MUSYAWARAH
Nama kelompok 3 :
Anisyah Putri
Fahmi Idris
Maharani
Moh. Arya Rizkyawan
Syita Kusuma Wardani
Veni Safitri
Kelas :
XII IIK III
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah AL-QUR’AN HADITS mengenai
MUSYAWARAH . Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Kelompok 3
2
DAFTAR ISI
Sampul ................................................................................................... 1
Kata Pengantar ..................................................................................... 2
Daftar Isi ................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang .......................................................................... 4
C. Tujuan ........................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Musyawarah .......................................................... 6
B. Manfaat Musyawarah .............................................................. 6
C. Prinsip Musyawarah ................................................................. 6
D. Ciri-ciri Musyawarah ............................................................... 7
E. Dalil-dalil mengenai musyawarah ........................................... 10
BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 17
B. Saran .......................................................................................... 17
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan penulisan :
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian musyawarah
Musyawarah berasal dari kata Syawara yaitu berasal dari Bahasa
Arab yang berarti berunding, urun rembuk atau mengatakan dan
mengajukan sesuatu.Istilah-istilah lain dalam tata Negara Indonesia dan
kehidupan modern tentang musyawarah dikenal dengan sebutan “syuro”,
“rembug desa”, “kerapatan nagari” bahkan “demokrasi”. Kewajiban
musyawarah hanya untuk urusan keduniawian. Jadi musyawarah adalah
merupakan suatu upaya bersama dengan sikap rendah hati untuk
memecahkan persoalan (mencari jalan keluar) guna mengambil keputusan
bersama dalam penyelesaian atau pemecahan masalah yang menyangkut
urusan keduniawian.
Jadi, yang dimaksud musyawarah mufakat adalah perundingan
bersama untuk memecahkan masalah, sehingga tercapai keputusan bulat
yang akan dilaksanakan bersama. Kita mengutamakan musyawarah dalam
mengambil keputusan untuk kepentigan bersama bukan untuk kepentingan
golongan atau pribadi. Dalam proses musyawarah kita pasti akan
mendengar pendapat dari peserta musyawarah. Pendapat tersebut bisa saja
berbeda – beda bahkan saling bertentangan. Apabila kesepakatan telah
diambil, maka kesepakatan itu sudah bukan lagi milik dari pihak yang
mengusulkan namun telah menjadi milik bersama. Keputusan tersebut
harus dipatuhi dan dan dilaksanakan bersama dengan penuh kesadaran dan
tanggung jawab.
B. Manfaat Musyawarah
Dalam kehidupan kemasyarakatan, musyawarah mufakat memiliki
beberapa manfaat langsung, yaitu sebagai berikut :
Musyawarah mufakat merupakan cara yang tepat untuk mengatasi
berbagai silang pendapat.
Musyawarah mufakat berpeluang mengurangi penggunaan
kekerasan dalam memperjuangkan kepentingan.
Musyawarah mufakat berpotensi menghindari dan mengatasi
kemungkinan terjadinya konflik.
C. Prinsip Musyawarah
Ada beberapa prinsip yang harus dipegang teguh dalam membuat
keputusan bersama secara musyawarah mufakat, yakni sebagai berikut :
6
a) Pendapat disampaikan secara santun.
b) Menghormati pendapat orang lain yang bertentangan pendapat.
c) Mencari titik temu diantara pendapat-pendapat yang ada secara
bijaksana.
d) Menerima keputusan bersama secara besar hati, meski tidak sesuai
dengan keinginan.
e) Melaksanakan keputusan bersama dengan sepenuh hati.
7
memandang setiap anggota kelompok sebagai keluarga sendiri, semua
anggota diperlakukan sama, semua anggota kelompok harus
melaksanakan keputusan bersama, termasuk ketua dan pengurus lainnya.
Kelompok ibarat sebuah keluarga di mana setiap anggota harus saling
membantu antara yang satu dengan yang lainnya.
Asas kekeluargaan merupakan semangat untuk memikirkan dan
memerhatikan keputusan orang lain, sekaligus kepentingan bersama.
Kekeluargaan merupakan perilaku yang mencerminkan kerukunan dan
kebersamaan. Semangat kekeluargaan dapat diwujudkan dengan
menganggap orang lain sebagai saudaranya sendiri. Asas kekeluargaan
sangat bermanfaat dalam pelaksanaan hasil keputusan bersama karena
dapat menciptakan kehidupan yang rukun :
a) Mempererat persatuan dan kesatuan bangsa
b) Menumbuhkan sikap saling tolong menolong
c) Menciptakan keadilan antar anggota.
d) Semua anggota merasa memiliki kedudukan yang sama.
8
Adil artinya memberikan sesuatu sesuai dengan haknya, keputusan
yang diambil tidak berat sebelah dan tidak merugikan kepentingan
umum.
a) Tidak membedakan anggota dalam musyawarah
b) Memberi kesempatan yang sama pada setiap anggota yang ingin
mengutarakan pendapat.
2. Jujur
Jujur adalah mengatakan segala sesuatu secara benar, tidak
ditambah-tambahkan dan tidak dikurangi, dan berani mengakui
kesalahan jika bersalah.Wujud sikap jujur anntara lain:
Berkata jujur apa adanya
Tidak menyampaikan sesuatu yang belum pasti.
3. Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah suatu keharusan untuk menanggung
akibat yang telah ditimbulkan oleh perilaku seseorang dalam menjaga
suatu persoalan. Wujud sikap tangggung jawab antara lain:
Menyelesaikan tugas tepat waktu.
Tidak suka melemparkan kesalahan pada orang lain.
Sikap tanggung jawab tidak dapat terbentuk begitu saja tetapi
melalui proses yang panjang dan pembiasaan yang terus menerus
dilakukan.
4. Toleransi
Toleransi adalah sifat atau sikap menenggang (menghargai,
membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan,
kepercayaan, kebiasaan, kelakuan dsb) orang lain atau yang berbeda
dengan pendirian diri sendiri. Wujud sikap toleransi antara lain:
Menghormati orang lain.
Memerhatikan perkataan orang lain.
Menghargai pendapat orang lain.
Mencari minat apabila diajak bicara.
5. Komitmen
Komitmen yaitu, kesepakatan bersama yang telah menjadi
ketetapan untuk dilaksanakan bersama.Wujud sikap berkomitmen
antara lain:
a) Mematuhi keputusam bersama
b) Menghargai dan melaksanakan keputusan bersama.
9
E. Dalil-dalil mengenai musyawarah
1) Al-qur’an
Ali Imran ayat 159
ف
ُ اع
ْ ِك ۖ َف َ ن َح ْول ْ ضوا ِم ُّ ب لَا ْن َفِ ِيظ ا ْل َق ْل
َ ت َف ًّظا َغل َ م ۖ َول َْو ُك ْن
ْ ت ل َُه َ ن ال َّلهِ ِل ْن َ مةٍ ِمَ ما َر ْح َ َف ِب
ن ال َّل َهَّ ِل َعلَى ال َّلهِ ۚ إ ْ َّت َف َت َوكَ م ْ َم فِي الْأ
ْ م ِر ۖ َفإِ َذا َع َز ْ هُ او ْر
ِ شَ م َو ْ اس َت ْغف ِْر ل َُه
ْ م َو ْ َع ْن ُه
ِين
َ ْم َت َو ِكلُ ب ال ُّ ُِيح
- Penjelasan
10
pemaaf, lemah lembut, dan kasih sayang terhadap semua makhluk
mengalahkan itu semua.
Selain itu, ayat ini juga merupakan landasan bagi praktek dakwah
yang rahmatan lil `âlamîn. Dakwah harus memberikan kesan damai dan
mencerahkan, dan jangan melakukan dakwah dengan cara-cara yang
menyeramkan. Ketika rasulullah saw mendapatkan perlakuan yang
menyakitkan dari kaumnya, beliau didatangi malaikat yang bertugas
menjaga gunung yang siap menerima perintah nabi untuk memilih
gunung yang mana yang ingin ditimpakan kepada kaumnya. Nabi
menolak tawaran tersebut seraya berkata: “saya masih menyimpan
harapan akan munculnya anak-keturunan mereka yang menyembah
Allah SWT. Betapa sejuknya dakwah Islam kalau pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan rahmatan lil `alamin.َ Artinya: “Dan
tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam” (Q.S. al-Anbiya [21]: 107).
11
keras kepala. Kedua, Terbuka dan Pemaaf, karena sangat mungkin di
tengah-tengah musyawarah tutur kata dan sikap yang menyingung
perasaan lawan bicaranya. Ketiga, beristighfar, untuk mencapai hasil
yang baik dan melaksanakan hasil musyawarah dengan komitmen
tinggi, maka hubungan dengan lawan bicara harus tetap terjaga, dan
begitu pula
Al-Syuura ayat 38
- Penjelasan
12
orang. Seperti yang dilakukan oleh rasulullah dengan al-Hubaib ibn
al-Mundzir tentang pemilihan tempat yang strategis dalam perang
Badar, dan rasulullah mengambil pendapatnya. Begitu pula yang
dilakukan dengan Salman al-Farisi tentang penggalian parit pada
waktu perang Khandaq. Musyawarah memiliki peranan penting di
dalam kehidupan bermasyarakat, dan Islam sangat memperhatikan
unsur ini, sehingga salah satu nama surat di dalam alQuran ada yang
bernama.
2) Hadits
Penjelasan
13
Hadits ini secara global berbicara tentang kriteria pemimpin
yang baik dan pemimpin yang tidak baik. Pemimpin yang baik
adalah pemimpin yang mencitai rakyatnya dan rakyat juga
mencintai pemimpinnya, dan kedua belah pihak saling mendoakan
dalam kebaikan. Sementara pemimpin yang tidak baik adalah
pemimpin yang sangat dibenci oleh rakyatnya, dan juga membenti
rakyatnya, dan saling mendoakan celaka.
14
2. Hadits tentang Kepemimpinan dan Amanah
Penjelasan
15
1. Tidak berniat menjatuhkan pemerintahan, benar-benar
disampaikan dalam rangka memberi nasehat dan masukan.
2. Pendapat yang disampaikan harus dilandasi dengan teori ilmiah
yang bisa diuji kelayakannya, dan tidak menganggap
pendapatnya paling benar, karena belum tentu pendapat tersebut
lebih baik dari pendapat orang lain.
3. Pendapat yang disampaikan jangan sampai menimbulkan fitnah
dan kekacauan di tengah masyarakat. Musyawarah adalah salah
satu bentuk dari pelaksanaan dakwah amar ma`ruf nahi munkar.
Sehingga kalau musyawarah dalam konteks memberi masukan
kepada pemimpin dilaksanakan dengan santun dan sopan, maka
termasuk salah satu bentuk jihad, sebagaimana yang disabdakan
oleh nabi saw: Artinya; “Jihad yang utama adalah menyampaikan
kebenaran kepada penguasa yang dhalim” (HR. Abu Dawud dan
Tirmidzi)
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a) Musyawarah berasal dari kata Syawara yaitu berasal dari Bahasa Arab
yang berarti berunding, urun rembuk atau mengatakan dan
mengajukan sesuatu.
b) musyawarah adalah merupakan suatu upaya bersama dengan
sikap rendah hati untuk memecahkan persoalan (mencari jalan keluar)
guna mengambil keputusan bersama dalam penyelesaian atau
pemecahan masalah yang menyangkut urusan keduniawian.
c) Prinsip yang harus dipegang teguh dalam membuat keputusan
bersama secara musyawarah mufakat, yakni sebagai berikut :
Pendapat disampaikan secara santun.
Menghormati pendapat orang lain yang bertentangan pendapat.
Mencari titik temu diantara pendapat-pendapat yang ada secara
bijaksana.Menerima keputusan bersama secara besar hati, meski
tidak sesuai dengan keinginan.
Melaksanakan keputusan bersama dengan sepenuh hati.
Setelah keputusan diambil dalam musyawarah, maka keputusan itu
bukan menjadi milik perorangan, tetapi sudah menjadi milik
bersama. Keputusan bersama harus dipatuhi dan dilaksanakan
bersama. Akibat dari keputusan itu juga menjadi tanggung jawab
bersama
B. Saran
Kita sebagai warga negara yang baik harus menghayati dan
menjungjung tinggi setiap hasil keputusan musyawarah, karena itu semua
pihak yang bersangkutan harus menerimannya dan melaksanakannya
dengan itikad baik dan penuh rasa tanggung jawab. Disini kepentingan
bersamalah yang diutamakan di atas kepentingan pribadi atau golongan.
Pembicaraan dalam musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai
dengan hati nurani yang luhur agar tidak ada pihak yang dirugikan satu
sama lain. Keputusan-keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung
jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjungjung tinggi
harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
17
DAFTAR PUSTAKA
18