1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi menurut (Onong 2003) secara etimologis berasal dari bahasa
latin yaitu “communicatio”. Istilah tersebut bersumber dari perkataan
“communis” yang berarti sama; sama disini maksudnya sama makna atau sama
arti. Komunikasi secara umum adalah sebuah proses penyampaian informasi
baik secara verbal maupun nonverbal dalam rangka pengiriman sebuah
informasi. Adapun pengertian komunikasi menurut para ahli, diantaranya:
A. Keith Davis (2000) mengartikan komunikasi sebagai proses penyampaian
pesan dari seseorang kepada orang lain.
B. Carl Hovlan (1953) mengartikan komunikasi sebagai suatu proses di mana
seseorang (komunikator) menyampaikan pesan (lambang dan atau kata-
kata) untuk membentuk tingkah laku orang lain.
C. Warent Weaver, komunikasi merupakan keseluruhan prosedur di mana
suatu pikiran mempengaruhi pikiran lainnya.
2. Dimensi Komunikasi
Dimensi Komunikasi adalah proses penyampaian pesan yang disampaikan
melalui lambang-lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh penyampai
pesan ditujukan kepada penerima pesan. Penyampaian komunikasi biasanya
menggunakan mulut, tetapi ternyata komunikasi yang efektif itu tidak hanya
menggunakan mulut saja tetapi menggunakan ekspresi wajah, postur tubuh, dan
kontak mata.
Terdapat empat dimensi dari proses komunikasi diantaranya:
A. Isi
A berbicara kepada B tentang sesuatu. Proses itu mempunyai suatu isi.
Apabila kita bersuara di dalam suatu percakapan, biasanya isinya pertama-
tama adalah diri kita. Memang, isi dari komunikasi adalah merupakan hal
yang dipikirkan oleh para ahli psikologi dan ahli bisnis ketika mereka
memikirkan tentang hubungan antar manusia. Kita juga dapat melihat adanya
pembagian golongan dalam hal isi. Kita dapat membeda-bedakan kategori
dari jenis isi, misalnya apakah hal itu merupakan fakta atau merupakan
perasaan.
B. Suara
Kita dapat menjumpai suara saluran seperti gangguan udara pada kawat
telepon yang menyebabkan B sukar untuk mendengar apa yang dikatakan
oleh A. kita juga perlu memikirkan tentang adanya suara-suara psikologis,
seperti misalnya pikiran B tentang hal-hal lain, sehingga sekali lagi adalah
sukar bagi B untuk mendengarkannya: ia tidak memahami kata-kata yang
dipergunakan oleh A di dalam cara sebagaimana A memahaminya.
C. Jaringan Komunikasi
Biasanya kita berpikir bahwa percakapan antara A dengan B adalah
langsung. Tetapi banyak percakapan semacam itu, terutama di dalam
organisasi, ditengahi oleh orang lain. Suatu hal yang dianggap harus
dinyatakan oleh bagan organisasi kepada kita ialah bahwa A dapat berbicara
dengan B hanya dengan melalui C atau D.
D. Arah Komunikasi
Arah Komunikasi dibagi menjadi dua, yaitu satu arah dan dua arah. Lagi-
lagi ini adalah merupakan dimensi yang bebas. Apapun yang mungkin
dikatakan oleh A dan B, sejauh manapun gangguan suara ikut terlibat,
bagaimanapun jaringannya, A mungkin berbicara dengan B cara ini: A=>B;
atau cara ini: A=><=B. A dapat berbicara dan B hanya dapat mendengarkan,
yaitu komunikasi satu arah; atau A dapat berbicara dan B dapat membalas
berbicara kembali, yaitu komuniksai dua arah.
D. Konteks
Komunikasi berlangsung dalam setting atau lingkungan tertentu.
Lingkungan yang kondusif sangat mendukung keberhasilan komunikasi.
E. Sistem Penyampaian
Sistem penyampaian berkaitan dengan metode dan media. Metode dan
media yang digunakan dalam proses komunikasi harus disesuaikan dengan
kondisi atau karakterisitik penerima pesan. (IGAK Wardani : 2005)
5. Pengertian Pembelajaran
Sardiman AM (2009) menyebut istilah pembelajaran dengan interaksi
edukatif. Menurut beliau, yang dianggap interaksi edukatif adalah interaksi yang
dilakukan secara sadar dan mempunyai tujuan untuk mendidik, dalam rangka
mengantar peserta didik ke arah kedewasaannya. Pembelajaran merupakan
proses yang berfungsi membimbing para peserta didik di dalam kehidupannya,
yakni membimbing mengembangkan diri sesuai dengan tugas perkembangan
yang harus dijalani. Proses edukatif memiliki ciri-ciri:
A. Ada pesan yang akan disampaikan (ditransfer),
B. Ada pelajar,
C. Ada guru
D. Ada metode,
E. Ada situasi dan
F. Ada penilaian.
Sedangkan Association for Educational Communication and Technology
(AECT) menegaskan bahwa pembelajaran (instructional) merupakan bagian dari
pendidikan. Pembelajaran merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdiri dari
komponen-komponen sistem instruksional, yaitu komponen pesan, orang, bahan,
peralatan, teknik, dan latar atau lingkungan.
Selanjutnya, dalam bukunya Media Pembelajaran: Buku Pegangan Wajib
Guru Dan Dosen; Hujair AH Sanaky (2011) menyatakan bahwa pada hakikatnya
pembelajaran adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari
sumber pesan ke penerima pesan melalui saluran atau media tertentu. Proses
komunikasi harus diciptakan dan diwujudkan melalui kegiatan penyampaian
pesan, tukar menukar pesan atau informasi dari setiap pengajar kepada
pembelajar, atau sebaliknya. Pesan atau informasi yang disampaikan dapat
berupa pengetahuan, keahlian, skill, ide, pengalaman, dan sebagainya.
6. Komunikasi yang Efektif dalam Pembelajaran
Berkomunikasi efektif berarti bahwa komunikator (guru) dan komunikan
(siswa) sama-sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan.
Jalaluddin dalam bukunya Psikologi Komunikasi menyebutkan bahwa
komunikasi yang efektif ditandai dengan adanya pengertian, dapat menimbulkan
kesenangan, mempengaruhi sikap, meningkatkan hubungan sosial yang baik,
dan pada akhirnya menimbulkan suatu tindakan. Ada lima aspek dalam
komunikasi yang efektif, antara lain:
A. Kejelasan, maksudnya dalam mengemas informasi harus menggunakan
bahasa yang jelas, sehingga mudah diterima dan dipahami oleh siswa
B. Ketepatan, terutama menyangkut penggunaan bahasa yang baik dan benar
dan informasi yang disampaikan juga benar
C. Konteks atau situasi artinya informasi yang disampaikan harus sesuai
dengan keadaan dan lingkungan dimana komunikasi terjadi,
D. Alur artinya bahasa dan informasi yang akan disajikan disusun dengan alur
atau sistematika yang jelas sehingga pihak yang menerima informasi
(dalam hal ini siswa) cepat tanggap
E. Budaya, aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi
juga berkaitan dengan tatakrama dan etika. Artinya dalam berkomunikasi
harus menyesuaikan dengan budaya orang yang diajak berkomunikasi,
baik dalam penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal, agar tidak
menimbulkan kesalahan persepsi.
DAFTAR PUSTAKA
Munandar, Ashar Sunyoto. (2008). PSIKOLOGI INDUSTRI dan ORGANISASI.
Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press)
Nawangsari, Sri. (1997). Komunikasi Bisnis. Jakarta: Gunadarma
Siswati, K. A., & Sudilah. (2016). Kemampuan Komunikasi Empatik Merupakan
Sarana Efektif bagi Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran. 108-112.
Sumantri, M. S. (2015). Strategi Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Sutirman. (n.d.). Komunikasi Efektif dalam Pembelajaran. 1-7.