Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“PRINSIP-PRINSIP KONSELING SPIRITUAL”

( Mata Kuliah : Konseling Spiritual )

Dosen Pengampu :

Sri Rahma Ramadhoni, M.Pd

Disusun Oleh :

TRIYAH RAHAYU

MUTAZZAH TAZKA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MA’ARIF KOTA JAMBI

TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puja dan puji syukur penulis haturkan kehadirat


Allah SWT, atas segala rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan penulisan tugas makalah tentang”prinsip-prinsip konseling
spiritual”. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan keharibaan
junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, pembawa dari alam kegelapan
hingga alam terang menderang yakni adanya islam dan iman. Penulisan makalah
ini kami buat untuk menambah pengetahuan tentang Konseling Spiritual. Serta
menambah wawasan serta pengalaman bagi kami nantinya.
Dalam makalah ini kami telah berusaha dengan semaksimal mungkin,
untuk membuat karya tulis dengan sesempurna mungkin namun meskipun
demikian dalam karya tulis inikami pasti ada kesalahan ataupun kekurangan.
Walaupun demikian kami berusaha untuk benar-benar meneliti apa yang menjadi
kekurangan. Meskipun telah kami teliti kembali, karya tulis ini tidak sempurna,
karena sebagai manusia pasti ada kekurangan. Jadi karya tulis ini perlu koreksi
kembali dari ibu dosen pengampu.

Jambi, Maret 2022

Penulis

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR...............................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................4

A. LATAR BELAKANG...................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................4
C. TUJUAN PENULISAN................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................5

A. PENGERTIAN KONSELING SPIRITUAL.................................................5


B. KEBERADAAN KONSELING SPIRITUAL...............................................5
C. PRINSIP KONSELING SPIRITUAL...........................................................7
D. CARA KONSELING SPIRITUAL...............................................................8

BAB III PENUTUP...................................................................................................10

A. KESIMPULAN.............................................................................................10
B. SARAN.........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................13

BAB I

3
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Di Indonesia sebuah peraturan atau hukum diambil dari tiga sudut


pandang; agama, adat dan pancasila serta undang-undang dasar. Dan setiap
individu yang memilki agama pun mengambil keputusan dilihat dari berbagai
aspek dan aspek yang paling berpengaruh adalah aspek spiritualnya. Individu
yang beragama senantiasa ingin meningkatkan kualitas spiritualnya. Dan jika
seseorang memilki jiwa spiritual yang baik mereka akan cenderung terlihat
tenang, arif dan bijaksana yang sering menjadi pusat dari penentu keputusan
yang baik.

Dewasa ini para individu lebih memerhatikan kebutuhan fisiknya


seperti makan, minum memiliki rumah mewah, mobil mewah, HP tercanggih
dan lain sebagainya. Mereka tidak memerhatikan keperluan batinnya atau
spiritualnya. Mereka jarang beribadah,  shalat, zakat shadaqoh dan lain
sebagainya. Padahal dari kondisi spiritual yang berkualitas mereka  dapat
menjadi pribadi yang tenang, arif dan bijaksana serta dapat menentukan
keputusan yang tidak menekan batinnya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian konseling spiritual?
2. Bagaimana Keberadaan konseling spiritual?
3. Apa Prinsip-prinsip konseling spiritual?
4. Bagaimana Cara konseling spiritual?

C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui Pengertian konseling spiritual
2. Untuk mengetahui Keberadaan konseling spiritual
3. Untuk mengetahui Prinsip-prinsip konseling spiritual
4. Untuk mengetahui Cara konseling spiritual

BAB II

4
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KONSELING SPIRITUAL

Istilah konseling diambil dari bahasa Latin, yaitu “consilium” yang


bearti “dengan” atau “bersama” atau dapat diartikan “menerima” atau
“memahami”. Konseling dapat diartikan dengan proses pemberian bantuan
yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (konselor)
kepada individu yang sedang mengalami sesuatu  masalah (klien) yang
bermuara atas teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.1

Dalam bahasa arab kata konseling disebut al-Irsyad atau Al-Itisyarah.


Secara etimologi kata al-irsyad berarti alhuda yang artinya petunjuk
sedangkan al istisyarah berarti talaba minh al-masyurah/an-nashihah yang
berarti meminta nasihat atau konsultasi.

Spiritual adalah hubungan antara manusia dengan tuhannya atau


dapat disebut dengan jiwa religi seseorang. Jadi konseling spiritual adalah
konseling yang mengarahkan konseli kepada Tuhan dengan asumsi dasar
bahwa manusia adalah mahkluk ciptaan Tuhan. Manusia mengalami putus
hubungan dengan Tuhan akibat dosa. Akibat lanjutan dari dosa adalah
manusia mengalami luka batin yang perlu disembuhkan melalui relasi
konseling. Proses penyembuhan dicapai melalui strategi konseling yang
merupakan rencana dasar intervensi guna mencapai tujuan konseling, yaitu
penyembuhan luka batin. Strategi yang dibangun atas dasar asumsi manusia
sebagai citra Allah itu terdiri atas berbagai teknik konseling.2

B. KEBERADAAN KONSELING SPIRITUAL

Kondisi ini telah mendorong kecenderungan berkembangnya


konseling yang berfundasikan spiritual atau religi. Dalam kaitan ini Stanard,
dkk. (2000) mengusulkan agar spiritualitas ini dijadikan sebagai angkatan
kelima dalam konseling dan psikoterapi. Selanjutnya dijelaskan bahwa:
“Spirituality includes concepts such as trancendence, self-actualization,
purpose and meaning, wholness, balance, sacredness, universality, and a
sense of High Power”. Berkaitan dengan isu-isu Agama dalam konseling,
Zinbauer & Pargament mengemukakan ada empatt pendekatan yaitu:

1
Prof.Dr.H.Prayitno, M.Sc.Ed. dan Drs. Erman Amti; Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling ;
PT Rineka Cipta; Jakarta; 2004: hal.99
2
Boning Sinta; http://boning-sinta.blogspot.com/2012/12/makalah.html

5
1. Rejectionist, yaitu yang menolak campur aduk agama dengan
konseling,
2. Exclusivist, yang mengakui adanya agama akan tetapi dipisahkan
antara agama dengan konseling,
3. Constructivist, yang memberikan peluang pendekatan agama
dalam konseling dan konseli sendiri yang membentuknya.
4. Pluralis, yaitu pendekatan yang memungkinkan proses konseling
yang berlandaskan nilai-nilai agama. 

Dewasa ini terutama di dunia barat, teori Bimbingan dan Konseling


(BK) terus berkembang dengan pesat. Perkembangan itu berawal dari
berkembangnya aliran konseling psikodinamika, behaviorisme, humanisme,
dan multikultural. Akhir-akhir ini tengah berkembang konseling spiritual
sebagai kekuatan kelima selain keempat kekuatan terdahulu. Salah satu
berkembangnya konseling spiritual ini adalah berkembangnya konseling
religius. Perkembangan konseling religius ini dapat dilihat dari beberapa hasil
laporan jurnal penelitian berikut. Stanard, Singh, dan Piantar melaporkan
bahwa telah muncul suatu era baru tentang pemahaman yang memprihatinkan
tentang bagaimana untuk membuka misteri tentang penyembuhan melalui
kepercayaan , keimanan, dan imajinasi selain melalui penjelasan rasional
tentang sebab-sebab fisik dan akibatnya sendiri. Seiring dengan keterangan
tersebut hasil penelitian Chalfant dan Heller pada tahun 1990, sebagaimana
dikutip oleh Gania menyatakan bahwa sekitar 40 persen orang yang
mengalami kegelisahan jiwa lebih suka pergi meminta bantuan kepada
agamawan. Lovinger dan Worthington (dalam Keating dan Fretz, 1990: 293)
menyatakan bahwa klien yang agamis memandang negatif terhadap konselor
yang bersikap sekuler, seringkali mereka menolak dan bahkan menghentikan
terapi secara dini.3

Nilai-nilai agama yang dianut klien merupakan satu hal yang perlu
dipertimbangkan konselor dalam memberikan layanan konseling, sebab
terutama klien yang fanatik dengan ajaran agamanya mungkin sangat yakin
dengan pemecahan masalah pribadinya melalui nilai-nilai ajaran agamanya.
Seperti dikemukakan oleh Bishop bahwa nilai-nilai agama (religius values)
penting untuk dipertimbangkan oleh konselor dalam proses konseling, agar
proses konseling terlaksana secara efektif.

Berkembangnya kecenderungan sebagian masyarakat dalam mengatasi


permasalahan kejiwaan mereka untuk meminta bantuan kepada para

3
Oxygendistro;http://oxygendistro.blogspot.com/2011/05/makalah-pendekatan-konseling-
spritual.html

6
agamawan itu telah terjadi di dunia barat yang sekuler, namun hal serupa
menurut pengamatan penulis lebih-lebih juga terjadi di negara kita Indonesia
yang masyarakatnya agamis. Hal ini antara lain dapat kita amati di
masyarakat, banyak sekali orang-orang yang datang ketempat para kiai bukan
untuk menanyakan masalah hukum agama, tetapi justru mengadukan
permasalahan kehidupan pribadinya untuk meminta bantuan jalan keluar baik
berupa nasehat, saran, meminta doa-doa dan didoakan untuk kesembuhan
penyakit maupun keselamatan dan ketenangan jiwa. Walaupun data ini belum
ada dukungan oleh penelitian yang akurat tentang berapa persen jumlah
masyarakat yang melakukan hal ini, namun ini merupakan realitas yang terjadi
di masyarakat kita sekarang ini.

C. PRINSIP-PRINSIP KONSELING SPIRITUAL

Bagi pribadi muslim yang berpijak pada pondasi tauhid pastilah


seorang pekerja keras, namun nilai bekerja baginya adalah untuk
melaksanakan tugas suci yang telah Allah berikan dan percayakan
kepadanya, ini baginya adalah ibadah. Sehingga pada pelaksanaan bimbingan
konseling, pribadi muslim tersebut memiliki ketangguhan pribadi tentunya
dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Selalu memiliki Prinsip Landasan dan Prinsip Dasar yaitu hanya


beriman kepada Allah SWT.
2. Memiliki Prinsip Kepercayaan, yaitu beriman kepada malaikat.
3. Memiliki Prinsip Kepemimpina, yaitu beriman kepada Nabi dan
Rasulnya.
4. Selalu memiliki Prinsip Pembelajaran, yaitu berprinsip
kepada  Al-Qur’an Al Karim.
5. Memiliki Prinsip Masa Depan, yaitu beriman kepada “Hari
Kemudian”
6. Memiliki Prinsip Keteraturan, yaitu beriman kepada “Ketentuan
Allah”

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat AL-Isra yat 82 yang berbunyi:

Artinya: “Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi


penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu
tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.”
(QS. Al-isra: 82).

7
Pada ayat diatas Allah SWT menerangkan bahwa Al Qur’an dapat men

jadi
penawar (obat penghilang sakit). Baik sakit yang dialami dlohir maupun yang
dialami batin (spiritual quotient) tapi hanya untuk orang-orang yang beriman.
Beriman disini dimaksudkan orang-orang harus percaya atas kekuasaan Allah
SWT-lah dapat menyembuhkan.

Dan Rasulullah SAW pun bersabda “Apabila manusia melakukan


pendekatan diri kepada Tuhan Pencipta mereka dengan bermacam-macam
kebaikan, maka mendekatlah engkau dengan akalmua, niscaya engkau merasa
nikmat yang lebih banyak, yaitu dengan menusia didunia dan dekat dengan
Allah diakhirat”.

D. CARA KONSELING SPIRITUAL


1. Star Principle.

Segala pengambilan keputusan dilandasi niat karena Allah SWT,


maka didalamnya anda akan temukan kebijaksanaan mulia dan percaya
diri. Proses pengambilan pengambilan keputusan ini proses dinamis
dimana anda dihadapkan pada beragam dorongan suara hati. Sebagian dari
99 sifat Allah, yang merupakan sumber suara hati.

2. Angel Principle.

Malaikat memiliki kesetiaan tiada tara, bekerja tanpa kenal lelah,


tak memiliki kepentingan lain selain menyelesaikan pekerjaan yang
diberikan oleh Allah hingga tuntas. Mereka sangat disiplin dalam
menjalankan tugas denga jasil sangat memuaskan.

3. Leadership Principle

Gaya kepemimpinan yang melanggar garis demarkasi Allah


tersebut hanya menumbuh suburkan anarkisme dan keganasan hewaniah,
sebagaimana disebutkan oleh Thomas Hobbes-homohomini lupus-
manusia menjadi pemangsa menusia lain. Itulah yang terjadi kekeliruan
pemahaman tentang arti kepemimpinan yang hanya menggunakan otak
tanpa hati nurani.

4. Learning Principle

8
Artinya: (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri
atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. Ali Imran: 191)

5. Vision Principle

Artinya: Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh


selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usaha itu kelak
akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya
dengan balasan yang paling sempurna, dan bahwasanya kepada
Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu). (QS. An Najm: 39-42).

6. Wellorganized Principle

Artinya: Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.

Dan dalam buku yang sama pun selain ke 3nam prinsip disertai
juga dengan beberapa langkah mewujudkan pribadi yang unggul dalam
ESQnya, yaitu:

1. Mission statement
2. character building
3. Self control
4. Strategic collaboratiom, dan
5. Total action

Dari uraian diatas dapat disimpulakan bahwa cara memberi


layanan dengan teknik konseling spiritual adalah konselor memberikan
pelayanan bimbingan dan konseling dengan menjadikan Al Qur’an dan
Sunnah sebagai landasan pemberian konseling, serta konseli diharuskan
lebih mendekatkan dirinya kepada sang pemilik penawar segala penyakit
yakni Allah SWT, dengan begitu konseli dapat merasakan
kesembuhannya, ketenangan jiwanya, dan dapat menentukan pilihan yang
tepat serta dapat mempertanggung jawabkannya.

BAB III

9
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Dalam bahasa arab kata konseling disebut al-Irsyad atau Al-Itisyarah.
Secara etimologi kata al-irsyad berarti alhuda yang artinya petunjuk
sedangkan al istisyarah berarti talaba minh al-masyurah/an-nashihah
yang berarti meminta nasihat atau konsultasi.

Spiritual adalah hubungan antara manusia dengan tuhannya atau dapat


disebut dengan jiwa religi seseorang. Jadi konseling spiritual adalah
konseling yang mengarahkan konseli kepada Tuhan dengan asumsi dasar
bahwa manusia adalah mahkluk ciptaan Tuhan. Manusia mengalami
putus hubungan dengan Tuhan akibat dosa. Akibat lanjutan dari dosa
adalah manusia mengalami luka batin yang perlu disembuhkan melalui
relasi konseling. Proses penyembuhan dicapai melalui strategi konseling
yang merupakan rencana dasar intervensi guna mencapai tujuan
konseling, yaitu penyembuhan luka batin. Strategi yang dibangun atas
dasar asumsi manusia sebagai citra Allah itu terdiri atas berbagai teknik
konseling

2. Nilai-nilai agama yang dianut klien merupakan satu hal yang perlu
dipertimbangkan konselor dalam memberikan layanan konseling, sebab
terutama klien yang fanatik dengan ajaran agamanya mungkin sangat
yakin dengan pemecahan masalah pribadinya melalui nilai-nilai ajaran
agamanya. Seperti dikemukakan oleh Bishop bahwa nilai-nilai agama
(religius values) penting untuk dipertimbangkan oleh konselor dalam
proses konseling, agar proses konseling terlaksana secara efektif

3. Bagi pribadi muslim yang berpijak pada pondasi tauhid pastilah seorang
pekerja keras, namun nilai bekerja baginya adalah untuk melaksanakan
tugas suci yang telah Allah berikan dan percayakan kepadanya, ini
baginya adalah ibadah. Sehingga pada pelaksanaan bimbingan konseling,
pribadi muslim tersebut memiliki ketangguhan pribadi tentunya dengan
prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Selalu memiliki Prinsip Landasan dan Prinsip Dasar yaitu
hanya beriman kepada Allah SWT.
2. Memiliki Prinsip Kepercayaan, yaitu beriman kepada malaikat.
3. Memiliki Prinsip Kepemimpina, yaitu beriman kepada Nabi
dan Rasulnya.
4. Selalu memiliki Prinsip Pembelajaran, yaitu berprinsip
kepada  Al-Qur’an Al Karim.

10
5. Memiliki Prinsip Masa Depan, yaitu beriman kepada “Hari
Kemudian”
6. Memiliki Prinsip Keteraturan, yaitu beriman kepada
“Ketentuan Allah”
4. Cara konseling spiritual
a. Star Principle. Segala pengambilan keputusan dilandasi niat karena
Allah SWT, maka didalamnya anda akan temukan kebijaksanaan
mulia dan percaya diri. Proses pengambilan pengambilan keputusan
ini proses dinamis dimana anda dihadapkan pada beragam dorongan
suara hati. Sebagian dari 99 sifat Allah, yang merupakan sumber
suara hati.
b. Angel Principle.Malaikat memiliki kesetiaan tiada tara, bekerja tanpa
kenal lelah, tak memiliki kepentingan lain selain menyelesaikan
pekerjaan yang diberikan oleh Allah hingga tuntas. Mereka sangat
disiplin dalam menjalankan tugas denga jasil sangat memuaskan.
c. Leadership Principle. Gaya kepemimpinan yang melanggar garis
demarkasi Allah tersebut hanya menumbuh suburkan anarkisme dan
keganasan hewaniah, sebagaimana disebutkan oleh Thomas Hobbes-
homohomini lupus- manusia menjadi pemangsa menusia lain. Itulah
yang terjadi kekeliruan pemahaman tentang arti kepemimpinan yang
hanya menggunakan otak tanpa hati nurani.
d. Learning Principle. Artinya: (yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan
sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
(QS. Ali Imran: 191)
e. Vision Principle. Artinya: Dan bahwasanya seorang manusia tiada
memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya
usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan
diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna, dan
bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu). (QS.
An Najm: 39-42).
f. Wellorganized Principle. Artinya: Sesungguhnya Kami menciptakan
segala sesuatu menurut ukuran.

B. SARAN
Mudah-mudahan dengan adanya makalah ini baik pembaca maupun penulisa
dapat mengetahui apa saja prinsip-prinsip dalam konseling spiritual

11
                                               DAFTAR PUSTAKA

12
H.Prayitno dan Amti Erman; Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling ; PT Rineka
Cipta; Jakarta; 2004

Boning Sinta; http://boning-sinta.blogspot.com/2012/12/makalah.html

Oxygendistro; http://oxygendistro.blogspot.com/2011/05/makalah-pendekatan-
konseling-spritual.html

Agustian Ary Ginanjar; ESQ: Emotional, Spiritual quotient; Arga; Jakarta; 2001

13

Anda mungkin juga menyukai