Anda di halaman 1dari 17

APLIKASI MUJADALAH I (DISKUSI)

Makalah

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Adabul Bahtsi wa Al Munazharah

Dosen Pengampu : Dr. Achmad Muharam Basyari, M.Pd

Disusun Oleh :

Akhsyaika Ighma Avida : 20.03.2614


Nisrina Yunia : 20.03.2623
Salma Kamila : 20.03.2624

SEMESTER VI-A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM PERSATUAN ISLAM BANDUNG

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah
memberikan taufik dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dengan baik dan lancar. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW, para sahabatnya, tabiuttabiin, dan mudah-mudahan sampai kepada kita
selaku umatnya.

Tak lupa juga, kami ucapkan jazakumullah khairan katsira kepada bapak Achmad
Muharam Basyari, M,Pd selaku dosen pengampu pada mata kuliah Adabul Bahtsi wa Al
Munazharah dan kepada semua pihak yang telah ikut serta dalam memberikan bimbingan dan
arahannya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Kami juga menyadari masih banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
oleh karena itu kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan atau kekurangan dalam
makalah ini. Selain itu, kami pun berharap adanya kritik dan saran yang membangun dari
pembaca agar makalah ini dapat menjadi lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis maupun pembaca.

Bandung, 10 Mei 2023

Penyusun

ii
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... ii
BAB I .......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang.............................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................................................... 2
BAB II ........................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3
A. Pengertian Diskusi ....................................................................................................................... 3
B. Tujuan Diskusi ............................................................................................................................. 5
C. Keutamaan Dan Kelemahan Diskusi ........................................................................................... 5
D. Jenis-Jenis Diskusi........................................................................................................................ 6
BAB III..................................................................................................................................... 12
PENUTUP ................................................................................................................................ 12
A. Kesimpulan ................................................................................................................................ 12
B. Saran .......................................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum Konsepsi mujadalah yang dibahas pada bahasan sebelumnya dapat


diaplikasikan dalam berbagai bentuk mujadalah. Dewasa ini, orang biasa menyebut
salah satu aplikasinya melalui metode diskusi. Metode diskusi pada dasarnya
merupakan suatu penyampaian bahan atau materi dengan jalan perbincangan secara
teratur dan terarah, sehingga menimbulkan pengertian serta perubahan dalam arti
penyampai dan penerima dakwah.
Metode ini dilakukan ketika pemecahan suatu persoalan diserahkan kepada
penerima dakwah itu sendiri sehingga mereka ikut memberikan sumbangan pemikiran
terhadap masalah bersama.1
Terdapat beberapa kebaikan yang dapat dicapai melalui diskusi.
1. Membiasakan suka mendengar pendapat orang lain, walau berbeda pendapat
dengan kita sendiri sehingga kita terbiasa bersikap toleran.
2. Suasana dakwah akan menjadi hidup, hadirin mencurahkan perhatiannya terhadap
masalah yang sedang didiskusikan.
3. Dapat menghilangkan sifat-sifat verbalistis, individualistis, intelektualistis, seraya
menumbuhkan sifat-sifat toleransi, demokratis, kritis, berpikir sistematis, sabar,
pemaaf, jujur, mencintai ilmu, dan kebenaran.
4. Bahan atau materi dakwah lebih dapat dipahami secara lebih mendalam dan akan
lebih membekas, serta meninggalkan kesan yang lebih lama di dalam lubuk hati
dan jiwa penerima dakwah.2

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Diskusi?


2. Apa Tujuan Diskusi?
3. Apa saja Keutamaan dan Kelemahan Diskusi?
4. Apa saja Jenis-Jenis Diskusi?
1
Baca dan bandingkan, Shamim A. Shiddiq, Metodology of Dawal In American Perspektif. The Forum for
Islamic Work, Brooklyn, New York, 1989; Slamet Muhaemin Abda, Prinsip- Prinsip Metodologi Dakwah,
Usaha Nasional, Surabaya 1994
2
Lihat, A. Kadir Munsyi, Metode Diskusi dalam Dakwah, Al-Ikhlas, Surabaya, 1981. hlm. 46
1
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa itu Diskusi


2. Untuk mengetahui apa Tujuan Diskusi
3. Untuk mengetahui Keutamaan dan Kelemahan Diskusi
4. Untuk mengetahui Jenis-Jenis Diskusi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Diskusi

Dalam bahasa Arab, padanan kata diskusi dikenal dengan istilah mujadalah,3
yang maknanya berarti perbicangan. Al-Quran secara tersurat banyak menyebut kata
'jadal' atau 'mujadalah'. Jadala secar leksikal diartikan 'keras' atau 'kuat', sedangkan
sinonimnya antara lain munajaah, munazharah, muhawarah, dan mughalabch. Kata-
kata ini memiliki persamaan, namun memiliki ciri khas tersendiri.
Kata munajalah berarti juga diskusi, tetapi dalam prosesnya selalu dipakai
dalam perbincangan untuk memecahkan masalah tanpa melibatkan pertengkaran.
Adapun muhawarah diartikan dengan diskusi atau berdialog dengan dilatarbelakangi
oleh ketidaktahuan, keraguan, kebingungan. Bentuk ini cenderung lebih mampu
memecahkan masalah dan lebih efektif. Demikian juga mughalabah, ia memiliki arti
yang sama, hanya lebih spesifik untuk mengalahkan, mengatasi masalah atau
menguasai (dengan cara memaksa). Sementara itu, mujadalah mengakumulasi makna
munajaah, mughalabah, dan muhawarah dengan ciri khas tersendiri, yaitu disertai
pertentangan, perbantahan yang sengit antara pemberi pesan dan penerima pesan.
Sebagai bandingan, dilihat dari teknis pelaksanaannya, G. Makdisi dalam The
Rise of Humanism in Classical Islam and the Cristian West, with Special Reference to
Scolasticism, yang dikutip oleh Hasan Asari,4 membandingkan istilah lain yang
sepadan dengan mujadalah, yaitu munazharah dan mudzakarah. Menurutnya,
munazkarah dan mudzakarah meskipun memiliki beberapa kesamaan, keduanya
berbeda. Munazharah hanya melibatkan dua pihak yang bertentangan, sementara
mudzkarah dapat saja melibatkan lebih dari dua pihak. Berbeda dengan munazharah,
mudzakarah pada umumnya tidak dilaksanakan secara publik. "Kemenangan" sebagai
tujuan juga lebih merupakan ciri munazharah ketimbang mudzakarah.
Kembali pada istilah mujadalah, ulama tafsir mengartikan jadal dengan
bertukar pikiran (berdialog) termasuk dengan cara saling mengalahkan argumentasi

3
Lihat Wamy. Fit Ushulil Khiwar, Terj, Abdussalam dan Muhil Dhafir, Etika Diskusi, Intermedia, Jakarta, 1998,
hlm. 20
4
Jurnal Ulamul Qur'an, No. 1 Vol. V, 1994

3
lawan.5 Sehingga asumsi sementara adalah bila dalam Al-Quran ada dialog dan
terdapat saling mematahkan pendapat lawan, dialog tersebut juga disebut jadal atau
mujadalah.
Adapun kata diskusi berasal dari bahasa Latin discutio yang berarti memeriksa,
memperbincangkan, menelaah, membahas.6 Kata 'diskusi, masuk ke dalam bahasa
Indonesia, melalui bahasa Belanda 'disccussie’, yang artinya mufakat, perbicaraan,
perbincangan, atau pertukaran pikiran.7
Dengan kata lain, secara lafazh atau bahasa, diskusi berarti bertukar pikiran. 8
Sedangkan secara istilah, diskusi diartikan:
1. Suatu proses tukar pikiran, pendapat, atau pengalaman antara dua orang atau lebih
untuk memecahkan permasalahan.9
2. Perbicangan suatu masalah dalam sebuah pertemuan dengan jalan bertukar
pendapat di antara beberapa orang.10
3. Suatu percakapan terarah yang berbentuk pertukaran pikiran antara dua orang atau
lebih secara lisan untuk mendapatkan kesepakatan atau kecocokan dalam usaha
memecahkan masalah yang dihadapi.11
4. Merupakan upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis,
tanpa adanya suasana yang melahirkan permusuhan di antara keduanya.12

Dengan memperhatikan berbagai rumusan pengertian diskusi di atas, terdapat


beberapa komponen yang menjadi syarat terselenggaranya sebuah diskusi, yaitu:

1. Adanya masalah yang menuntut pemecahan


2. Adanya tujuan
3. Adanya moderator atau pimpinan diskusi

5
Manna Khalil Alkatan, Mahabits fi Ulum Al-Quran, Mansyurat Al-Ashr Al-Hadis, 1973, 289: Hasby Ash-
Shieddiegy. Ilmu-linu Al-Quran: Media-Media Pokak dalam Menafsirkan Al-Quran, Bulan-Bintang, Jakarta,
1992, hlm. 7
6
Lihat, K, Prent M., Kamus Latin Indonesia, Yayasan Kanisius, Yogyakarta, 1969, hlm. 254
7
Lihat, A.L.N Kraemer SR., Kamus Belanda Indonesia, GR. van Good Zomen's, Den Haag 1966, hlm. 71
8
Lihat, Supeno, Kamus Populer, Karya, Surabaya, 1952, hbm. 95
9
Lihat, Rulam Ahmadi, Metode Diskusi, Kanisius, Yogyakarta, 1998, hlm. 9
10
Lihat, Abdul Kadir Munsyi, Metode Diskusi dalam Dabwalk, Al-Bax, Surabaya, 1981, hlm. 46
11
Lihat, M. Atas Semi, Terampil Berdiskusi dan Berdebat, Tain Ihsa, Bandang, Cet. 10. 1982, hlm. 10
12
Lihat, Wamy, Op.cit., hlm. 19

4
4. Adanya peserta
5. Adanya sekretaris
6. Adanya fasilitas
7. Adanya suasana kondusif
8. Adanya prosedur yang jelas

B. Tujuan Diskusi

Banyak tujuan yang dapat dicapai dari diksusi. Hal itu dapat dikelompokkan
pada tiga kelompok tujuan.
1. Tujuan dan Kebutuhan Logis. Dalam hal ini diskusi menjadi tempat konsultasi
untuk menambah pengetahuan, mendapat informasi, meluaskan pengalaman dam
membuka pandangan. Di samping itu, ia menjadi tempat koordinasi karena adanya
kontak dan komunikasi.
2. Tujuan dan Kebutuhan Manusiawi. Dalam hal ini diskusi menjadi tempat untuk
mendapatkan pengakuan atau penghargaan. menampilkan kelompok atau individu,
menyatakan partisipasi, memberikan dan mendapatkan informasi, serta
menunjukkan interaksi.
3. Tujuan dan Kebutuhan diskusi itu sendiri. Dalam hal ini diskusi dapat menjadi
tempat tukar informasi, tempat mempertajam pengertian dan pendapat, ia menjadi
tempat konsultasi dan peng gugahan pendapat. Selain itu, diskusi, serta tempat
menyiasati, menganalisis, menyelesaikan masalah, memberikan motivasi dan
persesuaian, pengembangan kerja sama, dan meramalkan partisipasi.13

C. Keutamaan Dan Kelemahan Diskusi

Sebagai sebuah metode yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan, diskusi
tidak lepas dari manfaat yang merupakan keutamaannya. Akan tetapi, ia juga tidak
akan lepas dari sifat kekurangan yang biasa mengiringinya.14 Berikut ini adalah
manfaat dan kekurangan diskusi.
1. Keutamaan Diskusi
Diskusi memiliki keutamaan dan memberi manfaat bagi orang yang
melakukannya. Keutamaan dan manfaat tersebut di antaranya:
a. sebagai pelaksana sikap demokrasi;

13
Lebih lanjut tentang hal ini boca, R.C. Kwant, Manusia dan Kritik, Kanisius, Yogyakarta, 1975
14
Bandingkan dengan M. Atar Semi, Op.cit., hlm. 13

5
b. pengujian sikap toleransi;
c. pengembangan kebebasan pribadi;
d. pengembangan latihan berpikir;
e. penanaman pengetahuan dan pengalaman;
f. pengejawantahan sikap intelijen dan kreatif.15
2. Kelemahan Diskusi
Sebagai sebuah metode, diskusi tidak lepas dari kekurangan- kekurangannya.
Di antara kekurangan itu ialah berikut ini.
a. Diskusi memerlukan waktu yang lebih banyak dibandingkan cara belajar
biasa, baik dalam persiapan maupun dalam pelaksanaan.
b. Diskusi menyita banyak waktu, terutama bila terjadi hal-hal yang negatif,
seperti pengarahan yang kurang tepat, peserta tidak menjalankan fungsi dan
tugasnya dengan tepat, penyimpangan serta pemimpin yang tidak menguasai
teknik pengendalian diskusi.
c. Anggota yang kurang aktif karena pendiam dan pemalu sering kurang
mendapat kesempatan untuk mengemukakan pendapat. Tidak jarang diskusi
didominasi oleh orang-orang tertentu saja.

Kelemahan-kelemahan di atas dapat diminimalisasikan, apabila diskusi


tersebut dipimpin oleh pemimpin yang tanggap dan cakap. Dengan demikian,
segala kelemahan dapat diantisipasi.

D. Jenis-Jenis Diskusi

Diskusi telah berkembang dalam berbagai jenis. Pembidangan jenis-jenis


diskusi tersebut sesuai dengan keragaman peserta, persiapan, permasalahannya atau
metode yang dipakainya.

1. Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok ialah suatu bentuk pertemuan yang dikuti oleh sejumlah
peserta yang terbatas. Di dalamnya dibahas suatu topik tertent yang diberikan oleh
kelompok yang lebih besar (paripurna),
2. Forum
Forum adalah pertemuan umum atau ceramah yang diseleng garakan oleh
beberapa orang, tetapi dihadiri oleh sejumlah pengunjung yang tidak terikat

15
Lihat, RC. Kwant, Loc.cit

6
kehadirannya, bahkan dapat saja pengunjung itu tidak begitu memahami
masalahnya. Biasanya, forum ini tidak mengharapkan adanya keputusan yang
konkret."7 Ciri Khas:
Forum merupakan bagian dari suatu pertemuan diskusi yang dapat diikuti oleh semua
kelompok yang hadir. Forum berlangsung setelah tampilnya 'kelompok kecil' di atas
podium. Sekalipun forum ini menghendaki partisipasi dan semua yang hadir, hanya
sedikit terjadi pertukaran pikiran secara horisontal dengan hadirin. Walaupun
berlangsung komentar di forum, isinya ditujukan kepada semua yang hadir.
3. Diskusi Panel
Diskusi panel, yaitu pertemuan yang pesertanya diikat oleh suatu ketentuan
yang ditetapkan sebelumnya. Pembicara pokok terdiri atas beberapa orang yang
disebut panelis. Masing-masing panelis berbicara menurut bidang keahliannya
masing-masing. Oleh karena itu, diskusi panel dapat diartikan sebagai proses saling
tukar pendapat atau saling tukar pengalaman.
4. Simposium

Simposium adalah suatu pertemuan yang dihadiri oleh para ahli yang
bergerak dalam bidang yang sama untuk membahas atau mendengarkan uraian para
ahli tentang suatu penemuan atau hasil penelitian. Kemudian diiringi dengan tanya
jawab.

5. Seminar

Seminar ialah suatu pertemuan untuk memberikan dan men- diskusikan


informasi. Dengan kata lain, seminar adalah pertemuan sekelompok para ahli yang
membahas suatu topik atau beberapa topik dengan menampilkan beberapa makalah
di bawah pimpinan seorang moderator, Penyajian makalah tersebut diiringi dengan
tanya jawab, pembahasan, dan dicarikan perumusannya.

6. Jenis Kotak Surat Masuk (In Basket Method)

Jenis kotak surat masuk adalah cara memecahkan masalah dengan


menampilkan seseorang atau kelompok orang yang berperan sebagai penentu
kebijakan atau mengambil keputusan. Sementara peserta yang lain, diperankan sebagai
seorang atau kelompok yang mengajukan persoalan-persoalan kepada penentu
kebijakan tersebut.

7. Jenis Cawan Ikan (Fish Bowls)


7
Jenis ini dipraktikkan dengan cara membagi peserta diskusi menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok dalam dan kelompok luar Kelompok dalam (kelompok
kecil) berada di tengah lingkaran, mengerjakan atau mendiskusikan suatu tema
pembahasan. Sementara itu, peserta lainnya yang disebut kelompok luar
membentuk lingkaran mengelilingi lingkaran kelompok dalam tersebut. Kelompok
luar menyaksikan jalannya diskusi, tetapi boleh juga berpartisipasi dalam diskusi,
baik dengan mengajukan pertanyaan maupun menyampaikan gagasan.

Dalam hal ini, yang menyimpulkan diskusi adalah kelompok dalam,


sedangkan kelompok luar hanya sebagai partisipan dalam proses diskusi tersebut.

8. Jenis Pro-Kontra

Yang disebut dengan Pro-Kontra dalam diskusi adalah adanya suatu


kelompok yang disengaja diciptakan maupun sudah ada dengan sendirinya yang
menyetujui gagasan tertentu, sedangkan kelompok lainnya merupakan pihak yang
tidak setuju terhadap gagasan tersebut atau menentangnya. Jenis ini melatih
kepekaan dan cara berpikir peserta karena masalah yang diangkatnya pun biasanya
yang bersifat kontroversial.25 Bahasan lebih rinci tentang debat, akan dibahas pada
bahasan khusus debat berikutnya.

9. Jenis Rembuk Sejati

Dalam jenis rembuk sejati, peserta dibagi menjadi beberapa kelompok kecil
yang terdiri atas 3, 4, atau 5 orang. Masing-masing kelompok diberi semua
masalah. Mereka berembuk untuk memecahkan persoalan masing-masing. Hasil
rembukan itu ditukar dengan kelompok lain, kemudian mereka saling
mengomentari hasil pemecahannya. Demikian seterusnya sehingga terjadi tukar
pendapat antarkelompok.

Permasalahan yang diajukan ke tiap-tiap kelompok bisa sama dan bisa


berbeda. Kedua-duanya memiliki kekurangan dan kelebihan. Jika permasalahannya
sama, pemecahannya akan lebih dalam karena lebih banyak mendapatkan analisis
dan gagasan-gagasan. Namun kekurangan- nya, satu kali pertemuan diskusi hanya
dapat menyelesaikan satu persoalan. Apabila permasalahannya berbeda, akan
terjadi sebaliknya.

10. Jenis Momentum

8
Jenis momentum merupakan cara yang digunakan dengan seperangkat topik
yang sudah dibagi dalam beberapa subtopik kecil. Lama waktu kegiatan ditentukan,
misalnya 20-30 menit. Seseorang menjelaskan topik, mulai dari topik pertama
hingga akhir, sesuai dengan keterbatasan waktu yang telah ditentukan. Namun,
dalam perhitungan topik-topik tersebut dapat tersampaikan. Kalau tidak, topik
lainnya dapat dibuka pada kesempatan lain.

Setelah seseorang menjelaskan topik pertama dan peserta telah memperoleh


kesempatan bertanya, seseorang yang menjelaskan tadi memberi penjelasan dalam
waktu yang relatif sama dengan waktu sebelumnya. Setelah itu, dilanjutkan dengan
tanya jawab. Begitu selanjutnya sampai topik bahasan selesai.

Jenis ini hampir sama dengan metode ceramah. Hanya jenis ini penekanannya
lebih kuat pada aspek pengaturan waktu."

11. Jenis Urun Pendapat (Brain Storming Method)


Jenis urun pendapat atau brain storming method ialah aktivitas dari kelompok
kecil yang telah berkumpul untuk melahirkan gagasan yang baru, original, praktis,
sebanyak-banyaknya. Jenis diskusi ini juga merupakan cara memecahkan suatu
persoalan dengan mengumpulkan saran-saran dari semua peserta.

Oleh karena itu, dalam diskusi jenis ini, tidak ada gagasan-gagasan atau saran-
saran yang disalahkan atau sebaliknya. Semua peserta diberi kesempatan untuk
menyatakan pendapatnya. Gagasan yang ter- ungkapkan dicatat secepat mungkin.
Gagasan yang sama, tidak dicatat lagi, sedangkan yang hampir sama tetap ditulis.

12. Foto Novellas prodon Sowing


Foto novellas merupakan jenis diskusi dengan cara menunjukkan foto tentang
suatu kejadian, baik yang diharapkan maupun tidak diharapkan. Gambar foto yang
dipilih sebagai bahan diskusi hendaknya mengandung rangsangan-rangsangan
emosional dan rasional", seperti:
a. foto sungai penuh sampah
b. foto kemacetan lalu-lintas
c. foto anak jalanan
d. foto pedagang kaki lima di tengah kota
e. foto anak-anak kurang gizifoto pengemis

9
Foto-foto tersebut disesuaikan dengan pokok bahasan yang akan menjadi topik
pembicaraan. Dengan demikian, terjadi keselarasan argumentasi, sekaligus timbulnya
gugahan terhadap rasa peserta..

Melalui gugahan emosinya, peserta akan membangkitkan daya kritisnya dalam


menanggapi:

a. Apa yang dilihatnya?


b. Mengapa hal itu terjadi?
c. Apa jalan keluar untuk mengatasi masalah tersebut? d. Apa langkah-langkah
konkret dan sistematis untuk merealisasikan jalan ke luar itu?
13. Jenis Buzz Group

Jenis Buzz group ialah metode diskusi dengan melibatkan banyak orang
melalui tahapan tertentu dengan mengelompokkan peserta. Banyak masalah yang
dapat dipecahkan melalui bertukar pikiran dengan melibatkan banyak orang.
Jumlah peserta yang relatif banyak tersebut dibagi dalam kelompok-kelompok yang
lebih kecil, misalnya beranggotakan 5-8 orang. Mereka duduk (dengan atau tanpa
meja) membentuk lingkaran. Masalah disajikan, kemudian mereka berdiskusi untuk
memecahkan masalah tersebut, dengan dibatasi waktu. Pembatasan waktunya ini
disesuaikan dengan tingkat kesulitan masalah tersebut.

Diskusi kelompok kecil dipimpin oleh seorang ketua kelompok. Pendapat-


pendapat yang dikemukakan dicatat oleh seorang sekretaris da ia pun mencatat juga
kesimpulan akhirnya. Sangat praktis apabila kesimpulannya ditulis dengan jelas
pada sehelai kertas karton.

Setelah diskusi kelompok kecil selesai, hasilnya disampaikan pada


pertemuan paripurna. Usahakan agar kesimpulan yang tertulis pada karton dan
tertempel di dinding atau apa pun, terbaca oleh semua peserta

Moderator memberikan kesempatan kepada peserta lain untuk mengajukan


pertanyaan. Setelah itu, pembicara menanggapinya. Jika semua kelompok kecil
telah menyampaikan hasil diskusinya, semua kelompok peserta membantu
moderator dan notulen untuk membuat kesimpulan bersama.

10
14. Jenis Pemeranan (Role Playing)

Jenis diskusi ini membantu peserta diskusi dalam memahami lebih jauh
tentang apa yang dipahaminya. Banyak manfaat yang diperoleh dari jenis diskusi
ini karena di samping peserta dihantarkan kepada pemahaman, mereka juga
diarahkan kepada penghayatan. Hal itu karena tidak mungkin ia dapat memerankan
dengan baik tanpa adanya penghayatan, dan tidak mungkin ada penghayatan jika
tanpa pemahaman."! Akan tetapi, tentu saja, pemakaian metode ini memerlukan
persiapan terlebih dahulu. Seorang peserta harus benar-benar membaca dan
menguasai apa yang akan diperankannya. Kemudian, ia berlatih memerankannya
dengan penuh kesungguhan. Jenis ini, dapat diterapkan dalam materi-materi seperti:

a. Ilmu kalam, pertentangan antara tokoh-tokoh kalam diperankan oleh peserta.


b. Ilmu fiqih, pertentangan antara tokoh-tokoh fiqih diperankan peserta.
c. Serta bidang-bidang lain dan sejenisnya.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam bahasa Arab, padanan kata diskusi dikenal dengan istilah mujadalah, 16
yang maknanya berarti perbicangan. Al-Quran secara tersurat banyak menyebut kata
'jadal' atau 'mujadalah'. Jadala secar leksikal diartikan 'keras' atau 'kuat', sedangkan
sinonimnya antara lain munajaah, munazharah, muhawarah, dan mughalabch. Kata-
kata ini memiliki persamaan, namun memiliki ciri khas tersendiri.

Banyak tujuan yang dapat dicapai dari diksusi. Hal itu dapat dikelompokkan
pada tiga kelompok tujuan.
1. Tujuan dan Kebutuhan Logis.
2. Tujuan dan Kebutuhan Manusiawi.
3. Tujuan dan Kebutuhan diskusi itu sendiri.

Diskusi memiliki keutamaan dan memberi manfaat bagi orang yang


melakukannya. Keutamaan dan manfaat tersebut di antaranya:

a. sebagai pelaksana sikap demokrasi;


b. pengujian sikap toleransi;
c. pengembangan kebebasan pribadi;
d. pengembangan latihan berpikir;
e. penanaman pengetahuan dan pengalaman;
f. pengejawantahan sikap intelijen dan kreatif.

Sebagai sebuah metode, diskusi tidak lepas dari kekurangan- kekurangannya.


Di antara kekurangan itu ialah berikut ini.

a. Diskusi memerlukan waktu yang lebih banyak


b. Diskusi menyita banyak waktu
c. Anggota yang kurang aktif karena pendiam dan pemalu sering kurang
mendapat kesempatan untuk mengemukakan pendapat.

16
Lihat Wamy. Fit Ushulil Khiwar, Terj, Abdussalam dan Muhil Dhafir, Etika Diskusi, Intermedia, Jakarta,
1998, hlm. 20

12
Diskusi telah berkembang dalam berbagai jenis. Pembidangan jenis-jenis
diskusi tersebut sesuai dengan keragaman peserta, persiapan, permasalahannya atau
metode yang dipakainya.

B. Saran

Demikianlah uraian makalah mengenai Aplikasi Mujadalah 1 (DIskusi). Dalam


makalah ini kami menyadari terdapat kesalahan dan juga kekeliruan dalam penyusunan. Untuk
itu, demi kesempurnaan makalah yang selanjutnya kritik dan saran dari pembaca kami
harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

13
DAFTAR PUSTAKA

Shamim A. Shiddiq, Baca dan bandingkan, Metodology of Dawal In American


Perspektif. The Forum for Islamic Work, Brooklyn, New York, 1989; Slamet Muhaemin
Abda, Prinsip- Prinsip Metodologi Dakwah, Usaha Nasional, Surabaya 1994

Lihat Wamy. Fit Ushulil Khiwar, Terj, Abdussalam dan Muhil Dhafir, Etika Diskusi,
Intermedia, Jakarta, 1998
Lihat Wamy. Fit Ushulil Khiwar, Terj, Abdussalam dan Muhil Dhafir, Etika Diskusi,
Intermedia, Jakarta, 19981 Jurnal Ulamul Qur'an, No. 1 Vol. V, 1994
Lihat, A. Kadir Munsyi, Metode Diskusi dalam Dakwah, Al-Ikhlas, Surabaya, 1981.

Manna Khalil Alkatan, Mahabits fi Ulum Al-Quran, Mansyurat Al-Ashr Al-Hadis,


1973, 289: Hasby Ash-Shieddiegy. Ilmu-linu Al-Quran: Media-Media Pokak dalam
Menafsirkan Al-Quran, Bulan-Bintang, Jakarta, 1992

iii

Anda mungkin juga menyukai