Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi adalah instrumen dasar dari interaksi manusia yang
memungkinkan seseorang untuk melakukan kontak dengan orang lain
karena komunikasi dilakukan oleh seseorang setiap hari baik disadari
maupun tidak. Di dunia kesehatan, terutama pada saat menghadapi klien,
seorang perawat juga harus mengadakan suatu komunikasi agar informasi
yang ada dapat tersampaikan dengan baik. Terutama informasi yang
berkenaan dengan kebutuhan klien akan asuhan keperawatan yang akan
diberikan. Oleh karena itu, komunikasi adalah faktor yang paling penting ,
yang digunakan untuk menetapkan hubungan antara perawat dengan klien.
Namun, seringkali informasi yang seharusnya sampai kepada orang
yang membutuhkan, ternyata terputus di tengah jalan akibat tidak
efektifnya suatu komunikasi yang dilakukan. Pada komunikasi terapeutik
antara perawat dengan klien, hal tersebut dapat mungkin terjadi karena
disebabkan oleh berbagai hal. Hal –hal tersebut tidak hanya berasal dari
klien saja, tetapi juga dapat disebabkan oleh pola komunikasi yang salah
yang dilakukan oleh perawat. Komunikasi yang tidak efektif juga dapat
disebabkan kegagalan pada proses komunikasi itu sendiri. Kegagalan itu
dapat terjadi pada saat pengiriman pesan, penerimaan pesan, serta pada
kejelasan pesan itu sendiri (Edelman, 2002).
Faktor – faktor yang mempengaruhi komunikasi baik sebagai
faktor pendukung maupun penghambat terjadinya komunikasi yang
efektif, tidak lepas dari unsur-unsur yang terdapat dalam proses
komunikasi itu sendiri. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
komunikasi dilihat dari elemen/unsur komunikasi itu sendiri, baik faktor
penunjang maupun faktor penghambat yang pada akhirnya juga di
sampaikan tentang solusinya secara umum dengan tetap berorientasi pada
peran perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan.
B. Tujuan
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi, yaitu:
a. Kemampuan
b. Jarak
c. Waktu dan tempat
d. Media
e. Persepsi
f. Kondisi
g. Intonasi
h. Usia
i. Lingkungan
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi


1. Kemampuan
a. Kemampuan menggunakan bahasa lisan dengan baik. Dalam hal ini
seorang pembicara hendaknya memiliki kemampuan tata bahasa
yang baik, artikulasi yang jelas dan tidak cadel, intonasi yang
menarik (tidak monoton), aksen yang tepat, dan tidak terlalu banyak
menggunakan istilah yang tidak perlu.
b. Ekspresi (air muka) yang menarik, misalnya: tidak cemberut, tidak
pucat, tidak merah, dan sebagainya. Ekspresi dalam berbicara sangat
penting untuk memikat minat dengar atau rasa ingin tahu dari
pendengar.
c. Stressing (redance), yaitu kemampuan seorang pembicara untuk
memberikan penekanan pada masalah-masalah inti atau penting
didalam pembicaraannya, misalnya dengan pengulangan-
pengulangan yang seperlunya, atau dengan penekanan-penekanan
tertentu dalam nada pembicaraan.
d. Kemampuan memberikan refreshing (penyegaran) dengan
menyelipkan intermezzo, yaitu dengan menyelingi pembicaraan
dengan hal-hal lain yang berhubungan yang mengandung kelucuan,
baik itu pengalaman sendiri atau sebuah anekdot, dengan tidak
mengurangi nilai pembicaraan. Hal ini dimaksudkan agar pendengar
tidak terlalu stress yang bisa menimbulkan kejenuhan atau
kebosanan dalam mengikuti pembicaraan kita.
e. Kepribadian atau personality. Dalam hal ini yang dimaksudkan
adalah disamping daya pesona atau kharismatik seseorang, juga
meliputi nilai-nilai pribadi seorang pembicara, diantaranya: jujur,
cerdik, berani, bijaksana, berpandangan baik, percaya diri, tegas,
tahu diri, tenang dan tenggang rasa.

2. Jarak
a. Jarak antara komunikator dan komunikan mempengaruhi
komunikais yang dilakukan. Komunikasi antar individu dalam jarak
dekat dapat dilakukan secara lisan, tulisanataupun non verbal.
b. Sedangkan jarak yang cukup jauh, komunikasi dapat dilakukan
dengan menggunakan media tulisan.
c. Jarak yang jauh ini juga menyebabkan penggunaan media cetak dan
media elektronik untuk menyampaikan pesan, misalnya,
menggunakan telepon, televisi, radio dan sebagainya.

3. Waktu dan tempat


Prinsip komunikasi dalam konteks ruang dan waktu berarti
informasi yang disampaikan oleh komunikator dapat disesuaikan melalui
konteks ruang atau tempat berarti proses komunikasi dilakukan dimana
atau keadaan seperti apa biasanya meliputi rumah, pasar, kantor,
bergabung, senang,atau tempat dan keadaan lainnya. Sedangkan konteks
waktu menunjukkan waktu bisa berupa jam, hari, tanggal, bulan, tahun,
cuaca, intensitas cahaya, suhu, keadaan, dan makna waktu lainnya. Selain
itu, prinsip komunikasi ini tidak hanya ada dalam konteks ruang dan
waktu saja tetapi termasuk didalamnya seperti konteks fisik dan
psikologis

4. Media
Media yang dimaksud disini adalah alat yang digunakan untuk
memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa
pendapat mengenai saluran atau media, ada yang menilai bahwa media
bisa bermacam-macam bentuknya misalnya dalam komunikasi antar
pribadi panca indera dianggap sebagai media komunikasi. Selain indera
manusia, ada juga saluran komunikasi seperti telepon, surat dan telegram
yang digolongkan sebagai media komunikasi antar pribadi.
Dalam komunikasi massa, media adalah alat yang dapat
menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka,
dimana setiap orang dapat melihat, membaca dan mendengarnya.
Media dalam komunikasi massa dapat dibedakan atas dua macam
yaitu media cetak dan media elektronik. Selain media komunikasi
tersebut, kegiatan dan tempat tertentu yang banyak ditemui dalam
masyarakat pedesaan dapat juga dipandang sebagai media komunikasi
sosial, misalnya rumah ibadah, balai desa, arisan, panggung kesenian dan
pesta rakyat.

5. Persepsi
Persepsi ialah pandangan pribadi atas apa yang sedang terjadi.
Sebuah komunikasi antara perawat dan klien memerlukan persepsi yang
baik karena persepsi terbentuk atas dasar kemampuan antara apa yang
diharapkan kedua belah pihak. Perbedaan persepsi antar individu dapat
menjadi kendala dalam komunikasi.
Misalnya ada dua orang yang sedang berbicara mengenai behel.
Seorang berprofesi sebagai dokter gigi dan seorang lagi berprofesi
sebagai pekerja bangunan. Maka mereka memiliki persepsi yang berbeda
tentang “behel”. si dokter gigi berpresepsi bahwa “behel” adalah alat
yang digunakan untuk merapikan struktur gigi, sedangkan si pekerja
bangunan memiliki presepsi bahwa “behel” adalah besi yang digunakan
untuk membuat bangunan.

6. Kondisi
Kondisi fisik, dalam hal ini mencakup keberfungsian indra pada
manusia. Cara berkomunikasi dengan orang yang normal akan berbeda
dengan cara berkomunikasi dengan orang yang memiliki keterbatasan
pada indra pendengaran contohnya.
Kondisi fisik punya pengaruh terhadap komunikasi yang sedang
sakit kurang cermat dalam memilih kata-kata. Kondisi emosional yang
kurang stabil, komunikasinya juga kurang stabil, karena komunikasi
berlangsung timbal balik. Kondisi tersebut bukan hanya mempengaruhi
pengiriman komunikasi juga penerima. Komunikasi berarti peluapan
sesuatu yang terpenting adalah meringankan kesesalan yang dapat
membantu meletakkan segalanya pada proporsi yang lebih wajar.

7. Intonasi
Dalam berkomunikasi, intonasi suara akan mempengaruhi arti
pesan secara dramatik sehingga pesan akan menjadi lain artinya bila
diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda. Intonasi suara yang tidak
proposional merupakan hambatan dalam berkomunikasi.
Seseorang yang suaranya meningkat dalam hal kekerasannya,
warna nada dan kecepatan bicaranya sering di anggap orang lain sebagai
orang yang aktif dan dinamis. Orang dengan intonasi dan volume suara
yang besar dan lancar dianggap meyakinkan.
Kata-kata tanpa intonasi akan menciptakan suasana datar tanpa
rasa seperti masakan tanpa bumbu penyedap sangat hambar. Intonasi
yang pas dengan gerak tubuh yang sesuai untuk suatu ide yang ingin
disampaikan akan lebih cepat tertanam dan diterima lawan bicara. Akan
tetapi, dengan intonasi yang berlebihan akan tercipta suasana/kondisi
yang terkesan membesar-besarkan. Komunikasi tidak hanya melalui kata
yang diucapkan, komunikasi menjadi sempurna bila dibarengi intonasi
dan bahasa tubuh yang diekspresikan.
Intonasi memiliki makna yang beragam. Dengan intonasi tertentu
seseorang dapat menunjukkan apakah ia sedang marah, sedih, kecewa,
senang, gembira, tulus, jujur, berbohong, atau menyindir. Intonasi yang
dibarengi ekspresi/bahasa tubuh akan memberikan kekuatan untuk
kalimat yang diucapkan.
8. Usia
a. Komunikasi Pada Bayi (0-1 tahun)
Komunikasi pada bayi umumnya dilakukan dengan melalui
gerakan-gerakan bayi, gerakan tersebut sebagai alat komunikasi
efektif , disamping itu komunikasi pada bayi dapat dilakukan secara
non verbal.
Selain melakukan komunikasi seperti di atas terdapat cara
komunikasi yang efektif pada bayi yakni dengan cara menggunakan
komunikasi non verbal dengan tekhnik sentuhan seperti mengusap,
menggendong, memangku, mencium dan lain- lain.  Perkembangan
komunikasi pada bayi dapat dimulai dengan kemampuan bayi untuk
melihat sesuatu yang menarik, ketika bayi digerakkan maka bayi
akan berespons untuk mengeluarkan suara-suara bayi.
Tujuan berkomunikasi dengan bayi, yaitu:
1. Memberi rasa aman pada bayi.
2. Memenuhi kebutuhan bayi akan kasih sayang, dan melatih bayi
mengembangkan kemampuan bicara , mendengar, dan
menerima rangsangan.
b. Komunikasi Pada Usia Pra Sekolah (2-6 tahun)
Masa prasekolah atau masa anak-anak awal adalah periode
pada saat anak berusia 2-6 tahun. Pada masa ini, anak mulai
mandiri,dan mengembangkan keterampilan dirinya untuk
berinteraksi dengan orang lain.
Pada usia ini cara yang dapat dilakukan adalah dengan
memberi tahu apa yang terjadi pada dirinya, memberi kesempatan
pada mereka untuk menyentuh alat  pemeriksaan yang  akan
digunakan, menggunakan nada suara , bicara lambat jika tidak
dijawab harus diulang lebih jelas dengan pengarahan
sederhana,  hindarkan sikap mendesak untuk dijawab seperti kata-
kata “jawab dong” mengalihkan aktivitas saat komunikasi,
memberikan mainan saat komunikasi dengan maksud anak mudah
diajak komunikasi dimana kita berkomunikasi dengan
anaksebaiknya mengatur jarak, adanya kesadaran diri dimana kita
harus menghindari konfrontasi langsung, duduk yang terlalu dekat
dan berhadapan.
Anda dapat membicarkan aktifitas bermainya, kemampuan
makan mereka dan sebagainya.pada masa ini anak ingin di tanyai
tentang hal-hal yang telah mereka lakukan. Salahsatu karir
komunikasi pada anak ini adalah bahwa sebagian anak mengalami
“stranger anxiety” yaitu  bahwa anak menjadi cemas dan takut bila
berhadapan dengan orang yang tidak dikenalnya. Pada situasi ini
anak akan sangat sensitip terhadap berbagai bentuk perilaku orang
yang tidak dikenalnya baik secara perbal maupun non perbal.
Adakalanya, perilaku dan gerak gerik yang dilakukan orang
lain sangat diperhatikannya untuk mengambil kesimpulan, apakah
orang tersebut mengancam integritas dirinya atau tidak. selain itu,
anak juga mengalami peningkatan kecemasan bila ia mendengar
informasi yang membingungkan atau tidak diketahuinya.
Anak menjadi terancam dengan komunikasi yang dilakukan
mankalah ia merasa gagal mendeskripsikan pesan yang diterimanya
untuk itu dalam penerapan komunikasi hendaknya gunakan kata-kata
yang sederhana, kalimat yang pendek, pengurangan kata
yang familier dan memberi keterangan dengan penjelasan yang
konkrit.
Dalam pengembangan komunikasi pada anak, perlu
diperhatikan tidak hanya diperhatikan pesan yang diucapkan saja,
tetapi juga memperhatikan situasi nonverbal yang disampaikan.
Tujuan komunikasi pada masa prasekolah:
a. Melatih keterampilan penggunaan pancaindra
b. Meningkatkan keterampilan kognitif, afektif, dan psikomotor
c. Sebagai bentuk pembelajaran dan permainan dalam melakukan
hubungan dengan orang lain
d. Mengembangkan konsep diri
c. Komunikasi Usia Sekolah (7-13 tahun)
Perkembangan komunikasi pada anak usia ini dapat dimulai
dengan kemampuan anak mencetak, menggambar, membuat huruf
atau tulisan yang besar dan apa yang dilaksanakan oleh anak
mencerminkan pikiran anak dan kemampuan anak membaca disini
sudah muncul, pada usia ke delapan anak sudah mampu membaca
dan sudah mulai berfikir tentang kehidupan.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada anak usia sekolah
adalah tetap masih memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak-
anak yaitu menggunakan kata-kata sederhana yang spesifik
menjelaskan sesuatu yang menjadi ketidak jelasan pada anak atau
sesuatu yang tidak diketahui pada usia ini keingin tahuan pada aspek
fungsional dan prosedural dari objek tertentu sangat tinggi.
Maka jelaskan arti, fungsi, dan prosedurnya, maksud dan
tujuan dari suatu yang ditanyakan secara jelas dan jangan menyakiti
atau mengancam sebab ini akan membuat anak tidak
mampu berkomunikasi secara efektif . Komunikasi dengan anak
merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga hubungan dengan
anak,melalui komunikasi ini pula perawat dapat memudahkan
mengambil berbagai data yang terdapat pada diri anak yang
selanjutnya digunakan dalam penentuan masalah keperawatan atau
tindakan keperawatan.
Beberapa cara yang dapat digunakan dalam berkomunikasi
dengan anak, antara lain :
1. Melalui orang lain atau pihak ketiga
Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh anak dalam
menum-buhkan kepercayaan diri anak, dengan menghindari
secara langsung berkomunikasi dengan melibatkan orang tua
secara langsung yang sedang berada di samping anak.
2. Bercerita
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak
dapat mudah diterima, mengingat anak sangat suka sekali
dengan cerita, tetapi cerita yang disampaikan hendaknya sesuai
dengan pesan yang akan disampaikan, yang dapat
diekspresikan melalui tulisan maupun gambar.
3. Memfasilitasi
Memfasilitasi anak adalah bagian cara berkomunikasi,
melalui ini ekspresi anak atau respon anak terhadap pesan
dapat diterima.
4. Biblioterapi
Melalui pemberian buku atau majalah dapat digunakan
untuk mengekspresikanperasaan, dengan menceritakan isi
buku atau majalah yang sesuai dengan pesan yang akan
disampaikan kepada anak.
5. Meminta untuk menyebutkan keinginan
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak,
dengan meminta anak untuk menyebutkan keinginan dapat
diketahui berbagai keluhan yang dirasakan anak dan keinginan
tersebut dapat menunjukkan perasaan dan pikiran anak pada
saat itu.
d. Komunikasi pada usia remaja
Pada usia ini pola pikir sudah mulai menunjukkan ke arah yang
lebih positif, terjadi konseptualisasi mengingat masa ini adalah masa
peralihan anak menjadi dewasa. Komunikasi yang dapat dilakukan
pada usia ini adalah berdiskusi atau curah pendapat pada teman
sebaya , hindari beberapa pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa
malu dan jaga kerahasiaan dalam komunikasi mengingat awal
terwujudnya kepercayaan anak dan merupakan masa transisi dalam
bersikap dewasa.
Batas usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah
antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya
dibedakan atas tiga, yaitu 12-15 tahun = masa remaja awal, 15-18
tahun = masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun = masa remaja
akhir.
e. Komunikasi pada masa dewasa
Teknik komunikasi yang dikembangkan pada masa dewasa
dengan mengembangkan komunikasi sebagai media transfer
informasi komunikasi pada dewasa mengalami puncaknya karena
kematangan fisik, mental, dan kemampuan sosial mencapai optimal
peran dan tanggung jawab serta tuntutan sosial telah membentuk
orang dewasa melakukan komunikasi dengan orang lain.
Teknik komunikasi yang di kembangkan pada masa dewasa
telah mencapai tahap optimal, baik dalam bentuk verbal maupun
nonverbal.
Materi komunikasi pada masa ini adalah :
1. Pekerjaan dan tugas : pembagian tugas, deskripsi kerja, dan
transaksi kerja.
2. Kegiatan kerumahtanggaan : pembagian tugas dalam keluarga,
pendidikan terhadap anak, pemenuhan/pengaturan terhadap
kegiatan sosial ekonomi.
3. Kegiatan professional : pembagian kerja, transakai.
4. Kegiatan sosial : hubungan sosial, peran dan tugas sosial.
f. Komunikasi pada lansia
Komunikasi pada lansia berbeda dengan komunikasi dengan
individu lain karena lansia itu pada dasarnya unik .
Kemampuan komunikasi pada lansia (lanjut usia) dapat
mengalami penurunan akibat penurunan fungsi berbagai sistem
organ, seperti penglihatan, pendengaran, wicara, dan persepsi.
Semua ini menyebabkan penurunan kemampuan lansia menangkap
pesan atau infomasi dan melakukan transfer informasi. Penurunan
kemampuan melakukan komunikasi berlangsung bertahap dan
bergantung pada seberapa jauh gangguan indra dan gangguan otak
yang dialami lansia.
Gangguan ingatan  (demensia) berdampak pada penerimaan
dan pengiriman pesan. Dampak pada penerimaan pesan,antara lain :
lanjut usia mudah lupa terhadap pesan yang baru saja
diterimanya,kurang mampu membuat kordinasi dan mengaitkan
pesan dengan konteks yang menyertai,dan bahkan salah menangkap
pesan.
Sedangkan dampak dimensia terhadap pengiriman pesan,
antara lain: lansia kurang mampu membuat pesan yang bersifat
kompleks, bingung pada saat mengirim pesan,dan pesan yang
disampaikan salah. Gangguan ingatan  (demensia) berdampak pada
penerimaan dan pengiriman pesan. Gangguan pendengaran
menyebabkan lansia hanya dapat mendengar suara yang relatif keras
dan pada tempo suara yang lebih lambat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi dengan lansia
antara lain:
a. Perubahan fisisk lansia seperti pendengaran.
b. Normal Agging Process
c. Perubahan sosial
d. Pengalaman hidup dan latar belakang budaya.
Tips berkomunikasi dengan lansia adalah :

1. Menyedikan waktu ekstra


2. Mengurangi kebisingan
3. Duduk berhadapan
4. Menjaga kontak mata
5. Mendengar aktif
6. Berbicara pelan, jelas, dan keras
7. Gunakan kata- kata atau kalimat yang sederhana dan pendek
8. Menetapkan satu topic dalam satu waktu
9. Awali percakapan dengan topic sederhana
10. Bicarakan tentang topic yang familiar dan menarik bagi lansia
11. Beri kesempatan pada lansia untuk menegenang masa lalu
12. Menyampaikan instruksi secara tertulis dan sederhana.

9. Lingkungan
Orang cenderung dapat berkomunikasi dengan lebih baik dalam
lingkungan yang nyaman. Ruangan yang hangat, bebas dari kebisingan
dan gangguan adalah yang terbaik. Kebisingan dan kurangnya kebebasan
seseorang dapat mengakibatkan kebingungan, ketegangan atau
ketidaknyamanan. Misalnya , klien yang takut pada siagnosa kanker akan
keberatan untuk mendiskusikan penyakitnya dalam ruangan tunggu yang
sibuk dan penuh sesak. Gangguan lingkungan mengganggu pesan
dikirimkan antara dua orang.
Perawat memiliki semacam kontral ketika memilih lingkungan
untuk melakukan komunikasi dengan klien. Kantor atau ruang duduk
yang tenang sangat ideal. Ketika klien dikunjungi di rumah, kamar tidur
atau ruang baca mungkin yang terbaik.

Anda mungkin juga menyukai