Anda di halaman 1dari 8

1

IMRE LAKATOS
Seorang Mediokrist diantara para Ekstremist.
Imre Lakatos adalah seseorang yang mengambil jalan tengan atas
perbedaan pemikiran antara Khun dan Popper, karena pada waktu itu terjadi
polemik terselubung antara para pengikut Popper dan pengikut Khun dan polemik
antara Khun dan Popper seolah tidak mengenal titik temu. Lakatos ingin
mengembangkan dan mengkritik atas kekurangan dari pemikiran Popper dan
menghasilkan metode baru yang selanjutnya di sebut Program Riset.
Pemikiran Karl Raimund Popper yang menolak pembedaan antara
ungkapan yang bermakna (meaningful) dan ungkapan yang tidak bermakna
(meaningless) berdasarkan kriterium dapat tidaknya suatu pernyataan dibenarkan
secara empiris. ia mengganti pembedaan itu dengan mengemukakan pembedaan
baru berdasarkan apakah suatu pernyataan bersi!at ilmiah atau tidak imiah.
asarnya tetap pada ada atau tidak adanya dasar empiris bagi ungkapan
bersangkutan. "ngkapan yang tidak bersi!at ilmiah mungkin saja sangat
bermakna.
emarkasi antara suatu ungkapan bermakna atau tidak bermakna,
yakni realitas empiris dan yang menjadi !ondamen seluruh pernyataan ilmu
pengetahuan justru rapuh karena kelemahan internal dari cara kerja induksi itu
sendiri. Induksi mengandalkan generalisasi, padahal peralihan dari sesuatu yang
partikular ke yang bersi!at uni#ersal justru salah secara logis. $adi, demarkasinya
2
harus ada pada !ondamen %&L'I%I&(ILI)&' * ciri khas ilmu pengetahuan
adalah apakah ilmu tersebut dapat dibuktikan salah. +etode !alsi!ikasi sederhana
saja, dengan obser#asi terhadap angsa-angsa putih, betapun besar jumlahnya,
orang tidak dapat sampai pada kesimpulan bahwa semua angsa berwarna putih,
tetapi sementara itu cukup satu kali obser#asi terhadap seekor angksa hitam untuk
menyangkal pendapat tadi. $adi, dengan pembuktian seperti itulah sebuah hukum
ilmiah berlaku, bahwa bukan apakah suatu hukum ilmiah dapat dibenarkan
melainkan dapat dibuktikan salah.
(agi Popper, pengetahuan maju bukan karena akumulasi pengetahuan,
melainkan lewat proses eliminasi yang semakin keras terhadap kemungkinan
kekeliruan dan kesalahan. Karena itu, epistemologinya Popper disebut
.PI').+/L/0I P.+.1&2&3 +&'&L&2.
'edangkan )homas '. Kuhn, ia menolak pemikiran Popper yang
melihat gerak perkembangan sains berdasarkan proses !alsi!ikasi terhadap suatu
teori. (agi )homas Kuhn, perkembangan ilmu pengetahuan harus dipotret dari
sejarah perkembangan ilmu itu sendiri. (agi dia, sejarah perkembangan ilmu akan
menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan tidak berkembang melalui proses
!alsi!ikasi, tetapi terjadi secara re#olusioner.
Pada tahun 4567, Imre Lakatos mengandakan suatu simposium yang
mempertemukan gagasan Khun dan Popper. Pada tahun 4568 Imre Lakatos
menerbitkan karyanya yang berjudul, Falsification and The Metodology of
Scientific Research Programms, sebagai e#aluasi atas prinsip !alsi!ikasi dan upaya
3
perbaikan atas kelemahan dan kekuranganya. Program riset ilmiah sendiri adalah
sejumlah tahapan yang harus dilalui setiap teori atau gagasan dasar untuk menjadi
semakin lama semakin matang.
alam Program Riset ini terdapat aturan-aturan metodologi yang
disebut 92euristik:, yaitu kerangka kerja konseptual sebagai kosekuensi dari
bahasa. 2euristik adalah suatu keharusan untuk melakukan penemuan-penemuan
lewat penalaran indukti! dan percobaan-percobaan sekaligus menghadirkan
kesalahan dalam memecahkikan masalah.
+enurut Imre Lakatos terdapat tiga elemen yang masing mempunyai
!ungsi yang berbeda dan harus diketahui dalam kaitanya dengan Program Riset,
yaitu,
4. Inti Pokok (Hard-core)
Pemikiran Lakatos berkaitan dengan struktur teori. Pemikiran ini
berpendapat bahwa dalam sebuah teori terdapat sebuah inti teori yang tidak bisa
dibandingkan satu sama lain. Ini disebut dasar dari dasar (hardcore) dari sebuah
ilmu, dan ini tidak bisa di!alsi!ikasi. Paradigmanya menggunakan istilah Program
penelitan (program research). +aka setiap program riset ilmiah terdiri dari inti
pokok berupa hipotesis teoritis yang sangat umum dan hipotesis-hipotesis
pelindung yang rentan terhadap kritik. Inti pokok program riset tersebut ber!ungsi
sebagai dasar dari program penelitian yang dapat dikembangkan lebih lanjut.
Lakatos memberikan beberapa contoh untuk menjelaskan hal ini. misalnya, pada
gagasan dasar heliosentrisme Kopernikus, 0ra#itasi 3ewton dan 'osialisme +ar;
4
ini merupakan teori dasar yang kebal terhadap kritik. 'ecara keseluruhan, mereka
mengandung asumsi-asumsi dasar, yaitu inti pokok program yang tidak dapat
di!alsi!ikasi secara empiris. $ika inti pokok teoritis ini tidak dapat dipertahankan
lagi, maka runtuhlah program riset tersebut dan hanya tinggal sebuah nama saja.
+isalnya, tesis Ptolomeus, bahwa bumi adalah pusat alam semesta, runtuh dengan
sendirinya karena heliosentrisme Kopernikus. an, hancurnya 'osialisme ketika
berhadapan dengan kapitalisme modern.
<. Lingkaran Pelindung (Protecti#e-belt)
'ebagai lapisan kedua, Lakatos menyebutnya sebagai =lingkaran
pelindung,> yang terdiri hipotesis-hipotesis pendukung yang menjelaskan ramalan-
ramalan tertentu dan asumsi-asumsi yang mendasari uraian kondisi-kondisi awal
dan penjelasan-penjelasan obser#asi. Lingkaran Pelindung ini terdiri dari
hepotesa-hipotesa bantu (auxiliary hypothese). alam mengartikulasi lingkaran
pelindung, lingkaran pelindung ini harus menahan berbagai serangan, pengujian
dan memperoleh penyesuaian, bahkan perubahan dan pengertian, demi
mempertahankan hard-core. alam aturan metodologis, lingklaran pelindung ini
disebut 9heuristik positi!: maksudnya untuk menunjukkan bagaimana inti pokok
program riset dilengkapi agar dapat menerangkan dan meramalakan !enomena-
!enomena yang nyata. 2euristik positi! terdiri dari saran atau isyarat tentang
bagaimana mengembangkan #aian-#arian yang komplek, bagaimana
memodi!ikasi dan meningkatkan lingkaran pelindung yang !leksibel.
5
'ebagai contoh, program riset Kopernikus mendapat hipotesis
pendukung bahwa planet-planet bergerak membentuk lingkaran. 2ipotesis ini
kemudian dipersoalkan. +elalui temuan astronomi setelah Kopernikus diketahui
bahwa planet-planet itu tidak bergerak secara lingkaran, melainkan secara
episiklis. 2ipotesis ini baru dapat di#eri!ikasi berkat perkembangan instrument
penelitian baru, yaitu teleskop.
?. 'erangkaian )eori (a series of theory)
Keterkaitan teori dimana teori yang berikutnya merupakan akibat dari
klausal bantu yang ditambah dari teori sebelumnya. +enurut Imre Lakotos, yang
harus dinilai sebagai ilmiah atau tidak ilmiah bukanlah teori tunggal, melainkan
rangkaian teori baru. an yang terpenting dalam serangkaian teori adalah ditandai
oleh kontinuitas yang pasti. Kontinuitas berangkat dari program riset yang murni.
6
engan contoh ini, kita dapat mengatakan bahwa tugas metodologis
utama dari program riset ilmu adalah heuristic negati#e. ikatakan heuristik
karena tugas ilmu adalah menemukan hipotesis dan dikatakan negati#e karena
temuan hipotesis dasar itu kebal terhadap kritik. engan perkataan lain, setiap
program ilmiah memiliki asumsi-asumsi dasar yang tidak boleh ditolak atau
di!alsi!ikasi. Kritik hanya dapat dilontarkan terhadap hipotesis pelindung.
'ampai disini, kita boleh mengatakan bahwa Lakatos sebenarnya telah
menegaskan dua hal. Pertama, suatu program riset harus memiliki suatu derajat
koherensi, artinya kebal terhadap kritik. Kedua, suatu program riset harus dapat
menghasilkan penemuan !enomena baru.Keilmiahan sebuah program riset dinilai
dari dua syarat, yaitu,
alam struktur program riset ini diharapkan bisa menghasilkan suatu
keilmuan baru yang rasional. Keberhasilan dari suatu program riset ini dilihat dari
7
terjadinya perubahan problem yang progresi! dan sebaliknya dikatakan gagal
dalam program riset ini adalah jika hanya menghasilkan problem yang justru
merosot atau degenerati!.
engan demikian kegiatan ilmiah selanjutnya diarahkan kepada
penemuan paradigma baru, dan jika penemuan baru ini berhasil, maka akan terjadi
perubahan besar dalam ilmu pengetahuan. Penemuan baru bukanlah peristiwa-
peristiwa yang tersaing, melainkan episode-episode yang diperluas dengan
struktur yang berulang secara teratur. Penemuan diawali dengan kesadaran akan
adanya anomali. Kemudian riset berlanjut dengan eksplorasi yang sedikit banyak
diperluas pada wilayah anomali. an riset tersebut hanya akan berakhir bila teori
atau paradigma itu telah disesuaikan sehingga yang menyimpang menjadi sesuai
dengan yang diharapkan. $adi yang jelas, dalam penemuan baru harus ada
penyesuaian antara !akta dengan teori yang baru.
$ika inti dasar dari program riset itu menjadi norma bagi
perkembangan ilmu, pertanyaan metodologi berikutnya yang tidak kalah rumitnya
adalah bagaimana mengukur konsintensi dan perkembangan ilmu@ alam hal ini,
Lakatos mengemukakan bahwa suatu program ilmiah akan dihargai dan diterima
banyak orang jika program tersebut dapat meramalkan !enomena-!enomena baru.
meskipun pada awalnya ramalan tersebut pada permulaannya bersi!at samar-
samar, lalu dengan lambat laun berkembang makin eksplisit sehingga memiliki
bentuknya sendiri.
8
Lebih lanjut menurut Lakatos, setiap ramalan merupakan implikasi
logis dari sebuah teori atau sebuah program riset, atau minimal hasil rancangan
suatu program riset tersebut. +aka setiap bukti selalu mendukung sebuah teori,
karena tanpa teori sebuah !akta tidak dapat dijelaskan. engan cara ini, Lakatos
secara tidak langsung menjawab pertanyaan tentang perkembangan ilmu
pengetahuan. (agi Lakatos, ada hubungan yang intrinsic antara ramalan baru dan
inti dasar program riset. 'uatu program riset dapat dikatakan progresi! jika
program itu menghasilkan ramalan-ramalan baru yang alamiah, maksunya adalah
ramalan empiris sebagai implikasi dari suatu hipotesis.
alam hal ini, kita dapat mengambil contoh konkret sebagai implikasi
logis dari sebuah hipotesis. 2ipotesis tersebut berbunyi, angin bergerak dari
daerah dengan tekanan udara lebih tinggi menuju daerah dengan tekanan udara
lebih rendah. ari hipotesis ini kita dapat mengatakan bahwa rumah-rumah yang
terletak di daerah lereng-lereng bukit memiliki kemungkinan untuk roboh jauh
lebih besar daripada rumah yang berada di lembah bukit. Karena disitulah
kecepatan angin menjadi lebih tinggi dari pada di lembah bukit yang memiliki
tekanan udara yang secara de !akto lebih rendah. Ramalan bahwa rumah di lereng
bukit memiliki kemungkinan untuk roboh lebih besar merupakan suatu ramalan
baru yang alamiah sebagai implikasi logis dari sebuah hipotesis yang berbunyi,
angin bergerak dari daerah dengan tekanan udara lebih tinggi menuju daerah
dengan tekanan udara lebih rendah.

Anda mungkin juga menyukai