theologia atau abdi agama.

D. Zaman Renaissance
Zaman Renaissance ditandai sebagai era kebangkitan kembali pemikiran yang bebas
dari dogma-dogma agama. Renaissance ialah zaman peralihan ketika kebudayaan
Abad Pertengahan mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern. Manusia pada
zaman ini adalah manusia yang merindukan pemikiran yang bebas. Manusia ingin
mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas campur tangan
ilahi. Penemuan-penemuan ilmu pengetahuan modern sudah mulai dirintis pada
Zaman Renaissance. Ilmu pengetahuan yang berkembang maju pada masa ini adalah
bidang astronomi. Tokoh-tokoh yang terkenal seperti Roger Bacon, Copernicus,
Johannes Keppler, Galileo Galilei.

E. Zaman Modern
Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah.
Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern sesungguhnya sudah dirintis
sejak Zaman Renaissance. Seperti Rene Descartes, tokoh yang terkenal sebagai
bapak filsafat modern. Rene Descartes juga seorang ahli ilmu pasti. Penemuannya
dalam ilmu pasti adalah sistem koordinat yang terdiri dari dua garis lurus X dan Y
dalam bidang datar. Isaac Newton dengan temuannya teori gravitasi. Charles Darwin
dengan teorinya struggle for life (perjuangan untuk hidup). J.J Thompson dengan
temuannya elektron

F. Zaman Kontemporer (abad 20 – dan seterusnya)


Fisikawan termashur abad keduapuluh adalah Albert Einstein. Ia menyatakan bahwa
alam itu tak berhingga besarnya dan tak terbatas, tetapi juga tak berubah status
totalitasnya atau bersifat statis dari waktu ke waktu. Einstein percaya akan kekekalan
materi. Ini berarti bahwa alam semesta itu bersifat kekal, atau dengan kata lain tidak
mengakui adanya penciptaan alam. Disamping teori mengenai fisika, teori alam
semesta, dan lain-lain maka Zaman Kontemporer ini ditandai dengan penemuan
berbagai teknologi canggih. Teknologi komunikasi dan informasi termasuk salah satu
yang mengalami kemajuan sangat pesat. Mulai dari penemuan komputer, berbagai
satelit komunikasi, internet, dan lain sebagainya. Bidang ilmu lain juga mengalami
kemajuan pesat, sehingga terjadi spesialisasi-spesialisasi ilmu yang semakin tajam.
Melalui kajian historis tersebut yang pada hakikatnya pemahaman tentang sejarah
kelahiran dan perkembangan ilmu pengetahuan,
dapat dikonstatasikan bahwa ilmu pengetahuan itu mengandung dua aspek, yaitu
aspek fenomenal dan aspek struktural:

A.Aspek fenomenal menunjukan bahwa ilmu pengetahuan mewujud/memanifestasikan


dalam bentuk masyarakat, proses, dan produk. Sebagai masyarakat, ilmu
pengetahuan menampakkan diri sebagai suatu masyarakat atau kelompok elit yang
dalam kehidupan kesehariannya begitu mematuhi kaidah-kaidah ilmiah yang menurut
paradigma Merton disebut universalisme, komunalisme, dan skepsisme yang teratur
dan terarah. Sebagai proses, ilmu pengetahuan menampakkan diri sebagai aktivitas
atau kegiatan kelompok elit tersebut dalam upayanya untuk menggali dan
mengembangkan ilmu melalui penelitian, eksperimen, ekspedisi, seminar, konggres.
Sedangkan sebagai produk, ilmu pengetahuan menampakkan diri sebagai hasil
kegiatan kelompok elit tadi berupa teori, ajaran, paradigma, temuan-temuan lain
sebagaimana disebarluaskan melalui karya-karya publikasi yang kemudian diwariskan
kepada masyarakat dunia.

B.Aspek struktural menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan di dalamnya terdapat


unsur-unsur sebagai berikut:
1) Sasaran yang dijadikan objek untuk diketahui (Gegenstand)
2) Objek sasaran ini terus- menerus dipertanyakan dengan suatu cara (metode)
tertentu tanpa mengenal titik henti. Suatu paradoks bahwa ilmu pengetahuan yang
akan terus berkembang justru muncul permasalahanpermasalah baru yang
mendorong untuk terus menerus mempertanyakannya.
3) Ada alasan dan motivasi mengapa gegenstand itu terusmenerus dipertanyakan
. 4) Jawaban-jawaban yang diperoleh kemudian disusun dalam suatu kesatuan sistem
(Koento Wibisono, 1985) dalam Dikti, 2013
Dengan Renaissance dan Aufklaerung ini, mentalitas manusia Barat mempercayai
akan kemampuan rasio yang menjadikan mereka optimis, bahwa segala sesuatu
dapat diketahui, diramalkan, dan dikuasai. Melalui optimisme ini, mereka selalu
berpetualang untuk melakukan penelitian secara kreatif dan inovatif.
    
B.Ciri Ciri Ilmu Pengetahuan

Menurut The Liang Gie (1987), ilmu pengetahuan dicirikan :

1. Empiris, artinya pengetahuan diperoleh berdasarkan pengamatan dan


percobaan;
2. Sistematis, artinya berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai
kumpulan pengetahuan itu mempunyai hubungan yang teratur
3. Objektif, artinya ilmu pengetahuan itu bebas dari prasangka perseorangan
dan kesukaan pribadi;
4. Analitis, artinya pengetahuan ilmiah berusaha membeda-bedakan pokok
soalnya dan peranan dari bagian-bagian itu
5. Verifikatif, artinya dapat diperiksa kebenarannya oleh siapapun

Berdasarkan pendapat Daoed Joesoef (1987), pengertian ilmu mengacu pada tiga hal
yaitu produk, proses dan masyarakat. Ilmu pengetahuan sebagai produk yaitu
pengetahuan yang telah diketahui dan diakui kebenarannya oleh masyarakat ilmuwan.
Pengetahuan ilmiah dalam hal ini terbatas pada kenyataan-kenyataan yang
mengandung kemungkinan untuk disepakati dan terbuka untuk diteliti, diuji, dan
dibantah oleh seseorang 2 .

Ilmu pengetahuan tidak bisa menjawab semua pertanyaan.


Ilmu memiliki keterbasan dan membatasi lingkup kajiannya pada batas pengalaman
manusia. Hal ini menurut Jujun S. Suriasumantri (2003) karena fungsi ilmu itu sendiri
dalam kehidupan manusia yaitu sebagai alat membantu manusia dalam menanggulangi
masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari 3 .

Hasil ilmiah bersifat universal.

Ilmu mengasumsikan bahwa alam semesta ini, seperti namanya, sebuah sistem tunggal
yang luas di mana aturan-aturan dasar di mana-mana sama. Pengetahuan yang
diperoleh dari mempelajari salah satu bagian dari alam semesta ini berlaku untuk
bagian lain.

Ide-ide ilmiah atau kesimpulan dapat berubah dan bersifat tentatif.

Ilmu dapat menerima revisi (hukum-hukum, teori, prinsip, standar, dan lainnya)
melalui pengujian terus menerus dan evaluasi, peer review atau replikasi. Pada
prinsipnya, teori apapun dapat berubah setelah upaya pembantahan dan teori-teori
baru dapat menggantikan yang lama. Hal ini menyebabkan ilmu pengetahuan dapat
mengatasi masalahnya sendiri.

C. Pilar pilar bagi eksentensi ilmu pengetahuan

Filsafat merupakan pondasi awal berdirinya ilmu pengetahuan. Karena filsafat terus berkembang
sejak dahulu, maka semakin banyak pula ilmu-ilmu yang tumbuh dan berkembang. Ada banyak
pembagian cabang ilmu yang dikemukakan oleh para filsuf seperti Aristoteles, Christian Wolff,
dan lainnya tetapi pernyataan mereka dapat kita generalisasikan menjadi tiga bidang utama yaitu
ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
1. Ontologi

Ontologi adalah cabang filsafat yang membahas atau membicarakan masalah “ada”/”realitas”
(Akhyar Lubis, 2014). Cabang ini berpusat kepada hal-hal yang dapat kita amati dan konsep
abstrak yang dimana objeknya dapat kita amati. Beberapa contoh pembahasan cabang ini yaitu,
apa itu matahari?; apa tujuan kita di muka bumi?; apakah kita benar-benar ada di kehidupan ini?;
dan lainnya.
2. Epistimologi

Epistimologi merupakan suatu cabang yang membahas tentang hakikat-hakikat pengetahuan seperti
sumber pengetahuan, ciri-ciri pengetahuan, batas-batas pengetahuan, manifestasi pengetahuan,
dan lainnya.
3. Aksiologi

Semua hal yang berkaitan dengan moral, etika, dan estetika dalam setiap nilai ilmu pengetahuan
dibahas pada cabang aksiologi.
Seperti yang telah dipaparkan secara singakat di atas, esensi pancasila juga mengandung pilar-pilar
ilmu pengetahuan seperti ilmu pengetahuan itu sendiri. Ontologi yang terdapat pada pancasila
merupakan salah satu alasan mengapa pancasila itu didirikan dan dapat berdiri. Sifat ontologis
yang terdapat di dalam pancasila itu sendiri adalah hakekat manusia. Manusia memiliki hak-hak
yang secara ideal tidak dapat diganggu oleh siapapun. Hakekat-hakekat itu sebenarnya telah di
cantumkan kepada semua sila yang ada pada pancasila karena itu, pancasila didirikan dan dapat
berdiri
Lalu aspek-aspek suatu ideologi, filsafat, pandangan hidup, dan lainnya (pancasila) suatu bangsa
dan negara tidak akan terlepas dari sifat epistimologi. Tanpa adanya epistimologi dalam
pancasila, suatu bangsa dan negara akan kehilangan kestabilan karena epistimologi juga
memiliki fungsi untuk menyusun suatu sistem berbangsa dan bernegara. Sama halnya dengan
pacasila yang sebagai landasan atau tolok ukur peng-aplikasi-an suatu hal, ontologi juga
memiliki fungsi yang sama.

Setelah itu, aspek aksiologi tidak kalah pentingnya di dalam pancasila. Suatu dasar negara yang
tidak ada nilai moral, etika, dan estetika di dalam dasar tersebut, negaranya tidak akan pernah
berjalan dengan ideal. Suatu hal akan ideal jika kita menggabungkan pikiran dan kemanusiaan di
dalamnya. Karena itu, pancasila mengandung nilai-nilai moral, etika, dan estetika di dalamnya.

Ketiga pilar-pilar penyangga eksistensi ilmu pengetahuan sangatlah berkaitan dengan satu yang
lainnya sama juga seperti pancasila. Tanpa ada salah satu dari ketiga pilar-pilar tersebut, akan
banyak kecacatan dalam suatu tatanan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, pancasila harus
memiliki ketiga pilar-pilar itu dan seperti yang telah dijelaskan di atas, pancasila sudah memiliki
ketiga esensi pilar-pilar penyangga eksistensi ilmu pengetahuan.

D. Prinsip-prinsip Berpikir Ilmiah

Prinsip-prinsip berpikir ilmiah dapat dikategorikan menjadi beberapa hal, yaitu :


a.) Objektif
Hal ini berarti cara memandang masalah apa adanya, terlepas dari faktor-faktor subjektif
(missal : perasaan, keinginan, emosi, sistem keyakinan, otorita).
b.) Rasional
Berpikir rasional yaitu berpikir menggunakan akal sehat yang dapat dipahami dan diterima oleh
orang lain. Mencoba melepaskan unsur perasaan, emosi, sistem keyakinan dan otorita.
c.) Logis
Berfikir dengan menggunakan azas logika/runtut/konsisten, implikatif. Tidak mengandung unsur
pemikiran yang kontradiktif. Setiap pemikiran logis selalu rasional, begitu sebaliknya yang
rasional pasti logis.

d.) Metodologis
Selalu menggunakan cara dan metode keilmuan yang khas dalam setiap berfikir dan bertindak
(misal: induktif, dekutif, sintesis, hermeneutik, intuitif).
e.) Sistematis
Setiap cara berfikir dan bertindak menggunakan tahapan langkah prioritas yang jelas dan saling
terkait satu sama lain. Memiliki target dan arah tujuan yang jelas.
E. Masalah Nilai dalam IPTEK
a.) Keserbamajemukan Ilmu Pengetahuan dan Persoalannya

Satu kesulitan terbesar yang dihadapi manusia dewasa ini adalah keserbamajemukan ilmu itu sendiri.
Ilmu pengetahuan tidak lagi satu, kita tidak bisa mengatakan inilah satu-satunya ilmu pengetahuan yang
dapat mengatasi problem manusia dewasa ini. Berbeda dengan ilmu pengetahuan masa lalu lebih
menunjukkan keekaannya daripada kebhinekaannya. Seperti pada awal perkembangan ilmu
pengetahuan berada dalam kesatuan filsafat.
Secara metodis dan sistematis manusia mencari azas-azas sebagai dasar untuk memahami hubungan
antara gejala-gejala yang satu dengan yang lain sehingga bisa ditentukan adanya keanekaan
berkembang di dalam kebhinekaannya. Namun dalam perkembangannya ilmu pengetahuan berkembang
kea rah keserbamajemukan ilmu.

b.) Dimensi moral dalam pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan

Teknologi pada perilaku manusia muncul dalam fenomena penerapan control tingkah laku (behavior
control). Behavior control merupakan kemampuan untuk mengatur orang melaksanakan tindakan seperti
yang dikehendaki oleh si pengatur (the ability to get some one to do one’s bidding). Pengembangan
teknologi yang mengatur perilaku manusia ini mengakibatkan munculnya masalah masalah etis.

c.) Beberapa pokok nilai yang perlu diperhatikan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi

Ada empat hal pokok agar ilmu pengetahuan dan teknologi dikembangkan secara konkrit, unsur-unsur
mana yang tidak boleh dilanggar dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
masyarakat agar masyarakat itu tetap manusiawi.

a.) Rumusan hak asasi merupakan sarana hokum untuk menjamin penghormatan terhadap manusia.
b.) Keadilan dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi sebagai hal yang mutlak.
c.) Soal lingkungan hidup. Tidak ada seorang pun berhak menguras/mengeksploitasi sumber-sumber
alam dan manusiawi tanpa memperhatikan akibat-akibat pada seluruh masyarakat.
d.) Nilai manusia sebagai pribadi.

BAB  III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pancasila merupakan dasar negara Indonesia dan nilai-nilai Pancasila sebagai nilai adat istiadat, budaya
dan agama yang telah berakar di tengah kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia. Pancasila
berperan penting dalam pengembangan ilmu di Indonesia yang tak terbantahkan karenanya setiap
pengembangan ilmu paling tidak mempunyai validitas dan reliabilitas dapat dipertanggungjawabkan, baik
berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan maupun berdasarkan sistem nilai masyarakat di mana ilmu itu
ditemukan/dikembangkan sehingga pengembangan ilmu di Indonesia tak bisa lepas dari Pancasila.

DAFTAR  PUSTAKA

http://catatanazaki.blogspot.com/2018/12/pilar-pilar-penyangga-bagi-
eksistensi.html?m=1

https://fatonikeren.blogspot.com/2019/09/pancasila-menjadi-dasar-
pengembangan.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai