Anda di halaman 1dari 18

KUMPULAN ARTIKEL PROSEDUR PRODUKSI BUKU

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Penerbitan Grafis dan Elektronik yang
dibina oleh Pitoyo Widhi tmoko, S.SI., M.SI

Oleh :

SULISTYANINGSIH
APRILIANA KARTIKAWATI
WAHYU RENGGO

PROGRAM STUDI ILMU


PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU
ADMINISTRASI UNIVERSITAS
BRAWIJAYA
Malang, 2015

1
Daftar Isi

Daftar Isi.....................................................................................................................................1

1.10 Langkah Dalam Membuat Buku........................................................................................3

2. Semua Orang Bisa Jadi Penulis Buku..................................................................................6

3. Proses Penerbitan Buku (Dari Naskah Hingga Jadi Buku)................................................10

4. Perjalanan Naskah..............................................................................................................14

5. Alur Proses Naskah............................................................................................................16

6. Prosedur Penerbitan............................................................................................................18
1. 10 Langkah Dalam Membuat Buku

Sumber:
arinvsfayra. 6/6/09. 10 Langkah Dalam membuat Buku. https://arinvsfayra.wordpress.com/.
Di akses tanggal 26/03/15

Sebuah buku, berfungsi untuk mempresentasikan informasi yang terkandung dalam


buku kepada pembacanya. Setiap buku harus memiliki isi yang menarik sehingga pembaca
tertarik untuk mendalami isi dari buku tersebut. Isi dari buku panduan pun, harus memiliki
nilai manfaat yang dapat diaplikasikan oleh para pembacanya. Buku yang baik, adalah buku
yang mampu mentransformasikan isinya dari penulis ke pembacanya. Oleh karena itu,
seorang penulis buku yang baik, hendaknya dapat memposisikan dirinya sendiri sebagai
pembaca, sehingga ia dapat mengevaluasi tulisannya apakah tulisan tersebut mampu
dimengerti oleh pembaca, atau justru sebaliknya.
Membuat buku tidak dapat dikatakan mudah atau sulit. Hanya saja, dalam
pembuatannya ada beberapa langkah yang apabila diikuti akan mempermudah dalam
penulisan sebuah buku.
10 langkah dalam membuat buku.

1. Gagasan atau ide


Langkah pertama yang harus diambil adalah mengumpulkan ide atau gagasan dalam
membuat sebuah buku. Misalnya, ide untuk membuat buku paduan praktik kerja lapangan.
Gagasan ini mucul dikarenakan adanya fenomena yang berlangsung di tempat bekerja.
Fenomena yang berlangsung adalah tidak adanya pelatih untuk memberi pelatihan kepada
siswa maupun mahasiswa yang mengikuti program PKL di tempat kerja tersebut.
Fenomena tersebut melahirkan sebuah gagasan menarik yaitu membuat buku panduan
kegiatan praktik kerja lapangan yang harus dilakukan oleh peserta PKL. Dengan demikian,
peserta PKL mendapatkan informasi tertulis dari buku panduan tersebut, tanpa perlu
melibatkan terlalu banyak karyawan yang masih harus melakukan tugas lain.
2. Fokus pada gagasan
Tahap selanjutnya, saat membuat buku, kita harus fokus pada gagasan yang telah diciptakan.
Fokus pada gagasan ini berarti menyelami lebih dalam tentang ilmu dan pemahaman dari
gagasan yang akan kita tulis dalam buku. Apabila kita telah menetapkan gagasan apa yang
akan kita bahas, untuk memperkuat ilmu yang akan kita representasikan dalam buku yang
akan ditulis, kita dapat menambah referensi dari sumber lain, tentunya dengan
mencantumkan sumber tulisan agar tidak dianggap sebagai pelagiator.
3. Membuat kerangka buku
Seperti halnya sebuah karangan, dalam menulis buku hendaknya dibuat kerangkanya terlebih
dahulu. Hal ini dilakukan agar penulisan terarah dan tetap fokus pada gagasan yang akan
disampaikan, tidak melenceng ke persoalan lain yang sebetulnya tidak perlu dibahas dalam
buku tersebut.
Kerangka juga mempermudah dalam penulisan dan penyusunannya. Dengan adanya
kerangka dari buku yang akan dibuat, penulis akan lebih terarah dalam menulis buku,
sehingga isi dari buku tersebut akan tertuju jelas pada hal-hal yang akan dijelaskan.
4. Mulai menulis konsep
Saat pertama menulis satu buku, buku tersebut belum tentu berhasil ditulis dengan baik.
Penulis sebaiknya menulis apa-apa yang ingin ia sampaikan melalui tulisan. Akan tetapi
jangan terlalu berbangga pada apa-apa yang telah ia tulis. Tulisan pertama pada dasarnya
masih merupakan tulisan „kasar‟ artinya tulisan tersebut masih perlu dipelajari dan juga
masih perlu dibenahi agar menjadi tulisan yang lebih baik, yang dapat menginformasikan
isinya dengan efektif. Buku yang konsepsional akan memiliki hasil yang lebih baik daripada
buku yang tidak dilandasi oleh konsep sama sekali.
5. Pelajari tulisan
Hal yang paling sulit dilakukan oleh seorang penulis, adalah menilai tulisannya sendiri.
Secara alamiah mereka dapat menilai bahkan mengritik tulisan orang lain, akan tetapi mereka
terkadang kurang dapat menilai tulisan mereka apalagi mengritik tulisan mereka sendiri.
Kendati demikian, setelah menulis suatu buku, sebaiknya tulisan itu dibaca kembali.
Biasanya, saat membaca kembali isi buku yang telah kita tulis, kita akan menemukan banyak
kesalahan dalam tulisan tersebut.
Untuk lebih meyakinkannya, sebagai penulis dari sebuah buku, ada lebih baiknya kita
meminta beberapa orang untuk membaca buku yang telah kita tulis. Orang-orang tersebut
dapat kita minta pendapatnya dan memberitahu kesalahan-kesalahan yang ada pada buku,
dengan demikian kita akan lebih mudah dalam memperbaikinya.
6. Improvisasi tulisan
Setelah mempelajari tulisan yang telah ada dan mengetahui adanya kesalahan-kesalahan yang
terdapat dalam tulisan, atau justru dalam tulisan tersebut terdapat hal-hal yang kurang perlu
sehingga harus dieliminasi dari isi buku. Kita harus mengimprovisasi tulisan tersebut.
Caranya, tentu saja dengan mengeliminasi hal yang dianggap kurang penting, memperbaiki
kesalahan-kesalahan dalam penulisan maupun penyusunan buku, serta memilih kosakata
yang lebih baik, lebih efisien namun tidak mengurangi estetika dalam pengemasan
tulisannya.
7. Revisi
Revisi perlu dilakukan untuk memperbaiki semua tulisan. Dalam beberapa kasus, biasanya
saat revisi banyak penulis mengatakan revisi sama dengan penulisan ulang sebagian maupun
seluruh isi buku. Revisi ini bertujuan untuk membuat suatu karya tulis agar lebih baik dari
sebelumnya.
8. Pengeditan
Ketika revisi telah dilakukan, hal terakhir dalam menulis adalah „editing‟ atau pengeditan.
Pengeditan dilakukan untuk membenahi penulisan (apabila ada penulisan ataupun
penggunaan kosakata yang salah) juga membenahi tata letak tulisan dan penyusunan tulisan
tersebut agar memiliki estika yang dapat menarik minat pembacanya. Ketika pembaca telah
memiliki minat untuk mengetahui isi dari tulisan tersebut, maka akan lebih mudah bagi
mereka mengerti maksud dari tulisan yang kita buat.
9. Merancang lay-out isi, background, dan cover
Penampilan dari sebuah buku, sangatlah mempengaruhi penyampaiam informasi yang
terkandung di dalamnya. Untuk itulah, selain isi, kemasan dari buku tersebut perlu
diperhatikan lebih serius. Paduan warna, kesesuaian jenis huruf, ketepatan ukuran huruf,
penggunaan table, grafik, gambar dan lain sebagainya juga menentukan kualitas buku yang
dibuat. Tampilan isi buku yang menarik (dengan adanya perpaduan warna, pengaplikasian
animasi dsb) akan merangsang indera pelihat agar tidak bosan saat membaca buku tersebut.
Dengan demikian, isi pun akan mudah tersampaikan.
Hal lain yang harus diperhatikan adalah desain cover. Jilid buu, harus dirancang mewakili
informasi yang terkandung dari isi buku tersebut. Cover yang menarik dapat menumbuhkan
minat untuk mengetahui lebih lanjut apa yang disampaiakan dalam isi.
10. Penjilidan
Setelah penyususnan buku telah selesai, maka buku pun siap dijilid. Telah banyak tempat
yang memberikan jasa penjilidan sehingga Anda dapat menggunakan jasa tersebut, misalnya
di tempat foto kopi atau percetakan. Atau bila memungkinkan, Anda dapat menjilid sendiri
(apabila Anda mampu untuk itu.)
2. Semua Orang Bisa Jadi Penulis Buku

Sumber:
Tri Prasetyo. 09/06/14. Semua Orang Bisa Jadi Penulis. http://www.indonesiatera.com/.
Diakses tanggal 6/03/15

Dalam berbagai kesempatan dan diskusi penulisan, beberapa pertanyaan mendasar


yang senantiasa muncul dari para peserta (calon penulis maupun para penulis) pada dasarnya
hampir sama. Misalnya tentang anggapan menulis adalah bakat, adanya anggapan penulis
baru susah menembus penerbit, kompetensi penulis yang berbasis praktisi dan akademisi, dan
banyak hal lainnya. Mungkin inilah berbagai hal yang selama ini menjadi semacam stigma
dalam dunia penulisan buku. Sehingga dunia penulisan buku seakan menjadi ruang yang sulit
ditembus. Padahal ruang dan kesempatan untuk jadi penulis buku masih sangat terbuka lebar.
Bahkan menurut kami semua orang pada dasarnya punya kesempatan jadi penulis buku.
Untuk itu, di edisi ke-3 ini kami akan bahas tentang berbagai pertanyaan mendasar penulis /
calon penulis (X) ke penerbit (Y) tentang berbagai hal tersebut.
X : “Apakah penerbit Anda tidak takut menerbitkan naskah dari para penulis baru?”
Y : “Sama sekali tidak. Sebab tolak ukurnya sebuah naskah bisa kami terbitkan bukan pada
persoalan ia penulis baru atau lama, namun lebih pada kompetensi bidang pada naskah yang
dimiliki penulis. Artinya sepanjang si penulis memiliki potensi dan kompetensi bidang yang
sesuai dengan kebutuhan pasar pembaca yang disasar penerbit, maka tidak menutup
kemungkinan naskahnya bisa diterbitkan.”
X : “Tapi sebuah buku kan salah satunya ditentukan dari nama besar penulis?”
Y : “Tidak semua katagori buku ditentukan hanya dari nama besar penulis. Namun
dominasinya tetap dari konten isi buku yang benar-benar bisa memberikan informasi yang
dibutuhkan pembaca secara luas. Sebab buku yang baik adalah buku yang bisa menemukan
pasar pembacanya secara luas. Memang nama besar juga tetap mengambil peran di situ, tapi
sifatnya tidak mutlak. Jadi pendekatannya tetap harus ke kualitas naskah yang harus sesuai
dengan kebutuhan pasar pembaca yang disasarnya.”
X : “Bagaimana jika si penulis hanya seorang praktisi yang tidak memiliki basic
akademik?”
Y : “Praktisi yang fokus di bidangnya, mau terus menerus belajar dan berinteraksi dengan
lingkungannya secara serius, pasti akan jauh lebih memahami persoalan riel seluk beluk
pasar pembacanya dibandingkan akademisi yang hanya di belakang meja dan tidak
berinteraksi dengan lingkungannya. Lagian, kalau si penulis adalah seorang praktisi, pasti
akan kami imbangi dengan editor ahli yang basicnya akademisi agar tetap bisa seimbang.
Begitu juga sebaliknya.”
X : “Bagaimana jika si praktisi tersebut belum punya bakat menulis ? Bahkan mungkin
belum mempunyai pemahaman menulis yang baik dan benar?”
Y : “Kami percaya jika menulis bukanlah bakat. Menulis ini murni hanya persoalan latihan
saja. Begitu juga dengan persoalan tata bahasa, itu bisa dilatih dan dipertajam sepanjang kita
mau. Toh materi tersebut pasti pernah kita terima di bangku sekolah maupun kampus. Tapi
yang penting bagi seorang praktisi dalam konteks penulisan buku ini adalah dia harus
mampu mengkomunikasikan gagasan, pikiran dan ilmu yang dimiliki ke orang lain, sehingga
orang lain tersebut bisa memahaminya dengan baik. Memang, dalam hal ini sangat ditentukan
oleh sejauh mana ia mau berproses. Tapi intinya ini hanya persoalan pemahaman bahasa
komunikasi saja. Sebab buku pada dasarnya merupakan media informasi dan komunikasi
bagi pembaca. Selain itu, dalam teknis proses penyempurnaan tulisannya nanti akan dibantu
pula peran editor dan tim redaksi penerbit dalam menggawangi naskah tersebut sebelum
sampai ke tangan pembaca.”
X : “Tapi bagaimana jika penulis belum memahami kebutuhan pasar buku nasional ?”
Y : “Memang, pemahaman terhadap peta pasar buku juga menjadi hal penting bagi penulis,
namun itu tidaklah mutlak dan hanya bersifat pendukung. Justru pemahaman terhadap bidang
yang dikuasai penulis itu yang bersifat mutlak . Sebab untuk urusan pemahaman terhadap
peta pasar buku ini menjadi bagian peran dan fungsi pentingnya penerbit. Artinya,
penerbitlah yang cenderung akan menggali kebutuhan pasar buku yang sesuai bidang
garapannya dengan berbagai analisa yang ada. Biasanya dirumuskan dalam bentuk konsep
buku. Setelah itu, kebutuhan pasar pembaca haruslah dipertemukan dengan orang yang
memiliki kompetensi di bidang tersebut (baik praktisi atau akademisi) yakni si penulis. Soal
teknisnya bisa dilakukan 2 arah. Penulis yang menjajaki penerbit ataupun sebaliknya.
Sehingga penerbit ada dasarnya adalah mediator dan fasilitator bagi penulis dan pembaca.
Sementara itu, penulis fokusnya justru harus diarahkan bagaimana memaksimalkan potensi
dan kompetensinya untuk menghasilkan karya yang berkualitas sesuai dengan bidangnya.”
X : “Lalu apa yang harus dilakukan penulis maupun calon penulis untuk ke sana?”
Y : Kekuatan sebuah buku sangat ditentukan oleh kekuatan isi yang dilatarbelakangi
kompetensi si penulis dan si penerbit dalam memahami kebutuhan pembacanya. Sehingga
pendekatan kualitas tulisan menjadi sangat utama. Sementara kekuatan dalam percaturannya
di pasar buku sangat ditentukan dari seberapa cerdas si penulis dan si penerbit memainkan
kreatifitasnya secara optimal di tengah persaingan buku yang ada di pasar. Sebab, jika sudah
bicara pasar maka sebenarnya banyak hal yang berperan di dalamnya. Bukan hanya kekuatan
isi, namun juga kekuatan konsep buku, kemasan, jaringan distribusi dan pemasaran (baik
toko buku maupun non toko buku), display, kekuatan promosi, jaringan penulis dan lain
sebagainya. Intinya para penulis haruslah kompeten dan fokus pada bidangnya. Sebab dari
situlah yang menentukan ketajaman ilmu, pengetahuan, skill yang ia miliki untuk menjawab
kebutuhan pembacanya. Selain itu, penulis harus mampu mengkomunikasikan dengan baik
serta kreatif dalam berbagai hal. Sebab kekuatan kreatifitas inilah yang sejatinya menjadi
salah satu penentu kebertahanannya karyanya di tengah banyaknya karya di sekelilingnya.
Ya, semua orang pada dasarnya bisa jadi penulis. Jika saja mereka bisa menyadari, menggali,
dan mengoptimalkan potensi serta kompetensi yang ada pada dirinya, lalu mau berbagi
informasi ke orang lain apapun motifnya. Semua orang pada dasarnya bisa menjadi penulis
dan menerbitkan bukunya, jika ia mempunyai naskah dan tidak ragu-ragu untuk
mengirimkannya ke penerbit yang tepat. Kesempatan itu terbuka lebar, namun tidak semua
orang bisa memanfaatkan dengan optimal. Percayalah, ini murni hanya persoalan kemauan
dan latihan.
Menulis satu paragraf buruk tetap lebih baik bagi penulis, daripada banyak ide dan gagasan
menarik namun hilang karena tidak dituangkan dalam tulisan.
Salam Kreatif !
Tips Kirim Naskah Penulis ke Penerbit :
- Kirimlah naskah penulis ke penerbit yang fokus bidang garapannya benar-benar
sesuai dengan kompetensi si penulis.
- Perhatikan syarat pengiriman naskah yang ada di tiap-tiap penerbit. Hal ini biasanya
bisa dilihat penulis di web penerbit.
- Kemaslah naskah penulis semenarik mungkin agar bisa mencuri perhatian redaksi
penerbit. Biasanya bentuk naskah yang unik diantara tumpukan naskah yang masuk,
paling bisa mencuri perhatian redaksi.
- Infokan ke penerbit jika penulis sudah mengirimkan naskahnya. Hal ini bisa
dilakukan penulis via email, kontak redaksi atau yang lainnya agar menjadi perhatian
penerbit.
- Pastikan agar naskah penulis sudah benar-benar di terima penerbit. Biasanya penerbit
akan memberikan tanda terima naskah (jika langsung) atau menginformasikan ke
penulis (jika via email) bahwa naskah sudah diterima penerbit.
- Pastikan gambaran waktu dari penerbit untuk memberikan tanggapan kepastian dari
pengajuan naskah tersebut dan kontak person yang bisa dihubungi penulis. Jika sudah
dapat gambaran waktu, maka bersabarlah. Jika memang naskahnya bagus, pasti
redaksi akan menghubungi lebih awal dari waktu yang ditentukan. Begitu juga
sebaliknya.
- Jika sudah melewati batas waktu yang ditentukan penerbit, jangan sungkan-sungkan
untuk menanyakan kembali tentang kepastian apakah naskah tersebut bisa diterbitkan
atau tidak.
- Jika diterima, minta informasi tahapan proses yang harus dilalui dengan ukuran
waktu yang jelas. Mulai dari proses editing naskah hingga cetak dan edar ke toko
buku. Selain itu pastikan bagaimana pola kerjasama antara Penulis dan penerbitnya.
- Jika ditolak, minta informasi dan gambaran yang menyebabkan naskah tersebut
ditolak. Jika memang harus revisi, maka lakukanlah sampai sesuai dengan standar
yang diinginkan penerbit. Jika tidak bisa direvisi karena memang tidak sesuai secara
katagori, maka minta gambaran naskah yang bisa diterima atau sedang dicari penerbit
untuk bahan informasi pengajuan naskah selanjutnya.
3. Proses Penerbitan Buku (Dari Naskah Hingga Jadi Buku)

Sumber:
Ngawiyangramah. http://www.kaskus.co.id/thread/50fde3191cd719c50a00000d/proses-
penerbitan-buku/. Diakses tanggal 27/03/15

Quote:
Bicara soal proses Penerbitan cukup panjang, tetapi saya gambarkan secara
umum:
Misalkan anda sebagai pengarang ingin mengajukan naskah kumpulan puisi ke Penerbit
A.1.Yang anda ajukan cukup naskahnya dalam bentuk ketikan (misalnya Ms Word) dan bisa
disertai print outnya agar memudahkan Penerbit dalam memproses naskah tsb.
Spoiler for naskah:
Penerbit biasanya memberikan banyak kemudahan bagi pengarang yg sudah banyak
mengarang buku. Penerbit mau saja menerima kiriman naskah melalui email dsb.
Eits, jangan lupa untum mencantumkan biodata selengkap-lengkapnya kalau bisa.
Kontak Person juga selengkap-lengkapnya kalau bisa, nomor HP, email, dll.
2.Penerbit akan menentukan apakah naskah tsb layak diterbitkan dan kira2 dibutuhkan
masyarakat (ada penilaian terhadap isi naskah maupun kwalitas/bobot pengarangnya)
Spoiler for cek kelayakan:
contoh beberapa penilaian penerbit terhadap naskah :
Spoiler for contoh beberapa penilaian penerbit terhadap naskah:
3.Lalu Penerbit akan mengontak pengarang dan membicarakan isi naskah maupun
honor. Spoiler for penerbit mengontak penulis
Sistem honor tergantung sistem yg dianut oleh Penerbit. Bisa bersifat
langsam (seolah naskah tsb dibeli oleh Penerbit) dengan memberi harga pada naskah tsb,
misalnya dibeli seharga Rp 3.000.000.- dan dibayar secara
sekaligus atau bertahap. Tergantung pengajuan Penerbit dan disetujui oleh
pengarang. Kerugian sistem ini bagi pengarang adalah : Penerbit bisa mencetak naskah tsb
dalam jumlah banyak dan bisa dicetak beberapa kali, tanpa memberi honor tambahan
pengarang.
Bisa juga dengan sistem Royalti dimana pengarang memperoleh persentase terhadap harga
naskah/ buku tsb. Rata2 nilai royalti: 10% s/d 15% dari harga buku yang terjual. Pengarang2
yg sudah terkenal sering ditawari honor yang tinggi
Misalnya: buku tsb akan dicetak sebanyak 5.000 buah/eksamplar dan dijual dengan harga Rp
15.000.- per eksamplar. Maka pengarang akan memperoleh honor (dianggap semua buku
terjual): 10% x 5.000 x Rp 15.000.- Sering pembayaran ini pun dilakukan secara bertahap
misalnya 1 x 3 bulan atau 1 x 6 bulan.
Bila buku tsb dicetak ulang lagi, maka Penerbit membuat perjanjian lagi dan
pengarang akan memperoleh royalti lagi. Biasanya Penerbit akan mengontak
pengarang lagi untuk cetak ulang (karena bisa jadi pengarang tidak bersedia
lagi dan mau pindah ke Penerbit lain).
Bila sistem honor telah disepakati bagaimana dengan naskah itu sendiri?
4. Dengan menggunakan softcopy naskah yg diberikan dalam bentuk ketikan MsWord tsb,
Penerbit akan mengolahnya dan mengatur layout serta membuat desain covernya. Desain
cover bisa juga diajukan oleh pengarang bila pengarang juga seorang yg ahli dalam desain.
Setelah desain cover dan layout isi buku telah selesai, maka akan dimulai proses cetak.
5. Proses cetak sering dimulai dengan mencetak contoh (dummy) dulu dan melihat hasilnya
agar kelak tidak terjadi kesalahan besar. Setelah itu akan dilakukan proses cetak sejumlah yg
diinginkan.
6. Penerbit akan memberikan buku contoh hasil cetakan bagi pengarang untuk file
pribadinya.
7. Penerbit akan melakukan pembayaran kepada pengarang sesuai Perjanjian yg telah
disepakati/ditandat angani.
Spoiler for penerbit membayar:
Bila buku tersebut ingin dicetak terus dan ternyata pengarangnya telah meninggal, maka
perjanjian dan hak pembayaran royalti akan diberikan kepada ahli waris (istri/ anaknya) dan
seterusnya.
8. Penerbit akan menyebarkan buku tsb ke toko buku untuk dibeli oleh masyarakat
Spoiler for disebar ke toko:
note : Perjanjian Royalti adalah antara pengarang dan Penerbit, sedangkan Hak Cipta
adalah Hak Pengarang yang bisa diurus oleh pengarang dengan mendaftarkannya ke
Departement Kehakiman & HAM, Direktorat Hak Cipta.
Penerbit tidak mengurus Hak Cipta karena Hak Cipta adalah urusan pengarang
(kecuali naskah tsb telah dibeli oleh Penerbit dan sepenuhnya menjadi hak
milik Penerbit). Tidak banyak buku yg didaftarkan Hak Ciptanya oleh pengarang, biasanya
buku2 yg sangat terkenal atau buku yg bakal dibutuhkan terus yg didaftarkan Hak Ciptanya
oleh pengarang. Contohnya: buku cerita Wiro Sableng didaftarkan oleh pengarangnya ke
Dept. Kehakiman & HAM. Demikian gambaran singkat tentang penerbitan, royalti dan Hak
Cipta.
Kira-kira seperti gambar berikut alurnya:
Akan tetapi hal yang paling harus diperhatikan adalah Penulis/Pengarang harus pandai-pandai
memilih penerbit.
1. Penerbit haruslah terpercaya ( ga harus terkenal, tapi yang sudah terkenal biasanya
memang terpercaya karena sudah terbukti banyak buku terbit dari sana )
2. Penerbit harus punya alamat jelas, kantor jelas, tidak ada resiko digusur dsb karena urusan
tanah, dll. dan masih banyak kriteria yang lain, yang mungkin bisa agan tambahkan. karena
sangat merugikan jika penerbit itu tidak bertanggungjawab, lebih-lebih jika lokasi penerbit
dan pengarang tidak dalam daerah yang dekat. Ditelpon kagak diangkat, mau disamperin
jauh, wah rugi kalau naskah kita diambil (padahal belum kita daftarkan di Hak Cipta) dan
diaku sebagai naskah mereka tanpa memberikan apapun kepada kita.
4. Perjalanan Naskah

Sumber:
http://efarastipublishing.blogspot.com/2013/08/alur-rinci-penerbitan.html/. 27/03/15

Keterangan:
1. Siapkan naskah Anda sesuai dengan Syarat dan Ketentuan Naskah.
2. Cek kembali segala kelengkapan sesuai dengan prosedur "Efarasti Publishing".
3. Anda siap melakukan investasi pembayaran sesuai dengan Paket Penerbitan yang
telah Anda pilih.
4. Kirimkan file naskah Anda dan data Lembar Verifikasi dan Validasi (lihat; Cara
Kirim Naskah).
5. Tim "Efarasti Publishing" siap melakukan proses pengerjaan naskah Anda selama hari
kerja sesuai dengan pilihan paket yang Anda.
6. Buku sudah siap launching dan dapat segera dipublikasikan, baik online maupun
offline.
7. Tim "Efarasti Publishing" siap melakukan proses pengemasan buku Anda dalam
bentuk paket.
8. Jasa pengiriman meluncur ke alamat rumah Anda atau alamat tujuan yang Anda
inginkan. Pengiriman buku akan kami lakukan dengan menggunakan jasa pengiriman
di antaranya; Pos Indonesia - JNE - TIKI dan sejenisnya.
9. Buku sampai pada alamat tujuan.
10. Buku karya Anda pun akhirnya dapat Anda baca dengan nyaman dan siap menemani
Anda dalam segala aktivitas.
Royalti
Persentase royalti dari hasil penjualan, termasuk royalti yang ditujukan untuk sosial
kemanusiaan adalah kesepakatan bersama. Royalti akan dilakukan secara akuntabilitas dan
transparansi tanpa adanya intervensi dari siapa pun dan pihak mana pun. Royalti akan
dibayarkan secara berkala setiap tiga bulan sekali ke rekening penulis (atau dalam bentuk
paket buku, sesuai dengan keinginan penulis yang bersangkutan). Laporan penjualan buku
akan dilaporkan setiap tiga bulan sekali melalui E-mail atau SMS langsung kepada penulis
yang bersangkutan.
Catatan
Segala perubahan atau hal-hal apapun yang Anda diperlukan dan atau dibutuhkan,
akan kami informasikan selanjutnya. Atas segala perhatian dan kemitraannya kami ucapkan
terima kasih.
5. Alur Proses Naskah

Sumber:

http://visualita.unikom.ac.id/alur-proses-naskah/27/03/15

Alur Penerimaan Naskah Sampai Penerbitan


1. Bagi calon pengirim naskah, mendapatkan penjelasan Alur Pengiriman dan
Penerimaan Naskah Jurnal Visualita, Ketentuan Penulisan dan template penulisan
naskah. Penulis akan menerima dan menandatangani surat pernyataan naskah
tidak/belum diterbitkan di jurnal lain dan tidak melakukan plagiasi.
2. Penulis mengirimkan naskah, berupa berkas (file)dan berkas tercetak (hardcopy) ke
Dewan Redaksi. Dikenakan biaya pendaftaran Rp 50.000,- dan mendapatkan Surat
Tanda Terima Naskah
3. Naskah berupa berkas (file) dikirimkan ke alamat surel jurnalvisualita@gmail.com,
dan naskah berupa berkas tercetak (hardcopy) diserahkan ke redaksi Jurnal Visualita
di program studi DKV Unikom (tertuju : Ambarsih Ekawardhani, M.Sn).
4. Dewan Redaksi menerima dan mengirimkan naskah ke mitra bestari I (reviewer I),
untuk dinilai. Hasil penilaian mitra bestari I akan berdampak sebagai berikut:
1. Diterima, akan diserahkan langsung ke mitra bestari II
2. Diterima dengan perbaikan minor dan/atau perbaikan mayor, akan
dikembalikan pada penulis untuk diperbaiki
3. Ditolak, akan dikembalikan pada penulis, dan proses tidak berlanjut.
5. Setelah menerima penilaian dari mitra bestari I, maka naskah akan dikirim ke mitra
bestari II, untuk dinilai. Hasil penilaian mitra bestari II berdampak sama dengan
mitra bestari I.
6. Naskah yang telah dinilai (dengan saran diterima) akan dikirimkan ke editor. Editor
membuat penilaian waktu diterbitkan naskah, dan menyerahkan naskah ke penerbit.
7. Redaksi memberitahukan kepada penulis/pengirim naskah mengenai hasil review
berupa surat penerimaan/penolakan.
8. Jika diterima, selanjutnya penulis dapat menyelesaikan proses administratif, menanda
tangani surat diterima/lolos naskah, mengirimkan berkas (file) akhir (bila tulisan
direvisi) serta melunasi pembayaran sebesar Rp 150.000,-
9. Penerbit akan menerbitkan naskah secara online, dan apabila dibutuhkan dapat
membuat jurnal versi cetak.

Bagan Alur Penerimaan Naskah Sampai Penerbitan


6. Prosedur Penerbitan

Sumber:
http://www.adityamedia.co.id/penerbitan/prosedur-penerbitan/27/03/15

Prosedur pengajuan naskah bisa disampaikan langsung ke Aditya Media Publishing.


Naskah berupa hardcopy (print out) dan softcopy (file dalam CD), disertai dengan data-data
dari penulis yang dapat dihubungi. Proses verifikasi naskah antara 2-4 minggu setelah naskah
diterima oleh Aditya Media Publishing. Ada pemberitahuan pasti tentang
diterima/dikembalikan naskah tersebut.
Pengolahan naskah
Naskah yang lolos verifikasi, selanjutnya akan melalui proses pengolahan naskah dengan
beberapa tahapan sebagai berikut.
a. Editing bahasa
b. Editing komputer dan spelling checker
c. Setting isi
d. Design cover
e. Proofing
f. Revisi
g. Master
h. ACC naik cetak
Seluruh proses di atas bisa dilihat melalui alur kerja penerbit.

Anda mungkin juga menyukai