Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“Pentingnya Moderasi Beragama”

Disusun untuk memenuhi salah satu mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang diampu
oleh :

Dr. Hj. Mutimmatul Faidah, S.Ag., M.Ag.

Disusun Oleh :

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS TEKNIK
PENDIDIKAN TATA BOGA

2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan tema
Memaknai kembali Iman, Islam, dan Ihsan dalam perspektif cinta.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Hj. Mutimmatul Faidah, S.Ag.,
M.Ag. selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang telah mengajar dan
membimbing kami sehingga kami mendapatkan banyak ilmu dan pengetahuan dalam materi
Pendidikan Agama Islam. Makalah ini berisi materi pembahasan tentang “pentingnya
Moderasi Beragama”. Tentunya kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan
juga pembaca.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan
baik dari segi penyusun bahasanya maupun dari segi lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang
dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi
saran kritik demi terciptanya makalah yang lebih baik.

Surabaya, 17 maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
Pengertian Moderasi Beragama ............................................................................................. 3
Menelusuri Pengalaman Moderasi Beragama di Indo ........................................................... 4
Prinsip Dasar Moderasi Beragama.........................................................................................
Faktor-faktor Penunjang Moderasi Beragama.......................................................................
Wujud Moderasi Dalam Masyarakat yang Beragama...........................................................
Mengenal Kelompok dalam Islam.........................................................................................
Implementasi Keragaman dalam Keberagamaan..................................................................
BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 7
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................... 7

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu aspek yang tak terpisahkan dari kehidupan bermasyarakat yakni agama.
Dalam menunjang terwujudnya Indonesia Emas 2024 diperlukan moderasi beragama demi
menjaga keharmonisan hak beragama dan kewajiban berbangsa bernegara. Moderasi agama
dipandang dapat mendangkalkan pemahaman terkait keagamaan, padahal sebenarnya
moderasi beragama justru mengimplementaskan nilai keagamaan yang sesungguhnya. Ketika
seseorang memahami agama dengan baik maka akan memiliki akhlak yang baik, terlebih
dalam menghadapi perbedaan beragama. Moderasi beragama bukan untuk memadukan ajaran
agama akan tetapi saling menghargai keberagaman agama di Indonesia.

Moderasi beragama di Negara Indonesia perlu dilakukan karena bangsa Indonesia


sangat majemuk dan memiliki berbagai macam suku, budaya, bahasa dan agama. Hal ini
dapat dirasakan berdasarkan fakta bahwa hampir tidak ada aktivitas keseharian kehidupan
masyarakat Indonesia yang lepas dari nilai keagamaan. Agama di Indonesia sangatlah vital
sehinga tidak dapat delas dari kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain itu moderasi
beragama juga penting digaungkan yang mana agama adalah bagian penting dalam
mewujudkan peadaban dunia agarbermartabat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Pengertian Moderasi Beragama


2. Menelusuri pengalaman Moderasi Beragama di Indonesia
3. Prinsip Dasar Moderasi Beragama
4. Faktor-faktor Penunjang Moderasi Beragama
5. Wujud Moderasi Dalam Masyarakat yang Beragama
6. Mengenal Kelompok dalam Islam
7. Implementasi Keragaman dalam Keberagamaan

1
1.3 Tujuan

1. Menjelaskan pengertian moderasi beragama


2. Menjelaskan praktek moderasi beragama pengalaman Indonesia
3. Menjelasakan prinsi dasar moderasi beragama
4. Mengidentifikasi faktor-faktor penunjang moderasi beragama
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Moderasi Beragama


Bentuk Interaksi Ideal Bersama Al-Qur'an

A. Membaca Al-Qur’an (Al-Tilawah)

bahwa sumber hukum Interaksi pertama yang dapat kita lakukan adalah membaca dan
mendengarkan Al-Qur'an. Begitu besar pahala yang diberikan bagi umat manusia yang
membaca Al-Qur'an hingga Al-Qur'an memiliki salah satu keutamaannya adalah Al-Qur'an akan
memberikan syafa'at bagi siapapun yang membacanya sebagaimana hadits dari Abu Umamah
al-Bahili sebagai berikut (Wijaya, 2020).

‫اص‬ ‫أِ شِِيف ًاع َيِو َِ م‬ ِ‫م ا ِق َِ ر إ‬: َِ ِ َِ‫صِى لع َِ وسل‬َِ‫ل‬ ‫عنأَِ ِِبي أِ َِ ام َِ م َةا ِلبَِ ا هِِلي اق َل ر ول‬
‫ِ ا ِل ِِقَِ اي َِ م ِِح‬ ‫ءوا ا ِلقِ ِ آر َ؛ن ِن‬ ‫هلالِ ِي‬ ‫ل‬: َ ‫َاق‬
‫ِِةل ِِب‬ ‫ِت‬ َِ ِ
‫ِِه‬ ‫ي‬ ِ ‫ِه‬
‫ه‬
ِ

Artinya:

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Bacalah Al- Qur'an. Sebab, ia akan datang
memberikan syafaat pada hari Kiamat kepada pemilik (pembaca, pengamal)-nya," (HR. Ahmad)

Membaca al-Qur'an tidak sama dengan membaca kitab dan buku lainnya, sebab ia adalah
kalaam (firman) Allah Ta'aalaa yang agung, sehingga ada etika yang mesti dipenuhi, baik itu
yang terkait aturan bacaan dan etika orang yang membacanya. Mengenai yang pertama, maka al-
Qur'an harus dibaca dengan tartiil, yaitu dibaca sesuai dengan kaidah ilmu tajwid, pengucapan
huruf yang benar, mengikuti salah satu qiraa'at yang diakui, serta tidak tergesa dalam
membacanya. Adapun yang terkait aspek yang kedua, sebagian ulama menganjurkan untuk
melakukan beberapa hal dalam membaca al-Qur'an antara lain; bersiwak, membaca isti'aadzah,
menghadap kiblat, memilih tempat suci, serta bersuci dari hadats (Yani, 2020).

Selain itu, membaca Al-Qur'an akan menjadi obat bagi jiwa yang gundah. Ayat-ayat Al-
Qur'an memiliki kekuatan tersendiri untuk menyembuhkan hati manusia ketika sedang
kebingungan dan resah. Ini menandakan bahwa sangat rugi jika kita tidak memanfaatkan waktu
untuk membaca Al-Qur'an.

B. Mendengarkan Al-Qur'an (al-Istimaa)

Interaksi yang dapat kita lakukan juga selain membaca Al-Qur'an adalah mendengarkan Al-
Qur'an. Dengan mendengarkan serta menghayati isi kandungannya akan membuat hati kita
terkoneksi dengan Al-Qur'an. Selain itu, mendengarkan lantunan ayat Al-Qur'an dapat
menumbuhkan energi positif dari dalam tubuh pendengarnya.

Menyimak bacaan al-Qur'an adalah perintah Allah dalam surat al- A'raaf ayat 204. Allah
berfirman yang artinya, "Dan apabila al-Qur'an dibacakan, maka dengarkanlah baik-baik dan
perhatikan dengan tenang agar kalian mendapat rahmat."

C. Menghafal Al-Qur'an (al-Hifdz)

Interaksi selanjutnya adalah dengan menghafal Al-Qur'an. Bacaan Al- Qur'an yang sudah
kita baca secara terus menerus (istiqomah) dan diulang-ulang akan membuat kita bisa menghafal
sedikit demi sedikit ayat Al-Qur'an yang selalu kita baca. Untuk bisa menghafal Al-Qur'an kita
perlu menguatkan niat agar bisa memulai dan istiqomah dalam menghafal Al-Qur'an. pada
dasarnya menghafal Al-Qur'an membutuhkan ketelatenan dan kesabaran, terlebih untuk menjaga
ayat yang sudah kita hafalkan.

Penting untuk mengetahui keutaman-keutamaan menghafal Al-Qur'an Pertama, sama


seperti keutamaan membaca Al-Qur'an di atas, Al-Qur'an pemberi syafa'at pada bagi pembaca,
memahami dan mengamalkannya. Keutamaan yang kedua, orang yang menghafal Al- Qur'an
telah dijanjikan derajatnya oleh Allah Swt. Keutamaan yang ketiga, Al-Qur'an menjadi hujjah
atau pembela bagi pembaca dan sebagai pelindung dari adzab api neraka (Masduki, 2018). Salah
satu hadits sahih yang menerangkan keutamaan hafalan al-Qur'an adalah hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Ibnu Majah, al-Ajurri, dan ar-Razi dari sahabat Anas bin Malik

D. Memahami Isi dan Kandungan Al-Qur'an (al-Tadabbur)

Berinteraksi dengan Al-Qur'an tidak terbatas hanya pada melantunkan, mendengar, serta
menghafalnya saja. Namun langkah yang justru penting dilakukan oleh umat manusia adalah
memahami isi dan kandungan Al-Qur'an. Allah dalam Surat Shaad ayat 29 yang artinya, "Ini
adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan barakah supaya mereka
memerhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai
fikiran." Pengertian tadabbur adalah aktifitas memahami makna ayat al- Qur'an, merenungi
kandungannya, mengambil pelajaran darinya, dan berusaha mengamalkannya (as-Sunaidi, 2008:
6-10).

Ringkasnya, tadabbur berbeda dari sekedar membaca, karena ia menggabungkan sekaligus


aspek pemahaman, penghayatan, serta kehendak kuat untuk mengamalkan. Al-Qur'an
mengandung berbagai masalah yang ada dalam kehidupan manusia, baik yang terjadi pada
zaman dahulu, sekarang, atau yang akan datang, Pentingnya bagi kita untuk selalu men-
tadabbur-i makna kandungan Al-Qur'an dapat menghindarkan kita dari miskonsepsi dalam
menjalankan tuntunan agama Islam. Hal ini berdampak pada jalan yang kita ambil ketika kita
sedang dirundung masalah atau menghadapi ajakan orang-orang yang nantinya akan
menyesatkan kita. Masih berhubungan dengan anjuran untuk memahami dan mempelajari al-
Qur'an, disebutkan dalam hadis sahih yang diriwayatkan oleh Muslim menyebutkan bahawa
Rasulullah s.a.w. telah bersabda: "Tidak ada satu kaum yang berhimpun pada satu rumah Allah
daripada rumah-rumah Allah yang membaca al-Quran dan belajar memahaminya dikalangan
mereka melainkan Allah menurunkan rahmat dan ketenangan, dilindungi oleh para malaikat dan
diingati oleh Allah disisi-Nya".

E. Mengamalkan Al-Qur'an (al-Tathbiq)

Al-Quran diturunkan untuk mengeluarkan manusia daripada kegelapan kepada cahaya Ilahi,
mengatur kehidupan meraka, dan memberikan solusi terhadap problem-problemnya. Al-Qur'an
akan memberikan berkahnya, hanya kepada orang yang mentaatinya dengan sungguh-sungguh.
Selain kita membaca, mendengar bacaan Al-Qur'an, menghafal, dan men-tadabbur-i kandungan
ayatnya, kita juga perlu mengamalkan kandungan ayat tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Membaca tanpa mengamalkan ayat Al-Qur'an dapat membuat kita berperilaku di luar apa yang
sudah kita interaksikan dengan Al-Qur'an selama ini. Namun jika kita mengingat-ingat
kandungan ayat Al-Qur'an lalu mengamalkannya maka insyaallah kita tidak akan berbuat hal-hal
yang menyeleweng dar apa yang dituntun oleh Al-Qur'an.

F. Mengajarkan al-Quran (al-Ta'lim)

Dalam sebuah hadits riwayat Imam Bukhari, Nabi menjelaskan bahwa sebaik-baik kita
adalah yang mempelajari al- Qur'an dan mengajarkannya. Mengajarkan al-Qur'an jika dilakukan
dengan tulus dan penuh kesungguhan adalah bagian dari aktifitas dakwah yang sangat
dianjurkan dan dipuji oleh Allah Ta'aalaa. Imam syafi'i pernah mengatakan, semua ilmu itu
hanya kesibukan yang tidak berguna, kecuali yang berdasarkan al-Qur'an dan hadits (Soleh,
2015:36). Mengajarkan al-Qur'an (ta'liimul Qur'an) disini tidak hanya mengambil bentuk
mengajarkan cara membacanya saja, tapi juga bisa berupa ragam bentuk pengajaran lainnya
seperti mengajarkan terjamahanya, tafsirnya, tulisannya, seni membacanya, hafalan, tata bahasa,
sastra, sejarah dan aspek-aspek lain yang terkait dengan ilmu- ilmu al-Qur'an, sesuai dengan
minat dan kemampuan masing-masing.salah satu peran Rasulullah adalah sebagai Guru al-
Qur'an sebagaimana firmanNya dalam surat Ali Imran ayat 164 yang artinya,

"Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah
mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan
kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (Jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka
Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah
benar-benar dalam kesesatan yang nyata." Dengan demikian, menjadi Guru al-Qur'an adalah
profesi mulia karena ia adalah profesi Nabi yang merupakan manusia termulia di kolong jagad
ini.
BAB III
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Al-Qur'an merupakan wahyu Allah Swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.
melalui Malaikat Jibril sebagai pedoman bagi umat manusia. Tujuan diturunkannya Al-Qur'an
kepada umat manusia adalah Al-Qur'an sebagai pemutus hokum. Selain itu, Al-Qur'an juga
diturunkan oleh Allah Swt. kepada ummat manusia untuk memimpin umat manusia ke jalan
keselamatan dan kebahagiaan. Selanjutnya, Al-Qur'an diturunkan dengan tujuan untuk
memelihara dan mempertahankan martabat manusia, sebagai peringatan dan pengingat bagi
umat manusia, sebaga pedoman, petunjuk, dan rahmat bagi manusia, juga sebagai kitab untuk
memberi penerangan bagi seluruh umat manusia.

Bentuk-bentuk Interaksi ideal bersama Al-Qur'an di antaranya membaca dan


mendengarkan Al-Qur'an, menghafal Al-Qur'an, memahami Isi dan Kandungan Al-Qur'an, dan
mengamalkan Al-Qur'an. Sebagai pedoman utama umat manusia di dunia, memiliki keinginan
untuk selalu mempelajari hal baru dapat membantu kita untuk selalu ingin tahu apa yang ada di
dalam Al-Qur'an, makna yang tersirat di dalamnya, serta mengamalkannya ke dalam
kehidupan sehari-hari kita..

Anda mungkin juga menyukai