STUKTUR)
PENDAHULUAN
Ditinjau dari segi historis, hubungan antara filsafat dan ilmu
pengetahuan mengalami perkembangan yang sangat menyolok. Pada
permulaan sejarah filsafat di Yunani, philosophia meliputi hampir seluruh
pemikiran teoritis. Tetapi dalam perkembangan ilmu pengetahuan
dikemudian hari, ternyata juga kita lihat adanya kecenderungan yang lain.
Filsafat Yunani kuno yang tadinya merupakan suatu kesatuan kemudian
menjadi terpecah-pecah.
Munculnya ilmu pengetahuan alam pada abad ke 17, maka
mulailah terjadi perpisahan antara filsafat dan ilmu pengetahuan. Dengan
demikian dapatlah dikemukakan bahwa sebelum abad ke 17 tersebut ilmu
pengetahuan adalah identik dengan filsafat.
Dalam perkembangan, filsafat itu sendiri telah mengantarkan
adanya suatu konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana “pohon ilmu
pengetahuan” telah tumbuh mekar-bercabang secara subur. Masing-
masing cabang melepaskan diri dari batang filsafatnya, berkembang
mandiri dan masing-masing mengikuti metodologinya sendiri-sendiri.
Dengan demikian, perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama
semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya
memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru bahkan kearah ilmu
pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi. Oleh
karena itu tepatlah apa yang dikemukakan oleh Van Peursen (1985),
bahwa ilmu pengetahuan dapat dilihat sebagai suatu sistem yang jalin-
menjalin dan taat asas (konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang sifat
benar-tidaknya dapat ditentukan.
Untuk mengatasi gap antara ilmu yang satu dengan ilmu yang
lainnya, dibutuhkan suatu bidang ilmu yang dapat menjembatani serta
mewadahi perbedaan yang muncul. Oleh karena itu, maka bidang
filsafatlah yang mampu mengatasi hal tersebut. Interaksi antara ilmu dan
filsafat mengandung arti bahwa filsafat dewasa ini tidak dapat
berkembang dengan baik jika terpisah dari ilmu. Ilmu tidak dapat tumbuh
dengan baik tanpa kritik dari filsafat.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat Ilmu
Jika berbicara mengenai filsafat ilmu, kita sulit untuk memberikan
batasan yang positif. Banyak pendapat yang memilki makna serta
penekanan yang berbeda tentang filsafat ilmu. Sebagai contoh ialah
perbedaan pendapat antara Stephen Toulmin dengan Ernest Nagel tentang
apakah filsafat ilmu merupakan suatu studi scientific achievement in vivo
atau studi tentang masalah-masalah mengenai penjelasan (problems of
explanaton). Untuk menetapkan dasar pemahaman tentang filsafat ilmu
sangat bermanfaat untuk menyimak tiga titik pandangan (view points) di
dalam filsafat ilmu (Made Putrawan, 1999). Pandangan pertama
menyebutkan filsafat ilmu adalah perumusan world-views yang kosisten
dengan, dan pada beberapa pengertian didasarkan atas, teori-teori ilmiah
yang penting. Menurut pandangan ini, merupakan tugas dari filsuf ilmu
(philosopher of science) untuk mengkolaborasikan implikasi yang lebih
luas dari ilmu. Pandangan kedua mengemukakan bahwa filsafat ilmu
adalah suatu eksposisi dari presuppositions dan predispositions dari para
ilmuwan. Filsuf ilmu mungkin mengemukakan bahwa para ilmuwan
menduga (presuppose) alam tidak berubah-ubah, dan terdapat suatu
keteraturan di alam sehingga gejala-gejala alam yang tidak begitu
kompleks cukup didapat oleh peniliti. Sebagai tambahan, peneliti
mungkin tidak menutup keinginan-keinginan deterministik para ilmuwan
lebih daripada hukumhukum statistik, atau pandangan mekanistik lebih
daripada penjelasan teleologis. Pandangan ini cenderung
mengasimilasikan filsafat ilmu dengan sosiologi.
Pandangan ketiga mengemukakan bahwa filsafat ilmu itu adalah
suatu disiplin yang di dalamnya konsep-konsep dan teori-teori tentang
ilmu yang dianalisis dan diklasifikasikan. 1 Hal ini berarti memberikan
kejelasan tentang makna dari berbagai konsep seperti partikel,
gelombang, potensial, dan komplek di dalam pemanfaatan ilmiahnya.
Akan tetapi, Gilbert Ryle telah menunjukan terdapat sesuatu yang
pretensius (pretentious) tentang pandangan ini mengenai filsafat ilmu
sehingga para ilmuwan memerlukan filsafat ilmu untuk menjelaskan 167
kepada mereka makna dari konsep-konsep ilmiah. Oleh karena itu, ada
dua kemungkinan. Apakah para ilmuwan benar-benar mengerti suatu
konsep yang digunakannya sehingga dalam kasus ini tidak lagi
memerlukan klasifikasi, atau ilmuwan itu tidak tahu makna konsep
1
Saebani, Beni Ahmad. "Filsafat Ilmu: Kontemplasi Filosofis Tentang Seluk-Beluk Sumber dan
Tujuan Ilmu Pengetahuan." (2013).
tersebut sehingga mereka harus mencari (inquiry) hubungan konsep itu
dengan konsep-konsep lain dan dengan operasi pengukuran.
Inkuiri tersebut merupakan suatu kegiatan ilmiah yang tipikal. Tak
seorang pun akan menuntut bahwa setiap kali seorang ilmuwan inkuari
itu, ia sedang mempraktekan flsafat ilmu. Demikian juga , tidak setiap
analisis konsep-konsep ilmiah dikualifikasikan sebagai filsafat ilmu.
Akan tetapi, tipe analisis konseptual yang tertentu hendaknya
diklasifikasikan sebagai bagian dari filsafat ilmu (Made Putrawan, 1999).
Menegaskan pandangan di atas, bahwa ada beberapa tokoh yang
menjelaskan pengertian filsafat ilmu, antara lain:
1. Menurut A. Cornelius Benjamin filsafat ilmu merupakan cabang
pengetahuan filsafat yang merupakan telaah sistematis mengenai
ilmu, khususnya metode-metodenya, konsep-konsepnya dan
praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum
cabang-cabang pengetahuan intelektual.
2. Lewis White Beck, memberi pengertian bahwa filsafat ilmu
membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah
serta mencoba menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai
suatu keseluruhan.
3. Michael V. Berry berpendapat bahwa filsafat ilmu adalah
penelaahan tentang logika interen dari teori-teori ilmiah dan
hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang
metode ilmiah.
4. Menurut May Brodbeck filsafat ilmu adalah analisis yang netral
secara etis dan filsafati, pelukisan dan penjelasan mengenai
landasanlandasan ilmu (Salwinsah, 2013).
2. Objek Formal
Objek formal filsafat ilmu adalah sudut pandang dari mana
sang subjek menelaah objek materialnya. Objek formal filsafat
ilmu adalah hakikat ilmu pengetahuan artinya filsafat ilmu lebih
menaruh perhatian terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan,
seperti apa hakikat ilmu pengetahuan, bagaimana cara memperoleh
kebenaran ilmiah dan apa fingsi ilmu itu bagi manusia.3 Problem
inilah yang di bicarakan dalam landasan pengembangan ilmu
pengetahuan yakni landasan ontologis, epistemologis dan
aksiologis. Objek formal filsafat ilmu merupakan sudut pandangan
yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan
pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek material itu di sorot.
Objek formal filsafat ilmu adalah telaah filsafat tentang fakta
dan kebenaran, serta telaah filsafati tentang konfirmasi dan logika.
Fakta dan kebenaran menjadi objek formil substantif, sedangkan
konfirmasi dan logika menjadi objek formil instrumentatif dalam
studi filsafat ilmu. Di lain sisi, objek formal adalah sosok objek
material yang dilihat dan didekati dengan sudut pandang dan
perspektif tertentu atau dalam istilah lain kemampuan berpikir
manusia dalam memperoleh pengetahuan yang benar. Sementara
objek formal adalah cara pandang tertentu, atau sudut pandang
tertentu yang dimiliki serta yang menentukan satu macam ilmu.
Menurut Surajiyo (2007: 7), objek formal filsafat ilmu adalah sudut
3
Rofiq, M. Nafiur. "Peranan filsafat ilmu bagi perkembangan ilmu pengetahuan." FALASIFA:
Jurnal Studi Keislaman 9.1 (2018): 161-175.
pandang yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau
pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek material
itu disorot. Dalam praktiknya, obyek formal adalah pusat perhatian
dalam penelaah ilmuwan terhadap fenomena itu, yang merupakan
perpaduan antara obyek material dan obyek formal sehingga
merupakan topik utama yang dibahas dalam pengetahuan ilmiah
sebagai objek yang sebenarnya dari cabang ilmu yang
bersangkutan.
4
Situmeang, Ivonne Ruth Vitamaya Oishi. "Hakikat Filsafat Ilmu dan Pendidikan dalam
Kajian Filsafat Ilmu Pengetahuan." IKRA-ITH HUMANIORA: Jurnal Sosial Dan Humaniora 5.1
(2021): 1-17.
5
Jauhari, Iman, Azhari Yahya, and Mohd Din. Filsafat Ilmu. Deepublish, 2020.
yang didalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika,
ekonomi, politik, dan estetika (filsafat keindahan).
Setiap ilmu pengetahuan memiliki objek tertentu yang menjadi
lapangana penyelidikan atau lapangan studinya. Objek ini diperoleh
melalui pendekatan atau cara pandang, metode, dan sistem tertentu.
Adanya objek menjadikan setiap ilmu pengetahuan berbeda antara satu
dengan yang lainnya. Objek filsafat ilmu adalah sesuatu yang merupakan
bahan dari suatu penelitian atau pembentukan pengetahuan.
KESIMPULAN
Berangkat dari beberapa uraian sebelumnya kaitanya dengan
pembahasan tentang pengertian dan obyek telaah filsafat ilmu, maka
dapat disimpulkan antara lain: Pengertian filsafat ilmu bisa dilandaskan
pada batasan antara filsafat dan ilmu, sehingga akhirnya dapat
diintegrasikan dalam cara pandang pengertian filsafat ilmu secara umum.
Sedangkan dalam hemat penulis sendiri, bahwa Filsafat ilmu dapat
diartikan sebagai konsepsi secara teoritis dan merupakan hasil dari proses
ilmiah yang sistematis, untuk menjelaskan maupun mengungkapkan
tentang sesuatu, terkait dengan obyek-obyek pengetahuan. Obyek telaah
Filsafat ilmu, hakikatnya menekankan pada persoalan obyek materi dan
formal. Obyek materi yang dimaksud adalah proses penyelidikan fakta-
fakta empiris, sedangkan obyek 170 formalnya menegaskan pada
persoalan upaya atau cara untuk memahami hal-hal yang sifatnya materi.
DAFTAR PUSTAKA