Anda di halaman 1dari 18

1

TUGAS
KOMUNIKASI &KONSELING DALAM PRAKTEK
KEBIDANAN
(KOMUNIKASI KELOMPOK)

NAMA : MALI POKAR

NIM : B1912024

SEKOLAH TINGGI STIKES GRAHA EDUKASI MAKASSAR

PRODY DIII KEBIDANAN

TAHUN 2021

1
2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………..
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………...
B. Tujuan Penulisan.………………………………………………………………
C. Manfaat…………………………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kelompok........................................................................................
2.2 Menjelaskan Penggolongan Kelompok. ……………………………………...
2.3 Menjelaskan karakteristik Kelompok..............................................................
2.4 menjelaskan manfaat komunikasi kelompok……………………………………
2.5 menjelaskan factor-faktor yang mempengaruhi keaktifan komunikasi kelompok
2.6 menyebutkan ciri-ciri kepemimpinan kelompok………………………………..
2.7 Menyebutkan langkah-langkah dalam penyelanggaraan kegiatan kelompok ….
2.8 Memahami strategi bidan untuk membantu kelompok yang negative sesuai tipe
kelompok ……………………………………………………………………….......

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan…………………………………………........................................
3.2 Saran.………………………………………………………………………......
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………...

KATA PENGANTAR

1
3

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas
berkat, rahmat dan hidayah-Nya kami bias menyelesaikan makalah ini. Makalah
ini kami buat guna memenuhi tugas dari dosen.
Makalah ini membahas tentang “Komunikasi & Konseling dalam praktek
kebidanan (Komunikasi Kelompok) ”, semoga dengan makalah yang kami
susun ini kita sebagai mahasiswa kebidanan dapat menambah dan memperluas
pengetahuan kita.

Kami mengetahui makalah yang kami susun ini masih sangat jauh dari sempurna,
maka dari itu kami masih mengharapkan kritik dan saran dari bapak/ibu selaku
dosen-dosen pembimbing kami serta temen-temen sekalian, karena kritik dan
saran itu dapat membangun kami dari yang salah menjadi benar.

Semoga makalah yang saya susun ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
kita, akhir kata kami mengucapkan terima kasih.

Makasar, Maret 2021

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1
4

Manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial, yang dalam kehidupan

sehari-hari tidak bisa lepas dari kegiatan interaksi dan komunikasi. Komunikasi

merupakan bagian integral kehidupan manusia, apapun statusnya di masyarakat.

Sebagai makhluk sosial, kegiatan sehari-hari selalu berhubungan dengan orang

lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidup. Angka kematian di Indonesia

masih tinggi. Setiap tahun sejumlah 18.000 ibu meninggal dunia, dua nyawa

melayang setipa satu jam,karena kehamilan dan atau persalinan. Kematian ibu

ternyata tidak hanya diikuti oleh tingginya angka kematian bayi tetapi juga

meninkatkan jumlah balita yang piatu baru (± 36.000 setiap tahun).

Risiko kematian ibu akibat kehamilan,persalinan,dan nifas serat bayi,

dapat dikurangi bila ada upaya persiapan persalinan dan kemudahan mendapatkan

pelayanan kesehatan dasar. Salah satu ujung otmbak pelayanan kesehatan dasar

bagi ibu dan bayi adalah bidan. Namun, pada kenyataannya walaupun hampir

semua pemeriksaan antenatal datang pada bidan, sebagian besar persalinan masih

ditolong oleh dukun beranak. Hal ini menunjukkan bahwa ibu lebih percaya

kepada dukun beranak dibandingkan dengan bidan.Salah satu penyebab

keadaantersebut diatas adalah rendahnya kualitas keterampilan komunikasi dan

konseling tenaga kesehatan (bidan). Penelitian di Jawa Barat menyimpulkan

bahwa keterampilan teknis medis semata tidak cukup untuk memberikan

pelayanan yang memuaskan ibu.

Kualitas komunikasi bidan yang rendah akan berdampak terhadap transfer

pesan kepada klien yang kurang baik, bidan menjadi kurang peka dan kurang

mampu menggali kebutuhan dan masalah klien, tidak tanggap terhadap perasaan

1
5

klien, klien tidak puas dan selanjutnya dapat diperkirankan kredibilitas bidan

tersebut diragukan. Dari penelitian di Indonesia dua provinsi yaitu Jabar dan

Jatengtentang interaksi bidan-klien menunjukkan bahwa banyak bidan yang tidak

menggunakan keterampilan konseling yang baik, misalnya: Para bidan cenderung

mendominasi sesi konseling (63% ucapan didominasi oleh bidan), kurang

memberi kesempatan kepada klien untuk berbicara panjang lebar atau

mengungkapkan keinginan dan perasaannya. Para bidan lebih banyak mengajukan

pertanyaan tertutup (pertanyaan yang sifatnya mengarahkanpada jawaban ya dan

tidak). 23% ucapan bidan adalah pengulangan kata-kata bidan itu sendiri.

Pelatihan keterampilan komunikasi interpersonal/konseling (KIP/K) untuk bidan

bertujuan untuk meningkatkan keterampilan bidan dalam bidang komunikasi

interpersonal dan konseling sehingga kualitaspelayanan pada ibu hamil dan

melahirkan lebih baik.

1.2 Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan agar kita mengerti dengan pengetahuan
tentang “ Komunikasi &Konseling Dalam Praktek Kebidanan (Komunikasi
Kelompok)”
1.3 Manfaat
Dengan makalah ini diharapkan dapat mengetahui manfaat “ Komunikasi &Konseling
Dalam Praktek Kebidanan (Komunikasi Kelompok)” di bidang kesehatan.

1
6

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian

Komunikasi kelompok adalah suatu bentuk komunikasi antara dua atau lebih orang yang

berinteraksi satu dengan yang lain untuk satu tujuan. Orang-orang yang terlibat biasanya mengisi

peran-peran dan mentaati peraturan-peraturan serta norma-norma yang secara implisit disetujui

para anggotanya (Singgsih, 2003). Komunikasi kelompok adalah sekumpulan orang yang

mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama,

mengenal satu sama lain dan memandang mereka sebagi bagian dari kelompok tersebut.

Contohnya kelompok keluarga, kelompok studidan kelompok diskusi(Kelompok Sarjana

Komunikasi Amerika, 1980).

Kegunaan berdasarkan batasan tersebut diatas, kegunaan dalam bidang kebidanan

tentulah sangat menunjang tujuan bagi kesehatan ibu dan anak. Utamanya ketika dilakukan suatu

kegiatan-kegiatan bagi para bidan dalam sistem komunikasi kelompok tersebut, selama melalui

forum tersebut dimanfaatkan seefektif mungkin dalam berbagai bentuk dan tujuan, yakni

berfokus pada kesehatan ibu dan anak tersebut(Handy, 1985).Dalam hal ini,

Romlah(2016)memberikan pengertian mengenai pentingnya kegunaan komunikasi kelompok,

yakni:

a.Memenuhi kebutuhan social

b.Membentuk konsep diri

c.Memberi/menerima dukungan dan bantuan

d.Berbagai dengan orang lain.

1
7

2.2. Klasifikasi Kelompok dan Karakteristik Komunikasinya.

Telah banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuwan sosiologi, namun

dalam kesempatan ini kita sampaikan hanya tiga klasifikasi kelompok.

 Kelompok primer dan sekunder.

Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaludin Rakhmat, 1994) mengatakan

bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan

akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok

sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak

personal, dan tidak menyentuh hati kita.

Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik komunikasinya,

sebagai berikut:

1.Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas. Dalam, artinya

menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyingkap unsur-unsur backstage

(perilaku yang kita tampakkan dalam suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali

kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder

komunikasi bersifat dangkal dan terbatas.

2.Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder

nonpersonal.

3.Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi,

sedangkan kelompok primer adalah sebaliknya.

4.Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok sekunder

instrumental.

1
8

5.Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder

formal.

 Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan.

Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership

group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan adalah

kelompok yang anggota-anggotanya secara administratif dan fisik menjadi anggota

kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai

alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap. Menurut

teori, kelompok rujukan mempunyai tiga fungsi: fungsi komparatif, fungsi normatif, dan

fungsi perspektif. Saya menjadikan Islam sebagai kelompok rujukan saya, untuk

mengukur dan menilai keadaan dan status saya sekarang (fungsi komparatif. Islam juga

memberikan kepada saya norma-norma dan sejumlah sikap yang harus saya miliki-

kerangka rujukan untuk membimbing perilaku saya, sekaligus menunjukkan apa yang

harus saya capai (fungsi normatif). Selain itu, Islam juga memberikan kepada saya cara

memandang dunia ini-cara mendefinisikan situasi, mengorganisasikan pengalaman, dan

memberikan makna pada berbagai objek, peristiwa, dan orang yang saya temui (fungsi

perspektif). Namun Islam bukan satu-satunya kelompok rujukan saya. Dalam bidang

ilmu, Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) adalah kelompok rujukan saya, di

samping menjadi kelompok keanggotaan saya. Apapun kelompok rujukan itu, perilaku

saya sangat dipengaruhi, termasuk perilaku saya dalam berkomunikasi.

 Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif

John F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok menjadi dua: deskriptif

dan peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat

1
9

proses pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola

komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga: a. kelompok tugas; b.

kelompok pertemuan; dan c. kelompok penyadar. Kelompok tugas bertujuan

memecahkan masalah, misalnya transplantasi jantung, atau merancang kampanye politik.

Kelompok pertemuan adalah kelompok orang yang menjadikan diri mereka sebagai acara

pokok. Melalui diskusi, setiap anggota berusaha belajar lebih banyak tentang dirinya.

Kelompok terapi di rumah sakit jiwa adalah contoh kelompok pertemuan. Kelompok

penyadar mempunyai tugas utama menciptakan identitas sosial politik yang baru.

Kelompok revolusioner radikal; (di AS) pada tahun 1960-an menggunakan proses ini

dengan cukup banyak. Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus

ditempuh anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright

mengkategorikan enam format kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar,

simposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur parlementer.

2.3. Karakteristik Komunikasi Kelompok

Karakteristik komunikasi dalam kelompok ditentukan melalui dua hal, yaitu norma dan

peran. Norma adalah persetujuan atau perjanjian tentang bagaimana orang-orang dalam suatu

kelompok berperilaku satu sama lainnya.

Norma oleh para sosiolog disebut juga dengan „hukum‟ (law)ataupun „aturan‟ (rule),

yaitu perilaku-perilaku apa saja yang pantas dan tidak pantas dilakukan dalam suatu kelompok.

Ada tiga kategori norma kelompok, yaitu norma sosial, procedural, dan tugas. Norma sosial

mengatur hubungan di antara para anggota kelompok. Sedangkan norma procedural

menguraikan dengan lebih rinci bagaimana kelompok harus beroperasi, seperti bagaimana suatu

kelompok harus membuat keputusan, apakah melalui suara mayoritas ataukah dilakukan

1
10

pembicaraan sampai tercapai kesepakatan. Dari norma tugas memusatkan perhatian bagaimana

suatu pekerjaan harus dilakukan.

Peran adalah aspek dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan

hak dan kewajibannnya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peran. Peran

dibagi menjadi tiga, yaitu peran aktif, peran partisipatif, dan peran pasif. Peran aktifadalah peran

yang diberikan oleh anggota kelompok karena kedudukannya di dalam kelompok sebagai aktivis

kelompok, seperti pengurus, pejabat, dan sebagainya. Peran partisipatif adalah peran yang

diberikan oleh anggota kelompok pada umumnya kepada kelompoknya, partisipasi anggota

macam ini akan member sumbangan yang sangat berguna bagi kelompok itu sendiri. Sedangkan

peran pasif adalah sumbangan anggota kelompok yang bersifat pasif, di mana anggota kelompok

menahan diri agar member kesempatan kepada fungsi-fungsi lain dalam kelompok dapat berjalan

dengan baik dan tidak terjadi pertentangan dalam kelompok karena adanya peran-peran yang

kontradiktif.

Komunikasi kelompok (group communication)termasuk komunikasi tatap muka karena

komunikator dan komunikan berada dalam situasi saling berhadapan dan saling melihat.

Komunikasi kelompok adalah komunikasi dengan sejumlah komunikasi. Karena jumlah

komunikan itu menimbulkan konsekuensi, jenis ini diklasifikasikan menjadi komunikasi

kelompok kecil dan kelompok komunikasi besar.

a. Komunikasi Kelompok KecilSuatu situasi komunikasi dinilai sebagai komunikasi

kelompok kecil apabila situasi komunikasi seperti itu dapat diubah menjadi

komunikasi antarpesona dengan setiap komunikan.

1
11

b. Komunikasi Kelompok Besar

Suatu situasi komunikasi dinilai sebagai komunikasi kelompok besar jika antara

komunikator dan komunikan sukar terjadi komunikasi antarpersona. Kecil kemungkinan untuk

terjadi dialog seperti halnya pada komunikasi kelompok kecil. Kelompok memiliki tujuan dan

aturan-aturan yang dibuat sendiri dan merupakan konstribusi arus informasi diantara mereka.

Sehingga mampu menciptakan atribut kelompok sebagai bentuk karakteristik yang khas dan

melekat pada kelompok itu. Kelompok adalah sejumlah orang yang memiliki norma-norma,

nilai-nilai, dan harapan-harapan yang sama, yang secara sengaja dan teratur saling berinteraksi

dan mempunyai kesadaran diri sebagai anggota kelompok yang diakui oleh pihak luar kelompok.

2.4. Fungsi Komunikasi Kelompok

Keberadaan suatu kelompok dalam masyarakat dicerminkan oleh adanya fungsi-fungsi

yang akan dilaksanakannya. Fungsi-fungsi tersebut mencakup fungsi hubungan sosial,

pendidikan, persuasi, pemecahan masalah, dan pembuatan keputusan, serta fungsi terapi. Semua

fungsi inidimanfaatkan untuk kepentinganmasyarakat, kelompok, dan para anggota kelompok itu

sendiri.

a.Fungsi hubungan sosial, dalam arti bagaimana suatu kelompok mampu memelihara dan

memantapkan hubungan sosial di antara para anggotanya, seperti bagaimana suatu kelompok

secara rutin memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk melakukan aktivitas yang

informal, santai, dan menghibur.

b.Fungsi pendidikan adalah bagaimana sebuah kelompok secara formal maupun informal

bekerja untuk mencapai dan mempertukarkan pengetahuan.

1
12

c.Fungsi persuasi, seorang anggota kelompok berupaya memersuasi anggota lainnya

supaya melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Seseorang yang etrlibat usaha-usaha persuasif

dalam suatu kelompok, membawa risiko untuk tidak diterima oleh para anggota lainnya.

d.Fungsi problem solving, kelompok juga dicerminkan dengan kegiatan-kegiatannya

untuk memecahkan persoalan dan membuat keputusan-keputusan.

e.Fungsi terapi. Kelompok terapi memiliki perbedaan dengan kelompok lainnya, karena

kelompok terapi tidak memiliki tujuan. Tentunya individu tersebut harus berinteraksi dengan

anggota kelompok lainnya guna mendapatkan manfaat, namun usaha utamanya adalah

membantu diri sendiri, bukan membantu kelompok mencapai consensus.

2.5. Faktor- FaktorYang Mempengaruhi Keefektifan Kelompok

Anggota-anggota kelompok bekerja sama untuk mencapai dua tujuan:a. melaksanakan

tugas kelompok, dan b. memelihara moral anggota-anggotanya. Tujuan pertama diukur dari hasil

kerja kelompok-disebut prestasi (performance) tujuan kedua diketahui dari tingkat kepuasan

(satisfacation). Jadi, bila kelompok dimaksudkan untuk saling berbagi informasi (misalnya

kelompok belajar), maka keefektifannya dapat dilihat dari beberapa banyak informasi yang

diperoleh anggota kelompok dan sejauh mana anggota dapat memuaskan kebutuhannya dalam

kegiatan kelompok.

Untuk itu faktor-faktor keefektifan kelompok dapat dilacak pada karakteristik kelompok,

yaitu:

1.ukuran kelompok.

2.jaringan komunikasi.

1
13

3.kohesi kelompok.

4.Kepemimpinan.

2.6. Ciri- ciri kepemimpinan kelompok

Ciri-ciri Kelompok yang kompak Ciri – ciri kelompok yang kompak adalah organisasi baik,

hubungan yang baik dan riwayat keberhasilan yang baik. Dasar pelaksanaan sumbang saran yang harus

ditaati antara lain :

1. Tidak boleh melakukan penilaian ide-ide sebelum acara selesai.

2. Kelompok harus beranggapan sebagai penghasil ide dan tidak merasa khawatir dengan

kualitas idenya.

3. Anggota kelompok dibiarkan berpikir dengan bebas.

4. Ide-ide yang ditawarkan anggota kelompok harus dihargai dan dikembangkan.

2.7. Langkah-langkah dalam penyelenggaraan kegiatan kelompok

Langkah-langkah dalam penyelenggaraan kegiatan kelompok adalah :

Merencanakan pengorganisasian kegiatan kelompok

Meliputi kegiatan : merencanakan masalah; siapa yang menjadi peserta; sasaran kegiatan; waktu

pelaksanaan dan tempat kegiatan; metode yang digunakan; media yang digunakan; jenis

pencairan kelompok yang digunakan; evaluasi kegiatan.

1. Mempersiapkan tempat

Meliputi : mempersiapkan ruang dan perlengkapannya; persiapan alat tulis, alat bantu, materi;

persiapan tempat duduk; pengeras suara; meletakkan alat bentu sesuai kebutuhan.

1
14

2. Melaksanakan kegiatan

Bagian-bagian kegiatan kelompok adalah : (a) Pembukaan, menentukan jalannya presentasi/

diskusi kelompok; (b) Bagian utama kegiatan, mencakup materi yang akan disampaikan; (c)

Bagian penutup, bagian terpenting dari seluruh kegiatan.

Mengakhiri kegiatan dapat dilakukan dengan cara: mengatakan bahwa waktu telah habis,

merangkum, menunjukkan pertemuan selanjutnya, berdiri, isyarat tangan, menyampaikan catatan

singkat dan memberikan tugas.

3. Mengevaluasi Kegiatan

Evaluasi kegiatan dapat mengetahui dan menganalisa kebutuhan peserta untuk mempersiapkan

pembicaraan yang akan datang, memperbaiki pelaksanaan kegiatan yang akan datang,

mengetahui dampak kegiatan kelompok dan menentukan keberhasilan kegiatan.

2.8. Strategi Bidanuntuk Membantu Kelompokyang Negatif Sesuai Tipe Kelompok

Adapun pendapat para ahli tentang strategi bidan untuk membantu kelompok yang

negatif sesuai tipe kelompok adalah sebagai berikut:

1.Menurut Smith dan Bass (1982)a.Menciptakan perasaan yang dimilikib.Menciptakan

lingkunganyang pekac.Mendorong partisipasi dan kontribusid.Menghargai pendapat yang

berbedae.Menciptakan perasaan komitmen

2.Menurut Tarigan (2002):

a.Tipe PasifStrategibidanadalah: mengajukan pertanyaan langsung pada peserta; meminta

berbagi perasaan dengan pasangannya; meminta untuk menulis komentar; memberikan insentif;

mengubah metode penyampaian.

1
15

b.Tipe AgresifStrategibidanadalah: mengajukanpertanyaan tentang penyebab agresif;

memberi kesempatan untuk mencurahkan perasaan dirinya; tidak menggangap orang tersebut

sebagai wakil kelompok; mempresentasikan data; memprakarsai diskusi secara pribadi.

c.Tipe Banyak BicaraStrategibidanadalah: memberi tanggung jawab tertentu dan

memberikan kesempatan berperan sebagai pemimpin kelompok; menghindarkan pandangan atau

menghadapkan tubuhpemandu ke arah peserta lain; beritahu dengan cara yang halus; memberi

tugas secara tertulis.

d.Tipe PesimisStrategibidanadalah: menjadi pendengar yang aktif; memberi jawaban

yang positif; menanyakan pendapat anggota lainnya tentang pendapat orang tersebut.

1
16

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara

beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan,

konperensi dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984). Michael Burgoon (dalam Wiryanto,

2005) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka

antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi

informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota- anggotanya dapat

mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua

definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya

komunikasi tatap muka, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu umtuk mencapai

tujuan kelompok.

B. Saran

Saran Dari materi komunikasi kelompok ini, diharapkan mahasiswa dapat melakukan

komunikasi kelompok dengan baik sesuai dengan tahap – tahap yang perlu dilakukan

dalam menjalankan komunikasi kelompok. Sehingga komunikasi yang berlangsung

dengan seseorang dalam satu kelompok dapat berjalan sesuai apa yang diinginkan

1
17

DAFTAR PUSTAKA

1.Anggorowati, Rokhmah, A.N. 2017.“Komunikasi Efektif Dalam Praktek

Kolaborasi Interprofesi Sebagai Upaya Meningkatkan Kualitas Pelayanan”.Journal of

Health Studies.1(1).65-71.

2.Dalami.2012. Komunikasi dan Konseling Dalam Praktik Kebidanan.Jakarta:Trans

Info Media.

3.Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2002.Komunikasi

Efektif.Jakarta:Depkes RI

4.Deddy Mulyana.2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar.Bandung: Remaja

Rosdakarya

5.Fitramaya, Uripmi. 2003. Komunikasi Kebidanan. Jakarta: EGC.

6.IBI,2003. 9 Modul Kebidanan (Modul Pelatihan Konseling Bagi Bidan Pada Klinik

IBI).Jakarta

7.Jalaludin Rakhmat.1994.Psikologi Komunikasi.Bandung: Remaja Rosdakarya.

8.K.M., Rochmah.2002.Komunikasi & Konseling dalam Asuhan Kebidanan.Jakarta :

EGC

9.Lindawati, Rita Dwi. 2014. “Komunikasi Intrapersonal Sebagai

PondasiKomunikasiInterpersonal”(Online)

http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/148-artikel-bea-dan-cukai/

19683komunikasi-intrapersonal-sebagai-pondasi-komunikasi-interpersonal. (diakses

18 Maret 2016).

1
18

Anda mungkin juga menyukai