Anda di halaman 1dari 25

Jurus Jitu Menulis Buku Ajar

Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002


Tentang Hak Cipta

Pengertian Hak Cipta


Pasal 2
1. Hak cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang hak cipta untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah
suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Ketentuan Pidana (Pasal 72)


1. Barang siapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) atau Pasal 49 Ayat (1) dan Ayat (2)
dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau
denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana paling lama 7 (tujuh)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual
kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait
sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dipidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima rarus juta rupiah).
Jurus Jitu Menulis Buku Ajar

Mukodas
Jurus Jitu Menulis Buku Ajar
Mukodas

ISBN: 978-623-7705-12-3
Editor Miranti
Penata Letak Gozali
Desain Sampul Andri Novadina
Diterbitkan oleh Penerbit Langit Arbitter

Alamat Redaksi
Jln. Raya Leuwiliang, Ds. Cibeber II
Kampung Cibeber IV. RT 02/02
Leuwiliang, Bogor. 16640
www.langitarbitter.co.id
naskah@langitarbitter.co.id
085691698717

Cetakan Pertama Juni 2020

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh
isi buku ini tanpa izin dari penerbit.
Kata Pengantar

Jurus Jitu Menulis Buku Ajar bukanlah buku motivasi yang


biasa di pasaran. Bahkan tidak ada satupun kutipan-kutipan
orang terkenal yang bisa Anda temukan dalam buku ini. Sebab
buku ini adalah kumpulan jurus. Cara atau teknik untuk pembaca
agar bisa menulis buku ajar.
Buku ini ditulis sebagai kelengkapan kegiatan
pendampingan menulis buku ajar. Ada banyak dosen dan pakar
yang masih kesulitan ketika menulis. Karena itulah dibutuhkan
pendampingan kepada mereka untuk mampu menulis secara
lihai.
Jurus terbaik tidak diajarkan oleh guru, melainkan lahir dari
dalam diri. Seorang guru berperan sebagai mentor, agar murid
bisa mencapai kemampuan maksimalnya. Pengalaman dan
latihan akan menempa kita mampu menemukan jurus terbaik.

Mukodas

vii
Daftar Isi

Kata Pengantar .................................................................... vi

Daftar Isi ............................................................................. viii

Mengenal Buku Ajar ........................................................... 1

Anatomi Buku Ajar ............................................................. 17

RPS sebagai Out Line Buku Ajar ........................................ 34

Mengembangkan Out Line .................................................. 49

Daftar Pustaka ..................................................................... 70

Biodata ................................................................................ 71

viii
Mengenal Buku Ajar

Mengajar itu seperti berperang. Kalau kita tidak


mempersiapkan dengan baik, bersiaplah mendapati serangan
lawan. Terlebih mahasiswa zaman sekarang begitu kritis dengan
pertanyaan-pertanyaan yang tidak kita rencanakan. Jika kita
tidak siap, bersiaplah untuk tumbang. Karena itu, kita sebagai
pengajar wajib memiliki perencanaan sebelum bertempur.

Senjata agar kita bertempur dengan maksimal adalah bahan


ajar. Biasanya kita akan menggunakan berbagai macam buku
referensi (buku teks), hand out, atau fail presentasi. Membawa
banyak buku referensi atau buku teks setiap kali mengajar
tidaklah efektif. (Saya pribadi lebih senang menyebutnya buku
referensi ketimbang buku teks. Buku yang menjadi referensi.
Dalam pemikiran saya, setiap buku terdiri atas teks yang
berkaitan. Jadi setiap buku adalah buku teks). Hand out
perkuliahan yang biasa kita bagikan, lebih banyak yang
tercecernya daripada yang terkumpul. Fail presentasi pun bukan
cara yang baik, diperlukan media elektronik untuk
membukanya.
Pilihan paling efektif adalah dengan menggunakan buku
ajar. Secara sederhana bisa kita artikan bahwa buku ajar adalah
buku yang berisi bahan ajar yang akan kita sampaikan di kelas.
Tujuan utama buku ajar ini adalah tersampaikannya ide dan
pengetahuan yang sistematis dan terstruktur.

Bahan ajar bisa disusun dari berbagai macam sumber


belajar. Bisa berupa benda, fakta, ide, orang, atau hal lain yang
memiliki potensi agar suasana belajar menjadi kondusif.
Misalnya kita bisa melakukannya dengan merangkum berbagai
buku referensi, mempertimbangkan materi dengan tujuan
pembelajaran, mengaitkan materi dengan keadaan terkini
sebagai contoh kasus, dan lain sebagainya.

Buku ajar ini adalah buku yang digunakan oleh kita sebagai
sumber acuan dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Karena
itulah, sepatutnya kita mampu menyusun bahan ajar yang sudah
diajarkan bertahun-tahun menjadi sebuah buku ajar yang padu,
minimal untuk keperluan bagi dosen agar pembelajaran lebih
terarah ketika mengajar, dan juga untuk mahasiswa agar lebih
mudah melaksanakan proses belajarnya.

2
Keuntungan Menulis Buku Ajar

Ketika kita sendiri yang menulis buku ajar, akan ada banyak
kelebihan yang bisa kita petik. Jika diibaratkan kembali buku
ajar yang kita gunakan semacam senjata untuk bertarung, maka
buku ajar ini adalah senjata yang paling sesuai dengan
kemampuan yang kita miliki. Tidak semua pahlawan
menggunakan senjata yang sama. Bima menggunakan gada,
Arjuna menggunakan panah. Roronoa Zorro menggunakan 3
pedang sekaligus, senjata Usopp adalah ketapel, Nami memakai
Clima Tact. Intinya, masing-masing dari kita lebih tahu
kemampuan diri kita, karena itulah senjata yang kita gunakan
harus sesuai dengan keinginan kita. Solusinya adalah dengan
membuat buku yang kita rancang sendiri. Toh, kita juga kok
yang akan menggunakannya.

Keuntungan lain adalah secara materi. Penulis buku akan


mendapat royalti dari setiap buku yang terjual. Royalti ini
berkisar antara 8% – 20% (dari harga jual), bergantung pada
kesepakatan antara penulis dan penerbit dalam MoU. Anggap
saja harga buku yang dijual adalah Rp50.000. Maka kita
memperoleh keuntungan sekitar Rp4.000 – Rp10.000 dari setiap
buku yang terjual. Anggaplah setiap tahun kita mengajar satu
kelas yang berisi 30 orang, tinggal dikalikan saja. Keuntungan

3
secara passive income akan terus mengalir ketika buku laku,
meski sudah bertahun-tahun kita menuliskannya.

Yang paling penting adalah kita sebagai dosen tidak


memaksakan kehendak agar setiap mahasiswa yang mengontrak
mata kuliah, wajib membeli buku ajar. Ini yang menjadi
kesalahan fatal. Memang secara materi kita mendapatkan
banyak keuntungan, tapi secara psikologi, kita bisa saja tidak
disukai oleh mahasiswa ataupun lembaga tempat kita bernaung.
Cara amannya adalah kita memperkenalkan buku ajar yang
sudah kita tulis, dan merekomendasikan mereka untuk
membacanya. Sebab satu semester ke depan mereka akan belajar
lebih banyak dari buku yang sudah kita tulis.

Mahasiswa yang memiliki buku kita pun punya banyak


keuntungan. Mereka jadi tahu lebih awal atas apa yang akan
dipelajari. Bahasa yang kita gunakan dalam buku ajar pun,
disesuaikan dengan zamannya. Berbeda dengan buku referensi
yang kadang sulit dicerna. Buku bahan ajar yang kita tulia bisa
masuk lebih mudah karena gaya bahasa yang kita gunakan dekat
dengan bahasa sehari-hari mahasiswa. Ketika terjadi libur
nasional atau berhalangan hadir, adanya buku ajar membuat
proses belajar mengajar tidak memiliki kendala berarti.
Pembelajaran jarak jauh pun bisa dengan maksimal kita lakukan.

4
Tempat kita bernaung pun akan mendapat pandangan
positif ketika kita menulis buku ajar. Ada banyak penulis yang
membawa nama universitasnya setelah terkenal. Misalnya Henri
Guntur Tarigan yang akrab dengan Universitas Pendidikan
Indonesia. Sapardi Djoko Damono dengan Universitas
Indonesia. Pun nanti dengan kita. Semoga saja. Yang penting
melalukan yang terbaik. Caranya adalah dengan menulis sesuatu
yang paling dekat dengan hati, pengalaman, dan pikiran kita.
Tulislah buku ajar yang sesuai dengan passion kita.

Ciri Khas Buku Ajar

Buku ajar berbeda dengan diktat perkuliahan maupun buku


referensi, meski ketiganya memiliki banyak persamaan. Untuk
lebih jelasnya, berikut ini adalah perbandingan ketiga jenis buku
yang dikutip dari Giyatmi.

No Bahan Ajar Buku Diktat Buku Referensi


1 Berusaha Untuk Mengasumsikan
menimbulkan menimbulkan minat dari
minat baca minat baca pembaca

5
2 Dirancang dan Dirancang dan Untuk pembaca
ditulis untuk ditulis untuk (guru, dosen,
mahasiswa mahasiswa mahasiswa,
peneliti, umum)
3 Menjelaskan Tidak Belum tentu
tujuan menjelaskan menjelaskan
instruksional tujuan tujuan
instruksional instruksional
4 Dipergunakan Dipergunakan Dirancang untuk
oleh dosen dan dosen dan dipasarkan
mahasiswa mahasiswa secara luas
dalam proses dalam
perkuliahan. perkuliahan
5 Disusun Mengikuti Disusun secara
berdasarkan pola kaidah penulisan linear dan
belajar yang ilmiah strukturnya
fleksibel, berdasarkan
sistematis dan logika bidang
terstruktur ilmu
berdasarkan
kebutuhan
mahasiswa dan

6
kompetensi akhir
yang ingin
dicapai
6 Fokus pada Tidak Belum tentu
pemberian memberikan memberikan
kesempatan bagi latihan latihan
mahasiswa untuk
berlatih
7 Memberi Tidak memberi Belum tentu
rangkuman rangkuman memberi
rangkuman
8 Gaya penulisan Gaya penulisan Gaya penulisan
komunikatif komunikatif naratif dan padat

9 Ada umpan balik Tidak ada umpan Tidak ada


balik umpan balik
10 Mengakomodasi Tidak Tidak
kesulitan belajar mengakomodasi mengakomodasi
mahasiswa kesulitan belajar kesulitan belajar
mahasiswa mahasiswa

7
11 Menjelaskan cara Tidak Tidak
mempelajari menjelaskan cara menjelaskan
bahan ajar mempelajari cara
diktat mempelajari
bahan ajar
12 Ditulis oleh Ditulis oleh Ditulis oleh
pakar bidang pengajar pakar bidang
terkait terkait

Dari 12 poin ciri-ciri tersebut, sekarang kita bisa melihat


kira-kira buku ajar yang akan kita tulis nanti akan seperti apa.
Sebagai contoh, coba kita cari buku yang berupa bahan ajar,
diktat, ataupun buku referensi. Buku diktat akan susah di
pasaran, karena memang tidak untuk dijual secara umum. Hanya
untuk kalangan kelas terbatas. Yang hampir selalu menerbitkan
buku diktat kuliah adalah Universitas Terbuka.

Berbeda dengan buku ajar ataupun buku referensi. Buku


ajar MKDU Bahasa Indonesia yang sudah tersebar luas dan
mudah ditemukan adalah “Cermat Berbahasa Indonesia” karya
Zaenal Arifin. Tuturan yang digunakan enak dibaca, tidak terlalu
banyak teori. Sesuai dengan kebutuhan mahasiswa.

8
Pengembangan isi buku disesuaikan dengan kurikulum. Adanya
latihan di setiap akhir bab sebagai bahan evaluasi.

Berbeda dengan buku referensi, misalnya buku “Metode


Penelitian Pendidikan” yang ditulis oleh Sugiyono. Meski ada
mata kuliah “Metode Penelitian” di program studi kependidikan,
buku tersebut bukanlah buku ajar. Salah satu cirinya adalah
begitu padatnya teori yang disampaikan. Buku ini pun ditulis
tidak berdasarkan pada silabus dan tujuan pembelajaran di kelas.

Setelah membaca paparan di atas, kini kita bisa


mengklasifikasikan buku ajar dan buku referensi yang kita
gunakan dalam pembelajaran di kelas. Kita yang akan menulis
buku ajar, tidak salah jika mencontoh buku yang sudah ada.
Coba cek di rak buku kita, buku manakah yang nantinya akan
menjadi acuan ketika akan menulis. Sangat dianjurkan jika buku
yang menjadi acuan adalah buku yang ditujukan pada mata
kuliah yang sama dengan apa yang akan kita tulis.

Apakah ini plagiat? Tidak! Kita hanya mengikuti konsep


yang ada, dan sebuah kepastian jika kelak setelah kita berada
dalam proses menulis, akan ada banyak perbedaan dengan
konsep yang awal. Apalagi dengan buku yang kita contoh. Tidak
apa-apa. Inilah proses menulis yang sangat mengasyikkan. Kita
bahkan tidak tahu apa yang akan kita tulis di halaman
9
berikutnya. Kerangka tulisan wajib ada, tetapi bagaimana kita
mengelola dan mengembangkan kerangka tersebut, itu bagian
yang asyik. Bisa saja kita terkejut dengan tulisan akhir kita.

Alasan Dosen Menulis Buku Ajar

Buku ajar biasanya berasal dari naskah yang dikumpulkan


untuk menunjang materi pokok ketika proses belajar mengajar.
Jika kita mengacu pada Keputusan Menteri no. 36 tahun 2001
tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penilaian Angka Kredit
Jabatan Dosen, disebutkan bahwa “Buku ajar adalah buku
pegangan untuk suatu matakuliah (mata kuliah) yang ditulis dan
disusun oleh pakar bidang terkait dan memenuhi kaidah buku
teks serta diterbitkan secara resmi dan disebarluaskan.”

Kita sebagai dosen bisa disebut dengan pakar. Gelar


akademik di depan dan belakang nama adalah pemberian dari
institusi sebagai penghormatan bahwa kita sudah ahli di
bidangnya. Pengalaman mengajar bertahun-tahun menempa kita
menjadi seorang ilmuan. Sudah banyak pula penelitian yang
dipublikasikan baik dalam jurnal maupun prosiding seminar.
Jika kita merendah diri untuk belum menganggap diri pakar,
butuh berapa lama lagi untuk kita mencoba menulis buku ajar?

10
Inilah saatnya! Lebih baik tergesa-gesa daripada ditunda-tunda.
Itu.

Pada bagian ciri khas buku ajar di atas, merupakan penguat


bahwa buku ajar yang akan kita tulis sudah memenuhi kaidah
buku teks. Yang penting adalah menyesuaikan formatnya
dengan ciri-ciri tadi.

Buku teks diterbitkan secara resmi. Buku yang resmi


menurut perundang-undangan negara kita adalah buku yang
terdaftar di perpustakaan nasional. Perpusnas menjadi patokan
legal atau tidaknya sebuah buku. Kita bisa membuka laman
www.perpusnas.go.id untuk mengeceknya. Setiap penerbit yang
mendaftarkan bukunya ke perpusnas akan diberikan nomor
ISBN (International Standard Book Number). ISBN ini bersifat
unik, karena setiap buku yang berbeda judul, pasti beda pula
ISBN-nya. ISBN ini berskala internasional, pusatnya berada di
London, Inggris. Setiap negara mewakili perwakilannya
masing-masing, di Indonesia dikelola oleh perpusnas. Langit
Arbitter adalah penerbit yang legal, sebab setiap buku yang
diterbitkan akan mendapat nomor ISBN. Silakan telusuri laman
perpusnas untuk mengeceknya.

11
Buku ajar pun wajib disebarluaskan. Buku ajar bukan diktat
yang hanya dikhususkan kepada mahasiswa di kelas tersebut.
Penyebarluasan ini adalah hal yang baik. Terbukanya akses
materi ajar dapat membuat transformasi materi yang sama pada
setiap proses belajar mengajar. Dengan banyaknya dosen yang
menulis buku ajar, memungkinkan terjadinya sharing ilmu
pengetahuan menjadi lebih luas. Cara sebuah buku bisa
disebarluaskan adalah dengan memperjualbelikannya. Setiap
buku terbitan Langit Arbitter dijual secara online melalui
website www.langitarbitter.co.id.

Jika seorang dosen sudah menulis buku ajar (dengan


spesifikasi permendiknas di atas), maka dia akan mendapatkan
20 poin angka kredit per judul bukunya, dengan catatan satu
buku per tahunnya. Hal ini akan membantu kita untuk
meningkatkan jenjang karier sebagai dosen.

Namun yang paling penting dalam menulis buku adalah


menyebarkan ilmu. Itu adalah amal jariah yang tidak terputus
bahkan setelah kita meninggal. Ketika kita mengajar di kelas,
maksimal hanya 40 orang yang mendengarkan kita berbicara
panjang lebar 2 SKS. Namun ketika sekali saja kita
menuliskannya menjadi buku, ratusan atau bahkan mungkin
ribuan orang bisa belajar dari sana. Bayangkan jika banyak

12
orang berubah sikapnya karena buku kita, mereka dari yang
awalnya tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa menjadi
bisa. Hanya Tuhan yang tahu hitungan kebaikannya.

Kriteria Buku Ajar

Klasifikasi buku ajar sebenarnya tidak berbeda dengan


buku-buku yang lain. Jika kita mengacu pada format penulisan
Dirjendikti, minimal ukuran kertas yang kita gunakan adalah A5
dengan ukuran 14,8cm X 21cm. Gunakan Page Set Up di Ms.
Word untuk mengaturnya.

Jumlah halaman yang kita gunakan minimal 50 halaman. Ini


adalah halaman yang sedikit. Jika kita mengikuti kaidah RPS
saja, dengan setiap pertemuannya menuliskan apa yang kita
sampaikan di depan kelas, pasti sudah terlewati. Apalagi dengan
menambahkan rangkuman, soal-soal evaluasi, latihan, dan
diskusi, rasanya 50 halaman A5 sangat sedikit.

13
Rahasia agar Tulisan Disukai Pembaca

Ini sebenarnya adalah rahasia. Ketika rahasia sudah


disampaikan, dia bukan lagi menjadi rahasia. Karena itulah, saya
tidak ingin mengungkapkannya agar tetap menjadi rahasia.

Cara agar Tulisan Disukai Pembaca

Baiklah, karena ini judul subbabnya adalah cara, saya tidak


akan menyembunyikannya lagi. Ada beberapa cara agar tulisan
kita dekat dengan pembacanya. Hal yang paling pertama dilihat
adalah, siapa target pembaca kita. Buku ajar sudah jelas,
targetnya adalah mahasiswa yang mengontrak mata kuliah
tertentu. Karena itulah, tulisan kita disesuaikan dengan mereka.
Bukan hanya materinya, melainkan juga bagaimana
penyampaiannya.

Materi adalah apa yang akan mereka pelajari dan ingat,


sedangkan gaya bahasa adalah cara mereka menikmati tulisan
kita. Jika bahasa yang kita gunakan tidak menyenangkan, besar
kemungkinan pembaca malah meninggalkannya. Berapa banyak
buku teori yang sudah kita baca, ternyata tidak sampai selesai.
Alasan utamanya bukan karena isi materinya tidak menarik,
tetapi bahasa yang digunakan sebagai perantara yang
14
membosankan. Karena itulah, ikuti gaya bahasa penulisan kita
dengan gaya bahasa yang mereka miliki. Bacalah banyak-
banyak novel best seller untuk melihat gaya bahasa, para penulis
itu memiliki gaya bahasa yang menarik. Setebal apapun tulisan
mereka, pembaca akan menyelesaikannya.

Salah satu kuncinya adalah bahasa yang kita gunakan


sederhana. Tidak berbelit-belit. Sajikan konsep-konsep materi
dengan kata-kata yang sudah biasa digunakan. Bukan
menggunakan istilah-istilah rumit yang bahkan baru didengar
oleh mahasiswa. Hindari kalimat majemuk bertingkat yang
memiliki anak, cucu, bahkan sampai bercicit. Gunakan kalimat
sederhana. Penggunaan tanda titik bisa sebagai akhir kalimat.
Bukan dengan memaksimalkan konjungsi yang, dan, atau, dll.

Bahasa yang kita gunakan dalam penulisan buku adalah


bahasa yang komunikatif, yang dekat dengan mahasiswa.
Uraian-uraian yang biasa kita sampaikan di kelas, kita tuangkan
menjadi tulisan. Hal ini agar tulisan kita tidak terlalu kaku
seperti buku referensi. Meski begitu, tetap saja tulisan harus kita
sesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia, sebab buku ajar kita
bersifat ilmiah. Struktur bahasa yang sesuai ejaan, kata-kata
baku agar tidak ambigu, kalimat-kalimat efektif agar tidak

15
memusingkan pembaca. Karena itulah gaya bahasa dalam buku
ajar disebut dengan semi formal.

Cara lainnya adalah mengaitkan tulisan kita dengan hal


yang kontekstual. Semakin mengangkat hal yang baru, semakin
dekat dengan kita. Misalnya kita sedang di masa pandemi, buku
yang berkaitan dengan pandemi akan sangat diminati. Berapa
banyak webinar yang diadakan yang bertema tentang pandemi?
Berapa banyak lomba menulis yang berkaitan dengan pandemi?
Hal ini meyakinkan bahwa, tulisan yang bersifat kontekstual itu
ternyata banyak diminati.

Ketika kita menulis buku ajar, hal yang kontekstual bisa


dijadikan sebagai studi kasus. Permasalahan yang dekat dengan
mereka, akan dijawab dengan menarik. Bahkan tidak menutup
kemungkinan, ide-ide luar biasa bisa disampaikan oleh mereka.

16
Workshop dan Pendampingan Menulis Buku
Ajar

Setelah Anda membaca buku “Jurus Jitu Menulis Buku Ajar”, saya
mengajak Anda untuk ikut Workshop dan Pendampingan Menulis
Buku Ajar. E-book lengkapnya akan saya kirim kepada semua
peserta ketika proses pendampingan.

Saya ingin Anda bisa membuat buku ajar masing-masing. Kitalah


yang tahu medan peperangan, bukan buku ajar dari orang lain.
Investasi normal Rp.850.000, sebelum 20 Juni 2020 Rp.700.000.
Pembayaran bisa dilakukan dua kali. Pada saat pendaftaran dan pada
saat ISBN buku Anda sudah terdaftar di Perpusnas.

Fasilitas yang kami tawarkan adalah Anda akan mendapatkan 2


eksemplar buku karya Anda sendiri. Buku Ajar yang Anda tulis!

Saya Tantang Anda: 30 Hari Menulis Buku!

Jika akhirnya Anda tidak bisa mendapatkan buku karya Anda,


Garansi Uang Kembali!

Jika membutuhkan informasi lebih detail, silakan tanya-tanya dulu


ke narahubung (Miranti : 0816-263-895)

Anda mungkin juga menyukai