Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI PENGEMBANGAN ILMU


DOSEN PENGAMPU :
Putri sari m j silaban se, msi

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7
YOSUA HASIHOLAN SIHALOHO_5213321008
Elmar Otniel Waruwu_5213121001
Muhammad Fadili_5211221009
Erna Sirumapea_5212121001
Afrindo M. Hutagaol

FAKULTAS TEKNIK
PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya, sehingga saya
bisa menyelesaikan makalah kelompok kami yang berjudul Pancasila Sebagai Dasar Nilai
Pengembangan Ilmu, kami juga ingin mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah
membantu kami dalam pembuatan makalah ini, dan berbagai sumber yang telah kami pakai
sebagai data dan fakta pada makalah ini.

Makalah ini bertujuan untuk melengkapi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila, dan semoga
makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan memberi wawasan dan pengetahuan yang lebih luas
mengenai apa itu Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembagan Ilmu bagi pembaca dan saya
sebagai penulis khususnya. Atas perhatiannya saya mengucapkan terima kasih.

Medan, 20 September 2022

Kelompok 7
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………………………………….
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………
C. Tujuan Masalah………………………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN

A. Apa Pengertian Dari Ilmu……………………………………………………………….


B. Ilmu Dalam Perspektif Historis………………………………………………………….
C. Pengertian Dan Ciri Ciri Ilmu……………………………………………………………
D. Pilar Pilar Penyangga Bagi Eksistensi Ilmu……………………………………………..
E. Aspek Penting Dalam Ilmu Pengetahuan………………………………………………..
F. Pancasila Sebagai Dasar Nilai Dalam Strategis
Pengembangan Iimu Dan Teknologo……………………………………………………

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………………………………
B. Saran……………………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak 18 agustus 1945, secara epistomologis, pancasila dikaji oleh para ahli dan juga
diuji oleh berbagai peristiwa-peristiwa yang merongrong kemerdekaan dan keutuhan
republik indonesia. Secara empiris dan kenegaraan, pancasila telah menunjukkan
ketangguhannya hingga pada saat ini. Pengujian secara kognitif telah dilakukan oleh para
ahli dengan berbagai pendekatan. Sejak dulu, ilmu pengetahuan mempunyai posisi penting
dalam aktivitas berpikir manusia. Istilah ilmu pengetahuan terdiri dari dua gabungan kata
berbeda makna, ilmu pengetahuan, segala sesuatu yang kita ketahui merupakan definisi
pengetahuan. Sedangkan ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun
secara sistematis menurut metode tertentu.
Sikap kritis dan cerdas manusia dalam menanggapi berbagai peristiwa di sekitarnya,
berbanding lurus dengan perkembangan pesat ilmu pengetahuan. Namun dalam
perkembangannya, timbul gejala dehumanisasi atau. Penurunan derajat manusia. Hal
tersebut disebabkan karena produk yang dihasilkan oleh manusia, baik ini suatu teori
maupun materi menjadi lebih bernilai ketimbang penggagasnya. Itulah sebabnya peran
pancasila harus diperkuat agar bangsa Indonesia tidak terjerumus pada pengembangan ilmu
pengetahuan ilmu pengetahuan yang saat ini semakin jauh dari nilai nilai kemanusiaan.

B. Rumusan Masalah
➢ Bagaimana Pengertian Dari Ilmu?
➢ Bagaimana Ilmu Dalam Perspektif Historis?
➢ Bagaimana pengertian Dan Ciri Ciri Ilmu?
➢ Bagaimana Pilar-Pilar Penyangga Bagi Eksistensi Ilmu Pengetahuan?
➢ Bagaimana Aspek Penting Dalam Ilmu Pengetahuan?
➢ Bagaimana Strategi Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Dan Teknologi?

C. Tujuan
Adapun tujuan ingin dicapai pada pembahasan dalam makalah ini diantaranya :
➢ Mengetahui Pengerian Dari Ilmu
➢ Mengetahui Apa itu Ilmu Dalam Perspektif Historis
➢ Mengetahui Pengertian Dan Ciri Ciri Ilmu
➢ Mengetahui Pilar-Pilar Penyangga Bagi Eksistensi Ilmu Pengetahuan
➢ Memahami Aspek Penting Dalam Ilmu Pengetahuan
➢ Memahami Strategi Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Dan Teknologi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu

Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan
dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.
Segi segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan rumusan yang pasti. Ilmu memberikan
kepastian dengan membatasi lingkup pandangan nya, kepastian ilmu ilmu diperoleh dari
keterbatasan. Ilmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan
pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan
seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat,
ilmu berbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang
dimilikinya (Surajiyo, 2010). Ilmu (knowledge) merujuk kepada kefahaman manusia
terhadap sesuatu perkara, dimana ilmu merupakan kefahaman yang sistematik dan
diusahakan secara sedar. Pada umumnya, ilmu mempunyai potensi untuk dimanfaatkan demi
kebaikan manusia. Ilmu adalah sesuatu yang membedakan kita dengan makhluk tuhan
lainnya seperti tumbuhan dan hewan. Dengan ilmu kita dapat melakukan, membuat,
menciptakan sesuatu yang membawa perbedaan yang lebih baik bagi kehidupan manusia.
Ilmu pengetahuan dimengerti sebagai pengetahuan yang diatur secara sistematis dan langkah
langkah pencapaiannya dipertanggungjawabkan secara teoritis.
Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu, artinya kelima sila Pancasila merupakan
pegangan dan pedoman dalam pengembangan ilm pengetahuan dan teknologi. Beberapa
terminologi yang dikemukakan para pakar untuk menggambarkan peran pancasila sebagai
rujukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, antara lain Pancasila sebagai
intellectual Bastion (Sofian Effendi); Pancasila sebagai common denominator values
(muladi); Pancasila sebagai paradigma ilmu Pentingnya pancasila sebagai dasar nilai
pengembangan ilmu bagi mahasiswa adalah untuk memperlihatkan peran pancasila sebagai
rambu rambu normatif bagi pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia.
B. Ilmu Dalam Perspektif Historis
Ilmu pengetahuan berkembang melangkah secara bertahap menurut decade waktu dan
menciptakan zamannya, dimulai dari zaman pra Yunani kuno, Yunani kuno, abad
pertengahan, Renaisans, zaman modern, dan masa kontermporer
1. Zaman Pra Yunani Kuno
Zaman pra Yunani kuno disebut juga zaman batu yang berkisar antara empat tahun
sampai 20.000 tahun
Pada zaman ini ditandai oleh kemampuan:
o Know how dalam kehidupan sehari-hari yang didasarkan pada pengalaman
o Pengetahuan yang berdasarkan pengalaman itu diterima sebagai fakta dengan
sikap receptive mind, keterangan masih dihubungkan dengan kekuatan magis
o Kemampuan menemukan abjad dan sistem bilangan alam sudah menampakkan
perkembangan pemikiran manusia ke tingkat abstraksi
o Kemampuan menulis, berhitung, menyusun kalender yang didasarkan atas sinstesa
terhadap hasil abstraksi yang dilakukan

2. Zaman Yunani Kuno


Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudang ilmu dan filsafat, karena bangsa
Yunani pada masa itu tidak lagi memercayai mitologi mitologi.

3. Zaman abad pertengahan


Para ilmuwan pada masa ini hampir semua adalah para teolog, sehingga aktivitas
ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan.

4. Zaman Renaissance
Zaman Renaissance ditandai dengan sebagai era kebangkitan kembali pemikiran
yang bebas dari dogma dogma agama. Renaissance ialah zaman peralihan ketika
kebudayaan abad pertengahan mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern.

5. Zaman Modern
Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah.
Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern sesungguhnya sudah dirintis
sejak zaman Renaissance.

6. Zaman Kontemporer (abad ke 20 dan seterusnya)


Fisikawan termashur abad ke 20 adalah Albert Einstein. Disamping teori
mengenai fisika, teori alam semesta, dan lain lain maka zaman kontemporer ini
ditandai dengan penemuan berbagai teknologi canggih.

C. Pengertian Dan Ciri Ciri Ilmu


The liang Gie 1978 memberikan pengertian ilmu adalah rangkaian aktivitas penelaahan
yang mencari penjelasan suatu metode untuk memperoleh pemahaman secara rasional
empiris mengenai dunia ini dalam berbagai seginya, dan keseluruhan pengetahuan
sistematis yang menjelaskan berbagai gejala yang ingin dimengerti manusia, Ilmu harus
diusahakan dengan aktivitas manusia, aktivitas itu harus dilaksanakan dengan metode
tertentu dan akhirnya aktivitas metodis itu mendatangkan pengetahuan sistematis
Menurut The Liang Gie (1978) pengetahuan ilmiah mempunyai 5 ciri ciri pokok:
➢ Empiris. Pengetahuan itu diperoleh berdasarkan pengamatan dan percobaan
➢ Sistematis. Berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpulan
pengetahuan itu mempunyai hubungan ketergantungan dan teratur.
➢ Objektif. Ilmu berarti pengetahuan itu bebas dari prasangka perseorangan dan
kesukaan pribadi.
➢ Analitis. Pengetahuan ilmiah berusaha membeda bedakan pokok soalnya ke dalam
bagian bagian yang terperinci untuk memahami berbagai sifat, hubungan, dan
peranan dari bagian bagian itu.
➢ Verikatif. Dapat diperiksa kebenarannya oleh siapapun juga.
Sedangkan Daoed Joesoef (1987) menunjukkan bahwa pengertian ilmu mengacu pada
tiga hal yaitu: produk, proses, masyarakat. Ilmu pengetahuan sebagai produk yaitu
pengetahuan yang telah diketahui dan diakui kebenarannya oleh masyarakat ilmuwan,ilmu
pengetahuan sebagai proses artinya kegiatan kemasyarakatan yang dilakukan demi
penemuan dan kehendaki .ilmu pengetahuan sebagai masyarakat artinya Dunya pergaulan
yang tidak tanduknya,perilaku dan sikap serta tutur katanya diatur oleh empat ketentuan
yaitu liberalisme, komunalisme, tanpa pamrih,dan skeptisisme yang teratur.
Van Melsen(1985) mengemukakan ada delapan ciri yang menandai ilmu yaitu:
1. ilmu pengetahuan secara metodis harus mencapai suatu keseluruhan yang secara
logis Koheren. Itu berarti adanya sistem dalam penelitian (metode)maupun harus
(susunan logis)
2. Ilmu pengetahuan tanpa pamrih, karena hal itu erat kaitannya dengan tanggung jawab
ilmuwan.
3. Universitas ilmu pengetahuan.
4. Objektivitas, artinya setiap ilmu terpimpin oleh objek dan tidak didistrosi oleh
prasangka prasangka subjektif
5. Ilmu pengetahuan harus dapat diverifikasi oleh semua peneliti ilmiah yang
bersangkutan,karena itu ilmu pengetahuan harus dapat dikomunikasikan.
6. Progresivitas artinya suatu jawaban ilmiah baru bersifat ilmiah sungguh sungguh,bila
mengandung pertanyaan pertanyaan baru dan menimbulkan problem baru lagi.
7. kritis , artinya tidak ada teori yang definitif,setiap teori terbuka bagi suatu peninjauan
kritis yang memanfaatkan data data baru.
8. Ilmu pengetahuan harus dapat digunakan sebagai perwujudan dan kebetulan antara
teori dengan praktis.

D. Pilar Pilar Penyangga Bagi Eksistensi Ilmu

Melalui teori relativitas dan kebenaran ilmu sekarang sudah berubah dan paradigma lama
dibangun fisika Newton yang ingin selalu membangun teori absolut dalam kebenaran
ilmiah. Paradigma sekarang ilmu bukan sesuatu entitas yang abadi, bahkan ilmu tidak
pernah selesai meskipun ilmu didasarkan pada kerangka objektif, rasional, metodelogis l,
sistematis, logis dan empiris
Kekuatan bangunan ilmu terletak pada sejumlah pilar pilar nya, yaitu pilar ontologi,
epistemologi dan aksiologi. Ketiga pilar tersebut dinamakan pilar pilar filosofis keilmuan.
Pengembangan ilmu menurut Iriyanto widisusenso (2009) dalam (Dikti, 2013) selalu
dihadapkan pada persoalan ontologi, epistemologi dan aksiologi.
1. Pilar ontologi (ontologi)
Selalu menyangkut problematika tentang keberadaan (eksistensi)
a. Aspek kuantitas: apakah yang ada itu tunggal, dual atau plural (monisme, dualisme,
pluralisme)
b. Aspek kualitas (mutu Sifat): bagaimana batasan, sifat, mutu dari sesuatu.

2. Pilar epistemologi (epistemology)


Selalu menyangkut problematika tentang sumber pengetahuan, sumber kebenaran, cara
memperoleh kebenaran, kriteria kebenaran, proses sarana, dasar dasar kebenaran,
sistem, prosedur, strategi.

3. Pilar aksiologi (axiology)


Selalu berkaitan dengan problematika pertimbangan nilai (etis, moral, religius)
dalam setiap penemuan, penerapan atau pengembangan ilmu.

Gambar 1. Landasan Pengembangan Ilmu Pengetahuan


E. Beberapa Aspek Penting Dalam Ilmu pengetahuan
Melalui kajian historis tersebut yang pada hakikatnya pemahaman tentang sejarah
kelahiran dan perkembangan ilmu pengetahuan, dapat dikonsultasikan bahwa ilmu
pengetahuan itu mengandung dua aspek, yaitu aspek fenomenal dan aspek struktural
Aspek fenomenal menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan mewujud/memanifestasikan
dalam bentuk masyarakat, proses, dan produk. Sebagai masyarakat, ilmu pengetahuan
menampakkan diri sebagai suatu masyarakat atau kelompok elit yang dalam kehidupan
keseharian nya begitu mematuhi kaidah kaidah ilmiah yang menurut partadigma merton
disebut universalime, komunalisme, dan skepsisme yang teratur dan terarah. Sebagai
proses, ilmu pengetahuan menampakkan diri sebagai aktivitas atau kelompok elit tersebut
dalam upaya untuk menggali dan mengembangkan ilmu melalui penelitian, eksperimen,
ekspedisi, seminar, konggres. Sedangkan sebagai produk, ilmu pengetahuan menampakkan
diri sebagai hasil kegiatan kelompok elit tadi berupa teori, ajaran, paradigma, temua
temuan lain sebagaimana disebarluaskan melalui karya karya publikasi yang kemudian
diwariskan kepada masyarakat dunia.
Aspek struktural menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan di dalamnya terdapat unsur
unsur sebagai berikut.
• Sasaran yang dijadikan objek untuk diketahui (Gegenstand)
• Objek sasaran ini terus menerus dipertanyakan dengan suatu cara (metode) tertentu
tanpa mengenal titik henti.
• Ada alasan dan motivasi mengapa Gegenstand itu terus menerus dipertanyakan
• jawaban jawaban yang diperoleh kemudian disusun dalam suatu kesatuan sistem
(koento Wibisono, 1985).
Dengan Renaissance dan Aufklaerung ini, mentalitas manusia barat mempercayai akan
kemampuan rasio menjadikan mereka optimis, bahwa segala sesuatu dapat diketahui,
diramalkan, dan dikuasai. Melalui optimisme ini, mereka selalu berpetualangan untuk
melakukan penelitian secara kreatif dan inovatif.
Ciri khas yang terkandung dalam ilmu pengetahuan adalah rasional, antroposentris, dan
cenderung sekuler, dengan suatu etos kebebasan (akademis dan mimbar akademis).
Konsekuensi yang timbul adalah dampak positif dan negatif. Positif, dalam arti kemajuan
ilmu pengetahuan telah mendorong kehidupan manusia kesuatu kemajuan dengan
teknologi yang dikembangkan dan telah menghasilkan kemudahan kemudahan yang
semakin canggih bagi upaya manusia untuk meningkatkan kemakmuran hidupnya secara
fisik-material. Negatif dalam arti ilmu pengetahuan telah mendorong berkembangnya
arogansi ilmiah dengan menjauhi nilai nilai agama, etika, yang akibatnya dapat
menghancurkan kehidupan manusia sendiri.

F. Pancasila Sebagai Dasar Nilai Dalam Strategi Pengembangan Ilmu Pengetahuan Dan
Teknologi
Karena pengembangan ilmu dan teknologi hasilnya selalu bermuara pada kehidupan manusia
maka perlu mempertimbangan strategi atau cara-cara, taktik yang tepat, baik dan benar agar
pengembangan ilmu dan teknologi memberi manfaat mensejahterakan dan memartabatkan
manusia. Dalam mempertimbangkan sebuah strategi secara imperatif kita meletakkanPancasila
sebagai dasar nilai pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi diindonesia Pengertian
dasar nilai menggambarkan Pancasila suatu sumber orientasi dan arah pengembangan ilmu
Dalam konteks Pancasila sebagai dasar nilai mengandung dimensi ontologis, epistemologis dan
aksiologis, dimensi ontologis berarti ilmu pengetahuan sebagai upaya manusia untuk mencari
kebenaran yangtidak mengenal titik henti, atau “an unfinished journey”. Ilmu tampil dalam
fenomenanya sebagai masyarakat, proses dan produk. dimensi epistemologis, nilai-nilai
Pancasila dijadikan pisau analisis/metode berfikir dan tolok ukur kebenaran. Dimensi
aksiologis, mengandung nilai-nilai imperatif dalam mengembangkan ilmu adalah sila-sila
Pancasila sebagai satu keutuhan untuk itu ilmuwan dituntut memahami Pancasila secara utuh,
mendasar, dan kritis, maka diperlukan suatu situasi kondisi baik struktural maupun kultural.
Peran nilai-nilai dalam setiap sila dalam Pancasila adalah sebagai berikut
1. Sila ketuhanan Yang Maha Esa melengkapi ilmu pengetahuan menciptakan
perimbangan antara yang rasional dan irasional, antara rasa dan akal. Sila ini
menempatkan manusia dalam alam sebagai bagiannya dan bukan pusatnya.
2. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab memberi arah dan mengendalikan ilmu
pengetahuan ilmu dikembalikan pada fungsinya semula, yaitu untuk kemanusiaan, tidak
hanya untuk kelompok, lapisan tertentu.
3. Sila Persatuan indonesia mengkomplementasikan universalisme dalam sila-sila yang
lain, sehingga supra sistem tidak mengabaikan sistem dan sub-sistem Solidaritas dalam
sub-sistem sangat penting untuk kelangsungan keseluruhan individualitas, tetapi tidak
mengganggu integrasi
4. Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan, mengimbangi otodinamika ilmu pengetahuandan teknologi berevolusi
sendiri dengan leluasa. Eksperimentasi penerapan dan penyebaran ilmu pengetahuan
harus demokratis dapat dimusyawarahkan seacar perwakilan, sejak dari kebijakan,
penelitian sampai penerapan massal
5. Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia, menekankan ketiga keadilan
Aristoteles keadilan distributif keadilan kontributif, dan keadilan komutatif. Kadilan
sosial juga menjaga keseimbangan antara kepentingan individu dan masyarakat, karena
kepentingan individu tidak boleh terinjak oleh kepentingan semua individualitas
merupakan landasan yang memungkinkan timbulnya kreativitas dan inovasi.
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus senantiasa berorientasi pada nilai-
nilai Pancasila Sebaliknya Pancasila dituntut terbuka dari kritik, bahkan ia merupakan
kesatuan dari perkembangan ilmu yang menjadi tuntutan peradaban manusia Peran
Pancasila sebagai paradigma pengembangan ilmu harus sampai pada penyadaran, bahwa
fanatisme kaidah kenetralan keilmuan atau kemandirian ilmu hanyalah akan menjebak diri
seseorang pada masalah-masalah yang tidak dapat diatasi dengan semata-mata berpegang
pada kaidahilmu sendiri, khususnya mencakup pertimbangan etis, religius, dan nilai
budayanya yang bersifat mutlak bagi kehidupan manusia yang berbudaya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
• Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan
dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia
• Kekuatan bangunan ilmu terletak pada sejumlah pilar-pilarnya, yaitu pilar ontologi,
epistemologi dan aksiologi Ketiga pilar tersebut dinamakan pilar- pilar filosofis keilmuan.
Berfungsi sebagai penyangga, penguat, dan bersifat integratif serta
prerequisite/saling mempersyaratkan
• Prinsip-prinsip berpikir ilmiah diantaranyaa objektif, rasional, logis, metodologis dan
sistematis
• Konsekuensi yang timbul adalah dampak positif dan negatif Positif, dalam arti kemajuan
ilmu pengetahuan telah mendorong kehidupan manusia kesuatu kemajuan (progress,
improvement) dengan teknologi yang dikembangkan dan telah menghasilkan kemudahan
kemudahan yang semakin canggih bagi upaya manusia untuk meningkatkan kemakmuran
hidupnya secara fisik material
• Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus senantiasa berorientasi pada nilai-
nilai Pancasila Sebaliknya Pancasila dituntut terbuka dari kritik, bahkan ia merupakan
kesatuan dari perkembangan ilmu yang menjadi tuntutan peradaban manusia Peran
Pancasila sebagai paradigma pengembangan ilmu harus sampai pada penyadaran, bahwa
fanatisme kaidah kenetralan keilmuan atau kemandirian ilmu hanyalah akan menjebak diri
seseorang pada masalah-masalah yang tidak dapat diatasi dengan semata-mata berpegang
pada kaidah ilmu sendiri, khususnya mencakup pertimbangan etis, religius, dan nilai
budaya yang bersifat mutlak bagikehidupan manusia yang berbudaya

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan dan kesalahan, baik
dari segi penulisan maupun dari segi penyusunan kalimatnya dari segi isi juga masih perlu
ditambahkan oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kepada para pembaca makalah
ini agar dapat memberikan kritikan dan masukan yang bersifat membangun dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis
DAFTAR PUSTAKA
Abdulgani, Roeslan. 1976. Pengembangan Pancasila di Indonesia. jakarta: Yayasan Idayu
Al. Hakim, S. 2010 Media Pembelajaran Berbasis Pemberdayaan Nilai Pancasila (PNP).
Malang: Pemerintah perovinsi Jawa Timur dengan Universitas Negeri Malang.
Kuanto Wibisno, 1985, Arti Perkembangan Menurut Positivisme. Gadjah Mada Press,
Yogyakarta
Van Melsen, 1985, Ilmu Pengetahuan Dan Tanggungjawab kita, Kanisius Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai