Anda di halaman 1dari 11

KONSTRUK METODOLOGI ILMU MENURUT IMRE LAKATOS

Makalah

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Filsafat Ilmu

Oleh:
Mirzatul Qhadri
221003001

PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI


AR-RANIRY BANDA ACEH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN AKADEMIK 2022-2023M
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Filsafat sering kali di gambarkan sebagai disiplin ilmu yang rumit, berat,
dan hanya membuat pusing. Bahkan sebagian orang menganggap filsafat sebagai
ilmu yang berbahaya. Kendati demikian seiring berjalan waktu filsuf-filsuf pun
semakin banyak, lahir dengan pemikiran-pemikirannya yang membawa perubahan
kepada tatanan kehidupan di permukaan bumi secara umum di dalam ilmu
pengetahuan dan terkhusus di dalam ilmu pendidikan.
Satu hal mendasar yang selalu melandasi kerja intelektual adalah
metodologi, khususnya terkait dengan persoalan bagaimana kerangka atau cara
yang dipakai untuk menemukan kebenaran dalam suatu ilmu pengetahuan. Istilah
metodologi memang memiliki akar pengertian dengan metode, namun metodologi
bukanlah metode. Dalam kegiatan ilmiah keduanya mempunyai wilayah sendiri-
sendiri. Metode lebih berkaitan dengan persoalan teknis sebagai proses dan
prosedur penelitian atau the way to obtain data, sedangkan metodologi
dimaksudkan sebagai logika penemuan atau the way to think. Dengan demikian,
kerja metodologi sangat tergantung dengan teori dan pendekatan yang digunakan,
disamping juga dipengaruhi oleh kerangka epistemologi yang dipakai.
Untuk mengetahui filsafat ilmu dalam pembahasannya tentu saja tidak
terlepas dari pembahasan awal mula sejarah ilmu dan pengetahuan, baik itu secara
pengertian, prosedur,proses, paradigma, kerangka dasar teori ilmu, jenis-jenisnya
dan lain-lain. Sesuai yang telah kita ketahui, untuk bisa dikatakan bahwa ilmu
harus melalui proses penelitian dahulu, dibuktikan dan seterusnya. Kemudian,
muncul para pemikir yang berusaha untuk merobohkan dengan menunjukkan
filsafat baru. Salah satu pemikir dari mereka ialah Imre Lakatos.

2
Dalam pemikiran Imre Lakatos ini didasari dari pemikiran Khun dan Popper
dengan mengambil jalan tegah dari pemikiran tersebut. Imre Lakatos sangat ingin
mengembangkan dan juga memberikan kritik terhadap kekurangan dalam
pemikiran Popper sehingga mendapatkan hasil dengan memperoleh metode baru
yang kemudian disebut Program Riset.
Lakatos sangat tertarik dalam paradigma Kuhn dengan falsifikasi Popper
untuk menengahi perubahan. Pemikiran Lakatos tersebut berdampingan dalam
struktur teori. Dapat dikatakan bahwa dalam menyampaikan pendapat itu
merupakan sebuah teori yang didalamnya terkandung inti teori yang tidak bisa
dibandingkan dengan yang lain. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas
lebih mendalam mengenai metodologi program riset dari salah satu pemikir, yaitu
Imre Lakatos. Hal ini meliputi biografinya, peran metodologi dalam
pengembangan ilmu, pemikiran dari Imre Lakatos dan metodologi program riset
dari Imre Lakatos itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Konstruk pemikiran imre lakatos?
2. Bagaimana Metodologi riset imre lakatos?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pemikiran Imre Lakatos


Epistemologi positivistik telah mendominasi kajian filsafat ilmu untuk
waktu yang cukup panjang, namun sejak paruh kedua abad 20 telah muncul
beberapa pemikir yang mencoba mendobrak dominasi ini dengan memunculkan
filsafat yang baru. Di antara mereka adalah Popper yang berusaha mengalihkan
perhatiannya dari metodologi induktif kepada metodologi deduktif dengan
falsifikasinya. Sementara Kuhn tampil dengan gagasan revolusi ilmu pengetahuan
yang ditandai dengan adanya perubahan paradigma. Dalam kondisi semacam ini,
dimanfaatkan oleh Imre Lakatos dengan menawarkan “metodologi program riset
ilmiah” sebagai evaluasi dan kritik atas kekurangan Popper dan terutama pada
Kuhn, sekaligus mengembangkan pemikiran keduanya.
Lakatos, yang nama aslinya Imre Lipschitz, lahir di Hungaria 9 November
1922 dari keluarga Yahudi. Ia menyelesaikan pendidikan awal di daerahnya,
meskipun kala itu Hungaria berada dalam masa-masa sulit, terutama ketika
menghadapi carut marutnya perang dunia. Ia mendapat ijazah dalam bidang
matematika, fisika, dan filsafat pada tahun 1944 dari University of Debrecen.
Pada tahun yang sama Hitler menawarkan kepada Hungaria, apakah negara ini
akan berpihak kepadanya atau angkatan perang Jerman yang menduduki negeri.1
Imre Lakatos Menyelesaikan studi di University of Debrecen pada bidang
matematika, fisika, dan filsafat. Karirnya diawali dengan jabatan Menteri
Pendidikan, namun pemikirannya dipandang menyebabkan kekacauan politik
sehingga pada tahun 1950 dipenjara selama tiga tahun. Setelah itu, dia bekerja
sebagai penerjemah buku-buku matematika ke bahasa Hungaria. Karena pada
tahun 1956 terjadi revolusi, Lakatos lari ke Wina yang akhirnya sampai ke
London. Di sinilah, dia berkesempatan melanjutkan studi di Cambridge Unversity
sampai memperoleh gelar doktor setelah mempertahankan disertasinya: Proofs

1.
Ahmad Amir Aziz, Pemikiran Imre Lakatos (1922-1974) Tentang Metodologi Program
Riset Dan Signifikansinya Dalam Kajian Keislaman,Islamica Vol.1, 2006. hal. 45.

4
and Refutations: The Logic of Matematical Discovery. (adalah sebuah karya yang
membahas pendekatan terhadap beberapa problem metodologi matematika
sebagai logika penelitian).
Setelah diangkat menjadi pengajar pada London School of Economic, dia
sering terlibat diskusi dengan Popper, Feyerabend, dan Kuhn untuk membantu
memantapkan gagasannya tentang Metodology of Scientific Research
Programmes, sehingga pada tahun 1965, Lakatos mengadakan suatu simposium
yang mempertemukan gagasan Kuhn dan Popper. Pada tahun 1968 Lakatos
menerbitkan karyanya yang berjudul: Criticism and the Metodology of Scientific
Research Programmes, sebagai evaluasi terhadap prinsip falsifikasi dan upaya
perbaikan atas kelemahan dan kekuarangannya. Lakatos meninggal pada 2
Februari 1974 di London sebelum sempat menyelesaikan karyanya yang berjudul:
The Changing Logic of Scientific Discovery, sebagai pembaharuan dari karya
Popper yang berjudul: The Logic of Scientific Discovery.2
B. Metodologi riset imre lakatos
Pemikiran Lakatos ini mendapatkan momentumnya, sejak tahun 1965, di
mana ia mengadakan suatu simposium yang mempertemukan gagasan Kuhn dan
Popper. “Metodologi Program Riset” ia maksudkan sebagai struktur metodologis
yang memberikan bimbingan untuk riset masa depan dengan cara positif dan
negatif. Tawaran ini sebagai upaya mengembangkan pandangannya tentang ilmu
dalam usahanya mengadakan perbaikan terus menerus dan untuk mengatasi
tantangan falsifikasionisme Popperian. Menurut Lakatos, persoalan pokok yang
berhubungan dengan logika penemuan (Logic of Discovery) tidak bisa dibahas
secara memuaskan kecuali dalam kerangka metodologi program riset.
Dalam program riset ini terdapat aturan-aturan metodologis yang disebut
dengan “heuristik”, yaitu kerangka kerja konseptual sebagai konsekuensi dari
bahasa. Heuristik itu adalah suatu keharusan untuk melakukan penemuan-
penemuan lewat penalaran induktif dan percobaan-percobaan sekaligus
menghindarkan kesalahan dalam memecahkan masalah. Pemahaman terhadap

2.
Mohammad Muslih, FILSAFAT ILMU: Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan
Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan, solo: 2016, hal. 144.

5
sejarah ilmu pengetahuan adalah sejarah program riset yang lebih dari sekedar
teori. Menurut Lakatos, ada tiga elemen yang harus diketahui dalam kaitannya
dengan program riset, yaitu: pertama, “inti pokok” (hard-core), dalam hal ini
asumsi dasar yang menjadi ciri dari program riset ilmiah yang melandasinya, yang
tidak dapat ditolak atau dimodifikasi. “inti pokok” ini dilindungi dari ancaman
falsifikasi.
Dalam aturan metodologis program riset, hard-core ini disebut sebagai
heuristik negatif, yaitu “inti pokok” yang menjadi dasar di atas elemen yang lain.
Demikian ini, karena sifatnya yang menentukan dari suatu program riset dan
sebagai hipotesa-teoretis yang bersifat umum sekaligus sebagai dasar bagi
program pengembangan. Kedua, “lingkaran pelindung” (protective-belt) yang
terdiri dari hipotesa-hipotesa bantu (auxiliary hypothese) dalam kondisi-kondisi
awal. Dalam mengartikulasi hipotesa pendukung, lingkaran pelindung ini harus
menahan berbagai serangan, pengujian dan memperoleh penyesuaian, bahkan
perubahan dan pergantian, demi mempertahankan hard-core.
Dalam aturan metodologis program riset, protective-belt ini disebut
“heuristik positif”. Heuristik ini dimaksudkan untuk menunjukkan bagaimana
“inti pokok” program riset dilengkapi agar dapat menerangkan dan meramalkan
fenomena-fenomena yang nyata. Heuristik positif terdiri dari seperangkat saran
atau isyarat tentang bagaimana mengembangkan varian-varian yang kompleks;
bagaimana memodifikasi dan meningkatkan lingkaran pelindung yang fleksibel.
Dengan demikian suatu teori selalu dapat dilindungi dari ancaman falsifikasi
dengan mengalihkan sasaran falsifikasi kepada asumsi-asumsi lain yang
kompleks.
Sehingga suatu teori sebagai suatu struktur yang koheren, namun tetap
terbuka untuk dikembangkan (openended) dan memberikan kesempatan untuk
mengadakan program riset lebih lanjut. Ketiga, serangkaian teori (a series theory),
yaitu keterkaitan teori di mana teori yang berikutnya merupakan akibat dari
klausul bantu yang ditambahkan dari teori sebelumnya. Untuk itu, bagi Lakatos,
yang harus dinilai sebagai ilmiah atau tidak ilmiah bukanlah teori tunggal,

6
melainkan rangkaian beberapa teori.3 Yang terpenting dari serangkaian
perkembangan ilmu dan rangkaian teori adalah ditandai oleh kontinuitas yang
pasti. Kontinuitas ini berangkat dari program riset yang murni. Keilmiahan sebuah
program riset dinilai berdasarkan dua syarat:
1. suatu program riset harus memenuhi derajat koherensi yang mengandung
perencanaan yang pasti untuk program riset selanjutnya.
2. suatu program riset harus dapat menghasilkan penemuan fenomena baru.
Teori Lakatos ini menjawab kekurangan-kekurangan pada teori popper
dan Kuhn. Walaupun berbeda, pandangan Popper-Kuhn-Lakatos sesungguhnya
ada benang merah yang mengikat ketiganya. Mereka adalah generasi pemikir
filsafat ilmu baru yang mencoba keluar dari dominasi paradigma positivistik yang
kaku. Berdasarkan penyelidikan Kuhn terhadap sejarah ilmu pengetahuan, transisi
dari satu teori ke teori lain, dan dengan begitu berarti juga perpindahan dari satu
paradigma ke paradigma lain tidak terjadi atas penalaran logika, tetapi lebih
karena adanya pergantian paradigma yang disebutnya sebagai revolusi ilmu
(scientific revolution).
Sebagaimana berbeda dengan Popper, Lakatos juga sedikit berbeda
pandangan dengan Kuhn, yang mana ia menggarisbawahi perlu adanya
konsistensi beberapa research programme alternatif pada waktu yang bersamaan
dan dalam suatu domain yang sama pula sebagai keniscayaan sejarah. Tidak sama
pandangannya dengan Kuhn yang berpendapat bahwa paradigma adalah sesuatu
yang tidak dapat diukur, dinilai, sehingga tidak dapat diperbandingkan secara
rasional satu dengan yang lain, Lakatos dengan tegas menyatakan bahwa kita
dapat membandingkan secara obyektif kemajuan-kemajuan relatif yang dicapai
oleh tradisi-tradisi riset yang saling berlomba.
C. Analisis
Dengan struktur program riset itu diharapkan dapat menghasilkan
perkembangan ilmu yang rasional. Keberhasilan suatu program riset dilihat dari
terjadinya perubahan problem yang progresif. Sebaliknya, suatu program riset

3.
Ahmad Saka Falwa Guna, Fitria Ramadhani, Metodologi Program Riset Imre Lakatos,
Yogyakarta:2022, hal. 143.

7
dikatakan gagal jika hanya menghasilkan problem yang justru merosot atau
degenaratif. Dalam pelaksanaannya, metodologi program riset ilmiah ditelaah dari
dua sudut pandang, yang satu berhubungan dengan pekerjaan program riset
tunggal itu sendiri, sedangkan yang lain dibandingkan dengan program riset
saingannya.
Program riset tunggal meliputi perluasan-perluasan dan modifikasi
perluasan lingkaran pelindung dengan menambah atau menguraikan berbagai
macam hipotesa pendukung. Modifikasi atau penambahan terhadap lingkaran
pelindung dari suatu program riset harus dapat diuji secara independen. Para
ilmuwan baik individu maupun kelompok bebas mengembangkan lingkaran
pelindung, asalkan memberi peluang bagi pengujian baru yang akan membuka
kesempatan bagi penemuan-penemuan baru. Dengan demikian, dalam metodologi
program riset, Lakatos menolak adanya hipotesa-hipotesa yang bersifat ad hoc
yang tidak dapat diuji secara independen, dan menolak upaya yang memperkosa
“inti pokok” program.
Dengan demikian, Lakatos sepenuhnya mendukung objektifitas Popper
dan menghendaki program riset ilmiah menjadi pandangan objektif dan
mendistorsi refleksi terhadap pemikiran manusia baik yang menciptakan maupun
yang memahaminya. Kemudian jika dibawa keranah pendidikan teori dari Imre
Lakatos ini disebut juga dengan pembelajaran saintific, Serangkaian proses
pembelajaran saintifik yang dialami peserta didik secara terus menerus akan
meningkatkan analisa peserta didik.
Hal ini dikarenakan proses pembelajaran melalui pendekatan saintifik
setiap langkahnya menuntut adanya analisa. Proses analisa secara jelas terdapat
pada tahap mengamati dan mencoba. Apabila pada tahap mengamati, analisa yang
dilakukan peserta didik kurang akurat, maka akan berdampak pada hasil sebuah
eksperimen. Maka dari itu, pada tahapan ini peran bimbingan guru sangat
dibutuhkan agar tidak terjadi kesalahan dalam penganalisaan sebuah konsep, ini
contoh gabungan antara implikasi hard core (inti pokok) dengan Protective Belt

8
(Lingkaran Pelindung).4 Tahapan-tahapan dalam pendekatan saintifik yang dilalui
oleh peserta didik secara tidak langsung akan berdampak pada pengalaman
belajar. Setiap tahapan dalam pendekatan saintifik akan memberikan pengalaman
belajar yang berbeda-beda. Dengan perbedaan pengalaman yang diperoleh dari
setiap tahapan pembelajaran saintifik akan berdampak pada kemampuan proses
analisa pemahaman. Korelasi dari setiap pengalaman belajar nantinya akan
menjadi sumber tambahan untuk menentukan hasil akhir sebelum peserta didik
menemukan kesimpulan.

4.
Wahyu Iskandar, Nur Rohman, Muhammad Yusuf, Kontribusi Pemikiran Imre Lakatos
(1922-1974) Dalam Pendekatan Berbasis Saintifik di Madrasah Ibtidaiyah, Yogyakarta: 2019,
hal. 19-20.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Imre Lakatos merupakan seorang ilmuwan yang lahir di Hungaria pada 9
Nopember 1922. Ia menyelesaikan studi pada bidang Matematika, Fisika, dan
Filsafatdi University of Debrecen. Imre Lakatos menerbitkan sebuah karya yang
berjudul: Criticism and the methodology of scientific programmes pada tahun
1968. Dan pada tanggal 2 Februari tahun 1974 sebelum menyelesaikan karya yang
berjudul: “The Changing Logic Of Scientific Discovery”. Imre Lakatos meninggal
dunia di London. Dalam pemikiran Imre Lakatos terdapat banyak pemikiran dari
Popper yang membahas tentang falsifikasi dan juga tentang adanya paradigma
dalam ilmu pengetahuan dari pemikiran Kuhn.
Sehingga Imre Lakatos menggabungkan hasil dari pemikiran kedua tokoh
tersebut dan akhirnya munculnya gagasan dari Imre Lakatos yaitu metodologi
program riset, bahwa ilmu pengetahuan tersebut harus dibuktikan melalui jalan
program riset. Terdapat tiga elemen-elemen penting dalam metodologi program
riset Imre Lakatos, yaitu: (1) Inti pokok (hardcore) berfungsi sebagai heuristic
negatif. (2) Lingkaran pelindung (Protective-belt) yang terdiri dari hipotesa bantu
(auxiliary hypothese) dalam kondisi awal. (3) Serangkaian teori (a series theory).
Dimana teori sesudahnya merupakan akibat dari klausul bantu yang telah
ditambahkan dari teori sebelumnya dan ini menjelaskan bahwa suatu teori tersebut
saling berkaitan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Amir Aziz, Pemikiran Imre Lakatos (1922-1974) Tentang


Metodologi Program Riset Dan Signifikansinya Dalam Kajian
Keislaman,Islamica Vol.1, 2006.
Mohammad Muslih, FILSAFAT ILMU: Kajian atas Asumsi Dasar,
Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan, solo: 2016.
Ahmad Saka Falwa Guna, Fitria Ramadhani, Metodologi Program Riset
Imre Lakatos, Yogyakarta:2022.
Wahyu Iskandar, Nur Rohman, Muhammad Yusuf, Kontribusi Pemikiran
Imre Lakatos (1922-1974) Dalam Pendekatan Berbasis Saintifik di Madrasah
Ibtidaiyah, Yogyakarta: 2019.

11

Anda mungkin juga menyukai