Anda di halaman 1dari 11

FAKTOR PENGUASAAN BAHASA SEBAGAI PENUNJANG YANG

MEMPENGARUHI KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM KEPERAWATAN

OLEH:

KELAS R1A (SEMESTER 2)

KELOMPOK 1

FEBRIANI

RAFIKA NUR

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS

MATA KULIAH KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN 1

DOSEN: Ns.Roganda Situmorang,S.kep.,M.Kep.

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIDYA NUSANTARA PALU

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Bissmillahhirojmannirohim

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT, karena berkat rahmat dan kuasanya
kami kelompok 1 dapat menyelesaikan makalah yangt berjudul tentang “FAKTOR
PENGUASAAN BAHASA SEBAGAI PENUNJANG YANG MEMENGARUHI
KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM KEPERWATAN”

Makalah ini kami buat sebagai salah satu sarana untuk mendalami materi tentang penguasaan
bahasa sebagai penunjang yang memengaruhi komunikasi efektif dalam keperawatan.
Kesempurnaan hnya milik ALLAH SWT, untuk itu kami memohon maaf apabila makalah ini
masih terdapat banyak kekurangan serta kesalahan, kami juga berharap makalah ini dapat
bermanfaat untuk pendalaman materi kita semua.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................

KATA PENGANTAR............................................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................

1.1 LATAR BELAKANG.....................................................................................


1.2 TUJUAN PENULISAN..................................................................................
1.3 MANFAAT PENULISAN..............................................................................

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................

2.1 DEFINISI KOMUNIKASI.............................................................................

2.2 PROSES KOMUNIKASI................................................................................

2.3 JENIS-JENIS KOMUNIKASI.......................................................................

2.4 FAKTOR-FAKTOR MEMENGARUHI KOMUNIKASI............................

2.5 PENGERTIAN KOMUNIKASI EFEKTIF..................................................

2.6 UNSUR-UNSUR KOMUNIKASI................................................................

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN.............................................................................................

3.2 SARAN..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Komunikasi menjadi suatu unsur yang mendasar yang harus di tanamkan pada setiap
orang.komuniksi menjadi informasi dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi tidak hanya di
lakukan untuk interaksi saja, tetapi komunikasi juga dapat untuk membangkitkan hal-hal
positif seperti memotifasi seseorang.
Komunikasi yang baik adalah komunikasi atau pesan atau informasi yang di sampaikan
seseorang komunikatorkepada seorang komunikan untuk mendapatkan umpan balik dari
komunikan. seorang perawat harus memiliki perilaku yang baik terhadap pasien maupun
keluarga pasien serta hubungan dengan rekan kerjanya. Peran perawat yang begitu penting
terhadap kehidupan pasien ini juga menuntut seorang perawat untuk melakukan penguasaan
komunikasi yang baik dan mampu menggunakan pemilihan kata yang baik.

1.2 Tujuan penulisan

Penguasaan komunikasi ini memiliki beberapa tujuan diantaranya adalah untuk membantu
pasien beradaptasi terhadap gangguan psikologis dan stress serta belajar untuk berinteraksi
dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya.

1.3 Manfaat penulisan

Manfaat dari penulis makalah ini ialah seorang perawat di ajarkan bertugas untuk
meyakinkan pasien-pasiennya agar termotivasi dalam meningkatkan kesehatannya melalui
penguasaan perawat terhadap komunikasinya dapat mengubah sikap si pasien, meyakinkan
seseorang,memperkenalkan pendidikan kesehatan,menciptakan kebersamaan,melatih
ketermpilan komunikasi,memperkenalkan etika, menarik minat klien, pembentuk kesehatan
mental, mencegah kesalahpahaman dan hiburan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi komunikasi

Komunikasi berasal dari bahasa latin, yaitu communicatio yang berarti pemberitahuan
atau pertukaran pikiran. Jadi, sekelompok orang yang terlibat dalam komunikasi harus
memiliki kesamaan makna, jika tidak maka komunikasi tidak dapat berlangsung. Komunikasi
merupakan sarana untuk mengadakan pertukaran ide, fikiran dan perasaan atau keterangan
dalam rangka menciptakan rasa saling mengerti,saling percaya besar sekali perannya dalam
mewujudkan hubungan yang baik antara seorang dengan lainnya, termasuk dalam
memberikan asuhan keperawatan.

2.2 proses komunikasi

Proses komunikasi merupakan interaksi antara dua orang atau lebih, untuk
menyampaikan suatu pesan dengan atau tanpa menggunakan media. Proses komunikasi dua
arah merupakan proses yang dinamis, komunikator memberi pesan, komunikan menerima
pesan, dan memberikan respon kembali terhadap komunikator. Menurut Bovee & Thill
(1995) di dalam bukunya Business Communication Today, proses komunikasi dibagi
menjadi lima fase yaitu:
1. Menentukan gagasan / ide yang ingin disampaikan
2. Bagaimana ide itu bisa menjadi sebuah pesan
3. Cara mengirim pesan tersebut agar dapat diterima oleh si penerima pesan
4. Menentukan siapa yang menerima pesan
5. Menerima reaksi dan feedback terhadap pesan yang disampaikan

2.3 Jenis-jenis Komunikasi


Komunikasi bertujuan untuk interaksi antar manusia baik individu, kelompok maupun
masyarakat. Jenis atau macam komunikasi ada dua yaitu komunikasi verbal dan komunikasi
non verbal.

1). Komunikasi Verbal


Komunikasi verbal adalah komunikasi yang dilakukan melalui ucapan lisan, termasuk
penggunaan tulisan. Pengiriman informasi atau pesan dalam komunikasi menggunakan
simbul-simbul. Tetapi simbul-simbul yang dominan adalah kata-kata. Kata-kata yang
digunakan oleh setiap individu dalam komunikasi verbal sangat bervariasi sesuai
kebudayaan, sosial, ekonomi, latar belakang, umur dan pendidikan. Keluasan variasi
perasaan dapat disampaikan sewaktu seseorang berbicara. Intonasi suara dapat
mengekspresikan semangat, antusias, kesedihan, gangguan atau godaan, lawakan dan lain-
lain. Dengan kata-kata seseorang menyampaikan pesan, ide, pikiran, dan perasaannya kepada
orang lain. Cara ini dapat dilakukan secara langsung, menggunakan telepon atau media-
media lain. Ketika memilih kata-kata untuk berbicara atau menulis, pengirim pesan harus
mempertimbangkan beberapa kriteria komunikasi yang efektif, meliputi
a. Sederhana
b. Jelas
c. Tepat waktu
d. Dapat diterima
Berarti Dalam komunikasi verbal informasi yang disampaikan bersifat faktual, akurat, dan
efisien. Untuk memvalidasi interpretasi bisa menggunakan komunikasi verbal dan non
verbal.

2). Komunikasi Nonverbal


Komunikasi nonverbal kadang-kadang disebut juga bahasa tubuh. Pesan yang dapat
disampaikan melalui komunikasi jenis ini adalah sama halnya dengan simbul-simbul yang
digunakan secara sadar atau tidak sadar melalui:
a. Roman muka / ekspresi wajah , gerak dan sikap Ekspresi wajah, sangat mendukung situasi
psikologis individu yang melakukan komunikasi, apakah dalam kondisi marah, senang,
sedih, kecewa, peduli atau perhatian. Beberapa orang menampakkan ekspresi wajah, gerak,
atau sikap yang ekstrim saat berkomunikasi, hal ini terkait dengan perasaan ( feelings ).
Petugas kesehatan harus mampu mengontrol roman muka atau ekspresi wajah pada saat
memberikan pelayanan pada pasien. Karena ekspresi wajah petugas kesehatan sangat
mempengaruhi dalam menjalin komunikasi efektif dengan klien / pasien. Apabila dokter atau
perawat cemberut, maka pasien akan takut atau malas untuk bertanya. Berbeda apabila roman
muka tampak ceria, dan menunjukkan penerimaan, maka pasien / klien akan merasa nyaman
untuk berinteraksi. Demikian juga pada saat memberikan pelayanan, apabila dokter atau
perawat menjumpai kasus yang berat, dan baru pertama kali dijumpai misal pada kasus luka
bakar hebat, atau penyakit kulit, maka kemampuan mengotrol ekspresi wajah sangat
diperlukan. Hal tersebut penting agar pasien tidak malu dengan kondisinya.
b. Tekanan suara, irama dan getaran Suara keras, menunjukkan seseorang dalam kondisi
marah, sebaliknya suara lirih bisa diartikan seseorang sedang tidak berdaya, atau dalam
kondisi ketakutan untuk bicara keras. Irama dan getaran suara juga menunjukkan komunikasi
tersendiri. Seseorang yang berbicara dengan irama yang merdu, enak didengar, akan
membuat seseorang merasa nyaman untuk terus mendengarkan. Sebaliknya irama yang
meledak-ledak, atau cempreng sangat tidak enak untuk didengarkan, dengan sendirinya orang
akan berusaha untuk segera mengakhiri suatu komunikasi.
c. Rabaan dan sentuhan ( touch ) Memberikan sentuhan, juga merupakan komunikasi
nonverbal. Media sentuhan sangat pribadi sifatnya, dan pemahaman antara satu orang dengan
orang lain bisa berbeda. Oleh karena itu penggunaan media ini harus memperhatikan lokasi
sentuhan, persepsi keluarga, nilai-nilai dan sosial budaya yang dianut. Faktor yang perlu
dipertimbangan juga dalam komunikasi nonverbal dengan media sentuhan adalah usia dan
jenis kelamin. Rabaan dan sentuhan bisa mengekspresikan perasaan peduli, cinta,
melindungi, marah, frustasi, agresif
d. Kerlingan mata, air mata
e. Debaran dan detak jantung
f. Gelisah, menggigil, disorientasi dan sebagainya
Saluran yang digunakan dalam melangsungkan komunikasi non verbal adalah panca indera.
Komunikasi non verbal ini meliputi gerak dan isyarat, gerakan tubuh, penampilan fisik
termasuk perhiasan. Komunikasi non verbal digunakan sebagai penguat atau sebaliknya
komunikasi secara verbal. Komunikasi nonverbal lebih mengindikasikan secara akurat dan
sebenarnya.

2.4 Faktor-Faktor yang memengaruhi komunikasi

Beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi antara lain perkembangan, persepsi, nilai,
sosial budaya, emosi, pengetahuan, peran dalam komunikasi dan tatanan interaksiyang terjadi
antara komunikator dan penerima. Perkembangan orang yang melakukan komunikasi perlu
dipertimbangkan dalam menentukan sikap, cara dan teknik dalam berkomunikasi. Secara umum
karakter seseorang dalam berkomunikasi mencerminkan 3 katagori kepribadian, yaitu ego anak
(Chlid Ego), egonya orang dewasa (Adult Ego) dan egonya orang tua (Parent Ego). Masing-
masing ego memiliki ciri khusus seperti anak cenderung cengeng, sulit diberikan pengarahan,
jika meminta harus sekarang dan saat ini, mudah mengais dan sebagainya. Egonya orang dewasa
ditandai dengan lebih bijaksana, jika mengalami suatu masalah, dilakukan analisis dulu,
masalahnya apa, siapa yang terlibat, alternatif solusinya apa, pertimbangan untung rugi jika
memilih salah satu alternatif. Orang dewasa bisa dikatakan lebih matang, selalu difikirkan
sebelum bertindak. Karakter ego orang tua adalah merasa lebih berpengalaman, merasa lebih tau
tentang permasalahan hidup, merasa hanya dirinya yang benar sehingga orang lain, apalagi yang
lebih muda, sering dinilai belum berpengalaman, tidak berhak memberikan saran untuk orang
tua. Orang tua menjadi lebih skeptif, hanya percaya pada pendapat sendiri. Dengan berbagai
karakter ego ini, perawat diharapkan dapat menampilkan perilaku ego orang deasa. Perilaku ego
ini ditentukan oleh karakter komunikasinya, tidak ditentukan oleh usia anak, dewasa atau tua.
Bisa saja manusia berusia 30 tahun, tetapi perilakunya masih seperti anak-anak, dan sebaliknya.
Prinsip komunikasi berbasis ego ini harus terjadi secara seimbang dewasa – dewasa vs dewasa -
dewasa, dewasa – anak vs anak – dewasa, atau dewasa - orang tua vs orang tua – dewasa, tidak
boleh ada cross communication yang pada akhirnya akan menghambat saluran komunikasi.
Persepsi pasti sangat berpengaruh terhadap pendapat, norma dan nilai seseorang dalam
membangun komunikasi. Apa yang dipersepsikan berbeda membuat seseorang menjadi berbeda
dalam berperilaku, Dengan berbagai perbedaan sudut pandang dapat menimbulkan perbedaan
pandangan. Oleh karena itu dalam membangun komunikasi yang efektif, harus ada proses
penyamaan persepsi terlabih dahulu, baru kemudian kedua belah pihak dapat mengembangkan
substansi komunikasi sesuai tujuan yang diharapakan.

2.5 Pengertian Komunikasi Efektif.

Komunikasi efektif adalah pengembangan hubungan antara tenaga kesehatan (dokter, perawat,
fisioterapis, bidan, nutrisionis, atau tenaga kesehatan lain) dengan pasien secara efektif dalam
kontak sosial yang berlangsung secara baik, menghargai kemampuan dan keunikan masing-
masing pihak, dalam upaya menyelesaikan masalah kesehatan yang dihadapi oleh pasien secara
bersama. Pengembangan hubungan berkaitan erat dengan kepercayaan, yang dilandasi
keterbukaan, kejujuran, saling menghargai, serta memahami kebutuhan dan harapan masing-
masing. Dengan terjalinya hubungan saling percaya, pasien akan memberikan keterangan yang
benar dan lengkap berkaitan dengan kondisinya, sehingga dapat membantu dokter dalam
mendiagnosis penyakit pasien secara baik dan memberi terapi yang tepat bagi pasien. Demikian
juga dengan tenaga kesehatan lain, apabila sudah terjalin hubungan saling percaya, maka
tindakan keperawatan akan lebih mudah untuk dilaksanakan. Pasien dan tenaga kesehatan sama-
sama memperoleh manfaat dari hubungan saling percaya. Setiap pihak merasa dimengerti dan
dihargai, sehingga apa yang diinginkan dapat tercapai. Pasien ingin segera mendapat
pertolongan dari dokter karena penyakitnya, segera ditangani dan lekas sembuh. Sebaliknya
dokter membutuhkan informasi yang jelas berkaitan dengan gejala dan keluhan yang dihadapi
oleh pasien, dan saat dilakukan pemeriksaan pasien kooperatif. Kedua tujuan ini baik dari pasien
maupun dokter dapat tercapai apabila didasari keinginan yang kuat untuk terus menjalin dan
mempertahankan hubungan saling percaya. Komunikasi efektif harus terus dipertahankan mulai
awal kontak dengan pasien, selama proses pengobatan/perawatan, sampai akhir dari terapi atau
pasien dinyatakan sembuh.

2.6 8 Unsur-unsur Komunikasi

Apabila kita membahas tentang unsur-unsur komunikasi kesehatan, sebenarnya tidak akan jauh
berbeda dengan unsur-unsur komunikasi pada umumnya. Yang paling membedakan dari unsur
tersebut adalah konten atau material yang akan disampaikan dalam proses komunikasi kesehatan
nantinya. Tanpa adanya unsur-unsur komunikasi yang lengkap tersebut, maka tidak mungkin
sebuah proses komunikasi bisa berjalan dengan baik. Kalau pun berjalan, hasilnya juga bisa saja
terjadi kesalahpahaman atau kegagalan penerimaan informasi.

Berikut ini adalah beberapa macam unsur dari komunikasi kesehatan yang mungkin penting
untuk diketahui. Ini akan sangat membantu terutama pada tenaga kesehatan, baik perawat, dokter
mau pun petugas lainnya supaya lebih mudah dalam melakukan proses komunikasi. Apa sajakah
itu?
Sumber

Sumber merupakan unsur yang termasuk utama dari asal muasal dilakukannya sebuah proses
komunikasi kesehatan. Sumber di sini akan berperan sebagai pengirim informasi, dimana bisa
sebagai satu individu atau beberapa kelompok sekaligus. Sumber dalam unsur komunikasi bisa
juga disebut sebagai source, sender atau encoder.

Pesan

Unsur yang selanjutnya adalah pesan. Sama halnya dengan proses komunikasi pada umumnya,
dalam komunikasi kesehatan pun harus ada pesan. Apabila tidak ada pesan yang akan dikirimkan
kepada penerima dari sumber, maka tidak mungkin proses tersebut bisa disebut sebagai proses
komunikasi. Pesan juga dikenal sebagai content. Pesan menjadi bagian yang penting juga dalam
prinsip komunikasi terapeutik.

Media atau channel Media (channel)

adalah unsur dari komunikasi kesehatan yang juga tidak kalah pentingnya. Bagaiman sebuah
pesan bisa dikirimkan kepada penerima tentu membutuhkan media. Bentuk media komunikasi
pun bisa bermacam-macam. Ini tergantung dengan jenis pesan dan tujuan yang ingin dicapai dari
proses komunikasi kesehatan itu apa. Komunikasi kesehatan juga memiliki karakteristik
komunikasi terapeutik yang khas dimana penggunaan medianya akan berbeda antara satu pasien
dengan lainnya.

Penerima

Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran dari pengiriman pesan oleh sumber. Proses
komunikasi tidak akan lengkap apabila tidak ada unsur penerima. Pesan yang akan disampaikan
tentu harus memiliki tujuan. Di sini penerima pesan akan menelaah pesan atau informasi baru
yang didapatkannya. Penerima pesan biasa disebut juga sebagai receiver atau decoder.

Pengaruh (decoding)

Pengaruh juga menjadi unsur yang akan terlihat dari proses komunikasi. Terjadi proses decoding,
yaitu proses menelaah pesan yang dikirimkan dari sumber kepada penerima. Perbedaan
pemahaman terhadap pesan yang diterima oleh penerima inilah yang kemudian disebut sebagai
pengaruh. Misalnya, pada komunikasi terapeutik dalam keperawatan perlu adanya strategi dari
perawat supaya unsur decoding ini tidak begitu banyak mempengaruhi pesan.

Umpan balik (feedback)

Umpan balik menjadi sebuah unsur yang juga akan muncul dari komunikasi kesehatan. Di sini
apa yang telah disampaikan sumber, akan diberikan umpan balik atau feedback dari penerima.
Tidak peduli apakah ada pengaruh atau tidak dalam penyampaian pesan, biasanya feedback tetap
akan muncul sebagai bentuk respon dari penerima.
Lingkungan

Lingkungan termasuk ke dalam unsur-unsur komunikasi kesehatan yang juga turut andil dalam
proses komunikasi. Latar atau setting dari terjadinya proses komunikasi merupakan bentuk dari
unsur komunikasi yang bisa saja terjadi dalam komunikasi kesehatan. Ini juga bisa ikut
mempengaruhi apakah komunikasi yang efektif bisa atau tidak untuk dilakukan.

Gangguan

Gangguan merupakan unsur yang termasuk dalam hambatan berkomunikasi. Ini bisa disebut
sebagai unsur karena gangguan bisa saja muncul sehingga pesan yang disampaikan oleh sumber
tidak diterima dengan baik. Ada cara-cara untuk mengatasi hambatan komunikasi ini sehingga
pesan bisa tetap diterima oleh receiver. Teknik komunikasi efektif menjadi salah satu solusinya.

Tidak jauh beda memang pola dan proses komunikasi kesehatan terjadi seperti komunikasi lain
pada umumnya. Setiap unsur-unsur komunikasi kesehatan juga memiliki tingkat kepentingan
yang berbeda-beda, dimana hal ini juga sedikit mirip dengan komponen komunikasi terapeutik.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Komunikasi merupakan Proses suatu penyampaian pesan, ide, atau simbol kepada orang
lain agar dapat mencapai persepsi yang sama sesuai dengan yang dikehendaki oleh komunikator.
Tujuan berkomunikasi adalah memudahakan dan melancarkan pencapaian tujuan. Unsur dasar
komunikasi terdiri atas komunikator, pesan, saluran komunikasi, metode komunikasi,
komunikan,lingkungan, dan umpan balik.Kemampuan menerapkan teknik komunikasi
memerlukan latihan dan kepekaan serta ketajaman perasaan, karena komunikasi terjadi tidak
dalam kehampaan, tetapi dalam dimensi nilai,waktu, dan ruang yang turut memengaruhi
keberhasilan komunikasi yang terlihat melalui penyampaian pesan bagi pengirim maupun
penerima pesan sehingga akan terjalin komunikasi yang baik dan mudah dimengerti dan
menimbulkan umpan balik yang sangat berguna baik bagi pengirim pesan maupun penerima
pesan.
3.4 Saran

Komunikasi adalah hal yang sangat penting dan merupakan kunci utama keberhasilan seorang
dalam hal penyampaian pesan yang baik sehingga penerima lebih mudah menterjemahkan dan
memberi umpan balik sehingga komunikasi bisa berjalan dengan baik sesuai dengan yang
diharapkan baik oleh pengirim pesan maupun penerima pesan. Sebaiknya dalam berkomunikasi
antara pengirim pesan maupun penerima pesan harus menjaga etika dan penampilannya dalam
menghadapi seorang sehingga akan terjalin kumunikasi yang baik sesuai dengan apa yang
diharapkan. Menjaga hak-hak pribadi dan hak-hak orang lain. Menghormati, menjaga perasaan,
dengan melihat kondisi ekonominya sehingga akan mengurangi kesalah pahaman antara
pengirim pesan dan penerima pesan. hal ini sangat penting dilakukan guna menghindari
kesalahan dalam berkomunikasi sehingga akan terjalin komunikasi yang baik sesuai yang
diharapan.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, at al, (1981), A Guide For Effective Clinical Instruction, Massachusetts;


Nursing Resources.

Hardjana, A.M., 2003. Komunikasi Intrapersonal & Interpersonal, Kanisius, Jakarta

Susanto, Phill Astrid, 1982, Komunikasi Dalam Teori Dan Praktek, Binacipta, Bandung

Sugiarto Endar, 2002, Psikologi Pelayanan Dalam Industri Jasa, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta

Stuart & Laria. (1998). Principle and Practice Of Psychiatric Nursing, Mosby Year Book,
Philadelphia.

Yusuf A, Fitryasari PK, Nihayati HE, 2015, Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa, Salemba
Medika; Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai