Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PAI

Meneladani Sikap Rasulullah Dalam Bermusyawarah, Baik di Sekolah,


Tempat Kerja Maupun Lingkungan Tempat Tinggal
Sebagai Penerapan QS. Ali Imran ayat 159

Disusun Sebagai Pengganti UAS Genap


Tahun Pelajaran 2023/2024
Oleh :

Nama : Ananda Bagas Putra Irvansyah


NIS : 201000114
Kelas / No : XII TM B / 03

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN RI

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN SMTI
YOGYAKARTA
2023
Kata Pengantar

Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang
hingga saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga penulis
diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah tentang Musyawarah ini.
Tak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya
kepada setiap pihak yang telah mendukung serta membantu penulis selama proses
penyelesaian makalah ini.
Adapun penulisan makalah ini dibuat untuk memenuhi persyaratan tugas mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam sebagai pengganti Ujian Akhir Semester (UAS) 2
(Genap).
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan penulis berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ini masih jauh dari
sempurna serta kesalahan yang penulis yakini di luar batas kemampuan penulis. Maka
dari itu penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca.

Yogyakarta, 8 Januari 2023

Penulis

Daftar Isi

i
Kata Pengantar....................................................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan masalah................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................2
BAB II...................................................................................................................3
A. Pengertian Musyawarah........................................................................3
B. Alasan Rasulullah Menyarankan Musyawarah.....................................4
C. Contoh-Contoh Peristiwa Dimana Rasulullah Mengajak Para Sahabat
Untuk Bermusyawarah..............................................................................4
D. Pengamalan Rasulullah terhadap QS. Ali Imran ayat 159....................5
BAB III..................................................................................................................7
Daftar Pustaka.......................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara demokratis yang memiliki berbagai macam
suku, agama, ras, adat istiadat, dan budaya yang majemuk. Penduduk
Indonesia yang beragam mempunyai perbedaan dan wilayah. Hubungan hidup
antar sesama manusia sering terjadi perbedaan ide dan pendapat. Perbedaan
tersebut seharusnya bukan menjadi hambatan yang dipertentangkan,
melainkan agar dapat bekerjasama dan mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia.
Keragaman dan perbedaan akan menjadi pemersatu bangsa, yakni hukum
yang mengikat serta memaksa. Adanya suku, rakyat Indonesia akan memiliki
kesamaan di dalamnya. Sejauh ini negara Indonesia masih konsisten
berpedoman pada Pancasila yang mencerminkan kaidah pokok hidup
berbangsa dan bernegara. Secara umum segala peraturan yang berlaku di
Indonesia berdasarkan Pancasila termasuk penyelesaian masalah dengan
musyawarah untuk mufakat.
Rakyat Indonesia secara tidak langsung seharusnya melaksanakan
musyawarah untuk mencapai mufakat. Hal tersebut sejalan dengan isi Sila
Keempat Pancasila, yaitu “kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan dan perwakilan”. Musyawarah untuk mufakat pada
dasarnya salah satu ciri khas dari bangsa Indonesia yang terkandung dalam
Pancasila sila keempat. Tujuan tersendiri adanya musyawarah untuk mufakat
ialah membentuk rakyat yang harmonis, erat akan kekeluargaan, dan semangat
kebersamaan.
Musyawarah juga dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW ketika masih
hidup. Rasulullah adalah orang yang paling peka dengan hubungan-hubungan
sosial. Semua umat Islam pasti sepakat, beliau maksum alias tanpa dosa, tapi
posisi itu tidak justru membuat Baginda Nabi tinggi hati lalu meremehkan orang-
orang di sekitarnya. Teladan yang paling nyata di antaranya adalah
musyawarah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat disimpulkan beberapa rumusan
masalah yaitu :
1. Penegertian musyawarah

1
2. Alasan mengapa Rasulullah menyarankan untuk bermusyawarah
3. Contoh contoh peristiwa dimana rasulullah mengajak para sahabat untuk
bermusyawarah
4. Pengamalan QS. Ali Imran ayat 159

C. Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
1. Menjelaskan Pengertian musyawarah
2. Menjelaskan alasan Rasulullah menyarankan untuk bermusyawarah
3. Menyebutkan contoh - contoh peristiwa dimana rasulullah mengajak para
sahabat untuk bermusyawarah
4. Meniru pengamalan Rasulullah terhadap QS. Ali Imran ayat 159

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Musyawarah
Istilah musyawarah berasal dari kata ‫ مشاوزة‬. Ia adalah masdar dari kata
kerja syawara-yusyawiru, yang berakar kata syin, waw, dan ra‟ dengan pola
fa‟ala. Struktur akar kata tersebut bermakna pokok “menampakkan dan
menawarkan sesuatu” Dari makna terakhir ini muncul ungkapan syawartu
fulanan fi amri (aku mengambil pendapat si Fulan mengenai urusanku).
Pendapat senada mengemukakan bahwa musyawarah pada mulanya
bermakna “mengeluarkan madu dari sarang lebah”. Makna ini kemudian
berkembang sehingga mencakup segala sesuatu yang dapat diambil atau
dikeluarkan dari yang lain (termasuk pendapat). Karenanya, kata musyawarah
pada dasarnya hanya digunakan untuk hal-hal yang baik, sejalan dengan
makna dasarnya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, musyawarah diartikan sebagai:
pembahasan bersama dengan maksud mencapai keputusan atas penyelesaian
masalah bersama. Selain itu dipakai juga kata musyawarah yang berarti
berunding dan berembuk.
Pada intinya musyawarah adalah merupakan bentuk kesadaran kita
sebagai manusia yang tak bisa dilepaskan dari manusia lainnya. Kita semua
adalah makhluk sosial. Antara satu orang dan orang lainnya senantiasa
berhubungan saling membutuhkan. Tak hanya untuk urusan pemenuhan
kebutuhan fisik, tapi juga termasuk buah pikiran.
Jika Nabi yang maksum saja bermusyawarah, apalagi umatnya yang
pasti memiliki kekurangan-kekurangan. Musyawarah juga merupakan cermin
kesadaran diri akan kekurangan diri sendiri. Musyawarah menjadi sarana untuk
saling menambal kekurangan-kekurangan, saling menguatkan kelemahan-
kelemahan, dan bersama-sama saling memperbaiki ketika terjadi ketidak-
sempurnaan.
Betapa banyak ketidak-kompakan, ketidak-puasan, bahkan sampai
kekacauan yang ditimbulkan karena sikap egois dan otoriter alias enggan
bermusyawarah. Kasus ini sering kita jumpai, misalnya, pada kehidupan rumah
tangga dan bermasyarakat.

3
B. Alasan Rasulullah Mengajarkan Musyawarah
Dalam sebuah hadits disebutkan:

‫س وو لِ ا صللى ا عليه و سلم‬ ‫ر ا رََريوُس َ ر رًَدا َ ر وَْ ر رَ رم س‬


‫ش وو رَةة لار و‬
‫ص رَا لِ له لم وْ رَ س‬ ‫م‬

“Saya tidak pernah melihat seseorang yang paling banyak bermusyawarah


dengan para sahabatnya dibanding Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. (HR.
Tirmidzi)

Mengapa Rasulullah mencontohkan demikian? Karena beliau tahu


bagaimana cara menghormati sikap dan pikiran orang lain. Dalam hidup ini kita
tak mungkin lepas dari perbedaan pendapat, dan musyawarah merupakan
salah satu mekanisme untuk mencairkan perselisihan pandangan agar tak
sampai merusak kebersamaan.
Hal lain yang perlu dicatat adalah, musyawarah bermanfaat untuk
mencapai pada pilihan pendapat terbaik. Dengan saling mengisi kekurangan,
saling memberi masukan, potensi untuk terjerumus kepada pilihan pendapat
terburuk akan terminimalisasi. Risiko terberat sedapat mungkin bisa dihindarkan.
Jikalaupun ada risiko yang harus ditanggung bila itu menyangkut urusan
publik beban itu juga cenderung lebih ringan. Karena keputusan diambil secara
kolektif, tanggung jawab pun akan dipikul secara bersama-sama. Musyawarah
mendekatkan kita pada sikap egaliter, rendah hati, dan terbuka-kan secara
wawasan. Dan inilah yang dicontohkan Rasulullah sebagai pembawa risalah
suci.
Semoga kita semua tergolong orang-orang yang gemar bermusyawarah,
khususnya untuk urusan yang dampaknya bukan pada diri kita sendiri. Dengan
demikian kita terjaga dari kecerobohan mengambil kebijakan, egoisme, dan
perpecahan. Wallahu a’lam.

C. Contoh contoh musyawarah yang dilakukan rasulullah


Rasulullah adalah orang yang paling peka dengan hubungan-hubungan
sosial. Semua umat Islam pasti sepakat, beliau maksum alias tanpa dosa, tapi
posisi itu tidak justru membuat Baginda Nabi tinggi hati lalu meremehkan orang-
orang di sekitarnya. Teladan yang paling nyata di antaranya adalah
musyawarah.
Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan tentang kebijaksanaan Rasulullah
yang tak segan bertanya dan berkonsultasi kepada para sahabatnya untuk soal-

4
soal yang strategis, seperti perang. Nabi pernah mengajak para sahabatnya
bermusyawarah saat Perang Uhud: apakah beliau tetap berada di Madinah atau
keluar menyambut kedatangan musuh. Ketika mayoritas sahabat mengusulkan
agar semuanya berangkat menghadapi mereka, Rasulullah lantas memutuskan
untuk berangkat bersama pasukannya menuju ke arah musuh.
Baginda Nabi juga berdiskusi dengan para sahabatnya pada saat
Perang Khandaq tentang kebijakan berdamai dengan golongan yang bersekutu,
dengan memberikan sepertiga dari hasil buah-buahan Madinah pada tahun itu.
Usul itu ditolak oleh Sa'd ibnu Mu'az dan Sa'd ibnu Ubadah. Akhirnya Nabi
menuruti pendapat mereka.
Rasulullah bermusyawarah dengan meeka saat terjadi Peristiwa
Hudaibiyah tentang apakah sebaiknya beliau bersama kaum Muslim menyerang
pasukan musuh, orang-orang musyrik. Maka Abu Bakar Al-Siddiq berkata,
"Sesungguhnya kita datang bukan untuk berperang, melainkan kita datang
untuk melakukan ibadah umrah." Kemudian Nabi SAW menyetujui pendapat
Abu Bakar itu.
Apa yang dilakukan Rasulullah sungguh merupakan bukti betapa
terbukanya beliau dengan masukan dan pentapat orang lain. Untuk hal-hal yang
bersifat duniawi dan tak ada wahyu secara spesifik yang memberi keputusan
tentang itu, Nabi tak sungkan-sungkan bertukar pikiran dengan para
sahabatnya. Ketika pandangan orang lain dinilai bagus, beliau pun segera
mengamini meski berbeda dari usulan beliau di awal-awal.

D. Pengamalan Rasulullah terhadap QS. Ali Imran ayat 159


Surah Ali Imran merupakan surah ke-3 dalam Al Quran yang berjumlah
200 ayat. Dari ratusan ayat yang dikandungnya, surah Ali Imran ayat ke-159
menjelaskan salah satu penerapan konsep musyawarah yang dilakukan oleh
Rasulullah SAW.

Berikut ini bunyi bacaan Surah Ali Imran Ayat 159 beserta dengan
artinya:

‫ع وْ سُ وم‬
‫وُ ر‬ ‫ِ را وْفرّضوا لم وْ رَ ووِلَر َراع س‬ ‫َ واَِر ول ل‬
‫َ للي ر‬
‫َا ر‬ ‫ل لِ وُْر ِر سُ وم روِر وو سْ وُْر َر ظ‬‫َرِل رما رََو رم ةٍ لمْر ل ل‬
‫ل ي لسَِض واِ سمَ ررو لْلليْر‬ ‫علرى ل ل‬
‫ل إل لْ ل ر‬ ‫عزر ومُر َرَ ررو لْ وِ ر‬‫روا وسَ ر وْ لف وَ ِر سُ وم روشرا لو وَ سُ وم َلي واأ ر وم لَ َرِل رَا ر‬

Artinya: "Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah
5
mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan
mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka
dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka
bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal."
(QS. Ali Imran: 159).
Melansir dari tafsir Kementerian Agama (Kemenag), latar belakang dari
surah Ali Imran ayat 159 adalah banyak terjadinya pelanggaran-pelanggaran
yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin saat keadaan genting pada
Perang Uhud. Bahkan pelanggaran tersebut telah menyebabkan banyak kaum
muslim menderita.
Namun, Rasulullah tetap bersikap lemah lembut dan tidak marah sama
sekali pada para pelanggar tersebut. Bahkan memaafkan dan memohonkan
ampunan dari Allah untuk mereka. Selain itu, Rasulullah juga selalu melibatkan
mereka dalam suatu musyawarah mengenai banyak hal. Terutama urusan
peperangan.
Senada dengan itu, tafsir dari Ibnu Katsir menyebutkan bahwa
Rasulullah SAW selalu bermusyawarah dengan mereka apabila menghadapi
suatu masalah. Di antaranya musyawarah dalam urusan peperangan, yang bisa
anda lihat pada sub-bab sebelumnya.
Berdasarkan kisah-kisah yang disebutkan sebelumnya, dapat dibuktikan
bahwa hal itulah yang membuat kaumnya patuh dan setia dengan Rasul. Sebab
keputusan-keputusan dari Rasulullah merupakan hasil musyawarah bersama di
antara mereka sendiri.
Dalam Surah Ali Imran ayat 159 ini juga Allah berfirman untuk selalu
bertawakallah kepada Allah setelah mencapai hasil mufakat dalam suatu
musyawarah. Seperti Rasulullah dan kaumnya yang tetap berjuang dan berjihad
di jalan Allah dengan tekad yang bulat tanpa menghiraukan bahaya dan
kesulitan yang mereka hadapi.

6
BAB III
KESIMPULAN

Setelah mencari di berbagai sumber, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai


berikut :

1.
Rasulullah adalah orang yang paling peka dengan hubungan-hubungan
sosial. Semua umat Islam pasti sepakat, beliau maksum alias tanpa dosa, tapi
posisi itu tidak justru membuat Baginda Nabi tinggi hati lalu meremehkan orang-
orang di sekitarnya. Teladan yang paling nyata di antaranya adalah
musyawarah.
Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan tentang kebijaksanaan Rasulullah
yang tak segan bertanya dan berkonsultasi kepada para sahabatnya untuk soal-
soal yang strategis, seperti perang. Nabi pernah mengajak para sahabatnya
bermusyawarah saat Perang Uhud: apakah beliau tetap berada di Madinah atau
keluar menyambut kedatangan musuh. Ketika mayoritas sahabat mengusulkan
agar semuanya berangkat menghadapi mereka, Rasulullah lantas memutuskan
untuk berangkat bersama pasukannya menuju ke arah musuh.
Baginda Nabi juga berdiskusi dengan para sahabatnya pada saat
Perang Khandaq tentang kebijakan berdamai dengan golongan yang bersekutu,
dengan memberikan sepertiga dari hasil buah-buahan Madinah pada tahun itu.
Usul itu ditolak oleh Sa'd ibnu Mu'az dan Sa'd ibnu Ubadah. Akhirnya Nabi
menuruti pendapat mereka.
Rasulullah bermusyawarah dengan meeka saat terjadi Peristiwa
Hudaibiyah tentang apakah sebaiknya beliau bersama kaum Muslim menyerang
pasukan musuh, orang-orang musyrik. Maka Abu Bakar Al-Siddiq berkata,
"Sesungguhnya kita datang bukan untuk berperang, melainkan kita datang
untuk melakukan ibadah umrah." Kemudian Nabi SAW menyetujui pendapat
Abu Bakar itu.
Apa yang dilakukan Rasulullah sungguh merupakan bukti betapa
terbukanya beliau dengan masukan dan pentapat orang lain. Untuk hal-hal yang
bersifat duniawi dan tak ada wahyu secara spesifik yang memberi keputusan
tentang itu, Nabi tak sungkan-sungkan bertukar pikiran dengan para
sahabatnya. Ketika pandangan orang lain dinilai bagus, beliau pun segera
mengamini meski berbeda dari usulan beliau di awal-awal.
Apa yang dilakukan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam
sejatinya adalah pengamalan dari QS Ali Imran: 159

2.
Musyawarah adalah merupakan bentuk kesadaran kita sebagai manusia
yang tak bisa dilepaskan dari manusia lainnya. Kita semua adalah makhluk
sosial. Antara satu orang dan orang lainnya senantiasa berhubungan saling
membutuhkan. Tak hanya untuk urusan pemenuhan kebutuhan fisik, tapi juga
termasuk buah pikiran. Jika Nabi yang maksum saja bermusyawarah, apalagi
umatnya yang pasti memiliki kekurangan-kekurangan.
Musyawarah juga merupakan cermin kesadaran diri akan kekurangan
diri sendiri. Musyawarah menjadi sarana untuk saling menambal kekurangan-
kekurangan, saling menguatkan kelemahan-kelemahan, dan bersama-sama
saling memperbaiki ketika terjadi ketidaksempurnaan.
Betapa banyak ketidakkompakan, ketidakpuasa, bahkan sampai
kekacauan yang ditimbulkan karena sikap egois dan otoriter alias enggan
bermusyawarah. Kasus ini sering kita jumpai, misalnya, pada kehidupan rumah
7
tangga dan bermasyarakat.

3.
Mengapa Rasulullah mencontohkan demikian? Karena beliau tahu
bagaimana cara menghormati sikap dan pikiran orang lain. Dalam hidup ini kita
tak mungkin lepas dari perbedaan pendapat, dan musyawarah merupakan
salah satu mekanisme untuk mencairkan perselisihan pandangan agar tak
sampai merusak kebersamaan.
Hal lain yang perlu dicatat adalah, musyawarah bermanfaat untuk
mencapai pada pilihan pendapat terbaik. Dengan saling mengisi kekurangan,
saling memberi masukan, potensi untuk terjerumus kepada pilihan pendapat
terburuk akan terminimalisasi. Risiko terberat sedapat mungkin bisa dihindarkan.
Jikalaupun ada risiko yang harus ditanggung bila itu menyangkut urusan
publik beban itu juga cenderung lebih ringan. Karena keputusan diambil secara
kolektif, tanggung jawab pun akan dipikul secara bersama-sama. Musyawarah
mendekatkan kita pada sikap egaliter, rendah hati, dan terbukan secara
wawasan. Dan inilah yang dicontohkan Rasulullah sebagai pembawa risaah
suci.

8
Daftar Pustaka

Ananda Bagas Putra Irvansyah

digilib.uinsby.ac.id http://digilib.uinsby.ac.id/4344/6/Bab%202.pdf , diakses tanggal 8


Januari 2023

digilib.uinsgd.ac.id http://digilib.uinsgd.ac.id/13204/4/bab%201.pdf , diakses tanggal


8 Januari 2023

dream.co.id https://www.dream.co.id/stories/musyawarah-merupakan-cara-islami-
untuk-menyelesaikan-urusan-yang-diajarkan-oleh-rasulullah-220216n.html , diakses
tanggal 8 Januari 2023

news.detik.com https://news.detik.com/berita/d-5652033/surah-ali-imran-ayat-159-
konsep-musyawarah-ala-rasulullah , diakses tanggal 8 Januari 2023

Anda mungkin juga menyukai