Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir Maudhu’i Sosial
Polititk
Oleh:
SEMESTER V
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN dan TAFSIR (IAT)
FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) KHOZINATUL ULUM
2023
KATA PENGANTAR
Kami menyadari, tak ada yang sempurna. Begitu pula dengan makalah ini.
Masih banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Maka dari itu, kami memohon maaf sebesar-sebesarnya jika terdapat kesalahan
dalam penulisan makalah ini.
Semoga dengan makalah ini dapat diambil manfaat, dan semoga juga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan teman-teman pembaca. Amiin
Penulis
i
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Musyawarah
1
Abu Husain Ahmad bin Faris bin Zakariyya, Mu’jam Maqayis al-Lugah, in 3, Juz 3.
(Kairo: Dar al-Fikr, 2000). Hlm. 266
2
Zakariyya, “Mu’jam Maqayis al-Lugah.”..hlm. 266
3
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawir, Kamus Arab-Indonesia, ed. Pustaka
Progresif (Surabaya, 1997). Hlm. 750
4
Quiraish Shihab, “Tafsir Al-Misbah, vol. 2, (Cet. V, Jakarta: Lentera hati, 2012). Hlm.
312
5
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia (jakarta: Pusat Pahasa
Departemen Pendidikan Nasional, 2012). Hlm. 1059
3
Kata musyawarah diambil dari bahasa Arab, yaitu syura yang diserap
ke dalam bahasa Indonesia yang memiliki arti berunding dan berembuk.
Sedangkan syura menurut istilah berarti menyatukan pendapat yang berbeda-
beda berkenaan tentang masalah tertentu dengan cara mengujinya dari berbagai
pendapat hingga sampai kepada pendapat yang paling benar dan paling baik.
Syura bukan berarti seseorang meminta nasihat kepada orang lain, melainkan
nasihat timbal-balik melalui diskusi.6
6
Ahmad Faruqi dan Shofi Lailatul Fitri, “Konsep Musyawarah Dalam Al-Qur’an (Kajian
Tematik Dalam Penafsiran M. Quraish Shihab),” STIQNIS 1 (2019). hlm. 12
4
6. Musyawarah dapat melapangkan dada untuk menerima kesalahan dan
memberi maaf atau menciptakan stabilitas emosi.7
Kedua, memberi manfaat dan membuka lembaran baru. Sikap ini dapat
difahami dari potongan ayat (maafkan mereka). Maaf secara harfiah berarti
menghapus, memaafkan berarti menghapus bekas luka dihati akibat perlakuan
pihak lain yang dinilai tidak wajar. Ini perlu karena kejernihan hati dan
kecerahan pikiran sangat diperlukan ketika bermusyawarah. Di sisi lain peserta
musyawarah mempersiapkan mental yang selalu siap memberi maaf. Karena
mungkin saja ketika bermusyawarah terjadi perbedaan pendapat, atau bahkan
keluar perkataan yang menyinggung perasaan pihak lain.
7
Ahmad Faruqi dan Shofi Lailatul Fitri, “Konsep Musyawarah Dalam Al-Qur’an (Kajian
Tematik Dalam Penafsiran M. Quraish Shihab),” STIQNIS 1 (2019). hlm.25
5
sesuatu yang dijangkau oleh kemampuan akal. Jika demikian untuk mencapai
hasil yang terbaik ketika musyawarah, hubungan peserta musyawarah dengan
Tuhan harus harmonis, antara lain permohonan ampunan ilahi, meminta
petunjuk dan bertawakkal kepada-Nya.8
ُ َ ُ ۡ َ َ َ َ َ َّ َّ ُ َ َ َ َ ۡ َ ۡ َ َ ۡ َ ۡ َ َّ ُ َ َٰ َ ۡ َ َ ۡ ۡ ُ ُ َ َ ۡ َ
ٱلرضاعة َۚ َولَع ٱل َم ۡولودِ َُلۥ رِ ۡزُق ُُ َّن ۡيِۖ ل ِمن أراد أن يتِم
ِ ۡي َكمِل ِ وٱلوَٰل ِدَٰت ير
ِ ضعن أولدهن حول
َ َّ ٞ ُ َ َ َ ُ َ َ َّ ٓ َ ُ َ َ َ ۡ ُ َّ ٌ ۡ َ ُ َّ َ ُ َ ۡ ۡ ُ ۡ
ِ ِلة ُۢ ب ِ َوِلِها َوَل َم ۡولود َُلۥ ب ِ َو
ِلهَۚ ِۦ ِۚ ِ َوك ِس َوت ُُ َّن بِٱل َمع ُر
ِ َٰ وف َل تكلف نفس إَِل وسعُا َۚ َل تضار و
ۡ ََ َ َُ ََ ُ َََ َ ُۡ َ َ ۡ ُ َ َٰ َ َ ۡ َ َ َ َ ا ۡ ََ
اح عل ۡي ُِ َماَۗ ِإَوناض مِنُما وتشاورٖ فَل جن َ ِ َِولَع ٱل َوار
ٖ ث مِثل ذل ِك َۗ فإِن أرادا ف ِصاَل عن ت
ر
ْ ُ َّ َ ُ ۡ َ ۡ ُ ۡ َ َ ٓ َّ ُ ۡ َّ َ َ ۡ ُ ۡ َ َ َ َ ُ َ َ ۡ ُ َ َٰ َ ۡ َ ْ ٓ ُ ۡ َ ۡ َ َ ۡ َ َ
وف وٱتقوا
ِۗ ِ ضعوا أولدكم فَل جناح عليكم إِذا سلمتم ما ءاتيتم بِٱلمعر ِ أردتم أن تسَت
َ ُ َ ۡ َ َ َ َّ َّ َ ْ ٓ ُ َ ۡ َ َ َّ
ٞون بَ ِصري ٱَّلل وٱعلموا أن ٱَّلل بِما تعمل
8
Faruqi dan Fitri, “Konsep Musyawarah Dalam Al-Qur’an (Kajian Tematik Dalam
Penafsiran M. Quraish Shihab).”hlm. 23
6
bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha
Melihat apa yang kamu kerjakan.(Al-Baqarah ; 233)
9
Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Al-Syeikh, Lubab Tafsir min Ibn
Kasir, Terj. M. Abdul Ghoffar, 1 ed. (Bogor: Pustaka Imam Syafi’i, 2008). Hlm. 255
10
Faruqi dan Fitri, “Konsep Musyawarah Dalam Al-Qur’an (Kajian Tematik Dalam
Penafsiran M. Quraish Shihab).”…hlm. 27
7
mufassirin di antaranya Ibnu Katsir menafsirkan ayat tersebut lebih
menekankan kepada penyapihan dan segala hal yang berhubungan dengannya.
Imam Malik berpendapat, jika seorang bayi disapih kurang dari dua
tahun, lalu ada wanita lain menyusuinya, maka yang demikian itu tidak
menjadikan mahram, karena penyusuan itu berkedudukan sama dengan
makanan. Hal ini diriwayatkan dari Al- Auza’i. Dan diriwayatkan pula dari
Umar bin Al-Khaththab dan Ali bin Abi Thalib, keduanya mengatakan: “Tidak
ada penyusuan setelah penyapihan.” Kemungkinan yang dimaksudkan oleh
keduanya adalah setelah dua tahun. Hal itu sama seperti pendapat jumhur
ulama, baik bagi anak yang disapih ataupun tidak. Dan mungkin yang
dimaksud oleh Umar bin Al-Khaththab dan Ali bin Abi Thalib radiallahu
anhuma adalah perbuatannya, seperti yang menjadi pendapat Imam Malik.11
11
Faruqi dan Fitri, “Konsep Musyawarah Dalam Al-Qur’an (Kajian Tematik Dalam
Penafsiran M. Quraish Shihab).”…hlm. 28
12
Faruqi dan Fitri, “Konsep Musyawarah Dalam Al-Qur’an (Kajian Tematik Dalam
Penafsiran M. Quraish Shihab).”hlm. 20
8
b. Jika terdapat perbedaan pendapat dalam hal penyapihan atau penyusuan
maka hendaknya untuk dimusyawarahkan serta harus ada dikap kerelaan
bagi keduanya dan tidak ada dosa bagi mereka berdua.
c. Hak anak untuk hidup adalah tanggung jawab bagi seorang kedua orang
tua dan mereka pantas untuk hidup dan tidak boleh disepelekan.13
ُ ۡ َ َ ْ َ َ ۡ َ ۡ َ َ ًّ َ َ ُ ۡ َ َ ۡ ُ َ َ َّ َ َ ۡ َ َ َ
ب َلنفضوا م ِۡن َح ۡول ِك ۖۡ فٱعف
ِ فبِما رۡحةٖ مِن ٱَّللِ ِلِ ت لُمۖۡ ولو كنت فظا غل ِيظ ٱلقل
َ ِِّ ٱَّلل ُُيِب ٱل ۡ ُم َت َو َّ َ َ ۡ َّ َ َ َ َ ۡ َ َ َ َ ۡ َ ۡ
َ َّ ٱَّلل ِ إ َّن ۡ ُ ۡ َ َ ۡ َُ ۡ ۡ َ ۡ َ ۡ ُ ۡ َ
ِۡي ِ َۚ عنُم وٱستغفِر لُم وشاوِرهم ِِف ٱۡلمرِِۖ فإِذا عزمت فتوَّك لَع
Artinya : Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu
maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian
apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya.(QS. Ali-„Imran ; 159)
13
Shihab, “Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan dan keserasian Al-Qur’an.” Hlm. 255-263
9
dengan kekalahan kaum muslimin dan gugurnya sekitar tujuh puluh orang
sahabat.14
14
Shihab, “Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan dan keserasian Al-Qur’an.”…hlm. 626
15
Faruqi dan Fitri, “Konsep Musyawarah Dalam Al-Qur’an (Kajian Tematik Dalam
Penafsiran M. Quraish Shihab).”…hlm. 22
16
Faruqi dan Fitri, “Konsep Musyawarah Dalam Al-Qur’an (Kajian Tematik Dalam
Penafsiran M. Quraish Shihab).”…hlm. 29
10
b. Hendaknya memaafkan atas segala perbuatan yang dilakukan oleh lawan
yang hendak menjadi teman bermusyawarah supaya hasil dalam
bermusyawarah lebih nyaman dan tenang
c. Tidak berhati kasar dalam bermusyawarah artinya untuk selalu menjaga
sikap dan menahan emosi supaya tidak terjadi hal hal yang mengerucut
kepada pertengkaran dan perdebatan yang tak berujung.17
17
Shihab, “Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan dan keserasian Al-Qur’an.”…hlm. 667
18
Faruqi dan Fitri, “Konsep Musyawarah Dalam Al-Qur’an (Kajian Tematik Dalam
Penafsiran M. Quraish Shihab).”..hlm. 23
11
Terkait penafsiran M. Quraish Shihab terhadap surah asy-Syura ayat 38
dapat penulis memberikan sebuah hasil yang dapat penulis tangkap dalam
penafsiran di atas.
a. Segala hal yang bersifat kemasyarakatan untuk selalu dimusyawarahkan.
b. Dengan bermusyawarah dalam segala urusan akan dipermudah dalam seagala
urusan yang dijalaninya19
Dengan melihat banyak manfaat, maka musyawarah merupakan suatu
keharusan bagi setiap umat manusia, terutama bagi para pemimpin, agar persoalan-
persoalan umat ditanggulangi melalui musyawarah. Musyawarah yang
dilaksanakan di lingkup rumah tangga untuk mencapai keluarga bahagia, Sakinah,
Mawaddah dan Rahmah. Musyawarah yang diselenggarakan di lingkup
masyarakat dengan harapan terciptanya masyarakat ideal dan harmonis, dan
musyawarah yang dilaksanakan yang lebih umum dan luas yakni dalam wilayah
Negara beserta lembaga-lembaganya untuk mewujudkan kemaslahatan umat di
wilayahnya. 20
19
Shihab, “Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan dan keserasian Al-Qur’an.”hlm. 511
20
Faruqi dan Fitri, “Konsep Musyawarah Dalam Al-Qur’an (Kajian Tematik Dalam
Penafsiran M. Quraish Shihab).”…hlm. 24
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
13
Dafar Pustaka
Al-Syeikh, Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq. Lubab Tafsir
min Ibn Kasir, Terj. M. Abdul Ghoffar. 1 ed. Bogor: Pustaka Imam Syafi’i,
2008.
Faruqi, Ahmad, dan Shofi Lailatul Fitri. “Konsep Musyawarah Dalam Al-Qur’an
(Kajian Tematik Dalam Penafsiran M. Quraish Shihab).” STIQNIS 1 (2019).
Zakariyya, Abu Husain Ahmad bin Faris bin. “Mu’jam Maqayis al-Lugah.” In 3.
Juz 3. Kairo: Dar al-Fikr, 2000.
14