Anda di halaman 1dari 21

KANT DAN ROMANTISME

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu

Dosen Pembimbing
Dr. Muhammad Adlan Nawawi, M.Hum

Disusun Oleh:

ALI ABDURAHMAN (192520100)


CHAIRUL HUDA (192520103)
HABIBURRAHMAN (192520106)
MOCH ZAKY RIZKY RABBANY (192520109)

PROGRAM STUDI MAGISTER

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PTIQ JAKARTA

2020

0
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Nama Immanuel Kant bagi peselancar filsafat terdengar begitu elegan dan
penting dalam dunia filsafat. Konsep filsafat moralnya memberi banyak
kemungkinan untuk kritik dan pembahasan. J.B. Schneewind, seorang profesor
filsafat di New York mengemukakan beberapa alasan mengapa harus mempelajari
filsafat moral melalui pemikiran Kant.
Schneewind menjelaskan bahwa ada tiga alasan mengapa karya Kant menjadi
teks yang penting bagi para pelajar politik, hukum, ekonomi, dan ilmu sosial
lainnya. Yang pertama, Kant merupakan filosof modern yang memaparkan cara
baru dalam memahami filsafat moral. Hal ini bergantung pada sejarah pemikiran
barat yang hadir dan lama diterima oleh masyarakat Barat di era sebelum Kant
berhasil merumuskan metafisika moral. Tesis utama Kant ialah bahwa manusia
merupakan makhluk moral, dan oleh sebab itu Kant percaya bahwa melalui
berbagai pengamatan empiris maka pendasaran moral dapat dijelaskan secara
rasional. Kant mengemukakan salah satu cara terbaik untuk menganalisis
proposisi moralitas manusia melalui pengamatan atas detail formula yang
menyusun moralitas.
Alasan kedua ialah karena Kant telah menuliskan magnum opus-nya yang
berjudul The Groundwork of Metaphysics of Moral, Critique of Practical Reason,
serta Critique of Pure Reason yang merupakan karya filsafat metafisika moral
terbesar di zaman modern. Di dalam ketiga buku tersebut, Kant memaparkan
berbagai kriteria filsafat moral dan bagaimana moralitas dapat diketahui oleh
manusia melalui rasionya. Karya-karya di atas menjadi rujukan karya-karya besar
dari berbagai filosof dan peneliti di bidang ilmu lainnya.
Alasa ketiga dari Schneewind ialah bahwa karya Kant merupakan karya
revolusioner pada zamannya. Kant berusaha mengubah konsepsi moral yang hadir
selama masanya, dan juga pada masa sebelumnya. Demikian pula, Kant memberi
pengertian tegas mengenai bagaimana rasio manusia bekerja, utamanya dalam

1
pilihan moral. Moralitas dalam filsafat Kant telah jauh dari unsur-unsur teologis
dan dogmatis.

2. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sosok filosof Immanuel Kant dianggap sebagai tokoh
pencerah?
2. Pemikiran filsafat Immanuel Kant seperti apa yang mampu mengubah
masyarakat pada masanya?
3. Apa aitu romantisme dalam kajian filsafat?
4. Seperti apa proyek pencerahan Immanuel Kant?

3. TUJUAN
1. Mengenal biografi filosof Immanuel Kant
2. Menegenal filsafat Immanuel Kant
3. Menegenal romantisme dalam kajian filsafat
4. Mengetahui pencerahan menurut Immanuel Kant

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. BIOGRAFI IMMANUEL KANT


Immanuel Kant adalah seorang filsuf yang terlahir dari keluarga yang sangat
sederhana. Ia lahir di Konigsberg, Prusia Timur, Jerman, pada tanggal 22 April
1724. Pemikiran dan karya-karyanya membawa revolusi yang begitu kuat hingga
saat ini.1 Ayahnya adalah seorang pembuat pelana kuda, sedangkan ibunya yang
memang rendah dalam pendidikan formal namun memiliki kecerdasan yang amat
luar biasa. Kant dibesarkan dalam suasana Pietist2 yang ketat, dan sejak usia
delapan tahun hingga enam belas tahun ia belajar di sekolah Pietist lokal. Di
sinilah kecerdasannya yang luar biasa dan kehausannya untuk terus-menerus
belajar mulai terganggu akibat terlalu banyaknya nasihat-nasihat religius yang ia
dengar. Kebenciannya atas ajaran resmi agama tetap tinggal dalam dirinya sampai
akhir hidupnya (saat ia dewasa, Kant tidak pernah datang ke gereja). Meskipun
demikian, banyak sekali ajaran Pietist yang tetap mewarnai hidup Kant, terutama
yang berkaitan cara hidup sederhana yang berdasarkan prinsip moral yang ketat.
Pada usia 18 tahun Kant memasuki Universitas Konigsberd sebagai
mahasiswa teologi. Pada mulanya Kant mendapatkan bantuan keuangan dari
gereja Pietist lokal untuk kuliahnya, tetapi ia juga berusaha untuk membiayainya
sendiri dengan memberikan les kepada teman-teman kuliahnya. Dengan segera
Kant menjadi sangat bosan pada teologi dan mulai menunjukkan minatnya yang
besar pada matematika dan fisika.3
Pada tahun 1746, ketika Kant berusia 22 tahun, ayahnya meninggal dunia.
Kant bersama lima orang adik perempuannya ditinggalkan dalam keadaan miskin.
Adik perempuannya yang terkecil dipungut anak oleh sebuah keluarga Pietist,
sedangkan adik-adiknya yang lain bekerja sebagai pelayan. Kant melamar bekerja

1
Juhaya S. Praja, Aliran-Aliran Filsafat dan Etika (Bandung: Yayasan Piara, 1997), 77
2
Pietist merupakan salah satu aliran dalam agama Protestan, ia merupakan gerakan yang semula
berasal dari aliran gereja Lutheran di Jerman pada bad ke-17, yang menekankan ajarannya pada
kehidupan agama formal yang ortodoks. Baca lebih lanjut Paul Strathern, 90 Menit Bersama Kant,
5.
3
Mudji Sutrisno, Para Filsuf Penentu Gerak Zaman (Yogyakarta: Kanisius, 1992), 64.

3
di sebuah sekolah lokal, tapi lamarannya ditolak, hingga ia akhirnya terpaksa
meninggalkan bangku kuliah sebelum sempat meraih gelar sarjana. Selama
sembilan tahun berikutnya, Kant membiayai dirinya sendiri dengan memberikan
les pada keluarga-keluarga kaya di sekitar wilayah pedesaan.4
Kant bangkit kembali dan sukses meraih gelar doctor Pada tahun 1755, ketika
berusia 31 tahun, Kant berhasil meraih gelar sarjana dari Universitas Konigsberg
berkat kebaikan hati seorang dermawan Pietist. Di usia tersebut bisa dikatakan
terlambat untuk mendapatkan gelar kesarjanaan, dan seperti halnya yang akan kita
lihat, Kant memang termasuk filsuf yang perkembangannya terlambat.
Setelah mendapatkan gelarnya, Kant memperoleh jabatan di universitas
sebagai seorang privatdozent (dosen yunior). Jabatan ini dipegangnya selama lima
belas tahun, sebuah jabatan akademis yang tidak mengenal bayaran yang pantas.
Kant memberikan kuliah dalam bidang matematika dan fisika, serta menerbitkan
sejumlah risalah dalam berbagai persoalan ilmu pengetahuan. Selain itu, Kant
juga mulai memberikan kuliah-kuliah dalam bidang filsafat. Dari caranya
berbicara, orang segera melek betapa Kant telah melakukan perjalanan yang
begitu jauh melalui wilayah-wilayah etika dan epistimologi yang penuh bahaya,
bahkan melampaui Utima Thule (jarak terjauh) logika, hingga memasuki wilayah
yang begitu jauh dari peradaban seperti metafisika.
Selama sebelas tahun Kant tidak mempublikasikan apa pun, namun ia tetap
tekun menggarap filsafatnya. Selama itu pula ia menjalani kehidupan yang betul-
betul sangat teratur. Keteratuan inilah yang membuat Kant menjadi sebuah
legenda. Seperti yang diungkapkan oleh Heine, “Bangun pagi, minum kopi,
menulis, memberikan kuliah, makan malam, jalan-jalan sore adalah kegiatan Kant
yang masing-masing mempunyai jadwalnya sendiri. Dengan jaket abu-abu dan
tongkat di tangannya, Immanuel Kant muncul dari balik pintu rumahnya dan
berjalan ke arah sebuah jalan setapak yang dihiasi pohon-pohon linden (sejenis
pohon dari genus Tilia). Inilah yang disebut dengan “The Philosopher’s Walk”,
dan semua orang tahu persis bahwa saat itu jarum jam menunjukkan angka

4
M. Amin Abdhullah, Antara al-Ghozali dan Kant; Filsafat Etika Islam, terj. Hamzah (Bandung:
Mizan, 2002), 33.

4
setengah empat tepat. Ia selalu menggunakan waktu tersebut untuk berjalan-jalan
di musim apa pun. Ketika cuacanya sedang mendung, maka pelayannya yang tua,
Lampe, akan tampak berjalan di belakang Kant dengan mengempit payung,
sebagai sebuah lambing kebijaksanaan”.5
Pada tahun 1796 kesehatan Kant mulai menurun. Ia mengalami gangguan
kesehatan, hingga ia menjadi sering sakit-sakitan. Kant hampir buta, hampir
kehilangan kekuatan fisik dan intelektualnya. Hingga pada akhirnya membuatnya
lupa dan pikun pada teman-temannya. Bahkan Kant tidak mampu lagi melengkapi
kalimat latin sederhana. Hingga pada akhirnya di tahun 1804 tanggal 12 Februari
Kant meninggal dunia dalam usia 80 tahun. Kant dimakamkan di katedral. Hingga
pada tahun 1924 tepat peringatan 200 tahun kelahiran Kant yang tersisa hanyalah
tulang-tulang belulangnya. Ketika saat itu terdapat perang dunia kedua yang
membuatnya porak-poranda, kuburan Kant menjadi rusak akibat perang tersebut.
Seorang yang tak dikenal membongkar peti batunya kuburan Kant dan
membawanya kabur. Hingga saat ini yang tertinggal hanyalah sebuah batu
nisannya yang bertuliskan “ Langit berbintang di atas saya, hukum moral di
batinku.”6

B. PEMIKIRAN FILSAFAT IMMANUEL KANT


1. Aliran Kritisisme Kant
Aliran ini muncul abad ke-18. Ini adalah suatu zaman baru di mana
seorang ahli pikir yang cerdas mencoba menyelesaikan pertentangan antara
rasionalisme dengan empirisme. Zaman baru ini disebut zaman pencerahan
(Aufklarung). Zaman pencerahan ini muncul di mana manusia lahir dalam
keadaan belum dewasa (dalam pemikiran filsafatnya). Isaac Newton (1642-
1727) memberikan dasar-dasar berpikir dengan induksi, yaitu pemikiran yang
bertitik tolak pada gejala-gejala dan mengembalikan kepada dasar-dasar yang
sifatnya umum. Untuk itu dibutuhkan analisis. Di Jerman pertentangan antara

5
Henry D. Aiken, Abad Ideologi, terj. Sigit Djatmiko (Yogyakarta: Yayasan Bentang
Budaya, 2002), 20.
6
Paul Strathern, 90 Menit Bersama Kant, (Jakarta: Erlangga, 2001), 49.

5
rasionalisme dengan empirisme semakin berlanjut. Masing-masing berebut
otonomi. Kemudian timbul masalah, siapa yang sebenarnya dikatakan sebagai
sumber pengetahuan? Apakah pengetahuan yang benar itu lewat rasio atau
empiris?
Kant mencoba menyelesaikan persoalan di atas. Pada awalnya, Kant
mengikuti rasionalisme, tetapi kemudian terpengaruh oleh empirisme Hume.
Walaupun demikian, Kant tidak begitu mudah menerimanya karena ia
mengetahui bahwa dalam empirisme terkandung skeptisisme. Untuk itu ia
tetap mengakui kebenaran ilmu, dan dengan akal, manusia akan dapat
mencapai kebenaran. Akhirnya, Kant mengakui peranan akal dan pengalaman
empiris, kemudian dicobanya dengan mengadakan sintesis. Menurut Kant,
walaupun semua pengetahuan bersumber pada akal (rasionalisme), tetapi
adanya pengertian timbul dari benda (empirisme). Ibarat burung terbang harus
mempunyai sayap (rasio) dan udara (empiris).
Jadi metode berpikirnya disebut metode kritis. Walaupun ia mendasarkan
diri pada nilai yang tinggi dari akal, tetapi ia tidak mengingkari adanya
persoalan-persoalan yang melampaui akal. Sehingga akal mengenal batas-
batasnya karena itu aspek irrasionalitas dari kehidupan dapat diterima
kenyataanya.7

2. Kritik atas Rasio Murni


Kritisisme Kant dapat dianggap sebagai suatu usaha raksasa untuk
mendamaikan rasionalisme dan empirisme. Rasionalisme mementingkan
unsur a priori dalam pengenalan, berarti unsur-unsur yang terlepas dari segala
pengalaman (seperti misalnya “ide-ide bawaan” ala Descartes). Empirisme
menekankan unsur-unsur aposteriori, berarti unsur-unsur yang berasal dari
pengalaman (seperti Locke yang menganggab rasio sebagai “lembaran putih”.
Menurut Kant, baik rasionalisme maupun empirisme, kedua-duannya berat
sebelah. Ia berusaha menjelaskan bahwa pengenalan manusia merupakan
paduan antara sintesis unsur-unsur a priori.

7
Asmoro Achmadi. Filsafat Umum. (Jakarta: RAJAWALI PERS, 2013), hal.118

6
3. Pengetahuan Pada Taraf Indra
Unsur apriori memainkan peranan bentuk dan unsur aposteriori
memainkan peranan materi. Menurut Kant, unsur apriori itu sudah terdapat
pada taraf indra. Ia berpendapat dalam pengetahuan indrawi selalu ada dua
bentuk apriori, yaitu ruang kosong, di mana benda-benda di letakkan; ruang
tidak merupakan “ruang dalam dirinya” (ruang an sich). Waktu bukan
merupakan suatu arus tetap, di mana pengindraan-pengindraan bisa
ditempatkan. Kedua-duannya berakar dalam struktur subyek sendiri
Pendirian tentang pengenalan indrawi ini mempunyai implikasi yang
penting. Memang ada suatu realitas, terlepas dari subyek. Kant berkata bahwa
memang ada das ding an sich (benda-dalam-dirinya) akan tetapi, das ding an
sich selalu tinggal suatu X yang tidak dikenal. Kita hanya mengenal gejala-
geajala, yang selalu merupakan sintetis antara hal-hal yang datang dari luar
dengan bentuk ruang dan waktu.8
Setelah obyek indra dijelaskan menurut kategori-kategori barulah
objek yang diamati menjadi objek dalam pengertian sebenarnya. Sekarang
barulah kita dapat bicara tentang “mobil”, orang yang menyanyi, dan lain-
lain.9

4. Pengetahuan pada Taraf Rasio


Kant menjelaskan bagaimana data indrawi itu menjadi pengetahuan.
Menurut Kant, dalam diri subyek, terdapat dua kemampuan, yakni untuk
menerima data indrawi dan untuk membentuk konsep. Kemampuan
mengindra sudah disebut sebagai “sensibilitas”. Lalu Kant menyebut
kemampuan untuk menghasilkan konsep sebagai pemahaman, atau dengan
istilah kant “Verstand” (rasio). Hubungan kedua kemampuan ini erat sekali.
Tanpa sensibilitas objek tak dapat masuk dalam subyek; dan tanpa akal obyek
tak dapat dipikirkan. Di sini pun jelas bagaimana Kant mendamaikan
empirisme dan rasionalisme.
8
Asmoro Achmadi. Filsafat Umum. (Jakarta: RAJAWALI PERS, 2013), hal. 285
9
Akhyar Yusuf Lubis. Filsafat Ilmu:klasik hingga kontemporer. (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2014), hal.132

7
Asas-asas akal budi, yakni logika. Logika di sini bukanlah logika formal
yang mengabstraksikan obyek-obyek sampai lepas dari isi empirisnya,
melainkan “logika transendental” yang meskipun sama a priorinya namun
tetap menjaga kaitannya dengan obyek empiris. Dengan kata lain, logika
transendental memusatkan diri pada asas-asas a priori pikiran kita atas objek
sejauh menentukan pemahaman kita, dan bukan pada asas-asas a priori yang
lepas dari objek. Logika transendental inilah yang menurut Kant merupakan
forma a priori dalam akal budi. Bagaimana unsur a priori dalam akal budi ini
melakukan tugasnya?
Berpikir adalah membuat putusan. Dalam putusan, menurut Kant, terjadi
sintesis antara data indrawi dan unsur-unsur a priori akal budi. Unsur-unsur a
priori akal budi itu disebut Kant “kategori-kategori” Tanpa sintesis itu, kita
bisa mengindra penampakan, tetapi tidak mengetahuinya. Dengan kata lain,
kategori-kategori itu merupakan syarat a priori pengrtahuan kita.10

5. Kritik atas Rasio Praktis


Rasio murni yang dimaksudkan Kant adalah rasio yang dapat menjalankan
roda pengetahuan. Akan tetapi, di samping rasio murni, terdapat rasio praktis,
yaitu rasio yang mengatakan apa yang harus kita lakukan; atau dengan kata
lain, rasio yang memberikan perintah kepada kehendak kita. Kant
memperlihatkan bahwa rasio praktis memberikan perintah yang mutlak yang
disebutnya sebagai imperatif kategori. Kant beranggapan bahwa ada tiga hal
yang harus disadari sebaik-baiknya bahwa ketiga hal itu dibuktikan, hanya
dituntut. Itulah sebabnya, Kant menyebutkan ketiga postulat dari rasio praktis;
1. Kebebasan kehendak
2. Inmoralitas jiwa
3. Adanya Tuhan
Yang tidak dapat ditemui atas dasar rasio teoritis harus diandaikan atas
dasar rasio praktis. Akan tetapi, tentang kebebasan kehendak, immoralitas
10
F. Budi Hardiman. Pemikiran-Pemikiran yang Membentuk Dunia Modern.(Dari
Machiavelli sampai Nietzsche), (Jakarta: PT. GELORA AKSARA PRATAMA, 2011), hal.
120

8
jiwa, dan adanya Allah, kita semua tidak mempunyai pengetahuan teoritas.
Menerima ketiga postulat tersebut dinamakan Kant sebagai Glaube alias
kepercayaan.

C. SEJARAH ROMANTISME
Romantisisme berawal dari akhir abad 18 di Eropa Barat. Gerakan artistik
ini adalah aliran seni yang berawal dari sastra dan merambah hingga ke
gerakan intelektual secara umum.
Istilah Romantisisme pertama kali digunakan di Jerman pada akhir 1700-
an oleh para kritikus August dan Friedrich Schlegal yang menulis buku kritik
berjudul romantische Poesie (puisi romantik). Penyair Inggris William
Wordsworth menjadi suara utama gerakan romantisisme di tahun 1815-an.
Wordsworth miliki gagasan utama bahwa puisi harus menjadi luapan
spontan perasaan yang kuat. Melawan tatanan sosial, kepercayaan setempat,
dan nilai-nilai yang mapan Romantisisme menjadi gerakan seni yang
dominan di seluruh Eropa pada tahun 1820-an.
Sejarah romantisisme dipengaruhi oleh datangnya revolusi industri yang
mulai meninggalkan kealamian dunia dan destruktif terhadap lingkungan.
Banyak seniman yang menolak praktik-praktik industrialisasi yang kurang
memperhatikan dampak negatifnya terhadap alam.
Meskipun belum dikategorikan sebagai seni modern, romantisisme telah
melawan gerakan seni klasik yang telah mapan sebelumnya. Romantisisme
sudah mulai mengeksplorasi bentuk estetis lain yang tidak hanya mencari
keindahan suatu objek belaka. Romantisisme menggali nilai luhur yang agung
dari suatu subjek, sebagai pengganti kecantikan dan keindahan fisik.
1. Ciri-Ciri Aliran Romantisisme
Romantisisme tidak dapat diidentifikasi dengan suatu gaya, teknik,
atau sikap yang tunggal, namun memiliki ciri umum yang seragam. Ciri
tersebut adalah:
a. Imajinatif.

9
Meskipun tetap realistis (tidak ada fantasi), adegan yang digunakan
pada romantisisme cenderung tampak teatrikal dan bukan
pemandangan sehari-hari, untuk menciptakan adegan tersebut
diperlukan daya imajinasi yang tinggi.
b. Subjektif. Penciptaan seni dianggap sebagai ekspresi diri seniman.
c. Menggunakan intensitas emosional yang tinggi.
d. Pencitraan atau suasana memiliki kualitas dream-like (seperti mimpi).
e. Menggambarkan perasaan kuat yang tidak harfiah atau menggunakan
perumpaan dan simbol.

2. Tokoh Aliran Romantisisme, Karya & Penjelasan


1. Fransisco Goya
Francisco Goya dianggap sebagai seniman romantisisme asal
Spanyol yang paling penting pada akhir abad 18-an. Sepanjang
karirnya Goya banyak mengabadikan sejarah melalui lukisannya. Goya
sering disebut sebagai Old Masters yang terakhir dan pelukis modern
yang pertama (transisi dari renaisans menuju romantisisme). Selain
melukiskan sejarah dia juga sering melukis potret bernuansa
kontemporer (pada masanya) yang berarti sudah meninggalkan tradisi
neoklasik.
Contoh Aliran Romantisisme: The Second of May 1808 &
Penjelasan

10
Contoh karya aliran romantisisme: The Second of May 1808 oleh
Fransisco Goya, wikipedia.com

Lukisan ini adalah salah satu contoh sejarah yang dilukiskan oleh
Fransisco Goya. Goya menyaksikan sendiri pendudukan Perancis di
Spanyol pada tahun 1808. Upaya untuk menurunkan kerajaan Spanyol dari
Madrid memicu pemberontakan yang luas. Pemberontakan itu terjadi pada
1-2 Mei 1808.
Goya mengabadikan peristiwa tersebut dengan lukisan yang
mereka adegan tanpa menyaksikannya secara langsung. Ia hanya
mengetahui informasi tersebut, lalu menggambarkan dengan imajinasinya.
Lukisan ini adalah salah satu contoh bagaimana para seniman romantik
bekerja dengan imajinasi tinggi dan mempresentasikannya dengan cara
yang dramatis melalui adegan peperangan yang sengit.

2. J.M.W Turner
Joseph Mallord William Turner adalah seniman asal Inggris
yang dikenal dengan pewarnaan ekspresif, pemandangan imajinatif
dan gambar dramatis. Sehingga dapat dengan mudah diketahui bahwa
ia adalah seniman beraliran romantisisme. Lukisan Turner yang paling
terkenal adalah lukisan pemandangan lautanya. Turner lahir di Maiden

11
Lane, Covent Garden, London, di keluarga kelas menengah rendah
yang sederhana. Dia tinggal di London sepanjang hayatnya,
mempertahankan aksen kampungnya dan tetap bersikap rendah hati di
masa tenarnya.
Turner belajar di Royal Academy of Arts dari tahun 1789.
Selama belajar disana, dia juga menjabat sebagai juru gambar arsitek
(drafter). Ia membuka galeri sendiri pada tahun 1804 dan menjadi
profesor di Royal Academy pada tahun 1807 dan mengajar sampai
tahun 1828. Ia gemar melakukan perjalanan keliling Eropa dari tahun
1802 dan pulang membawa banyak sketsa pemandangan di
perjalanannya.

Contoh Karya Aliran Romantisisme: Fishermen at Sea & Analisis

Contoh karya aliran romantisisme: Fishermen at Sea oleh J.M.W


Turner, wikipedia.com
Lukisan ini adalah lukisan pertama yang dipamerkan Turner di
Royal Academy. Pemandangan terang bulan ini merupakan salah satu
trendsetter pemandangan malam hari di abad ke-18.

12
Cahaya bulan yang kontras tidak dapat ditandingi oleh cahaya
halus lentera yang berkedip-kedip. Turner seakan ingin menekankan
bahwa kekuatan alam tidak dapat ditandingi oleh manusia.
Ombak yang tampak tidak tenang memberikan tensi lebih pada
suasana lukisan. Tidak hanya itu, di background lukisan terdapat siluet
batu karang yang ditakuti oleh para nelayan di masa itu, karena berbahaya
dan kerap memakan korban terutama di setting malam hari yang gelap.

3. Tokoh Aliran Romantisisme: Caspar David Friedrich


Caspar David Friedrich adalah pelukis pemandangan Romantik
Jerman abad ke-19. Ia adalah salah satu seniman Jerman yang paling
berpengaruh pada masanya. Ia juga menjadi tokoh terpenting dalam
sejarah Romantisisme. Friedrich terkenal karena lukisan pemandangan
alegoris atau bersifat simbolis universal, seperti fabel; cerita bintang yang
menyimbolkan perilaku manusia. Lukisan Friedrich biasanya
menampilkan sosok kontemplatif dalam pemandangan yang berhadapan
dengan gelapnya malam, kabut pagi, pohon tandus atau reruntuhan kuno.
Minat utama Friedrich adalah perenungan terhadap alam dunia dan
karyanya yang seringkali simbolis berusaha menyampaikan tanggapan
subjektif dan emosional terhadap alam. Lukisan Friedrich biasanya
menempatkan kehadiran manusia dalam perspektif kecil di tengah
pemandangan yang besar. Perspektif tersebut menurut sejarawan seni
Christopher John Murray mengarahkan pandangan pemirsa terhadap
dimensi metafisik mereka.

13
Wanderer Above the Sea of Fog (Pengelana di atas Lautan Kabut)
oleh Caspar David Friedrich, wikipedia.com

Wanderer above a Sea of Fog menggambarkan seorang pria yang


memegang tongkat, berdiri di atas bebatuan yang menghadap ke sebuah
hamparan bukit yang berbatu dan berkabut. Rambutnya tertiup angin di
depan langit yang dipenuhi oleh awan putih yang sulit dibedakan dari
kabut. Latar dibelakangnya juga sangat berkabut dan membuat gunung
yang berada dibelakangnya nyaris tak terlihat.
Friedrich mengibaratkan pemandangan tersebut sebagai lautan
kabut. Ini merupakan salah satu contoh gaya berpikir seniman
romantisisme yang selalu menggunakan simbolisme dan perumpamaan
dalam lukisannya.
Lukisan ini dapat menghasilkan interpretasi:
Manusia tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan alam
dunia yang luas dan penuh misteri seperti yang digambarkan dalam
pemandangan lautan kabut pada lukisan. Namun hal tersebut tidak
menghentikan langkah manusia dengan segala akalnya (menggunakan
tongkat, pakaian hangat) untuk menjelajahi dunia, meskipun halang
rintang tampak dimana-mana.
Ketika manusia merenungkan luasnya lautan kabut di hadapnya, ia
tidak tahu ada apa di depan sana. Sem ua hal sangat tidak dapat diprediksi,
manusia hanya dapat melihat petunjuk-petunjuk kecil yang hadir dibalik
kabut.11

11
Romanticism, Repositori Universitas Hawaii. Diakses tanggal 19 Juni 2020.

14
D. IMMANUEL KANT DAN PROYEK PENCERAHAN
Sejarah pemikiran dan filsafat Barat kerap menganggap Immanuel Kant
sebagai puncak dari era Pencerahan yang terjadi di Eropa pada abad ke-18.
Era Pencerahan sendiri merupakan puncak dari gelombang perubahan besar
Revolusi (dalam bidang sains), Renesans (seni dan filsafat), dan Reformasi
(agama) yang terjadi pada abad ke-15 dan ke-16.12

Pada gilirannya, gelombang perubahan besar ini merupakan dampak langsung


dari berbagai pengaruh dan interaksi budaya dan ilmu pengetahuan yang
terjadi sepanjang abad ke-13 dan ke-14. Salah satu sumber yang memberikan
pengaruh sangat besar bagi perubahan di Eropa adalah ilmu pengetahuan .

Apa Itu Pencerahan?


Era pencerahan dianggap sebagai sebuah masa di mana manusia Eropa (para
intelektual dan filsuf) berusaha mewujudkan sebuah sistem pengetahuan,
etika, dan estetika yang sepenuhnya dibangun berdasarkan rasionalitas yang
tercerahkan. Upaya ini merupakan sebuah respon yang benih-benihnya telah
disemai oleh para tokoh Renesans dan Reformasi pada abad ke-15 dan ke-16.

Kaum ensiklopedis seperti Diderot dan Voltaire meyakini bahwa ilmu


pengetahuan dan pendidikan adalah cara terbaik untuk mengatasi keyakinan-
keyakinan akan mitos, takhayul, dan kebodohan. Para aktivis Pencerahan
kerap memandang diri mereka sebagai intelektual bebas yang mendorong
dunia ke arah kemajuan dan perubahan yang lebih baik.

Dalam sebuah artikelnya berjudul Was ist Aufklärung? (Apa Itu Pencerahan?),
Immanuel Kant, salah seorang tokoh penting Pencerahan, memberikan
definisi yang cukup jelas. Menurutnya pencerahan adalah:
keluarnya manusia dari ketidakmatangan yang diciptakannya sendiri.
Sedangkan ketidakmatangan adalah ketidakmampuan seseorang untuk
menggunakan akal-pikirannya tanpa bantuan orang lain. Ketidakmatangan
semacam ini terjadi bukan karena kurangnya daya pikir, tapi karena
kurangnya determinasi dan keberanian untuk menggunakan pemahaman
sendiri. Motto pencerahan, dengan demikian, adalah Sapere aude! Beranilah
menggunakan pemahaman sendiri! (Kant, What is Enlightenment?, 1990).

Dari definisi ini, kita melihat bahwa Kant menganggap pencerahan bukan
semata-mata kondisi intelektual di mana seseorang merasa terbebaskan untuk
berpikir dan bertindak, tapi yang terpenting adalah bahwa pencerahan itu
berarti kematangan berpikir dan sanggup untuk melakukannya sendiri tanpa
bantuan orang lain.

12
https://www.qureta.com/post/ibn-rushd-kant-dan-proyek-pencerahan-islam diakses 18 Juni
2020

15
Dengan Bahasa lain Immanuel Kant menjelaskan bahwa pencerahan
adalah pembebasan manusia dari ketidakdewasaan yaitu masyarakat bisa
membebaskan diri dari perbudakan intelektual setelah berabad-abad pulas dalam
pengawasan diri. Ketidakdewasaan adalah ketidakmampuan untuk menggunakan
pemahaman sendiri tanpa bimbingan dari yang lain. Kesalahan itu terletak pada
manusia yang tidak mau memanfaatkan akalnya, sehingga lahirlah semboyan
Beranilah berpikir. Setelah memberikan analisis yang cermat dari penyebab
mengapa pengawasan terjadi, Kant mengusulkan persyaratan untuk menuju
pencerahan. Dia ingin masyarakat untuk berpikir bebas, bertindak bijaksana dan
akan diperlakukan sesuai dengan martabat mereka .
Manusia Pencerahan bukanlah manusia yang bisa dikendalikan oleh
dogma-dogma yang bersumber dari otoritas religius, melainkan manusia yang
bebas dan otonom. Ia adalah makhluk yang mampu memberikan makna bagi
sejarah kehidupan. Selain itu ia adalah makhluk yang memberikan ruang bagi
perkembangannya sendiri dalam hal karsa, cipta, dan rasa. Ia diajarkan pula
bagaimana harus hidup dan bagaimana harus mengembangkan dunianya.
Yang dimaksud “bantuan orang lain” di sini adalah penggunaan otoritas luar
secara berlebihan sehingga menghalangi seseorang untuk berpikir secara
independen. Inti dari pencerahan bukanlah pemikiran itu sendiri, tapi
bagaimana seseorang berani untuk menggunakan akal-pikirannya (sapere
aude!). Seperti bisa dilihat, selain menekankan pada kata “keluarnya”
(ausgang), Kant juga memberikan penekanan pada “ketidakmatangan”
(unmündigkeit) dan “determinasi dan keberanian” (entschließung und mut),
yang merefleksikan dua karakter berbeda dari sifat manusia.
Semangat pencerahan, seperti digambarkan oleh para ensiklopedis
Perancis, adalah semangat rasionalitas dan ilmu pengetahuan murni.
Penggunaan akal bebas ditekankan sebesar-besarnya yang oleh Kant
kemudian diberikan prasyarat tambahan, yakni keberanian.
Menurut kami, prasyarat tambahan ini lebih penting dari kualitas akal-pikiran
sendiri. Tanpa keberanian, akal-pikiran menjadi kurang berguna karena ia
akan menjadi agen pelestari dari otoritas pemikiran “lain” di masa silam.

16
Dalam pencerahan, yang lebih penting adalah bagaimana manusia mampu
memelihara independensi akal-pikirannya dan mampu mengontrol dirinya dari
pengaruh-pengaruh pemikiran yang datang dari luar nalarnya. Pengaruh
pemikiran luar tak hanya sebatas pandangan atau ide partikular saja, tapi juga
--dan ini saya kira yang lebih penting-- sistem pemikiran yang melembaga
dalam institusi-institusi publik seperti negara dan agama.

17
BAB III
PENUTUP

Pencerahan yang di usung Kant mengusung ide pengakuan terhadap


rasionalitas, kebebasan, kreativitas, keanekaragaman, kesadaran, serta
tanggung jawab pribadi. Doktrin-doktrin yang membimbing dan
menyemangati abad Pencerahan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. bagi umat manusia, rasio atau akal budi merupakan kapasitas utama
yang bersifat positif.
2. dengan rasio manusia dapat membebaskan diri dari pemikiran primitif,
dogmatif dan kepercayaan terhadap takhyul yang merupakan suatu
ikatan dari ketidak-rasionalan atau pengabaian akal budi.
3. rasio adalah kemampuan utama manusia dan itu memberikannya tidak
hanya kemampuan berpikir akan tetapi juga memberi kemampuan
bertindak dengan benar.
4. melalui kemajuan di bidang filsafat dan ilmu pengetahuan, rasio dapat
menuntun umat manusia secara keseluruhan ke arah suatu keadaan
dunia yang sempurna.
5. engan rasio semua manusia menjadi sederajat, oleh karena itu manusia
berhak mendapatkan kebebasannya secara individu dan juga persamaan
perlakuan di depan hukum.
6. kepercayaan diterima hanyalah berdasarkan pada rasio dan bukan
otoritas dari para pendeta atau tokoh agama ataupun tradisi.
7. semua manusia harus berusaha mencoba untuk memberikan dan
mengembangkan pengetahuan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Asmoro Achmadi. Filsafat Umum. (Jakarta: RAJAWALI PERS, 2013)


Akhyar Yusuf Lubis. Filsafat Ilmu:klasik hingga kontemporer. (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2014)
Henry D. Aiken, Abad Ideologi, terj. Sigit Djatmiko (Yogyakarta: Yayasan
Bentang Budaya, 2002)
F. Budi Hardiman. Pemikiran-Pemikiran yang Membentuk Dunia Modern.(Dari
Machiavelli sampai Nietzsche), (Jakarta: PT. GELORA AKSARA PRATAMA,
2011)
Juhaya S. Praja, Aliran-Aliran Filsafat dan Etika (Bandung: Yayasan Piara, 1997)
Mudji Sutrisno, Para Filsuf Penentu Gerak Zaman (Yogyakarta: Kanisius, 1992)
M. Amin Abdhullah, Antara al-Ghozali dan Kant; Filsafat Etika Islam, terj.
Hamzah (Bandung: Mizan, 2002)
Paul Strathern, 90 Menit Bersama Kant, (Jakarta: Erlangga, 2001)
Romanticism, Repositori Universitas Hawaii. Diakses tanggal 19 Juni 2020.
https://www.qureta.com/post/ibn-rushd-kant-dan-proyek-pencerahan-islam
diakses 18 Juni 2020
Wikipedia.com

19
20

Anda mungkin juga menyukai