Anda di halaman 1dari 12

CIRI KEMATANGAN DAN KESADARAN BERAGAMA

Makalah
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi Agama
Dosen Pengampu: Drs. H. Ino Sutrisno, M. Ag

Disusun oleh:
Ikhlas Akbar Fadilah : 20.03.2740
Kinanti Febiani : 20.03.2679
Syifa Salsabila : 20.03.2737

SEMESTER VI-A

FAKULTAS TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM PERSIS BANDUNG

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji sudah sepatutnya kita panjatkan kehadirat


Allah Swt. sebagai rasa syukur kepada-Nya atas nikmat sehat, waktu, serta maghfirah-Nya.
Tak lupa Allah Swt. telah memberikan kita setetes dari luasnya lautan ilmu sehingga dengan
ridha dan rahmat-Nya penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Ciri Kematangan
dan Kesadaran Beragama”.
Tidak lupa juga, kami ucapkan jazakumullah khairan katsiraa kepada Bapak Drs. H.
Ino Sutrisno, M. Ag selaku dosen pengampu pada mata kuliah Psikologi Agama serta kepada
semua pihak yang telah ikut serta dalam memberikan bimbingan dan arahannya sehingga
makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekeliruan dalam penulisan ini,
hal tersebut dikarenakan kemampuan, pengalaman dan pengetahuan penulis yang masih sangat
terbatas. Oleh karena itu, penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya, dan penulis berharap
adanya kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar makalah ini dapat menjadi lebih
baik. Semoga tulisan ini dapat mejadi ilmu yang bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

Bandung, 8 Mei 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan .......................................................................................................... 1

BAB II : PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesadaran dan Kematangan dalam Beragama ........................................... 2

B. Ciri Kesadaran dan Kematangan dalam Beragama ...................................................... 4

BAB III : PENUTUPAN

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 8

B. Saran ............................................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia mengalami dua macam perkembangan yaitu perkembangan jasmani dan rohani.
Perkembangan jasmani diukur berdasarkan umur kronologis. Puncak perkembangan jasmani
yang dicapai manusia disebut kedewasaan, sebaliknya perkembangan rohani diukur
berdasarkan tingkat kemampuan (abilitas). Pencapaian tingkat abilitas tertentu bagi
perkembangan rohani disebut istilah kematangan (maturity) 1 atau dapat juga diartikan bahwa
kematangan adalah satu keadaan yang menimbulkan perubahan tingkah laku sebagai akibat
daripertumbuhan dan perkembangan fisik. 2
Kematangan beragama adalah kemampuan seseorang untuk mengenali atau memahami
nilai agama yang terletak pada nilai-nilai luhurnya serta menjadikan nilai-nilai dalam bersikap
dan bertingkah laku merupakan ciri dari kematangan beragama, terlihat dari kemampuan
seseorang untuk memahami, menghayati serta mengaplikasikan nilai-nilai luhur agama yang
dianutnya dalam kehidupan sehari-hari. Ia menganut suatu agama karena menurut
keyakinannya agama tersebutlah yang terbaik. Karena itu ia berusaha menjadi pengamat yang
baik. Keyakinan itu ditampilkan dalam sikap dan tingkahlaku keagamaan yang mencerminkan
ketaatan terhadap agamanya3
Oleh karenanya kematangan dan kesadaran beragama itu harus kita ketahui ciri dan
kriteria nya agar ketika manusia akan memeluk agama manusia akan memilih mana yang
mereka yakini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Kesadaran dan Kematangan dalam Beragama?
2. Bagaimana Ciri Kesadaran dan Kematangan dalam Beragama?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Pengertian Kesadaran dan Kematangan dalam Beragama.
2. Untuk Mengetahui Ciri Kesadaran dan Kematangan dalam Beragama.

1
Jalaludin. Psikologi Agama (Jakarta: PT Raja Gravindo Persada,2012) hal. 123
2
Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya (Jakarta, Rineka Cipta,
1995), hal.115
3
Akmal Hawi. Seluk Beluk Ilmu Jiwa Agama. (Jakarta: Rajawali Pers, 2014) hal. 82

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesadaran dan Kematangan dalam Beragama


1. Kesadaran dalam Beragama
Kesadaran beragama atau disebut juga dengan religions consciousness
merupakan kesadaran dalam melaksanakan aktivitas keagamaan yang meliputi
dimensi keyakinan, praktek, pengalaman, pengetahuan dan konsekuensi yang
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (Nirayanti, 2008). Semua tingkah laku dalam
kehidupan individu, seperti tingkah laku dalam berpolitik, berekonomi, berkeluarga,
bertani, berdagang, berolahraga, belajar, dan mengajar tingkah laku masyarakat
diwarnai oleh sistem kesadaran beragamanya. Kesadaran beragama merupakan dasar
dan arah dari kesiapan seseorang mengadakan tanggapan, reaksi, pengolahan dan
penyesuaian dari terhadap rangsangan yang datang dari luar.
Menurut Ahyadi (1991), kesadaran beragama meliputi rasa keagamaan,
pengalaman ke-Tuhanan, keimanan, sikap dan tingkah laku keagamaan, yang
terorganisasi dalam sistem mental dari kepribadian. Kesadaran beragama merupakan
bagian atau segi yang hadir (terasa) dalam pikiran dan dapat diuji melalui introspeksi
atau dapat dikatakan bahwa kesadaran beragama adalah aspek mental dan aktivitas
(Daradjat, 1990). Lalu penggambaran tentang kemantapan kesadaran beragama tidak
dapat terlepas dari kriteria kematangan kepribadian.
Hal ini ditekankan oleh Jalaludin (2007) menyatakan bahwa kesadaran orang
untuk beragama merupakan kemantapan jiwa seseorang untuk memberikan gambaran
tentang bagaimana sikap keberagamaan seseorang. Kesadaran beragama yang mantap
hanya terdapat pada orang yang memiliki kepribadian yang matang yang belum tentu
disertai kesadaran beragama yang mantap. 4 Sebaliknya sukar untuk dibayangkan
adanya kesadaran beragama yang mantap pada kepribadian yang belum matang.
Kemantapan beragama merupakan dinamisator, warna, dan corak serta memperkaya
kepribadian seseorang.

4
Laili Alfita, Karya Ilmiah : Kesadaranberagamadengan Kecenderungan Perilaku Altruistik Pada Remaja,
(Medan : 2011), hal.19

2
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kesadaran beragama dapat
diartikan sebagai kematangan kepribadian yang dilandasi oleh kehidupan agama
sekaligus menunjukkan kematangan sikap dalam menghadapi berbagai masalah. 5
2. Kematangan dalam Beragama
Kematangan beragama merupakan salah satu bagian dari perkembangan
keberagamaan seseorang. Roni Ismail menyebutkan bahwa konsep psikologi tentang
kematangan beragama sangat relevan sebagai konsep hidup toleransi termasuk
toleransi beragama (Ismail, 2012). Selanjutnya, terkait dengan kematangan beragama
ini ada beberapa psikolog yang menjelaskannya dengan bermacam pembahasan.
Walter Houston Clark mendefinisikan kematangan beragama sebagai
pengalaman keberjumpaan batin seseorang dengan Tuhan yang pengaruhnya
dibuktikan dalam perilaku nyata hidup seseorang.6 Sedangkan menurut Allport,
kematangan beragama ialah watak keberagamaan yang terbentuk melalui pengalaman.
Pengalaman-pengalaman itu sendiri akan membentuk respon objek-objek atau
stimulus yang diterimanya yang berupa konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Pada
akhirnya, konsep dan prinsip-prinsip yang terbentuk dalam diri individu tersebut akan
menjadi bagian penting dan bersifat menetap dalam kehidupan pribadi individu
sebagai agama. Jika pada suatu saat keberagamaan individu sudah matang, maka
kematangan beragama itulah yang akan mengarahkan individu untuk bersifat dan
bersikap terbuka pada semua fakta, nilai-nilai, dan memberi arah dalam menuju
kerangka hidup, baik secara teoritis maupun praktek.
Kematangan atau kesadaran seseorang dalam beragama biasanya ditunjukkan
dengan kesadaran dan keyakinan yang teguh karena menganggap benar agama yang
dianutnya dan ia memerlukan agama dalam hidupnya. Jika kematangan beragama telah
ada pada diri seserang, segala perbuatan dan tingkah laku keagamaannya senantiasa
dipertimbangkan betul-betul dan dibina atas rasa tanggung jawab, bukan atas dasar
peniruan dan sekedar ikut-ikutan saja.7

5
Ibid, hal.20
6
Ahmad Fikri Sabiq. Indonesian Journal of Islamic Psychology : Analisis Kematangan Beragama dan
Kepribadian serta Korelasi dan Kontribusinya terhadap Sikap Toleransi, (Salatiga : 2020), Vol.2, No.1, hal. 27
7
Sururin. 2019. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta : Rajawali Press. hal. 90-91.

3
B. Ciri-Ciri Kesadaran dan Kematangan dalam Beragama
1. Ciri-Ciri Kesadaran dalam Beragama
Menurut Allport (dalam Ahyadi, 1991), ada 6 ciri-ciri kesadaran beragama yaitu:8
a) Diferensiasi yang baik dalam perkembangan kehidupan kejiwaan.
Diferensiasi berarti semakin bercabang, makin kaya dan makin majemuk suatu
aspek psikis yang dimiliki seseorang. Kesadaran beragama yang terdiferensiasi
merupakan perkembangan tumbuhnya cabang-cabang baru dari pemikiran kritis,
alam perasaan dan motivasi terhadap berbagai rangsangan lingkungan serta
terjadinya reorganisasi yang terus menerus. Mulai dari peniruan dan identifikasi
kehidupan kejiwaan orang tua, sosialisasi dengan kehidupan masyarakat
sekitarnya, timbulnya pemikiran-pemikiran dan pengolahan sendiri melalui
pengalaman keagamaan, yang akhirnya bercabang dan beranting menjadi
kesadaran beragama yang kaya dan rimbun.
b) Motivasi kehidupan beragama yang dinamis.
Motif beragama akan timbul sebagai realisasi dari potensi manusia yang
merupakan makhluk rohaniah serta berusaha mencari dan memberikan makna pada
hidupnya. Dari sudut pandang psikologi perkembangan, motivasi kehidupan
beragama pada mulanya berasal dari dorongan biologis seperti rasa lapar, rasa haus
dan kebutuhan jasmaniah lainnya. Dapat pula berasal dari kebutuhan psikologis
seperti kebutuhan akan kasih sayang, pengembangan diri, kekuasaan, rasa ingin
tahu, harga diri. Kebutuhan-kebutuhan tersebut jika mendapat pemuasan dalam
kehidupan beragama dapat menimbulkan dan memperkuat motivasi keagamaan
yang lama-kelamaan akan menjadi otonom. Kesadaran beragama dengan motif
beragama yang otonom merupakan energi dan semangat hidup yang mampu
mematangkan dan memperkaya kepribadian, menafsirkan dan mengolah berbagai
permasalahan hidup dan kehidupan.
c) Pelaksanaan ajaran agama secara konsisten dan produktif.
Pelaksanaan kehidupan beragama atau peribadatan merupakan realisasi
penghayatan ke-Tuhanan dan keimanan. Orang yang memiliki kesadaran beragama
yang matang akan melaksanakan ibadahnya dengan konsisten, stabil, mantap dan
penuh tanggung jawab dan dilandasi warna pandangan yang luas.

8
Laili Alfita, Karya Ilmiah : Kesadaranberagamadengan Kecenderungan Perilaku Altruistik Pada Remaja,
(Medan : 2011), hal.27

4
d) Pandangan hidup yang komprehensif.
Kepribadian yang matang memiliki filsafat yang utuh dan komprehensif.
Keanekaragaman kehidupan dunia harus diarahkan pada keteraturan. Orang yang
memiliki kesadaran beragama yang komprehensif dan utuh bersikap dan
bertingkah laku toleran terhadap pandangan dan paham yang berbeda. Ia
menyadari, bahwa hasil pemikiran dan usaha sepanjang hidupnya tidak mungkin
mencakup keseluruhan permasalahan dan realitas yang ada.
e) Pandangan hidup yang integral.
Dalam kesadaran beragama, integrasi tercermin pada keutuhan pelaksanaan
ajaran agama. Di samping komprehensif, pandangan dan pegangan hidup itu harus
terintegrasi, yakni merupakan suatu landasan hidup yang menyatukan hasil
diferensiasi aspek kejiwaan yang meliputi fungsi kognitif, afektif, konatif dan
psikomotorik. Pandangan orang yang matang kesadaran beragamanya akan terbuka
lebar dan berusaha mencari, menafsirkan dan menemukan nilai-nilai baru ajaran
agamanya agar dapat direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
f) Semangat pencarian dan pengabdian kepada Tuhan.
Ciri lain dari orang yang memiliki kesadaran beragama yang matang ialah
adanya semangat mencari kebenaran, keimanan, rasa ke-Tuhanan dan caracara
terbaik untuk berhubungan dengan manusia dan alam sekitar. Ia selalu menguji
keimanannya melalui pengalaman-pengalaman keagamaan sehingga menemukan
keyakinan yang lebih tepat. Keimanan yang lebih tepat pun temyata belum
mencapai kebenaran yang sempurna. Kesempumaan itu sendiri tidak mungkin
dicapai seumur hidupnya. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan
bahwa ciri-ciri kesadaran beragama yaitu diferensiasi yang baik, motivasi
kehidupan beragama yang dinamis, pelaksanaan ajaran agama secara konsisten dan
produktif, pandangan hidup yang komprehensif, pandangan hidup yang integral,
dan semangat pencarian dan pengabdian kepada Tuhan.
2. Ciri-Ciri Kematangan dalam Beragama
Kematangan beragama diwujudkan dalam bentuk keimanan, karena hakikat
beragama adalah keimanan. Iman sebagai motif dasar, ditandai adanya sikap
berpegang teguh pada nilai-nilai keagamaan dan mengakui kebenarannya. Kepatuhan
dalam menjalankan ajarannya, baik yang berbentuk perintah maupun larangannnya.
Fenomena tersebut berkaitan dengan keriteria kematangan keagamaan. Yahya
menjelaskan orang-orang yang beriman adalah orang yang menjadikan ridho sang
5
pencipta sebagai tujuan tertinggi dalam kehidupan, dan mereka berusaha untuk
mencapai tujuan tersebut. 9
Kematangan dalam beragama, yaitu kemampuan seseorang untuk memahami,
menghayati serta mengaplikasikan nilai-nilai luhur agama yang dianutnya dalam
kehidupan sehari-hari. Ia menganut suatu agama karena menurut keyakinannya.
Keyakinan tersebut ditampilkan dalam sikap dan tingkah laku keagamaan yang
mencerminkan ketaatan terhadap agama.
Adapun mengenai indikator penulis capaikan dalam kematangan beragama pada
umumnya. Sebagaimana disebutkan oleh Clark 1968, ciri-ciri orang yang memiliki
kematangan beragama yaitu pertama, lebih kritis, kreatif, dan otonom dalam
beragama. Kedua, memperluas perhatiannya terhadap hal-hal di luar dirinya. Ketiga,
keagamaan matang tidak puas semata-mata dengan rutinitas ritual dan verbalisasinya.
William James yang oleh Jalaluddin Rakhmat disebut sebagai bapaknya psikologi
agama memberikan kriteria kematangan beragama secara komprehensif (Rakhmat,
2004). Pertama, orang yang matang beragama memiliki sensibilitas akan eksistensi
Tuhan, maksudnya adalah bahwa orang yang beragama matang selalu tersambung hati
dan pikirannya dengan Tuhan. Kedua, kesinambungan dengan Tuhan dan penyerahan
diri pada-Nya. Ketiga, penyerahan diri sebagaimana dalam poin kedua melahirkan rasa
bahagia dan kebebasan yang membahagiakan. James menandai sikap beragama
sebagai kepercayaan akan adanya ketertiban tak terlihat dan keinginan untuk hidup
serasi dengan ketertiban itu. Keempat, orang yang beragama matang mengalami
perubahan dari emosi menjadi cinta dan harmoni. Oleh karena itu, orang beragama
matang bebas dari rasa benci, prejudice, permusuhan, dan lain-lain (James, 1958).10
Dalam Al-Qur’an, ciri orang yang matang dalam beragama antara lain, sangat
cinta kepada Allah (QS. Al Baqarah: 165), beriman kepada semua nabi (QS. Al
Baqarah: 136), memiliki keimanan yang mantap dan senantiasa beribadah dan
mengabdikan diri kepada Allah (QS Al Baqarah: 194), setia kepada janji (QS. Al
Baqarah: 177), selalu membantu dalam kebaikan (QS. Al Maidah: 2), bersikap adil
meskipun harus merugikan dirinya atau kelompoknya (QS. An Nisa: 135), bersikap
jujur meskipun kepada lawan (QS Al Maidah: 2), hidup secara wajar (QS. Al Baqarah:
62), menafkahkan sebagian hartanya dan memaafkan kesalahan orang lain (QS. Ali

9
Zulkarnain, Jurnal Dakwah dan Pengembangan Sosial Kemanusiaan : Kematangan Beragama dalam Perspektif
Psikologi Tasawuf, (Bangka Belitung : 2019), Vol.10, No.2, hal.306
10
Ibid, hal.29

6
Imran: 133-134), selalu mencari ridho Allah Swt (QS. Al Baqarah: 207), dan tentunya
masih ada ayat-ayat lainnya yang menjelaskan tentang kematangan beragama
(Mulyono, 2008).

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesadaran beragama atau disebut juga dengan religions consciousness merupakan
kesadaran dalam melaksanakan aktivitas keagamaan yang meliputi dimensi keyakinan,
praktek, pengalaman, pengetahuan dan konsekuensi yang diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Kematangan beragama merupakan salah satu bagian dari perkembangan
keberagamaan seseorang. Roni Ismail menyebutkan bahwa konsep psikologi tentang
kematangan beragama sangat relevan sebagai konsep hidup toleransi termasuk toleransi
beragama
William James yang oleh Jalaluddin Rakhmat disebut sebagai bapaknya psikologi
agama memberikan kriteria kematangan beragama secara komprehensif (Rakhmat,
2004). Pertama, orang yang matang beragama memiliki sensibilitas akan eksistensi
Tuhan, maksudnya adalah bahwa orang yang beragama matang selalu tersambung hati
dan pikirannya dengan Tuhan. Kedua, kesinambungan dengan Tuhan dan penyerahan
diri pada-Nya. Ketiga, penyerahan diri sebagaimana dalam poin kedua melahirkan rasa
bahagia dan kebebasan yang membahagiakan. James menandai sikap beragama
sebagai kepercayaan akan adanya ketertiban tak terlihat dan keinginan untuk hidup
serasi dengan ketertiban itu. Keempat, orang yang beragama matang mengalami
perubahan dari emosi menjadi cinta dan harmoni. Oleh karena itu, orang beragama
matang bebas dari rasa benci, prejudice, permusuhan, dan lain-lain (James, 1958).11
B. Saran
Demikianlah uraian makalah mengenai Ciri Kematangan dan Kesadaran
Beragama. Dalam makalah ini kami menyadari terdapat kesalahan dan juga kekeliruan
dalam penyusunan. Untuk itu, demi kesempurnaan makalah yang selanjutnya kritik dan
saran dari pembaca kami harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

11
Ibid, hal.29

8
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Fikri Sabiq. Indonesian Journal of Islamic Psychology : Analisis Kematangan


Beragama dan Kepribadian serta Korelasi dan Kontribusinya terhadap Sikap Toleransi,
(Salatiga : 2020), Vol.2, No.1.
Akmal Hawi. 2014. Seluk Beluk Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Rajawali Pers.
Jalaludin. 2012. Psikologi Agama. Jakarta: PT Raja Gravindo Persada.
Laili Alfita. Karya Ilmiah : Kesadaranberagamadengan Kecenderungan Perilaku Altruistik
Pada Remaja, (Medan : 2011).
Sururin. 2019. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta : Rajawali Press.
Zulkarnain. Jurnal Dakwah dan Pengembangan Sosial Kemanusiaan : Kematangan Beragama
dalam Perspektif Psikologi Tasawuf, (Bangka Belitung : 2019), Vol.10, No.2.
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta, Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai