Anda di halaman 1dari 18

Tugas kelompok AL-QUR’AN HADITS

MUSYAWARAH

Nama kelompok 3 :
Anisyah Putri
Fahmi Idris
Maharani
Moh. Arya Rizkyawan
Syita Kusuma Wardani
Veni Safitri

Kelas :
XII IIK III

1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah AL-QUR’AN HADITS mengenai
MUSYAWARAH . Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Palu, 22 Januari 2019

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI
Sampul ................................................................................................... 1
Kata Pengantar ..................................................................................... 2
Daftar Isi ................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang .......................................................................... 4

B. Rumusan masalah ..................................................................... 5

C. Tujuan ........................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Musyawarah .......................................................... 6
B. Manfaat Musyawarah .............................................................. 6
C. Prinsip Musyawarah ................................................................. 6
D. Ciri-ciri Musyawarah ............................................................... 7
E. Dalil-dalil mengenai musyawarah ........................................... 10

BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 17
B. Saran .......................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 18

3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kita sebagai bangsa yang berfalsafah Pancasila,kita harus lebih


mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan bersama. Sila ke
empat Pancasila berbunyi " Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan" Dalam Ketetapan
MPR/ No.II/MPR/1999 Pasal 79 bahkan dijelaskan bahwa pengambilan
keputusan pada asasnya diusahakan sejauh mungkin dengan musyawarah
untuk mufakat, apabila hal ini tidak mungkin, putusan diambil berdasarkan
suara terbanyak
Dalam pelaksanaan musyawarah, setiap orang mempunyai hak yang
sama untuk menyampaikan usul atau saran, namun satu hal yang harus
diingat, bahwa mufakat tidak dapat dicapai dalam musyawarah, jika setiap
orang memaksakan agar pendapatnya disetujui. Setiap peserta musyawarah
hendaknya lebih mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi atau golongan. Meskipun Pasal 28 E ayat 3 UUD 1945 menjamin
kebebasan setiap orang untuk berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
pendapat, kita harus ingat bahwa orang lain memiliki hak yang sama
dengan kita, jadi kebasan kita dibatasi kebebasan orang lain.Kita harus
melaksanakan musyawarah dengan pikiran yang jernih, sehingga kita bisa
dengan lapang dada menerima, jika pendapat orang lain lebih baik dari
pendapat kita. Suatu keputusan yang telah diambil harus tetap diterima dan
dilaksanakan dengan ikhlas dan penuh tanggung jawab, meskipun pada
awalnya keputusan tersebut tidak sejalan dengan pendapat kita, kecuali jika
kesepakatan yang diambil bertentangan dengan norma hukum dan norma
agama. Bagaimanapun suatu keputusan bersama harus dapat
dipertanggung jawabkan di hadapan Tuhan Yang Maha Esa, serta
menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
Di samping berpikiran jernih, musyawarah hendaknya diliputi
semangat kekeluargaan. Jika setiap orang menganggap bahwa semua
peserta musyawarah adalah keluarga kita yang harus disayangi, dihormati,
dan dijaga haknya, maka akan timbul rasa persaudaraan, dan saling
menolong. Tidak akan ada sikap semena-mena terhadap orang lain. Dalam
menghormati saudara kita selayaknya kita selalu menjaga perkataan dan
sikap kita agar jangan sampai menyakiti orang lain. Sehingga di dalam
makalah ini penulis ingin membahas mengenai “Musyawarah dilakukan
denganakal sehat dan sesuai hati nurani yang luhur”.

4
B. Rumusan Masalah

1. Jelaskan Pengertian musyawarah ?


2. Sebutkan Manfaat musyawarah ?
3. Apa saja Prinsip musyawarah ?
4. Sebutkan Ciri-ciri musyawarah ?
5. Sebutkan dan jelaskan Dalil-dalil yang berkaitan dengan musyawarah ?

C. Tujuan penulisan :

1. Menjelaskan pengertian musyawarah


2. Menjelasakan manfaat musyawarah
3. Menjelaskan prinsip musyawarah
4. Menjelaskan ciri-ciri musyawarah
5. Menjelaskan mengenai dalil-dalil musyawarah

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian musyawarah
Musyawarah berasal dari kata Syawara yaitu berasal dari Bahasa
Arab yang berarti berunding, urun rembuk atau mengatakan dan
mengajukan sesuatu.Istilah-istilah lain dalam tata Negara Indonesia dan
kehidupan modern tentang musyawarah dikenal dengan sebutan “syuro”,
“rembug desa”, “kerapatan nagari” bahkan “demokrasi”. Kewajiban
musyawarah hanya untuk urusan keduniawian. Jadi musyawarah adalah
merupakan suatu upaya bersama dengan sikap rendah hati untuk
memecahkan persoalan (mencari jalan keluar) guna mengambil keputusan
bersama dalam penyelesaian atau pemecahan masalah yang menyangkut
urusan keduniawian.
Jadi, yang dimaksud musyawarah mufakat adalah perundingan
bersama untuk memecahkan masalah, sehingga tercapai keputusan bulat
yang akan dilaksanakan bersama. Kita mengutamakan musyawarah dalam
mengambil keputusan untuk kepentigan bersama bukan untuk kepentingan
golongan atau pribadi. Dalam proses musyawarah kita pasti akan
mendengar pendapat dari peserta musyawarah. Pendapat tersebut bisa saja
berbeda – beda bahkan saling bertentangan. Apabila kesepakatan telah
diambil, maka kesepakatan itu sudah bukan lagi milik dari pihak yang
mengusulkan namun telah menjadi milik bersama. Keputusan tersebut
harus dipatuhi dan dan dilaksanakan bersama dengan penuh kesadaran dan
tanggung jawab.

B. Manfaat Musyawarah
Dalam kehidupan kemasyarakatan, musyawarah mufakat memiliki
beberapa manfaat langsung, yaitu sebagai berikut :
 Musyawarah mufakat merupakan cara yang tepat untuk mengatasi
berbagai silang pendapat.
 Musyawarah mufakat berpeluang mengurangi penggunaan
kekerasan dalam memperjuangkan kepentingan.
 Musyawarah mufakat berpotensi menghindari dan mengatasi
kemungkinan terjadinya konflik.

C. Prinsip Musyawarah
Ada beberapa prinsip yang harus dipegang teguh dalam membuat
keputusan bersama secara musyawarah mufakat, yakni sebagai berikut :

6
a) Pendapat disampaikan secara santun.
b) Menghormati pendapat orang lain yang bertentangan pendapat.
c) Mencari titik temu diantara pendapat-pendapat yang ada secara
bijaksana.
d) Menerima keputusan bersama secara besar hati, meski tidak sesuai
dengan keinginan.
e) Melaksanakan keputusan bersama dengan sepenuh hati.

Dalam pelaksanaan musyawarah untuk mencapai mufakat kita harus


berpedoman pada prinsip-prinsip dan aturan musyawarah antara lain :
a. Musyawarah dilandasi dengan akal sehat dan hati nurani yang luhur.
b. Musyawarah dilandasi semangat kegotongroyongan dan kekeluargaan.
c. Mengutamakan kepentingan umum.
d. Menghargai pendapat orang lain.
e. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara
moral kepada Tuhan Yang Maha Esa.
f. Melaksanakan keputusan bersama dengan dilandasi itikad baik dan
penuh rasa tanggung jawab.

Agar kata mufakat dapat dicapai dengan baik maka masing-masing


pihak yang bermusyawarah harus bisa menyadari hal-hal sebagai berikut :
1) Masalah yang dihadapi adalah masalah bersama
2) Setiap anggota musyawarah mempunyai kedudukan yang sama
sehingga mempunyai peran yang sama dalam penyelesaian masalah.
3) Musyawarah adalah untuk kepentingan bersama sehingga kepentigan
bersama harus didahulukan daripada kepentingan pribadi maupunn
golongan.

D. Ciri-ciri musyawarah untuk mufakat antara lain :


 Sesuai dengan kepentingan bersama.
 Usul atau pendapat yang disampaikan mudah dipahami dan tidak
memberatkan.
 Dalam musyawarah, pertimbangan moral lebih diutamakan dan
bersumber dari hati nurani yang jujur.
 Pembicaraan harus dapat diterima dengan akal sehat dan sesuai
dengan hati nurani.

Dalam melaksanakan keputusan bersama dalam suatu musyawarah,


terdapat asas- asas yang harus dijunjung tinggi. Asas- asas tersebut adalah
asas kekeluargaan dan kegotongroyongan. Asas kekeluargaan

7
memandang setiap anggota kelompok sebagai keluarga sendiri, semua
anggota diperlakukan sama, semua anggota kelompok harus
melaksanakan keputusan bersama, termasuk ketua dan pengurus lainnya.
Kelompok ibarat sebuah keluarga di mana setiap anggota harus saling
membantu antara yang satu dengan yang lainnya.
Asas kekeluargaan merupakan semangat untuk memikirkan dan
memerhatikan keputusan orang lain, sekaligus kepentingan bersama.
Kekeluargaan merupakan perilaku yang mencerminkan kerukunan dan
kebersamaan. Semangat kekeluargaan dapat diwujudkan dengan
menganggap orang lain sebagai saudaranya sendiri. Asas kekeluargaan
sangat bermanfaat dalam pelaksanaan hasil keputusan bersama karena
dapat menciptakan kehidupan yang rukun :
a) Mempererat persatuan dan kesatuan bangsa
b) Menumbuhkan sikap saling tolong menolong
c) Menciptakan keadilan antar anggota.
d) Semua anggota merasa memiliki kedudukan yang sama.

Selain asas kekeluargaan, dalam melaksanakan keputusan bersama


harus menjunjung tinggi asas kegotong royongan. Dengan gotong royong
keputusan akan lebih mudah dilaksanakan. Semua anggota harus
bergotong royong dalam upaya mencapai tujuan bersama. Keputusan
hasil musyawarah dilaksanakan secara bersama- sama antar anggota
dengan saling bekerjasama antar satu sama lain. Dengan menerima dan
menaati keputusan bersama berarti kita telah mengamalkan nilai
Pancasila terutama sila keempat, “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan atau perwaakilan. Adapun nilai-
nilai yang terkandung dalam sila keempat dari Pancasila antara lain:
a. Setiap warga negara mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang
sama.
b. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
c. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan.
d. Musyawarah untuk mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
e. Menerima dan melaksanakan hasil musyawarah dengan penuh rasa
tanggung jawab.

Dalam pengambilan dan pelaksanaan keputusan bersama perlu


dikembangkan sikap yang baik yang mencerminkan semangat
kekeluargaan dan kebersamaan. Sikap- sikap tersebut antara :
1. Adil

8
Adil artinya memberikan sesuatu sesuai dengan haknya, keputusan
yang diambil tidak berat sebelah dan tidak merugikan kepentingan
umum.
a) Tidak membedakan anggota dalam musyawarah
b) Memberi kesempatan yang sama pada setiap anggota yang ingin
mengutarakan pendapat.

2. Jujur
Jujur adalah mengatakan segala sesuatu secara benar, tidak
ditambah-tambahkan dan tidak dikurangi, dan berani mengakui
kesalahan jika bersalah.Wujud sikap jujur anntara lain:
 Berkata jujur apa adanya
 Tidak menyampaikan sesuatu yang belum pasti.

3. Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah suatu keharusan untuk menanggung
akibat yang telah ditimbulkan oleh perilaku seseorang dalam menjaga
suatu persoalan. Wujud sikap tangggung jawab antara lain:
 Menyelesaikan tugas tepat waktu.
 Tidak suka melemparkan kesalahan pada orang lain.
Sikap tanggung jawab tidak dapat terbentuk begitu saja tetapi
melalui proses yang panjang dan pembiasaan yang terus menerus
dilakukan.

4. Toleransi
Toleransi adalah sifat atau sikap menenggang (menghargai,
membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan,
kepercayaan, kebiasaan, kelakuan dsb) orang lain atau yang berbeda
dengan pendirian diri sendiri. Wujud sikap toleransi antara lain:
 Menghormati orang lain.
 Memerhatikan perkataan orang lain.
 Menghargai pendapat orang lain.
 Mencari minat apabila diajak bicara.

5. Komitmen
Komitmen yaitu, kesepakatan bersama yang telah menjadi
ketetapan untuk dilaksanakan bersama.Wujud sikap berkomitmen
antara lain:
a) Mematuhi keputusam bersama
b) Menghargai dan melaksanakan keputusan bersama.

9
E. Dalil-dalil mengenai musyawarah

1) Al-qur’an
 Ali Imran ayat 159
‫ف‬
ُ ‫اع‬
ْ ‫ِك ۖ َف‬ َ ‫ن َح ْول‬ ْ ‫ضوا ِم‬ ُّ ‫ب لَا ْن َف‬ِ ‫ِيظ ا ْل َق ْل‬
َ ‫ت َف ًّظا َغل‬ َ ‫م ۖ َول َْو ُك ْن‬
ْ ‫ت ل َُه‬ َ ‫ن ال َّلهِ ِل ْن‬ َ ‫مةٍ ِم‬َ ‫ما َر ْح‬ َ ‫َف ِب‬
‫ن ال َّل َه‬َّ ِ‫ل َعلَى ال َّلهِ ۚ إ‬ ْ َّ‫ت َف َت َوك‬َ ‫م‬ ْ َ‫م فِي الْأ‬
ْ ‫م ِر ۖ َفإِ َذا َع َز‬ ْ ‫ه‬ُ ‫او ْر‬
ِ ‫ش‬َ ‫م َو‬ ْ ‫اس َت ْغف ِْر ل َُه‬
ْ ‫م َو‬ ْ ‫َع ْن ُه‬
‫ِين‬
َ ‫ْم َت َو ِكل‬ُ ‫ب ال‬ ُّ ِ‫ُيح‬

Artinya : “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah


lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu
maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-
Nya.”

- Penjelasan

Ayat ini diturunkan setelah perang Uhud. Perang Uhud termasuk


salah satu perang yang memberi kesan mendalam, bisa dibilang sangat
menyakitkan bagi nabi Muhammad saw karena sikap umatnya yang
tidak mengikuti tuntunannya sehingga mengalami banyak kerugian.

Masalah pertama adalah ketika rasulullah berpendapat untuk


bertahan di dalam kota Madinah, tetapi para sahabat banyak yang
berkeinginan untuk berperang di luar kota Madinah. Masalah kedua
yang muncul di dalam perjalanan menuju Uhud, Abdullah bin Ubai bin
Salul melakukan penggembosan kekuatan Umat Islam, yang akhirnya
sepertiga kekuatan pasukan mundur dari peperangan. Masalah ketiga
muncul dari pemanah yang ditugasi mengendalikan situasi dari bukit,
tetapi ditengah-tengah perang kebanyakan dari mereka tidak
mengindahkan perintah nabi dan turun dari bukit, sehingga nabi dan
pasukannya terluka serta mengalami kekalahan. Masalah keempat
muncul dari beberapa pasukan yang lari dari medan pertempuran
karena mendengar rasulullah saw telah tewas.

Peristiwa-peristiwa semacam ini tentunya memberikan kesan yang


menyakitkan di dalam diri rasulullah saw, tetapi tabiat beliau yang

10
pemaaf, lemah lembut, dan kasih sayang terhadap semua makhluk
mengalahkan itu semua.

Selain itu, ayat ini juga merupakan landasan bagi praktek dakwah
yang rahmatan lil `âlamîn. Dakwah harus memberikan kesan damai dan
mencerahkan, dan jangan melakukan dakwah dengan cara-cara yang
menyeramkan. Ketika rasulullah saw mendapatkan perlakuan yang
menyakitkan dari kaumnya, beliau didatangi malaikat yang bertugas
menjaga gunung yang siap menerima perintah nabi untuk memilih
gunung yang mana yang ingin ditimpakan kepada kaumnya. Nabi
menolak tawaran tersebut seraya berkata: “saya masih menyimpan
harapan akan munculnya anak-keturunan mereka yang menyembah
Allah SWT. Betapa sejuknya dakwah Islam kalau pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan rahmatan lil `alamin.َ Artinya: “Dan
tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam” (Q.S. al-Anbiya [21]: 107).

Perang Uhud memberi palajaran penting bagi umat Islam. Strategi


yang diterapkan di perang Uhud merupakan hasil dari musyawarah
yang dilakukan nabi dengan. para sahabat, tetapi perang Uhud
menyisakan kepahitan. Meskipun demikian nabi Muhammad dilarang
untuk menghilangkan tradisi musyawarah, dan perintah untuk selalu
mengembangkan tradisi musyawarah dituangkan di ayat ini dalam
bentuk perintah; (dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan
itu). Maka setelah perang Uhud ini umat Islam selalu meraih
kemenangan besar di dalam dakwahnya.

Kemenangan pertama setelah Uhud adalah perang Ahzab. Seperti


biasanya rasulullah saw juga bermusyawarah dengan para sahabat
tentang strategi yang akan dilakukan di dalam pertempuran nanti, dan
rasulullah menyetujui usulan Salman alFarisi untuk menggali parit
sekitar Madinah sebagai pertahanan kota. Dan begitu selanjutnya
rasulullah saw selalu mengajak para sahabatnya untuk bermusyawarah
dalam menghadapi masalah.

Supaya musyawarah berjalan dengan lancar dan tertib, ada


beberapa sikap yang harus dilakukan sesuai dengan apa yang terdapat
di ayat di atas: Pertama, musyawarah harus dilakukan dengan sikap
yang lemah lembut, dan menghindari tutur kata yang kasar dan terkesan

11
keras kepala. Kedua, Terbuka dan Pemaaf, karena sangat mungkin di
tengah-tengah musyawarah tutur kata dan sikap yang menyingung
perasaan lawan bicaranya. Ketiga, beristighfar, untuk mencapai hasil
yang baik dan melaksanakan hasil musyawarah dengan komitmen
tinggi, maka hubungan dengan lawan bicara harus tetap terjaga, dan
begitu pula

 Al-Syuura ayat 38

‫م‬ َ َ َ ‫َوا َّلذ‬


ْ ‫ه‬
ُ ‫ما َر َز ْق َنا‬
َّ ‫م َو ِم‬
ْ ‫ى بَيْ َن ُه‬
ٰ ‫ور‬
َ ‫ش‬ُ ‫م‬
ْ ‫ه‬
ُ ‫م ُر‬
ْ ‫صلَا َة َوأ‬
َّ ‫اموا ال‬
ُ ‫م َوأ َق‬
ْ ‫ابوا ل َِر ِب ِه‬
ُ ‫اس َت َج‬
ْ ‫ِين‬
‫ون‬
َ ‫ُي ْنف ُِق‬

Artinya : “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi)


seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka
menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada
mereka”

- Penjelasan

Musyawarah merupakan tradisi yang perlu


ditumbuhkembangkan karena memberi ruang terbukanya potensi-
potensi positif yang muncul dari orang-orang di sekitar kita, tetapi
komitmen melaksanakan dan mematuhi hasil musyawarah jauh lebih
penting, dan bertawakal kepada Allah itu dilakukan dengan
komitmen yang tinggi melaksanakan hasil musyawarah.
Ayat ini sebenarnya sangat terkait dengan dua ayat sebelumnya.
Ayat-ayat ini menyebutkan beberapa karakter manusia yang
dijanjikan oleh Allah imbalan pahala yang kekal di sisiNya. Secara
ringkas dapat dikatakan bahwa salah satu karakter orang beriman
yang bertawakal kepada Allah adalah mereka yang mengembangkan
tradisi musyawarah di dalam urusan mereka. Maka Imam Hasan
Bashri mengatakan: “Tidak ada suatu kaum yang melakukan
musyawarah kecuali mereka akan mendapatkan jalan keluar”.
Musyawarah tidak harus melibatkan orang banyak, tetapi
musyawarah juga bisa dilakukan dengan hanya melibatkan satu

12
orang. Seperti yang dilakukan oleh rasulullah dengan al-Hubaib ibn
al-Mundzir tentang pemilihan tempat yang strategis dalam perang
Badar, dan rasulullah mengambil pendapatnya. Begitu pula yang
dilakukan dengan Salman al-Farisi tentang penggalian parit pada
waktu perang Khandaq. Musyawarah memiliki peranan penting di
dalam kehidupan bermasyarakat, dan Islam sangat memperhatikan
unsur ini, sehingga salah satu nama surat di dalam alQuran ada yang
bernama.

2) Hadits

1. Hadits tentang Kepemimpinan dan Musyawarah


 Hadits Riwayat Muslim Dari Asyaja’i.
Artinya : Dari `Auf bin Malik al-Asyja`iy r.a. berkata: saya
mendengar rasulullah saw bersabda: “Sebaik­baik
pemimpinmu adalah yang kamu mencintai mereka dan
mereka (juga) mencintai kamu, kamu mendoakan
mereka dan mereka juga mendoakanmu. Dan
sejelek-jelek pemimpinmu adalah yang kamu
membenci mereka dan mereka (juga) membencimu,
dan kamu melaknat mereka dan mereka (juga)
melaknatmu”. Kemudian kami (para sahabat) bertanya:
Apakah pemimpin yang demikian boleh kita turunkan?.
Rasulullah saw menjawab: “Tidak, selama merka
mendirikan shalat di tengah-tengah kamu. Tidak,
selama mereka mendirikan shalat ditengah-tengah
kamu”

 Penjelasan

mimpin yang jahat. Ibnu Hibban memberi judul kewajiban


mentaati imam dam menjaga keutuhan jamaah. Dari judul-judul
yang ditulis oleh para ulama, dapat disimpulkan bahwa semangat
hadits-hadits seperti ini mengajak kita untuk selalu mentaati
pemimpin yang terpilih secara sah, selama tidak mengajak kita
melakukan maksiat kepada Allah. Ada sebuah kaidah umum :
(tidakada ketaatan bagi makhluk di dalam bermaksiat kepada
Pencipta).

13
Hadits ini secara global berbicara tentang kriteria pemimpin
yang baik dan pemimpin yang tidak baik. Pemimpin yang baik
adalah pemimpin yang mencitai rakyatnya dan rakyat juga
mencintai pemimpinnya, dan kedua belah pihak saling mendoakan
dalam kebaikan. Sementara pemimpin yang tidak baik adalah
pemimpin yang sangat dibenci oleh rakyatnya, dan juga membenti
rakyatnya, dan saling mendoakan celaka.

Dalam konteks keindonesiaan, di antara kriteria pemimpin


yang diapresiasi oleh rakyatnya adalah pemimpin yang
memperhatikan kesejahteraan rakyat secara umum baik
kesejahteraan materi maupun kesejahteraan rohani, mampu
mengendalikan keamanan dan memberi ketentraman rakyatnya
untuk beraktivitas, memberi ruang bagi rakyatnya untuk
melakukan dialog dua arah, kebijakan yang ditetapkan
memperhatikan kepentingan rakyat, dan lain-lain. Sebaliknya di
antara kriteria pemimpin yang tidak disenangi rakyat adalah yang
tidak memperhatikan aspek tersebut.

Berhubungan dengan tema musyawarah, maka rakyat akan


senang dengan pemimpin yang mengedepankan musyawarah,
terbuka untuk menerima kritik dan masukan dari semua pihak, serta
berkomitmen melaksanakan kebijakan dan kesepakatan yang telah
ditetapkan. Dan ini merupakan bagian terpenting dari ajaran agama
Islam: Artinya: Rasulullah saw bersabda: “sesungguhnya (inti)
agama adalah nasehat” (3 kali). Mereka (para sahabat) bertanya: ya
rasulallah, (nasehat) bagi siapa?. Rasulullah bersabda: “bagi Allah,
kitabNya, pemimpin­peminpin umat Islam, dan para rakyat”.

Sebagaimana yang dikatakan oleh para ulama, bahwa


pemimpin harus melibatkan warga dan mempertimbangakan
masukan-masukan dari mereka baik berkaitan dengan urusan
negara maupun urusan agama. Dan dalam sistem tata negara kita,
Lembaga-lembaga tinggi negara seperti DPR dan MPR adalah
representasi dari keterlibatan rakyat di dalam urusan-urusan negara.

14
2. Hadits tentang Kepemimpinan dan Amanah

 Hadis Riwayat Bukhari

Artinya : Rasulullah saw bersabda: “(maka) apabila amanah sudah


diabaikan (hilang), maka tunggulah (datangnya) hari
kiamat”, (dia) bertanya: Bagaimana mengabaikan amanah
itu?. Rasulullah saw bersabda: “Apabila urusan
(kepemimpinan) ini diserahkan kepada yang tidak ahli,
maka tunggulah (datangnya) kiamat”. (HR. Bukhari)

 Penjelasan

Hadits Abu Hurairah r.a. ini mempunyai latar belakang


(asbabul wurud). Ringkasnya ketika rasulullah saw berada di suatu
majlis sedang berbicara dengan beberapa orang sahabat, datang
seseorang yang bertanya kepada nabi tentang kapan datangnya
kiamat (kehancuran)?. Maka rasulullah bersabda seperti yang tertera
di atas.

Pesan penting yang ditekankan di dalam hadits tersebut adalah


kewajiban menjaga amanah. Amanah adalah semua kewajiban yang
harus kamu tunaikan kepada yang lain karena menjadi haknya yang
harus diterima. Maka ilmu adalah amanah, kewajiban agama
merupakan amanah, anak yang statusnya sebagai titipan Allah juga
amanah. Amanah yang paling berat adalah menjadi pemimpin,
karena dipundaknya dibebankan tanggung jawab memenuhi hak
Allah, hak manusia, hak makhluk yang lain dan alam sekitar. Ketika
urusan besar ini diserahkan kepada mereka yang tidak mampu
menjaga amanah dalam bentuk apapun maka tunggu tanggal
kehancurannya.

Pemimpin yang memegang amanah, adalah pemimpin yang


mendorong umatnya untuk mendapatkan haknya; hak berbicara, hak
menyampaikan pendapat, hak mengkritisi dan membemberi
masukan kepada pemimpinnya dengan cara yang santun. Dan ini
merupakan bentuk mengembangkan tradisi musyawarah di dalam
pemerintahan. Hak berbicara dan kebebasan menyampaikan
pendapat ada batasan dan etika yang harus dipenuhi.

15
1. Tidak berniat menjatuhkan pemerintahan, benar-benar
disampaikan dalam rangka memberi nasehat dan masukan.
2. Pendapat yang disampaikan harus dilandasi dengan teori ilmiah
yang bisa diuji kelayakannya, dan tidak menganggap
pendapatnya paling benar, karena belum tentu pendapat tersebut
lebih baik dari pendapat orang lain.
3. Pendapat yang disampaikan jangan sampai menimbulkan fitnah
dan kekacauan di tengah masyarakat. Musyawarah adalah salah
satu bentuk dari pelaksanaan dakwah amar ma`ruf nahi munkar.
Sehingga kalau musyawarah dalam konteks memberi masukan
kepada pemimpin dilaksanakan dengan santun dan sopan, maka
termasuk salah satu bentuk jihad, sebagaimana yang disabdakan
oleh nabi saw: Artinya; “Jihad yang utama adalah menyampaikan
kebenaran kepada penguasa yang dhalim” (HR. Abu Dawud dan
Tirmidzi)

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a) Musyawarah berasal dari kata Syawara yaitu berasal dari Bahasa Arab
yang berarti berunding, urun rembuk atau mengatakan dan
mengajukan sesuatu.
b) musyawarah adalah merupakan suatu upaya bersama dengan
sikap rendah hati untuk memecahkan persoalan (mencari jalan keluar)
guna mengambil keputusan bersama dalam penyelesaian atau
pemecahan masalah yang menyangkut urusan keduniawian.
c) Prinsip yang harus dipegang teguh dalam membuat keputusan
bersama secara musyawarah mufakat, yakni sebagai berikut :
 Pendapat disampaikan secara santun.
 Menghormati pendapat orang lain yang bertentangan pendapat.
 Mencari titik temu diantara pendapat-pendapat yang ada secara
bijaksana.Menerima keputusan bersama secara besar hati, meski
tidak sesuai dengan keinginan.
 Melaksanakan keputusan bersama dengan sepenuh hati.
 Setelah keputusan diambil dalam musyawarah, maka keputusan itu
bukan menjadi milik perorangan, tetapi sudah menjadi milik
bersama. Keputusan bersama harus dipatuhi dan dilaksanakan
bersama. Akibat dari keputusan itu juga menjadi tanggung jawab
bersama

B. Saran
Kita sebagai warga negara yang baik harus menghayati dan
menjungjung tinggi setiap hasil keputusan musyawarah, karena itu semua
pihak yang bersangkutan harus menerimannya dan melaksanakannya
dengan itikad baik dan penuh rasa tanggung jawab. Disini kepentingan
bersamalah yang diutamakan di atas kepentingan pribadi atau golongan.
Pembicaraan dalam musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai
dengan hati nurani yang luhur agar tidak ada pihak yang dirugikan satu
sama lain. Keputusan-keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung
jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjungjung tinggi
harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Abdulkarim, Aim, Drs, M.Pd. 2004 “Kewarganegaraan untuk SMP Kelas II


Jilid 2”. Bandung: Grafindo Media Pratama.
Wijianti, S.Pd. dan Aminah Y., Siti, S.Pd. 2005 “ Kewarganegaraan
(Citizenship)”. Jakarta: Piranti Darma Kalokatama.
http://id.shvoong.com/social-sciences/political-science/2196530-pengertian-
musyawarah-mufakat/
http://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi“
“http://dondsor.blogster.com/demokrasi_dan_Konstitusi.html“

18

Anda mungkin juga menyukai