Makalah
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Adabul Bahtsi wa Al Munazharah
Disusun Oleh :
SEMESTER VI-A
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah
memberikan taufik dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dengan baik dan lancar. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW, para sahabatnya, tabiuttabiin, dan mudah-mudahan sampai kepada kita
selaku umatnya.
Tak lupa juga, kami ucapkan jazakumullah khairan katsira kepada bapak Achmad
Muharam Basyari, M,Pd selaku dosen pengampu pada mata kuliah Adabul Bahtsi wa Al
Munazharah dan kepada semua pihak yang telah ikut serta dalam memberikan bimbingan dan
arahannya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Kami juga menyadari masih banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
oleh karena itu kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan atau kekurangan dalam
makalah ini. Selain itu, kami pun berharap adanya kritik dan saran yang membangun dari
pembaca agar makalah ini dapat menjadi lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis maupun pembaca.
Penyusun
ii
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... ii
BAB I .......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang.............................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................................................... 2
BAB II ........................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3
A. Pengertian Diskusi ....................................................................................................................... 3
B. Tujuan Diskusi ............................................................................................................................. 5
C. Keutamaan Dan Kelemahan Diskusi ........................................................................................... 5
D. Jenis-Jenis Diskusi........................................................................................................................ 6
BAB III..................................................................................................................................... 12
PENUTUP ................................................................................................................................ 12
A. Kesimpulan ................................................................................................................................ 12
B. Saran .......................................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Diskusi
Dalam bahasa Arab, padanan kata diskusi dikenal dengan istilah mujadalah,3
yang maknanya berarti perbicangan. Al-Quran secara tersurat banyak menyebut kata
'jadal' atau 'mujadalah'. Jadala secar leksikal diartikan 'keras' atau 'kuat', sedangkan
sinonimnya antara lain munajaah, munazharah, muhawarah, dan mughalabch. Kata-
kata ini memiliki persamaan, namun memiliki ciri khas tersendiri.
Kata munajalah berarti juga diskusi, tetapi dalam prosesnya selalu dipakai
dalam perbincangan untuk memecahkan masalah tanpa melibatkan pertengkaran.
Adapun muhawarah diartikan dengan diskusi atau berdialog dengan dilatarbelakangi
oleh ketidaktahuan, keraguan, kebingungan. Bentuk ini cenderung lebih mampu
memecahkan masalah dan lebih efektif. Demikian juga mughalabah, ia memiliki arti
yang sama, hanya lebih spesifik untuk mengalahkan, mengatasi masalah atau
menguasai (dengan cara memaksa). Sementara itu, mujadalah mengakumulasi makna
munajaah, mughalabah, dan muhawarah dengan ciri khas tersendiri, yaitu disertai
pertentangan, perbantahan yang sengit antara pemberi pesan dan penerima pesan.
Sebagai bandingan, dilihat dari teknis pelaksanaannya, G. Makdisi dalam The
Rise of Humanism in Classical Islam and the Cristian West, with Special Reference to
Scolasticism, yang dikutip oleh Hasan Asari,4 membandingkan istilah lain yang
sepadan dengan mujadalah, yaitu munazharah dan mudzakarah. Menurutnya,
munazkarah dan mudzakarah meskipun memiliki beberapa kesamaan, keduanya
berbeda. Munazharah hanya melibatkan dua pihak yang bertentangan, sementara
mudzkarah dapat saja melibatkan lebih dari dua pihak. Berbeda dengan munazharah,
mudzakarah pada umumnya tidak dilaksanakan secara publik. "Kemenangan" sebagai
tujuan juga lebih merupakan ciri munazharah ketimbang mudzakarah.
Kembali pada istilah mujadalah, ulama tafsir mengartikan jadal dengan
bertukar pikiran (berdialog) termasuk dengan cara saling mengalahkan argumentasi
3
Lihat Wamy. Fit Ushulil Khiwar, Terj, Abdussalam dan Muhil Dhafir, Etika Diskusi, Intermedia, Jakarta, 1998,
hlm. 20
4
Jurnal Ulamul Qur'an, No. 1 Vol. V, 1994
3
lawan.5 Sehingga asumsi sementara adalah bila dalam Al-Quran ada dialog dan
terdapat saling mematahkan pendapat lawan, dialog tersebut juga disebut jadal atau
mujadalah.
Adapun kata diskusi berasal dari bahasa Latin discutio yang berarti memeriksa,
memperbincangkan, menelaah, membahas.6 Kata 'diskusi, masuk ke dalam bahasa
Indonesia, melalui bahasa Belanda 'disccussie’, yang artinya mufakat, perbicaraan,
perbincangan, atau pertukaran pikiran.7
Dengan kata lain, secara lafazh atau bahasa, diskusi berarti bertukar pikiran. 8
Sedangkan secara istilah, diskusi diartikan:
1. Suatu proses tukar pikiran, pendapat, atau pengalaman antara dua orang atau lebih
untuk memecahkan permasalahan.9
2. Perbicangan suatu masalah dalam sebuah pertemuan dengan jalan bertukar
pendapat di antara beberapa orang.10
3. Suatu percakapan terarah yang berbentuk pertukaran pikiran antara dua orang atau
lebih secara lisan untuk mendapatkan kesepakatan atau kecocokan dalam usaha
memecahkan masalah yang dihadapi.11
4. Merupakan upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis,
tanpa adanya suasana yang melahirkan permusuhan di antara keduanya.12
5
Manna Khalil Alkatan, Mahabits fi Ulum Al-Quran, Mansyurat Al-Ashr Al-Hadis, 1973, 289: Hasby Ash-
Shieddiegy. Ilmu-linu Al-Quran: Media-Media Pokak dalam Menafsirkan Al-Quran, Bulan-Bintang, Jakarta,
1992, hlm. 7
6
Lihat, K, Prent M., Kamus Latin Indonesia, Yayasan Kanisius, Yogyakarta, 1969, hlm. 254
7
Lihat, A.L.N Kraemer SR., Kamus Belanda Indonesia, GR. van Good Zomen's, Den Haag 1966, hlm. 71
8
Lihat, Supeno, Kamus Populer, Karya, Surabaya, 1952, hbm. 95
9
Lihat, Rulam Ahmadi, Metode Diskusi, Kanisius, Yogyakarta, 1998, hlm. 9
10
Lihat, Abdul Kadir Munsyi, Metode Diskusi dalam Dabwalk, Al-Bax, Surabaya, 1981, hlm. 46
11
Lihat, M. Atas Semi, Terampil Berdiskusi dan Berdebat, Tain Ihsa, Bandang, Cet. 10. 1982, hlm. 10
12
Lihat, Wamy, Op.cit., hlm. 19
4
4. Adanya peserta
5. Adanya sekretaris
6. Adanya fasilitas
7. Adanya suasana kondusif
8. Adanya prosedur yang jelas
B. Tujuan Diskusi
Banyak tujuan yang dapat dicapai dari diksusi. Hal itu dapat dikelompokkan
pada tiga kelompok tujuan.
1. Tujuan dan Kebutuhan Logis. Dalam hal ini diskusi menjadi tempat konsultasi
untuk menambah pengetahuan, mendapat informasi, meluaskan pengalaman dam
membuka pandangan. Di samping itu, ia menjadi tempat koordinasi karena adanya
kontak dan komunikasi.
2. Tujuan dan Kebutuhan Manusiawi. Dalam hal ini diskusi menjadi tempat untuk
mendapatkan pengakuan atau penghargaan. menampilkan kelompok atau individu,
menyatakan partisipasi, memberikan dan mendapatkan informasi, serta
menunjukkan interaksi.
3. Tujuan dan Kebutuhan diskusi itu sendiri. Dalam hal ini diskusi dapat menjadi
tempat tukar informasi, tempat mempertajam pengertian dan pendapat, ia menjadi
tempat konsultasi dan peng gugahan pendapat. Selain itu, diskusi, serta tempat
menyiasati, menganalisis, menyelesaikan masalah, memberikan motivasi dan
persesuaian, pengembangan kerja sama, dan meramalkan partisipasi.13
Sebagai sebuah metode yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan, diskusi
tidak lepas dari manfaat yang merupakan keutamaannya. Akan tetapi, ia juga tidak
akan lepas dari sifat kekurangan yang biasa mengiringinya.14 Berikut ini adalah
manfaat dan kekurangan diskusi.
1. Keutamaan Diskusi
Diskusi memiliki keutamaan dan memberi manfaat bagi orang yang
melakukannya. Keutamaan dan manfaat tersebut di antaranya:
a. sebagai pelaksana sikap demokrasi;
13
Lebih lanjut tentang hal ini boca, R.C. Kwant, Manusia dan Kritik, Kanisius, Yogyakarta, 1975
14
Bandingkan dengan M. Atar Semi, Op.cit., hlm. 13
5
b. pengujian sikap toleransi;
c. pengembangan kebebasan pribadi;
d. pengembangan latihan berpikir;
e. penanaman pengetahuan dan pengalaman;
f. pengejawantahan sikap intelijen dan kreatif.15
2. Kelemahan Diskusi
Sebagai sebuah metode, diskusi tidak lepas dari kekurangan- kekurangannya.
Di antara kekurangan itu ialah berikut ini.
a. Diskusi memerlukan waktu yang lebih banyak dibandingkan cara belajar
biasa, baik dalam persiapan maupun dalam pelaksanaan.
b. Diskusi menyita banyak waktu, terutama bila terjadi hal-hal yang negatif,
seperti pengarahan yang kurang tepat, peserta tidak menjalankan fungsi dan
tugasnya dengan tepat, penyimpangan serta pemimpin yang tidak menguasai
teknik pengendalian diskusi.
c. Anggota yang kurang aktif karena pendiam dan pemalu sering kurang
mendapat kesempatan untuk mengemukakan pendapat. Tidak jarang diskusi
didominasi oleh orang-orang tertentu saja.
D. Jenis-Jenis Diskusi
1. Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok ialah suatu bentuk pertemuan yang dikuti oleh sejumlah
peserta yang terbatas. Di dalamnya dibahas suatu topik tertent yang diberikan oleh
kelompok yang lebih besar (paripurna),
2. Forum
Forum adalah pertemuan umum atau ceramah yang diseleng garakan oleh
beberapa orang, tetapi dihadiri oleh sejumlah pengunjung yang tidak terikat
15
Lihat, RC. Kwant, Loc.cit
6
kehadirannya, bahkan dapat saja pengunjung itu tidak begitu memahami
masalahnya. Biasanya, forum ini tidak mengharapkan adanya keputusan yang
konkret."7 Ciri Khas:
Forum merupakan bagian dari suatu pertemuan diskusi yang dapat diikuti oleh semua
kelompok yang hadir. Forum berlangsung setelah tampilnya 'kelompok kecil' di atas
podium. Sekalipun forum ini menghendaki partisipasi dan semua yang hadir, hanya
sedikit terjadi pertukaran pikiran secara horisontal dengan hadirin. Walaupun
berlangsung komentar di forum, isinya ditujukan kepada semua yang hadir.
3. Diskusi Panel
Diskusi panel, yaitu pertemuan yang pesertanya diikat oleh suatu ketentuan
yang ditetapkan sebelumnya. Pembicara pokok terdiri atas beberapa orang yang
disebut panelis. Masing-masing panelis berbicara menurut bidang keahliannya
masing-masing. Oleh karena itu, diskusi panel dapat diartikan sebagai proses saling
tukar pendapat atau saling tukar pengalaman.
4. Simposium
Simposium adalah suatu pertemuan yang dihadiri oleh para ahli yang
bergerak dalam bidang yang sama untuk membahas atau mendengarkan uraian para
ahli tentang suatu penemuan atau hasil penelitian. Kemudian diiringi dengan tanya
jawab.
5. Seminar
8. Jenis Pro-Kontra
Dalam jenis rembuk sejati, peserta dibagi menjadi beberapa kelompok kecil
yang terdiri atas 3, 4, atau 5 orang. Masing-masing kelompok diberi semua
masalah. Mereka berembuk untuk memecahkan persoalan masing-masing. Hasil
rembukan itu ditukar dengan kelompok lain, kemudian mereka saling
mengomentari hasil pemecahannya. Demikian seterusnya sehingga terjadi tukar
pendapat antarkelompok.
8
Jenis momentum merupakan cara yang digunakan dengan seperangkat topik
yang sudah dibagi dalam beberapa subtopik kecil. Lama waktu kegiatan ditentukan,
misalnya 20-30 menit. Seseorang menjelaskan topik, mulai dari topik pertama
hingga akhir, sesuai dengan keterbatasan waktu yang telah ditentukan. Namun,
dalam perhitungan topik-topik tersebut dapat tersampaikan. Kalau tidak, topik
lainnya dapat dibuka pada kesempatan lain.
Jenis ini hampir sama dengan metode ceramah. Hanya jenis ini penekanannya
lebih kuat pada aspek pengaturan waktu."
Oleh karena itu, dalam diskusi jenis ini, tidak ada gagasan-gagasan atau saran-
saran yang disalahkan atau sebaliknya. Semua peserta diberi kesempatan untuk
menyatakan pendapatnya. Gagasan yang ter- ungkapkan dicatat secepat mungkin.
Gagasan yang sama, tidak dicatat lagi, sedangkan yang hampir sama tetap ditulis.
9
Foto-foto tersebut disesuaikan dengan pokok bahasan yang akan menjadi topik
pembicaraan. Dengan demikian, terjadi keselarasan argumentasi, sekaligus timbulnya
gugahan terhadap rasa peserta..
Jenis Buzz group ialah metode diskusi dengan melibatkan banyak orang
melalui tahapan tertentu dengan mengelompokkan peserta. Banyak masalah yang
dapat dipecahkan melalui bertukar pikiran dengan melibatkan banyak orang.
Jumlah peserta yang relatif banyak tersebut dibagi dalam kelompok-kelompok yang
lebih kecil, misalnya beranggotakan 5-8 orang. Mereka duduk (dengan atau tanpa
meja) membentuk lingkaran. Masalah disajikan, kemudian mereka berdiskusi untuk
memecahkan masalah tersebut, dengan dibatasi waktu. Pembatasan waktunya ini
disesuaikan dengan tingkat kesulitan masalah tersebut.
10
14. Jenis Pemeranan (Role Playing)
Jenis diskusi ini membantu peserta diskusi dalam memahami lebih jauh
tentang apa yang dipahaminya. Banyak manfaat yang diperoleh dari jenis diskusi
ini karena di samping peserta dihantarkan kepada pemahaman, mereka juga
diarahkan kepada penghayatan. Hal itu karena tidak mungkin ia dapat memerankan
dengan baik tanpa adanya penghayatan, dan tidak mungkin ada penghayatan jika
tanpa pemahaman."! Akan tetapi, tentu saja, pemakaian metode ini memerlukan
persiapan terlebih dahulu. Seorang peserta harus benar-benar membaca dan
menguasai apa yang akan diperankannya. Kemudian, ia berlatih memerankannya
dengan penuh kesungguhan. Jenis ini, dapat diterapkan dalam materi-materi seperti:
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam bahasa Arab, padanan kata diskusi dikenal dengan istilah mujadalah, 16
yang maknanya berarti perbicangan. Al-Quran secara tersurat banyak menyebut kata
'jadal' atau 'mujadalah'. Jadala secar leksikal diartikan 'keras' atau 'kuat', sedangkan
sinonimnya antara lain munajaah, munazharah, muhawarah, dan mughalabch. Kata-
kata ini memiliki persamaan, namun memiliki ciri khas tersendiri.
Banyak tujuan yang dapat dicapai dari diksusi. Hal itu dapat dikelompokkan
pada tiga kelompok tujuan.
1. Tujuan dan Kebutuhan Logis.
2. Tujuan dan Kebutuhan Manusiawi.
3. Tujuan dan Kebutuhan diskusi itu sendiri.
16
Lihat Wamy. Fit Ushulil Khiwar, Terj, Abdussalam dan Muhil Dhafir, Etika Diskusi, Intermedia, Jakarta,
1998, hlm. 20
12
Diskusi telah berkembang dalam berbagai jenis. Pembidangan jenis-jenis
diskusi tersebut sesuai dengan keragaman peserta, persiapan, permasalahannya atau
metode yang dipakainya.
B. Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
Lihat Wamy. Fit Ushulil Khiwar, Terj, Abdussalam dan Muhil Dhafir, Etika Diskusi,
Intermedia, Jakarta, 1998
Lihat Wamy. Fit Ushulil Khiwar, Terj, Abdussalam dan Muhil Dhafir, Etika Diskusi,
Intermedia, Jakarta, 19981 Jurnal Ulamul Qur'an, No. 1 Vol. V, 1994
Lihat, A. Kadir Munsyi, Metode Diskusi dalam Dakwah, Al-Ikhlas, Surabaya, 1981.
iii