Anda di halaman 1dari 14

MUSYAWARAH SEBAGAI BAGIAN

DARI NILAI PANCASILA


Dosen Pengampu: Akmal Fajri,M.Hum

Disusun Oleh:
Ainul Mardhia Binti Isidro (23502027)
Revalina Putri Harahap (230502025)
Salima (230502013)

BAHASA DAN SASTRA ARAB


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
BANDA ACEH
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami ucapkan kepada Allah SWT atas ridho dan rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Musyawarah Sebagai
Bagian Dari Nilai Pancasila” dengan baik, meskipun masih banyak kekurangan didalamnya.
Dan juga kami berterima kasih kepada Bapak Akmal Fajri,M.HUM selaku dosen
matakuliah Pancasila dan Kewarganegaraan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbanganbaik pikiran maupun materi.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan serta
pengetahuan kita, Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami
sangat, mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Banda Aceh, 06 Oktober 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. 1


DAFTAR ISI ................................................................................................................................................ 2
BAB I............................................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 3
A.Latar Belakang ..................................................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................................................ 3
BAB II ........................................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 4
A. Pengertian Musyawarah .................................................................................................................... 4
B. Musyawarah Berdasarkan Nilai Pancasila....................................................................................... 5
C. Implementasi dan Tujuan Musyawarah........................................................................................... 7
D. Musyawarah dalam Masyarakat dan Pemerintahan ....................................................................10
BAB III .......................................................................................................................................................12
PENUTUP ..................................................................................................................................................12
A. Kesimpulan ........................................................................................................................................12
B. Saran ..................................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................13

2
BAB I

PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pancasila sebagai Ideologi Negara yang didalamnya memuat nilai-nilai luhur bangsa harus
dapat mewarnai berbagai aspek kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa dan
benegara.Pancasila dengan 5 (lima) sila yang tercantum didalamnya bukan saja sekeder lambang
Negara, lebih dari itu Pancasila memiliki makna sebagai arah dan tujuan bangsa Indonesia, dalam
menuju masyarakat adil dan Makmur. 1

Musyawarah merupakan bentuk nilai-nilai kebiasaan yang hidup dalam masyarakat


Indonesia, oleh karenanya tidaklah heran apabila pendiri negara Indonesia memasukkan
musyawarah sebagai bagian dari nilai-nilai luhur Pancasila sebagai dasar negara. Pancasila
merupakan cermin dari kebiasaan-kebiasaan yang ada di masyarakat, kemudian dituangkan dalam
suatu bentuk dasar negara. Demikian juga halnya kebiasaan masyarakat Indonesia dari berbagai
suku, musyawarah tampaknya menjadi jalan bagi penyelesaian segala sengketa

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian musyawarah.
2. Bagaimana musyawarah berdasarkan Pancasila.
3. Bagaimana implementasi dan tujuan musyawarah.
4. Bagaimana musyawarah dalam masyarakat dan pemerintah.

C. Tujuan Penulisan
1. Memahami konsep musyawarah.
2. Mengetahui musyawarah berdasarkan Pancasila.
3. Mengetahui implementasi dan tujuan musyawarah.
4. Mengetahui musyawarah dalam kehidupan Berbangsa dan Bernegara

1Hermanto Silalahi, "Implementasi Nilai-nilai Pancasila dalam Hubungan Kerja pada Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu (Studi Di PT. Swakarya Sinar Sejahtera Malang)." (2022).

3
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Musyawarah
Kata musyawarah berasal dari bahasa Arab, yakni musyawarat. Dari kata kerja syawara,
yusyawiru, syawir yang terdiri atas tiga huruf, syin, waw, dan ra’. Struktur akar kata tersebut
bermakna pokok mengeluarkan madu dari sarang lebah. Kemudian berkembang sesuai dengan
pola tashrif, misalnya syawir (meminta pendapat), musytasyir (meminta pandangan orang lain),
asyarah (memberi isyarat atau tanda), al-masyurah (nasehat atau saran), tasyawur (perundingan).
Sedangkan kata musyawarah diambil dari bahasa Arab, yaitu syura yang diserap ke dalam bahasa
Indonesia yang mengandung arti berunding dan berembug. 2

Musyawarah ini juga diartikan sebagai pembahasan bersama dengan maksud untuk
mencapai keputusan atas penyelesaian suatu masalah. Sedangkan secara teminologi musyawarah
berarti perbuatan aktif yang tidak berhenti pada batas-batas sukarela dalma berpendapat,
melainkan meningkat dari sukarela menjadi upaya perbuatan mengemukakan pendapat sebaik-
baiknya.

Jadi, musyawarah adalah cara merumuskan atau memutuskan sesuatu berdasarkan


kehendak banyak orang, meminta persetujuan dari banyak orang sehingga kebulatan dicapai,
keputusan tidak harus didasarkan pada suara terbanyak, akan sesuai dengan keputusan yang dibuat
berdasarkan kesepakatan dan mufakat. Keputusan adalah hasil dari penyelesaian masalah yang
harus dihadapi dengan tegas.

Pengertian musyawarah menurut Demokrasi Pancasila ialah:

Istilah musyawarah merupakan kata yang memiliki padanan lainnya seperti demokrasi,
rembug desa, dan kerapatan nagari. Musyawarah untuk mencapai mufakat merupakan salah satu
ciri khas dari Demokrasi Pancasila. Musyawarah menjadi bagian penting dalam demokrasi.
Musyawarah juga memiliki berbagai manfaat dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya ialah
untuk mencapai mufakat untuk kepentingan masyarakat luas.

2Oktaviary Permatasari Indun,"Implementasi Nilai Musyawarah Dalam Sila Keempat Pancasila


Di Masyarakat Desa Pakunden Kecamatan Banyumas." (2019) hal 9.

4
Musyawarah sebagai nilai Demokrasi Pancasila diperlukan dalam kehidupan
kemasyarakatan/kenegaraan. Musyawarah merupakan nilai ciri mendasar dalam kehidupan
bermasyarakat dan berbangsa/bernegara di Indonesia.

B. Musyawarah Berdasarkan Nilai Pancasila


Pancasila merupakan nilai kepribadian, pandangan hidup dan dasar Negara. Bangsa
Indonesia merasa bersyukur bahwa pahlawan-pahlawan bangsa, pendiri-pendiri Republik ini,
dapat merumuskan secara jelas apa sesungguhnya pandangan hidup kita sebagai bangsa Indonesia,
yang kemudian bangsa Indonesia namakan Pancasila. Seperti yang ditunjukan dalam ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor II/MPR/1978, maka pancasila adalah jiwa seluruh rakyat
Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia dan dasara Negara
bangsa Indonesia. Di samping itu, bagi bangsa Indonesia Pancasila sekaligus menjadi tujuan hidup
bangsa Indonesia.

Pancasila khususnya dalam sila keempat yaitu Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan juga dimaknai atau landasi oleh musyawarah,
musyawarah untuk mencapai sebuah mufakat. “Pentingnya kedaulatan rakyat dalam semangat
kekeluargaan (permusyawaratan) di Indonesia” (Latif, 2012:422).

Berdasarkan sila keempat, nilai musyawarah itu bersemayam. Nilai musyawarah


merupakan inti dari sila keempat ini. Soediman Karto hadiprodjo menyatakan bahwa tujuan dari
sila keempat adalah mencari titik temu antara pendapat-pendapat yang berbeda, mencari kebulatan,
dan mencari persatuan.

Sila ini dilambangkan dengan lambang kepala banteng dan berlatar merah. Lambang
banteng ini merupakan hewan sosial yang kuat dan sering berkelompok atau berkumpul,ini
menggambarkan bahwa masyarakat harus bermusyawarah dengan berkumpul atau mendiskusikan
sesuatu dalam mengambil keputusan. Sila keempat mempunyai makna bahwa kekuasaan ada di
tangan rakyat. Dalam melaksanakan kekuasaannya, rakyat menjalankan sistem perwakilan, dan
keputusan - keputusan yang diambil dilakukan dengan musyawarah, yang dikendalikan dengan

5
pikiran yang sehat, logis, serta penuh tanggung jawab baik kepada Tuhan maupun rakyat yang
diwakilinya.(Subri,2010).3

Sila keempat Pancasila menyebutkan “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat


kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan”. Berarti, yang dikedapankan prinsip
bermusyawarah untuk mufakat melalui wakil- wakilnya dan badan-badan perwakilan dalam
memperjuangkan mandat rakyat. Bila dicermati, arti dan makna Sila ke-4 sebagai berikut :

a) Hakikat sila ini adalah demokrasi, yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat.

b) Pemusyawaratan, yaitu membuat putusan secara bulat, dengan dilakukan secara bersama
melalui jalan kebikjasanaan.

c) Melaksanakan keputusan berdasarkan kejujuran. Keputusan secara blat sehingga membawa


konsekuensi kejujuran bersama. Nilai identitas adalah permusyawaratan.

d) Terkandung asas kerakyatan, yaitu rasa kecintaan terhadap rakyat, memperjuangkan cita-cita
rakyat, dan memiliki jiwa kerakyatan. Asas musyawarah untuk mufakat, yaitu yang
memperhatikan danmenghargai aspirasi seluruh rakyat melalui forum permusyawaratan,
menghargai perbedaan, mengedepankan kepentingan rakyat, bangsa dan negara
(Yusdiyanto, 2016). 4

Pengamalan Pancasila dalam bentuk butir-butir kehidupan bernegara awalnya diatur


melalui Ketetapan MPR No.II/MPR/1978, kemudian disempurnakan dengan Ketetapan
MPR No.1/MPR/2003.

1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
4. Musyawarah untuk mencapai muafakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.

3 Murni Niaborhu, Lestari Siburian, Yarman Hulu, Hubungan Pemahaman Sila Keempat Pancasila dengan Sikap
Demokratis Masyarakat Desa Laenuaha Kecamatan Siempatnempuhulu, 2020.Hal.170
4 Made Darsana, "Rapat Adat (sangkep) Dalam Masyarakat Adat Bali Sebagai Wahana Pembentukan Watak Negara

(Civic Disposition)." (2018). Hal. 1

6
5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
6. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil.
7. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
9. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan
keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
10. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan
permusyawaratan.

Cara Pengambilan Keputusan Bersama

Berdasarkan beberapa pengamalan diatas, pengambilan keputusan bersama yang sesuai


dengan sila Pancasila adalah dengan musyawarah. Musyawarah merupakan ciri khas bangsa
Indonesia dalam menyelesaikan masalah bersama, dan bangsa Indonesia menjungjung tinggi
persamaan derajat manusia. Oleh karena itu, pendapat setiap orang perlu dihargai.

Keputusan dalam musyawarah bukan hanya berdasar atas suara terbanyak atau paksaan
dari pihak tertentu, melainkan karena mufakat. Mufakat ialah disetujuinya suatu pendapat oleh
semua pihak dalam musyawarah tanpa suatu paksaan. Mufakat harus memperhatikan kepentingan
bersama. Dalam hal ini, mufakat harus sesuai dengan moral kegamaan dan nilai keadilan. Hasil
musyawarah akan menjadi kesepakatan bersama jika peserta didalamnya bersedia dan mematuhi
mufakat yang telah di capai.

C. Implementasi dan Tujuan Musyawarah


Secara etimologis, implementasi merupakan suatu aktivitas yang bertalian dengan
penyelesaian suatu pekerjaan dengan penggunaan sarana (alat) untuk memperoleh hasil. Secara
umum implementasi merupakan penerapan pada kehidupan sehari-hari. Di era globalisasi
masyarakat mengalami perubahan sosial yang mengubah pola pikir dan kepribadian bangsa. Efek
dari perubahan sosial menuntut agar semua orang siap menghadapi persoalan dan mampu
mengikut perkembangan. Dampak negatif bagi bangsa Indonesia salah satunya ialah memudarnya
musyawarah untuk mufakat dalam pengambilan keputusan. Pelaksanaan musyawarah untuk

7
mufakat di Indonesia pada saat ini mulai memudar, karna pengambilan keputusan lebih banyak
dilakukan dengan cara voting. Musyawarah merupakan kegiatan dalam pengambilan keputusan
pada suatu forum dan agenda yang akan dilaksanakan bersama secara mufakat.

Pada penyelesaian masalah yang berkaitan dengan kepentingan bersama, musyawarah


tentu lebih cocok daripada tindakan lainnya. Dalam musyawarah, semua orang memiliki hak dan
kewajiban yang sama, tidak dibedakan berdasarkan status apapun, baik agama, ras, jabatan
ataupun jenis kelaminnya. Setiap orang dalam musyawarah harus saling menghargai dan
menghormati pendapat orang lain untuk mencapai kesepakatan.

Musyawarah untuk mufakat pada dasarnya salah satu ciri khas dari bangsa Indonesia yang
terkandung dalam Pancasila sila keempat. Tujuan tersendiri adanya musyawarah untuk mufakat
ialah membentuk rakyat yang harmonis, mengeratakan kekelurgaan, dan semangat kebersamaan.
Pemahaman mengenai musyawarah untuk mufakat di pelajari dalam materi pelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan. Ketiadaan musyawarah dalam menyelesaikan masalah dapat di
katakan memudarnya ciri khas dari bangsa Indonesia. Kesesuaian akan hukum tersebut tidak lagi
digunakan dan bukan menjadi budaya oleh kelompok tertentu saat ini. Pelaksanaan musyawarah
untuk mufakat dalam rapat Desa, RW ataupun rapat RT penting dilakukan guna merumuskan
program kerja atau agenda-agenda kegiatan. Musyawarah diharapkan agar masyarakat mempunyai
pemikiran yang kritis. Menurut Setiadi (Eka Pratiwi, 2005:155) sila kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan secara eksplisit menyebut istirah
kerakyatan, dan bukan demokrasi. Yang dimaksud “hikmah kebijaksanaan dalam musyawaratan”
adalah musyawarah untuk mufakat. Nilai dalam pengembangan pancasila khususnya sila keempat
yaitu:

a. Mengakui bahwa manusia Indonesia memiliki kedudukan dan hak yang sama.

b. Melaksanakan keputusan bersama dengan penuh tanggung jawab dan iktikat baik.

c. Mengambil keputusan yang harus sesuai dengan nilai kebenaran dan keadilan.

Nilai musyawarah merupakan proses membahas persoalan secara bersama demi mencapai
kesepakatan bersama (Eka Pratiwi 2018:200). Musyawarah mufakat dilakukan sebagai cara untuk
menghindari pemungutan suara yang menghasilkan kelompok minoritas dan mayoritas. Dan
musyawarah mufakat secara tegas dinyatakan dalam sila keempat dasarNegara, yaitu Pancasila.

8
Berdasarkan hasil penelitian lain (Eka Pratiwi 2018:202) berpendapat bahwa kebebasan dalam
berpendapat merupakan salah satu aspek dalam musyawarah untuk mufakat, musyawarah mufakat
dilakukan dengan cara pengambilan keputusan melalui kesepakatan bersama dalam arti suara
mayoritas memiliki wewenang atas hak bersuara dan penghargaan atas hak individu sudah dapat
dipenuhi dalam proses yang demokratis. Islamey (Eka Pratiwi 2018:202) memaparkan bahwa ciri-
ciri musyawarah dan mufakat sebagai berikut :

1) Masalah yang dibicarakan merupakan kepentingan bersama

2) Pembicaraan harus dapat diterima dengan akal sehat dan sesuai hati urani yang luhur

3) Proses musyawarah harus selalu mempertimbangkan moral

4) Usul atau pendapat (Yani)mudah dipahami dan masuk akal

5) Hasil keputusan tidak memberatkan warga atau rakyat

6) Musyawarah untuk mufakat mengedepankan kekeluargaan, kebersamaan,

jujur, dan saling memberi atau menerima masukan.

Berdasarkan keterangan diatas, maka dapat diketahui bahwa indikator nilai musyawarah antara
lain:

a. Kekeluargaan

b. Kebersamaan

c. Kesabaran

d. Kejujuran

e. Saling memberi atau menerima masukan

Setiap warga negara perlu memahami bahwa musyawarah mufakat dapat memperkuat tali
silaturahim dan memperkokoh pondasi NKRI berdasarkan demokrasi Pancasila. Demokrasi
Pancasila adalah demokrasi yang mengutamakan musyawarah untuk mufakat, baik secara

9
langsung maupun perwakilan. Pelaksanaan demokrasi Pancasila bukan hanya untuk kepentingan
5
sendiri, melainkan pada permusyawatan yang mencakup kebebasandan kebersamaan.

D. Musyawarah dalam Masyarakat dan Pemerintahan


Dalam masyarakat, musyawarah mengacu pada proses berunding atau berdiskusi antara
individu, kelompok, atau komunitas untuk membahas berbagai isu dan masalah yang
memengaruhi kehidupan sehari-hari. Ini bisa terjadi dalam berbagai konteks, seperti dalam
keluarga, di lingkungan tempat tinggal, dalam organisasi masyarakat, atau dalam kegiatan sosial.

Adanya budaya musyawarah sebagai budaya bangsa, dalam kehidupan masyarakat secara
fisik dapat dilihat dari adanya balai-balai desa di setiap desa ataupun rumah adat sebagai tempat
berkumpulnya segenap para tetua untuk membicarakan sesuatu. Bagi masyarakat muslim, tempat
ibadah, yang disebut mushalla dan mesjid juga dijadikan sebagai tempat aktivitas masyarakat
dalam hal ini adalah sebagai tempat musyawarah.

Dalam tatanan ketata negaraan di Indonesia, budaya musyawarah sudah melembaga,


dimana pada tingkatan pemerintahan di Indonesia mulai dari desa, kabupaten/kota, provinsi
bahkan sampai pada tingkat pusat terdapat lembaga musyawarah.

Pada tingkat desa, pemerintahan desa terdiri dari kepala desa dan lembaga musyawarah
desa (LMD). Lembaga musyawarah ini merupakan suatu wadah untuk menapung aspirasi dari
warga masyarakat desa, dan segala sesuatu keputusannya diambil berdasarkan musyawarah.
Menurut Undang-Undang Desa, musyawarah desa adalah musyawarah antara Badan
Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan
Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang bersifat strategis.

Demikian pula pada tingkat kabupaten/kota terdapat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,
dimana dalam menjalankan fungsinya dibidang legislasi, budgeting dan pengawasan juga
dijalankan berdasarkan musyawarah, artinya dewan ini dalam mengambil keputusan harus
didasarkan pada musyawarah.Hal yang sama juga terdapat pada tingkat pemerintahan provinsi,
pada tingkat ini, lembaga pemerintahan selain dikenal kepala daerah juga terdapat Dewan

5Oktaviary Permatasari Indun,"Implementasi Nilai Musyawarah Dalam Sila Keempat Pancasila Di Masyarakat Desa
Pakunden Kecamatan Banyumas." (2019), hal.10-12

10
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, yang dalam mengambil keputusan juga harus
berdasarkan musyawarah.

Tingkat pemerintahan pusat juga mengenal lembaga musyawarah, yang disebut Majelis
Permusyawaratan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat. Kedua lembaga negara tersebut disebut
sebagai lembaga tinggi negara. Kedua lembaga tinggi negara tersebut, meskipun memiliki fungsi
yang berbeda, namun dalam mengambil keputusan tetap harus berdasarkan musyawarah.

Secara yuridis dalam pembuatan perundangan-undang di Indonesia, harus diambil


berdasarkan musyawarah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
Tentang Pembentukan Perundang-Undangan. Menurut undang-undang ini, produk perundang-
undangan harus dibentuk berdasarkan kesepakatan bersama antara pihak eksekutif dan legislatif
pada setiap tingkat pemerintahan.

Musyawarah sebagai budaya bangsa tidak lagi hanya dipandang dari aspek sosiologis, juga
sudah menjadi aspek yuridis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Secara yuridis, kehadiran
musyawarah dalam kehidupan bernegara adalah sejak lahirnya Pancasila sebagai dasar negara
republik Indonesia, yaitu 6:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa;

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab;

3. Persatuan Indonesia;

4. kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan; dan

5. keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

6 Teuku Ahmad Yani, "Musyawarah Sebagai Karakter Bangsa Indonesia" (2016): 169-170

11
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Musyawarah adalah proses diskusi dan pembicaraan antara berbagai pihak untuk mencapai
kesepakatan atau pengambilan keputusan bersama. Musyawarah merupakan nilai yang sangat
penting dalam Pancasila dan terkandung dalam sila keempat. Musyawarah membantu kita
mencapai keputusan yang lebih adil dan demokratis, menghindari konflik, dan memperkuat
persatuan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga tradisi Musyawarah sebagai salah
satu fondasi penting dalam mewujudkan nilai-nilai Pancasila di Indonesia.

Dengan demikian, Musyawarah bukan hanya sebuah proses, tetapi juga nilai yang harus
dipegang teguh sebagai bagian dari identitas dan budaya bangsa Indonesia. Dalam menjalankan
Musyawarah, penting untuk memastikan keterbukaan, kejujuran, dan rasa hormat terhadap
pandangan setiap individu agar nilai Pancasila terus dijunjung tinggi dalam masyarakat.

B. Saran
Sebagai bagian dari warga negara Indonesia marilah kita mengedepankan musyawarah
dalam kehidupan sehari-hari, terutama pada setiap pengambilan keputusan untuk bersama.

12
DAFTAR PUSTAKA

Darsana, Made."Rapat Adat (sangkep) Dalam Masyarakat Adat Bali Sebagai Wahana
Pembentukan Watak Negara (Civic Disposition)." (2018).
Indun, Permatasari Oktaviary. "Implementasi Nilai Musyawarah Dalam Sila Keempat Pancasila
Di Masyarakat Desa Pakunden Kecamatan Banyumas." (2019):1
Silalahi, Hermanto. "Implementasi Nilai-nilai Pancasila dalam Hubungan Kerja pada
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (Studi Di PT. Swakarya Sinar Sejahtera Malang)."
(2022).
Yani, Teuku Ahmad. "Musyawarah Sebagai Karakter Bangsa Indonesia" (2016): 170.
Marni Niaborhu, Lestari Siburian, Yarman Hulu. "Hubungan Pemahaman Sila Keempat
Pancasila dengan Sikap Demokratis Masyarakat Desa Laenuaha Kecamatan
Siempatnempuhulu 2020." Jurnal Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan (2020):
170.
https://bpip.go.id/berita/contoh-pengamalan-pancasila-sila-ke-4-di-rumah-lingkungan-keluarga-

13

Anda mungkin juga menyukai