Anda di halaman 1dari 30

KONSEP DASAR KOMUNIKASI

1. Definisi Komunikasi

Ada beberapa pengertian mengenai komunikasi yang dikemukan oleh beberapa ahli, dimana
masing – masing pengertian tersebut adalah :

 Edward Depari
Komunikasi adalah prosese penyampaian gagasan, harapan dan pesan yang disampaikan
melalui lambang – lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh penyampai pesan
ditujukan kepada penerima pesan
 James A. F. Stoner
Komunikasi adalah proses dimana seorang berusaha memberikan pengertian dengan cara
pemindahan pesan
 John R. Schemerchom
Komunikasi itu dapat diartikan sebagai proses antara pribadi dalam mengirim dan
menerima simbol – simbol yang berarti bagi kepentingan mereka
 Dr. Phil Astrid Susanto
Komunikasi adalah proses pengoperasian lambang – lambang yang mengandung arti
 Human Relation of Work, Keith Davis
Komunikasi adalah proses lewatnya informasi dan pengertian seseorang ke orang lain
 Oxford Dictionary, 1956
Komunikasi adalah pengiriman atau tukar menukar informasi, ide, atau sebagainya
 Drs. Onong Uchjana Effendy, MA
Komunikasi mencakup ekspresi wajah, sikap dan gerak – gerak suara, kata – kata tertulis,
percetakan, kereta api, tegraf, telepon dan lain – lain

Dari beberapa pengertian diatas, dapat dissimpulkan pengertian komunikasi adalah penyampaian
dari seseorang ke orang lain, dengan menyertakan kode atau lambang penyampaiannya itu sendiri
melalui suatu proses.

2. Tujuan Komunikasi

Pada umumnya komunikasi mempunyai tujuan antara lain :

 Supaya yang disampaikan dapat dimengerti


 Memahami orang lain, komunikator harus mengerti aspirasi orang lain, jangan memaksakan
kehendak
 Supaya gagasan dapat diterima orang lain, melalui pendekatan persuasif bukan memaksakan
kehendak
 Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, kegiatan yang banyak mendorong dengan
cara yang baik
3. Fungsi Komunikasi

Apabila komunikasi di pandang dari arti yang lebih luas tidak hanya diartikan sebagai
pertukaran berita dan pesan, tetapi sebagai kegiatan inividu dan kelompok mengenai tuar menukar
data, fakta, dan ide maka fungsinya dalam setiap sistem sosial adalah sebagai berikut :

a. Informasi
Pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta, pesan, opini
dan komentar yang dibutuhkan agar dapat dimengerti dan beraksi secara jelas terhadap
kondisi lingkungan dan orang lain agar dapat mengambil keputusan yang tepat
b. Sosialisasi ( permasyarakatan )
Penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak
sebagai anggota masyarakat yang efektif sehingga ia sadar akan fungsi sosialnya dan dapat
aktif didalam masyarakat
c. Motivasi
Menjelaskan kepada masyarakat tujuan jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong
orang menentukan pilihan dan keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok
berdasarkan tujuan bersama yang akan dikejar

d. Perdebatan dan diskusi


Menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk memungkinkan persetujuan
atau menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah publik, menyediakan bukti – bukti
relevan yang diperlukan untuk kepentingan umum agar masyarakat lebih melibatkan diri
dengan maslah yang mengangkut kepentingan bersama
e. Pendidikan
Pengalihan ilmu pengetahuan dapat mendorong perkembangan intelektual, pembentukan
watak, serta membentuk keterampilan dan kemahiran yang diperlukan pada semua bidang
kehidupan
f. Memajukan kehidupan
Menyebarkan hasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan warisan masa lalu,
mengembangkan kebudayaan dengan memperluas horizon seseorang, serta membangun
imajinasi dan mendorong kreativitas dan kebutuhan estetiknya
g. Hiburan
Penyebarluasan sinyal, simbol, suara dan imaji dari drama, tari kesenian, kesastrastraan,
musik, olahraga, kesenangan kelompok, dan individu
h. Integrasi
Menyediakan bagi bangsa kelompok dan individu kesempatan untuk memperoleh berbagai
pesan yang mereka perlukan agar mereka dapat saling kenal dan mengerti serta menghargai
kondisi pandangan dan keinginan orang lain.

Sementara itu Mudjito dalam teknik komunikasi menyatakan bahwa fungsi komunikasi
menyatakan bahwa fungsi komunikasi ini adalah
1. Komunikasi merupakan alat suatu organisasi sehingga seluruh kegiatan organisasi itu dapat
untuk mencapai tujuan tertentu
2. Komunikasi merupakan alat untuk mengubah perilaku pada suatu organisasi
3. Komunikasi adalah alat agar informasi dapat disampaikan kepada seluruh anggota organisasi

Berdasarkan fungsi komunikasi itu, maka komunikasi memegang peranan penting dalam suatu
organisasi untuk mencapai tujuan.

4. Unsur – Unsur Komunikasi


Komunikasi yang dianggap sebagai proses mempunyai unsur – unsur komukasi sebagai berikut:
 Komunikator
 Komunikan
 Massage
 Saluran
 Feed back

a. Komunikator
Dalam komunikasi, setiap orang ataupun kelompok dapat menyampaikan pesan – pesan
komunikasi itu sebagai suatu proses, dimana komunikator dapat menjadi komunikan dan
sebaliknya komunikan dapat menjadi komunikator, hal – hal yang harus diperhatikan oleh
komunikator adalah :
1. Penampilan
Khusus dalam komunikasi tatap muka atau yang menggunakan media pandang dengan
audiovisual, seorang komunikator harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan komunikan.
Penampilan ini sesuai dengan tata krama dan memperhatikan keadaan, waktu dan tempat
2. Penguasaan masalah
Seseorang yang tampil atau ditampilkan sebagai komunikator, haruslah berusaha betul – betul
untuk menguasai masalah yang akan disampaikan. Apabila btidak maka setelah proses
komunikasi berlangsung akan menimbulkan ketidakpercayaan terhadap pesan itu sendiri yang
akan menghambat efektifitas komunikasi. Dalam suatu proses komunikasi timbal balik, yang
lebih menguasai masalah akan cenderung memenangkan tujuan komunikasi
3. Penguasaan Bahasa
Komunikator harus menguasai bahasa dengan baik. Bahasa ini adalah bahasa yang digunakan
dan dapat dipahami oleh komunikan. Komunikator mutlak harus menguasai istilah – istilah
umum yang digunakan. Penguasaan bahasa akan sangat membantu menjelaskan pesan pesan
yang ingin disampaikan kepada komunikan. Tanpa penguasaan bahasa secara baik dapat
menimbulkan kesalah penafsiran atau menimbulkan ketidak percayaan terhadap komunikator,
sebaiknya pergunakanlah bahasa yang baik dan benar
b. Komunikan
Komunikan adalah objek, sasaran atau audiens dari suatu sasaran dari kegiatan komunikasi atau
orang yang menerima pesan atau lambang. Komunikan bisa berupa klien atau individu, keluarga
maupun kelompok masyarakat
c. Pesan
Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan ini mempunyai inti
pesan atau tema yang sebenarnya menjadi pengarah di dalam suatu usaha mencoba mengubah
sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat mengupas berbagai segi, namun inti pesan dari
komunikasi akan selalu mengarah kepada tujuan akhir komunikasi, sehingga harus
memperhatikan hal – hal sebagai berikut :
1. Penyampaikan pesan
Penyampaikan pesan dapat dilakukan melalui lisan, tatap muka, langsung, atau menggunakan
media / saluran
2. Bentuk pesan
a. Informatif
Bersifat memberikan keterangan ( fakta – fakta ), kemudian komunikan mengambil
kesimpulan dan keputusan sendiri. Dalam situasi tertentu pesan informatif justru lebih
berhasil daripada persuasif, misalnya jika audiens adalah kalangan cendekiawan
b. Persuasif
Berdasarkan bujukan, yakni membangkitkan pengertian dan kesadaran manusia bahwa apa
yang disampaikan akan memberikan perubahan sikap, tetapi perubahan ini adalah atas
kehendak sendiri ( bukan dipaksa ). Perubahan tersebut diterima atas kesadaran sendiri
c. Koersif
Penyampaian pesan yang bersifat memaksa dengan menggunakan sanksi – sanksi apabila
tidak dilaksanakan. Bentuk yang terkenal dari penyampaian model ini adalah agitasi
dengan penekanan – penekanan yang menimbulkan tekanan batin dan ketakutan
dikalangan publik. Koersif dapat berbentuk perintah – perintah, instruksi ataupun
ultimatum dan sebagainya
3. Merumuskan pesan yang baik
Pesan yang akan disampaikan harus tepat. Ibarat membidik dan menembak, maka peluru harus
cocok sesuai dengan sasaran. Pesan yang baik harus memenuhi beberapa syarat antara lain.
a. Umum
Berisikan hal – hal yang umum, mudah dipahami oleh komunikan, bukan hal – hal yang
hanya untuk orang atau golongan tertentu
b. Jelas dan Gamblang
Pesan haruslah jelas dan gamblang tidak samar – samar. Jika mengambil perumpamaan,
hendaklah perumpamaan yang nyata dan mudah dipahami . untuk tidak ditafsirkan
menyimpang dari yang dimaksud, maka pesan tersebut harus benar – benar jelas
c. Bahasa yang jelas
Hindarilah menggunakan istilah – istilah yang tidak dipahami dan tidak umum
dimasyarakat. Penggunaan bahasa jelas dan cocok dengan komunikan, situasi daerah dan
kondisi dimana berkomuniaksi. Hati – hati pula dengan penggunaan istilah atau kata – kata
yang berasal dari bahasa daerah yang dapat ditafsirkan lain, hindari menggunakan istilah
asing dan gunakanlah bahasa yang baik dan benar
d. Postif
Secara kodrati manusia selalu tidak ingin mendengarkan dan melihat hal – hal yang tidak
mentenangkan dirinya. Oleh karena itu setiap pesan yang disampaikan sebaiknya atau
diusahakan dalma bentuk positif. Kemukakan pesan untuk lebih simpati dan menarik
e. Seimbang
Pesan yang disampaikan hendaknya tidak ekstrim dan tidak selalu menentang atau
mempertentangkan dua kubu yang berbeda yaitu baik dan buruk, sebaliknya pesan
dirumuskan seimbang yaitu dengan mengemukakan kelemahan yang ada. Disamping
menonjolkan keberhasilan yang telah dicapai
f. Sesuaikan dengan keinginan komunikan
Orang – orang yang menjadi sasaran / komunikan dari komunikasi adalah sesuai dengan
kebutuhan komunikan tersebut sehingga pesan dapat diterima karena mereka
membutuhkan pesan tersebut
4. Hambatan – hambatan terhadap pesan
Seringkali kita mengalami hal – hal yang tidak diharapkan dalam berkomunikasi, lain yang
dituju atau lain juga yang diperoleh. Dengan perkataan lain yang diharapkan tidak sesuai
dengan kenyataan. Hal ini disebabkan adanya hambatan – hambatan terutama adalah :
a. Hambatan bahasa ( Langueng Faktor )
Pesan akan disalah artikan sehingga tidak mencapai apa yang diinginkan apabila bahasa
yang digunakan tidak dipahami oleh komunikan. Termasuk dalam pengertian ini
penggunaan istilah – istilah yang mungkin dapat diartika berbeda atau tidak dimengerti
sama sekali. Demikian juga bjika menggunakan istilah – istilah ilmiah tapi belum merata (
baku ) seperti dampak, kendala, canggih, rekayasa dan sebagainya. Namun dalam
komunikasi hal – hal seperti ini sering dilontarkan dengan tujuan lain atau sekedar
penonjolan diri dan pengalihan perhatian
b. Hambatan teknis
Pesan dapat tidka utuh diterima komunikan karena gangguan teknis. Misalknya suara tidak
sampai karena pengeras suara rusak, bunyi – bunyian. Halilintas, lingkungan yang gaduh
dan berisik dan sebagainya.
Gangguan teknis ini lebih sering dijumpai pada komunikasi yang menggunakan medium,
misalnya dalam rapat umum atau kampanye ditanah lapang dapat terganggu jika di
lapangan sebelahnya diselenggarakan acara yang lain.
d. Channel / Saluran

Channel adalah saluran penyampaian pesan, biasa juga disebut media. Media komunikasi dapat
dikategorikan dalam dua bagian.

1. Media Umum
Media umum adlah media yang dapat digunakan oleh segala bentuk komunikasi, contohnya
adalah radio CB, OHP an sebagainya
2. Media Massa
Media massa adalah media yang digunakan untuk komunikasi masal. Disebut demikian karena
sifatnya yang misalnya : Pers, Radio, Film dan televisi
a. Pers
Pers dalam arti luas meliputi segala barang yang dicetak yang ditujukan untuk umum /
publik tertentu, termasuk juga buku, pamflet, brosur dan sebagainya. Kelemahan pers yang
pertama adalah tidak adanya bunyi ( suara ) yang dapat membantu efektivitas komunikasi.
Kelemahan kedua adalah untuk membaca diperlukan usaha, berbeda dengan
mendengarkan radio atau menonton televisi, pers hanya bisa “ bersambung “ engan
komunikan yang bisa membaca, tidak buta aksara.
Kelebihan dari pers dapat dibaca kapan saja dan dimana saja, digunakan untuk mengisi
waktu santai, juga tahan lama karena dapat disimpan dalam waktu yang relatif lama
b. Radio
Keseluruhan sistem gelombang suara yang dipancarkan dari stasiun pemancar dan
diterima oleh pesawat penerima di rumah, di mobil, di kapal, dimana saja. Kelemahan radio
adalah bahwa ia tidka dapat mendemonstrasikan karena layarnya terletak pada imajinasi
pendengar itu sendiri. Namun kelebihannya terletak pada bunyi – bunyi yang dapat
mendorong pembentukan imajinasi itu, yang terdiri dari sound effect, musik, dan kata –
kata ( dialog )
c. Film
Keseluruhan dari pita celluloid atau sejenisnya yang mengandung gambar – gambar yang
kemudian dapat diproyeksikan pada layar televisi
d. Televisi
Mass media yang memancarkan suara dan gambar atau secara mudah dapat disebut dengan
radio withpicture atau movie athome

Dari keempat masa media di atas tampaknya televisi aalah yang paling efektif dan efisien untuk
kondisi sekarang ini.

e. Umpan Balik
a. Umpan Balik
Komunikasi merupakan kegiatan pengiriman dan penerimaan lambang ataupun keinginan
untuk menguba pendapat orang lain yang merupakan suatu usaha untuk mengadakan
hubungan sosial ( sosial contact ).
Dalam suatu pertemuan, seorang pemimpin mengarahkan dengan cara dan gaya yang
memulai sehingga selesai pengarahan mendapat tepukan tangan yang meriah dari peserta
yang hadir. Pada peristiwa lain seorang pemimpin menegur anak buahnya karena berbuat
kesalahan sehingga anak buah tersebut terdiam menyesali perbuatannya. Pengarahan dan
teguran disamakan dengan message ( pesan ). Sedangkan tepukan tangan dan berdiam diri
dinamakan umpan balik. Antara pesan dan umpan balik terdapat hubungan sebab akibat
( kaosalitas ). Pihak pengirim menyampaikan pesan kepada pihak penerima, disatu pihak dan
di pihak lain penerima menyampaikan pula umpan balik kepada pihak pengirim.
Pesan itu message ) dapat berbentuk bermacam –macam seperti pidato, pengarahan, instruksi,
tugas, perintah, ulasan, analisis, dan lain – lain sebagainya. Pesan dapat juga berbentuk tulisan,
lisan, gambar – gambar, dan bahkan demonstrasi, serta peragaan.
Umpan balik ( feed back ) pun dapat berbentuk bermacam – macam seperti hasil
( pelaksanaan suatu tuga ), laporan, sikap ( yang timbul, pertanyaan, reaksi dan sebagainya.
Sebagaimana juga pesan maka umpan balikpun dapat berupa tulisan, lisan kutik, peragaan dan
demonstrasi, sejauh demikian keadaannya adalah umum.
Binsar Lumbantoruan dalam “ Feed Back yang Berguna “ menamsilkan cermin dalam
pemberian ide tentang umpan balik. Ide umum tentang umpan yang paling tepat, barangkali
adalah sebuah cermin. Tak ada seorang pun diantara kita yang tidak membutuhkan cermin.
Malah ada keluarga yang menaruh banyak cermin di rumahnya, di kamar mandi, kamar kecil,
kamar hias, dapur, dan sebagainya. Demikianlah orang memutuhkan cermin. Kita
membutuhkan cermin karena cermin itu dapat menceritakan apa – apa yang baik dan apa –
apa yang perlu di perbaiki dari diri kita. Demikianlah hendaknya umpan balik menceritakan
kepada kita apa – apa yang baik dan apa – apa yang perlu diperbaiki lagi.
Sebagaimana pada beberapa persyaratan untuk cermin yang baik, demikian pula ada beberapa
persyaratan umpan balik yang berguna. Sebuah cermin mislnya, hendaklah bermuka datar
supaya mentulkan gambar yang tepat. Demikian juga suatu umpan balik hendaknya tidka
melukai hati orang supaya tidak malah merusak.
Orang arif menyatakan, buruk muka cermin dibelah. Awak yang tidak panai menari dikatakan
lantai terjungkit. Jelaslah yang menjadi tolak ukur disini adalah cermin atau tari, bukanlah
muka dan penari. Ini tidak mendapatkan umpan balik sebagaimana dimaksudkan.
Dalam hal ini apabila kita memperhatikan pula penataran P – 4 ( Pedoman Penghayatan dan
Pengalaman Pancasila ) pengalaman sebagai penatar, selalu ada pertanyaan dari penatar
tentang sejauh mana keberhasilan penataran ini dalam mengubah perilaku masyarakat dan
warga negara.
Apabila dihubungkan dengan unsur dan proses komunikasi maka keputusan Presiden sebagai
sumber, penatar sebagai komunikator, materi P – 4 sebagai pesan, jalur – jalur sebagai media
dan saluran mengubah sikap atau perilaku sebagai efek.
Sehubungan dengan pertanyaan penatar ( umpan balik ) bila dikaitkan dengan tamsilan kata
tersebut maka akan dapat dijawab sebagai berikut : keberhasilan P – 4 bagi diri sendiri atau
masyarakat tidak dapat diukur, karena tolak ukurnya belum didapatkan untuk menilai
perilaku ini. Hanya saja apabila kita menangani dan mempergunakan “ kaca “ nya Binsar
Lumbantoruan, kita mempergunakan 3 ( tiga ) macam kaca, yaitu kaca datar, kaca cembung
dan kaca cekung. Ketiga kaca tersebut kita letakan sejajar dalam kamar dan kita ‘ mengaca “
diri maka akan terlihat gambaran diri yang memantul dalam ketiga bidang kaca tersebut. Pada
saat itulah sebagai evaluasi perilaku kita secara obyektif terlihat.
Tergambar pada kaca datar apa adanya, jelas dan terang, sedang gambaran pada kaca
gembung dan cekung terlihat gambar yang rusak dan mengerikan. Jadi, kalau demikian
jawaban keberhasilan penataran apabila dirinya sesuai dengan apa yang terlihat pada kaca
latar, sedangkan yang terlihat pada kedua kaca lain menunjukkan masih belum sempurna dan
belum berhasil adanya.
b. Syarat – Syarat Umpan Balik
Telah diungkapan bahwa untuk cermin yang baik diperlukan persyaratan – persyaratan
tertentu pula :
1. Umpan balik hendaklah jujur
Umpan balik yang tidak jujur seperti kaca cembung dan kaca cekung, sehingga
menghasilkan gambar yang “ gila “ dan “ rusak “. Umpan balik yang tidak jujur bersumber
pada kebiasaan untuk menyenangkan orang lain, keinginan memberi nasihat, keinginan
untuk menang dalam argumentasi, malah lebih buruk lagi apabila ada keinginan untuk
mengambil muka, menjilat dan menyakiti orang. Umpan balik seperti ini bukan saja tidka
berguna tetapi merusak. Sayangnya, masih banyak kita lakukan.
2. Umpan balik hendaklah tentang sesuatu yang khusus dan jelas, bukan sesuatu secara
umum dan kabur
3. Umpan balik hendaklah mengenai sesuatu dimana orang yang bersangkutan dapat
berbuat. Umpun balik tentang sesuatu dimana orang yang bersangkutan tidak dapat
berbuat apa – apa adalah umpan balik yang tidak berguna dan malah bisa menimbulkan
perasaan “ mendongkol “
4. Umpan balik hendaklah jangan bersifat penilaian. Penilaian yang dimaksud disini adalah
judgement bukan evaluasi. Judgement walaupun sering dihubungkan dengan skala, tetapi
dipusatkan pada values atau nilai, termasuk dalam kategori ini adalah penilaian seperti “
baik dan buruk “. Benar ‘ dan “ salah “, dan seterusnya. Kalau dilihat bahwa umpan balik
yang bersifat penilaian yang jujur sekalipun masih dapat menimbulkan akibat yang buruk,
maka sebaiknya umpan balik seperti ini dihindarkan atau dinyatakan secara lain
5. Umpan balik hendaklah deskriptif, sehingga betul – betul jelas. Dalam hal ini memerlukan
gambaran apa yang dikehendaki jelas dan terang. Prinsip deskriptif itu mengajarkan pula
bahwa umpan balik hendaknya mengungkapkan juga apa – apa yang baik di samping apa –
apa yang perlu diperbaiki lagi. Dalam hal ini kita sering lupa selalu mengungkapkan yang
buruk – buruk saja, tanpa menyatakan yang baiknya sehingga jarang sekali melihat titik –
titik terang dalam pengembangan seseorang
6. Umpan balik hendaklah bersifat hasil oriented dan bukan person oriented. Dalam hal ini
maka yang diutamakan bukan orangnya, tetapi kerjanya
7. Umpan balik hendaklah memperhatikan tinning, tidak ada patokan tentang waktu ini.
Umpan balik hendaklah diberikan berdasarkan “ perasaan perseorangan “ atau
berdasarkan ukuran umum yang sadar atau tidak sadar telah diterima bersama
c. Umpan Balik dalam Manajemen
Baik dalam kehidupan sehari – hari maupun dalam kehidupan berorganisasi, umpan balik
sering melukai hati orang lain. Dalam dunia manajemen, hal itu menjadi sangat penting dan
berarti karena berbagai alasan :
1. Umpan balik dapat menolong, baik organisasi maupun perseorangan kalau dilakukan
dengan baik
2. Bawahan tiak perlu disakiti atau ditakuti – takuti. Sebaiknya mereka harus merasa aman,
merasa bertanggung jawab dan berkontribusi serta merasa bahwa masing – masing
bawahan bermakna pada tugasnya. Mereka harus merasakan menjadi satu tim yang
kompak dimana kesadaran saling ketergantungan itu nyata dan terasa
3. Bawahan hendaklah tahu dengan jelas apa yang diharapkan darinya. Harapan itu
diberitahukan dengan jujur, terperinci sehinggi tidak ada peluang untuk salah mengerti
4. Bawahan hendaknya diberi kesempatan untuk mengenal kekurangannya dan dengan
sendirinya bawahan tersebut diberi kesempatan juga untuk memperbaiki kekurangan –
kekurangan yang dapat melukai hati orang lain
5. Disamping mengenal dan memperbaiki kekurangan – kekurangan itu, bawahan hendaknya
diberikan juga kesempatan / umpan balik untuk mengetahui segi – segi kekuatannya untuk
dikembangkan
d. Bentuk – bentuk Umpan Balik
1. External feed back
Umpan balik yang diterima langsung oleh komunikator dari komunikan
2. Internal feed back
Umpan balik yang diterima komunikator bukan dari komunikan, akan tetapi datang dari
pesan itu sendiri atau dari komunikator sendiri
3. Direct feed back atau immediate feed back
Umpan balik langsung dalam suatu komunikasi, komunikan menggerakan salah satu
anggota badannya
4. Indirect feed back atau delaiged feed back
Dalam bentuk surat kepada direksi surat kabar, penyiar radio atau penyiar televisi. Dalam
hal ini umpan balik membutuhkan waktu
5. Inferential feed back
Umpan balik yang diterima dalam komunikasi massa yang disimpulkan sendiri oleh
komunikator meskipun secara tidak langsung, akan tetapi cukup relevan dengan pesan
yang disampaikan
6. Zero feed back
Hal ini berarti bahwa komunikasi yang isampaikan oleh komunikator kepada komunikan
menyampaikan umpan balik yang tidak dipahami oleh komunikator
7. Neutral feed back
Umpan balik yang netral berarti bahwa informasi yang diterima kembali oleh komunikator
tidak relevan dengan pesan yang disampaikan semula
8. Positive feed back
Komunikasi yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan mendapat tanggapan
positif, misalnya dengan adanya penerimaan pada pesan yang disampaikan
9. Negative feed back
Komunikasi yang disampaikan oleh komunikator mendapat tantangan dari komunikan

5. Proses Komunikasi

Menurut Cutlip dan Centre, komunikasi yang efektif harus dilaksanakan dengan melalui empat
tahap, yaitu : Fact Finding, planning, communicating, dan evaluation

a. Fact Finding
Mencarikan dan mengumpulkan fakta dan data sebelum seseorang melakukan kegiatan
komunikasi. Untuk berbicara di depan suatu masyarakat perlu di cari fakta dan data tentang
masyarakat tersebut, keinginannya, komposisinya dan sebagainya
b. Planning
Berdasarkan fakta dan data itu dibuatkan rencana tentang apa yang akan dikemukakan dan
bagaimana mengemukakannya. Bagi suatu masyarakat yang agraris tentu saja pengemukaan
komunikasi haruslah menggunakan cara yang sesuai dengan ciri – ciri agraris
c. Communicating
Setelah planning disusun maka tahap selanjutnya adalah communicating / berkomunikasi
d. Evaluation
Penilaian dan analisis kembali diperlukan untuk melihat bagaimana hasil komunikasi tersebut.
Ini kemudian menjadi bahan bagi perencanaan melakukan komunikasi selanjutnya

6. Prinsip – prinsip komunikasi

Proses komunikasi pada dasarnya tidak berbeda dengan proses belajar mengajar, sehingga proses
belajar dan mengajar pun dapat diterapkan dengan proses komunikasi, dimana seseorang pengajar
dianggap sebagai komunikator. Menurut James L Marsell mengemukakan ada enam prinsip penting
yang harus diperhatikan dalam proses komunikasi.

Adapun prinsip – prinsip tersebut :

 Konteks
 Fokus
 Sosialisasi
 Individualisasi
 Unitas ( sequence )
 Evaluasi
Untuk lebih jelasnya akan diuraikan satu persatu :

1. Komunikasi yang bermakna akan sangat tergantung kepada cara menghubungkan dengan
konteks pesan yang disampaikan. Konteks pesan tersebut akan dapat mempengaruhi orang
lain dan akhirnya akan diterima tanpa paksaan
2. Agar komunikasi itu bermakna dan efektif perlu memperhatikan fokus tertentu. Fokus ini
berguna agar penyampaian pesan tetap pada media yang digunakan
3. Komunikasi yang bermakna dan efektif tergantung pada hubungan antara komunikator serta
kepada siapa komunikasi iti ditujukan. Sasaran ini perlu diketahui untuk memahami situasi
dari sasaran tersebut
4. Komunikasi yang bermakna tertentunya perlu mengetahui sikap, kecakapan, dan kemampuan
dari masing – masing komunikan secara individu atau kelompok. Biasanya individu atau
kelompok tertentu mempunyai tradisi dan kekuasaan tertentu pula
5. Untuk menjaga kelancaran proses komunikasi maka pesan – pesan harus disusun sedemikian
rupa sehingga terlihat pesan yang perlu diberikan terlebih dahulu atau yang diutamakan, Pesan
– pesan tersebut tersebut perlu diketahui mana yang lebih dahulu, mana yang belakangan atau
ditentukan unit – unitnya dan secara psikologis serang komunikator mengetahui kemampuan
dari khalayak yang dihadapi
6. Evaluasi merupakan bagian yang integral dari proses komunikasi, evaluasi merupakan umpan
balik. Jadi dalam hal ini peran komunikator dan komunikan sangat penting
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI

Faktor – faktor yang mempengaruhi komunikasi pada umumnya ialah kemungkinan berbagai
hambatan yang dapat timbul. Oleh karena itu, perlu diketahui hambatan – hambatan tersebut, yaitu ;

1. Kebisingan
2. Keadaan psikologis komunikan
3. Kekurangan komunikator atau komunikan
4. Kesalahan penilaian oleh komunikator
5. Kurangnya pengetahuan komunikator atau komunikan
6. Bahasa
7. Isi pesan berlebihan
8. Bersifat satu arah
9. Faktor teknis
10. Kepentingan atau interest
11. Prangka
12. Cara penyajian yang verbalistis atau sebagainnya

Cara – cara mengatasinya antara lain ;

1. Apabila kurang kecakapan berkomunikasi maka harus banyak belajar dan berlatih / pelajari
teori dan kemudian dipraktikkan
2. Sikap yang kurang tepat dapat diatasi dengan mengetahui hubungan kemanusiaan. Yakni,
hubungan serasi, selasas dan seimbang serta mengetahui etika pergaulan. Diperlukan sikap
yang simpatik, ramah tamah, wajar, tidak sombong, rendah hati, tahu bergaul dan cepat
membaca situasi
3. Pengetahuan yang kurang bukan saja bagi komunikan tetapi juga bagi komunikator sendiri.
Pesan – pesan hendaknya disesuaikan dengan kemampuan kedua belah pihak. Harus ada
penyesuaian agar jurang perbedaan pengetahuan tidak semakin menjauh. Adakan pertemuan –
pertemuan baik formal maupun informal
4. Apabila kurang memahami sistem sosial ( lingkungan masyarakat ), pahami sistem sosial
dengan jalan mempelajari tradisi atau kebiasaan masyarakat tersebut. Banyak hal yang sama
tetapi berbeda penafsiran dalam praktik kehidupan satu dengan lainnya ( kebiasaan setempat )
5. Prasangka
Perbedaan antara watak janganlah menjadikan prasangka buruk. Tidak perlu ada rasa curiga,
rasa curiga tidak beralasan, perlu dihilangkan karena akan merugikan. Kebiasaan seseorang
jangan dianggap kebiasaan kelompok atau masyarakat
6. Apabila timbul faktor kebisingan, cara mengatasinya dengan memilih tempat yang tepat dan
kemungkinan untuk berlangsungnya proses komunikasi yang baik dan lancar. Hindarkan hal –
hal yang membuat kebisingan
7. Hambatan karena jarak yang berjauhan. Komunikasi yang dilakukan dengan jarak jauh,
misalnya dengan surat – menyurat, telepon, teleks, tegram, dan lain – lain, memiliki kelemahan
ialah bila terjadi kesalahpahaman dalam manfsirkan pesan. Untuk ini diperlukan latihan dan
pengetahuan alat – alat yang dipergunakan
8. Kesalahan Bahasa
Sering terjadi penafsiran yang keliru karena ada perbedaan arti suatu istilah dalam setiap
bahasa. Cara mengatasinya diperlukan pengetahuan bahasa bagi kelompok tertentu. Selain itu,
hendaknya dipergunakan bahasa baku yang berlaku umum dan menggunakan bahasa yang
baik dan benar dengan kaidah yang berlaku
9. Biasanya agak menjemukakan tanpa ada selingan. Cara mengatasinya diperlukan pengetahuan
bahasa bagi kelompok tertentu. Selain itu, hendaknya dipergunakan bahasa baku yang berlaku
umum dan menggunakan bahasa yang baik dan benar dengan kaidah yang berlaku
10. Penjelasan diberikan sesuai dengan pesan yang disampaikan mengenai hal – hal yang relevan
saja. Kadang – kadang diperlukan “ tanda pengatas “ yang dapat dimengerti tanpa penjelasan
panjang lebar yang menjemukan
11. Komunikasi Satu Arah
Untuk mengatasi hal ini diperlukan komunikasi dua arah ( komunikasi timbal balik ), ada
penggantian peranan komunikator dan komunikan dalam menyampaikan pesan dan umpan
balik
12. Keadaan psikologis komunikan
Dalam berkomunikasi diperlukan keadaan sehat, apabila ada kekurangan baik fisik maupun
mental diperlukan alat bantu sebagai penolong untuk menjaga kesehatan baik fisik maupun
mental
HUBUNGAN ANTAR MANUSIA

INTERAKSI SOSIAL

1. Pengertian
Interaksi adalah faktor utama dalam kehidupan sosial karena interaksi sosial merupakan
syarat utama terjadinya aktivitas – aktivitas sosial. Bentuk lain dari proses – proses sosial
hanya merupakan bentuk – bentuk khusus dari inter aksi sosial. Interaksi sosial merupakan
hubungan – hubungan sosial yang inamis, yang menyangkut hubungan antara orang – orang
perorangan, antar kelompok manusia, serta antara orang perorangan dan kelompok manusia.
Interaksi sosial menurut Astrid S. Susanto adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan
suatu proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya
memungkinkan pembentukan struktur sosial. Hasil interaksi ini sangat ditentukan oleh nilai
dan arti serta interpretasi yang diberikan oleh pihak – pihak yang terlibat dalam interaksi
sosial tersebut.
2. Pola – Pola Hubungan Interaksi Sosial
Pola – pola hubungan dalam interaksi sosial bisa terjadi antara individu dan individu, antara
kelompok dan kelompok, serta antara individu dan kelompok
a. Interaksi sosial antara individu dan individu
Apabila dua orang saling bertemu, interksi sosial dimulai pada saat mereka saling menegur,
berjabat tangan, saling berbicara atau bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas – aktivitas
semacam itu merupakan bentuk – bentuk dari interaksi sosial. Walaupun orang – orang
yang bertemu muka tersebut tidak saling berbicara atau tidak saling tukar menukar tanda –
tanda, interaksi sosial telah terjadi. Karena masing – masing sadar akan adanya pihak lain
yang menyebabkan perubahan – perubahan dalam perasaan maupun situasi orang – orang
yang bersangkutan, misalnya oleh bau keringat, minyak wangi, pandangan mata dan lain –
lain. Kesemuanya itu menimbulkan kesan di dalma pikiran seseorang yang menentukan
tindakan apa yang akan dilakukannya
b. Interaksi sosial antara kelompok sosial dan kelompok sosial
Interaksi sosial antara kelompok dan kelompok lainnya terjadi sebagai suatu kesatuan dan
bukan menyangkut pribadi – pribadi sebagai anggota dari setiap kelompok yang
bersangkutan. Misalnya, peretmuan antara perwakilan Gerakan Aceh Merdeka ( GAM ) dan
perwakilan Republik Indonesia dalam perjanjian antara GAM dan RI di Jenewa, Swiss.
Perjanjian tersebut merupakan interaksi antara GAM dan RI. Contoh lain, pada perang
Dunia II, sekitar akhir tahun 1939, suatu patroli Prancis telah berhasil menawan tiga orang
prajurit Jerman. Ketika salah seorang tawanan terluka saat pertempuran, para tawanan
ibawa ke garis belakang. Di tempat yang agak terang tawanan yang terluka dan tentara
Prancis yang menembaknya saling mengenal dan saling memeluk. Ternyata keduanya
sahabat yang bersaing saat perlombaan balap sepeda bayaran. Interaksi antar kelompok
sosial tersebut, tidak terjadi bersifat pribadi.
c. Interaksi sosial antara Individu dan Kelompok sosial
Interaksi sosial antara individu dan kelompok berbeda – beda sesuai dengan keadaan setiap
hubungan itu. Misalnya interaksi seorang guru dan siswa – siswanya di kelas. Guru yang
menghadapi siswa – siswa di kelas pada awalnya akan berusaha menguasai para siswanya
agar interaksi sosial bisa berlangsung dan seimbang. Contoh lain, interaksi antara seorang
wasit sepak bola dan para pemain sepak bola yang bertanding. Wasit tersebut akan
menghadapi para pemain sesuai tata cara atau peraturan permainan yang berlaku
3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Interaksi Sosial
Interaksi sosial bersifat dinamis dan merupakan dasar bagi proses sosial, seperti bagaimana
cara – cara anggota masyarakat saling berhubungan atau berinteraksi sosial. Di Indonesia,
misalnya interaksi sosial antar berbagai kelompok masyarakat, diantaranya interaksi antar
pemeluk agama yang berbeda, antara kelompok mayoritas dan minoritas.
Interaksi sosial akan berlangsung apabila terjadi saling aksi dan reaksi antara kedua belah
pihak. Jika seseorang memukul kursi misalnya, tidak akan terjadi suatu interaksi sosial karena
kursi tersebut tidak akan bereaksi dan mempengaruhi orang yang telah memukulnya. Interkasi
sosial tidak akan bereaksi dan mempengaruhi orang yang telah memukulnya. Intekasi sosial
tidak akan terjadi jika manusia mengadakan hubungan yang langsung dengan sesuatu yang
sama sekali tidka berpengaruh terhadap sistem syarafnya sebagai akibat hubungan termaksud.
Terlihat bahwa suatu interaksi sosial harus terjadi dua arah dan menuntut kegiatan timbal
balik. Dari hasil penelitian para ahli, proses inteksi sosial baru akan berlangsung jika suatu
aktivitas menciptakan aksi atau mempengaruhi orang lain untuk bereaksi. Berlangsungnya
suatu proses interaksi yang didasarkan pada berbagai faktor, antara lain faktor imitasi, sugesti,
identifikasi dan simpati
a. Imitasi
Imitasi adalah suatu tindakan yang menirukan tindakan, nilai, norma atau ilmu
pengetahuan orang atau kelompok yang berinteraksi. Faktor imitasi mempunyai peranan
yang sangat penting dalam proses interaksi sosial yang dapat mendorong seseorang untuk
memenuhi kaidah – kaidah dan nilai – nilai yang berlaku
1. Imitasi positif yaitu apabila mendorong seseorang untuk melakukan dan memenuhi
kaidah – kaidah yang berlaku. Contohnya, meniru gaya seorang penyanyi terkenal dan
mencontoh pembangunan tata kota dari negara lain
2. Imitasi negatif, yaitu apabila mengakibatkan terjadinya hal – hal yang bertentangan
dengan norma – norma an kaidah – kaidah serta melemahkan daya kreasi seseorang.
Contohnya, kebiasaan minum – minuman keras serta pergaulan bebas antara pemuda
dan pemudi
b. Sugesti
Sugesti timbul apabila seseorang menerima sustu pandangan atau sikap orang lain secara
tidak rasional. Sugesti mungkin terjadi apabila yang memberi pandangan itu orang
berwibawa, bersifat otoriter atau orang yang memilii disiplin yang mantap. Contohnya,
orang yang sedang stress atau dilanda masalah yang sangat dilematis, biasanya mudah
dipengaruhi oleh orang lain.
c. Identifikasi
Identifikasi merupakan kecendrungan atau keinginan seseorang untuk menjadi sama
dengan pihak lain. Proses identifikasi dapat berlangsung dengan sendirinya ( tidak sadar )
atau disengaja. Contoh, umat Islam menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai tipe ideal
yang menjadi teladan bagi seluruh umatnya. Karena itu, setiap umat Islam selalu berusaha
mengidentifikasikan jejak kehidupan beliau terhadap pandangan, sikap, maupun segala
jejak langkahnya
d. Simpati
Simpati adalah suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Dalam
proses ini, perasaan seseorang memegang peranan yang sangat penting. Contohnya,
seorang siswa ikut bergabung dalam kegiatan ekstrakulikuler tari tradisional karena
tertarik dan merasa simpati pada pelatihnya yang pandai menari

4. Syarat – syarat terjadinya interaksi sosial

Menurut Soerjono Soekanto, syarat – syarat terjadinya interaksi sosial yaitu adanya kontak
sosial dan adanya komunikasi

a. Adanya Kontak Sosial


Kontak sosial berasal dari bahasa Latin con atau cum yang artinya bersama – sama dan tango
yang artinya menyentuh. Jadi secara harfiah kontak sosial berarti bersama – sama menyentuh.
Secara fisik, kontak sosial baru terjadi apabila terjai hubungan badaniah. Orang dapat
berhubungan dengan orang lain tanpa menyentuhnya, seperti berbicara dengan pihak lain
tersebut atau memakai media komunikasi seperti telepon, faksimili atau media komunikasi
lainnya.
Kontak sosial dapat terjadi dalam 3 bentuk yaitu :
1. Antara perorangan, misalnya seorang anak yang meniru perilaku ibunya
2. Antara orang perorangan dengan kelompok, misalnya sekelompok preman yang memeras
seseorang
3. Antara sustu kelompok dan kelompok lainnya, misalnya dua buah perusahaan mengadakan
join venture atau perundingan damai antara dua kelompok bertikai

Kontak sosial dapat bersifat positif atau negatif. Kontak sosial yang bersifat positif mengarah
pada kerja sama, sedangkan yang bersifat negatif mengarah pada suatu pertentangan atau
bahkan sama sekali tidak menghasilkan suatu interaksi sosial. Misalnya, ketika Ani bertemu
dengan Tina dan mereka saling melempar senyuman, akan terjadi suasana yang
menyenangkan. Akan tetap, apabila Ani tersenyum dan Tina membalas dengan muka yang
masam, situasinya akan menjadi tidak menyenagkan.

Kontak sosial dapat bersifat primer atau sekunder. Kontak primer terjadi apabila yang
mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka misalnya saling berjabat atau
saling tersenyum. Adapun kontak sekunder merupakan kontak yang memerlukan perantara,
seperti alat – alat komunikasi, telepon atau radio dan dapat terjadi secara langsung ataupun
tidak langsung. Misalnya Ally menelpon Deny, terjadi kontak sekunder langsung, sedangkan
apabila Ally menelpon Deny untuk diperkenalkan kepada Ary, kontak Ally engan Ary
merupakan kontak sekunder tidak langsung.

b. Adanya Komunikasi
Komunikasi adalah situasi dimana seseorang memberikan tafsiran dimana seseorang
memberikan tafsiran pada perilaku orang lain ( yang berwujud pembicaraan, gerak – gerak
badaniah atau sikap ) perasaan – perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.
Orang yang bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin
disampaikan oleh orang lain tersebut.
Suatu kontak sosial dapat terjadi tanpa komunikasi, misalnya pertemuan dua orang yang tidak
mengerti bahasa lawan bicaranya, mereka dapat bersalaman hingga terjadi kontak, tetapi tidak
dapat berkomunikasi sehingga tidak terjadi interaksi sosial.
Dalam komunikasi kemungkinan sekali terjadi berbagai macam pernafsiran terhadap tingkah
laku orang lain. Suatu senyum misalnya, bisa diartikan suatu keramahan, sikap bersahabat atau
bahkan sikap sinis dan sikap ingin menunjukkan kemenangan. Dengan demikian, suatu
komunikasi memungkinkan terjadinya kerja sama antara perorangan dengan kelompok
manusia karena komujnikasi merupakan salah satu syarat terjadinya kerja sama. Akan tetapi,
tidak selalu komunikasi menghasilkan kerja sama, bahkan suatu pertikaian mungkin akan
terjadi sebagai akibat salah paham atau setiap pihak tidak mau mengalah.
Setelah emengetahui tindakan sosial, lalu apa hubungan antara tindakan sosial dan interaksi
sosial ? tindakan sosial merupakan syarat bagi terbentuknya interaksi sosial. Apabila interaksi
sosial terjadi, secara otomatis tindakan sosial sudah terjadi. Menurut Talcott Parson terdapat
dua macam orientasi dalam tindakan dan interaksi sosial, yaitu sebagai berikut :
1. Orientasi motivasional merupakan orientasi yang bersifat pribadi yang menunjuk pada
keinginan individu yang bertindak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
2. Orientasi nilai – nilai yang bersifat sosial merupakan orientasi yang menunjuk pada standar
– standar normatif ( membedakan baik atau buruk, benar atau salah ) dalam wujud agama
atau taradisi setempat

5. Bentuk – Bentuk Interaksi Sosial

Bayangkan ! setiap hari, setiap individu di Jakarta harus melakukan kegiatan sehari – harinya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan jumlah penduduk hampir 9 juta jiwa, semuanya harus
bisa melakukan kegiatan masing – masing. Mereka yang bekerja, ada yang berasal dari Bogor, Bekasi,
Tangerang dan daerah sekitar Jakarta. Untuk mencapai tempat kerjanya, memerlukan waktu satu
hingga tiga jam, artinya jika jam kerja dimulai dari pukul 08.00 pagi, berarti pukul 05.00 atau 06.00
harus mulai berangkat dari rumah masing – masing. Ada yang menggunakan sepeda motor, mobil, bus
kota, busway atau Kereta Rel Listrik ( KRL ). Semua yang bekerja harus bisa datang tepat waktu di
kantornya. Selain itu, masih ada pelajar yang berbelanja atau ada pula yang memerlukan jasa orang
lain.
Bayangkan pula, apa yang terjadi jika semuanya tidak berjalan teratur. Apa mereka dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya? Mengingat manusia selain sebagai makhluk sosial juga sebagai
makhluk individu juga harus memiliki kebebasan agar kebutuhannya bisa terpenuhi. Akan tetapi,
kebebasan individu itu akan bertentangan engan keteraturan atau ketertiban sosial ( sosial order ).
Tentunya, agar kebutuhan individu dengan kepentingan yang bermacam – macam tersebut akan
terjadi interaksi sosial yang mungkin bisa mendorong atau menghambat terciptanya keteraturan
sosial.

Setiap hari anda semua pun berinteraksi satu sama – sama lain. Hal ini pun pasti anda alami
setiap hari karena anda hidup dalam lingkungan keluarga dan juga masyarakat. Pernakan anda
renungkan apa yang akan terjadi jika anda selalu tinggal sendirian tanpa pernah bertemu seseorang
pasti anda akan merasa kesepian. Setiap hari anda mungkin berinteraksi dengan saudara – saudara
sekandung, ayah – ibu, guru, tetangga dan banyak orang lainnya. Atau, ketika anda berangkat sekolah
anda akan melihat orang berlalu lalang dijalan untuk mencapai tujuan masing – masing dan harus ada
aturan agar semua dapat sampai pada tujuannya apabila tidak maka akan terjadi kekacauan. Memang
manusia selain sebagai makhluk individu yang memiliki kebebasan akan untuk memenuhi kebutuhan
sendiri. Akan tetapi, kebebasan individu itu terkadang bertentangan dengan keteraturan dan
ketertiban sosial. Tentunya, agar kebutuhan setiap individu terpenuhi maka perlu terjadi interaksi
yang pada akhirnya bisa mendorong atau menghambat terciptanya keteraturan sosial. Semua pun
dapat berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama – sama dengan membentuk kelompok,
lembaga dan organisasi sosial.

Bentuk – bentuk interaksi sosial yang dapat mendorong pembentukan lembaga, kelompok dan
organisasi sosial tersebut, dapat berupa kerjasama ( co-operation ), persaingan ( competition ).
Adapun bentuk – bentuk interaksi yang menghambat terbentuknya keteraturan sosial berbentuk
pertentangan atau pertikaian ( conflict ).

Menurut Gillin dan Gillin ada dua macam proses sosial yang muncul sebagai akibat adanya
interaksi sosial, yaitu :

1. Proses yang asosiatif yang terdiri atas empat bentuk khusus, yaitu :
a. Kerja sama
b. Akomodasi
c. Asimilasi
d. Akulturasi
2. Proses yang disosiatif yang terdiri atas :
a. Persaingan yang meliputi contravention
b. Pertentangan atau pertikaian ( konflik )

Adapun menurut Kimball Young, bentuk – bentuk proses sosial sebagai berikut :

a. Oposisi yang mencakup persaingan dan pertentangan atau pertikaian


b. Kerja sama yang menghasilkan akomodasi
c. Diferensiasi yang merupakan suatu proses dimana orang perorangan dalam masyarakat
memperoleh hak – hak dan kewajiban – kewajiban yang berbeda dengan orang – orang lain
dalam masyarakat atas dasar perbedaan usia, seks dan pekerjaan yang menghasilkan pelapisan
sosial.

Perbedaan kedua pembagian bentuk – bentuk proses sosial terletak pada daya cakup setiap
penggolongan. Proses – proses interaksi yang pokok sebagai berikut :

1. Proses – proses yang Asosiatif


a. Kerja sama
Kerjasama merupakan suatu usaha bersama antara orang – perorangan atau kelompok
manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Kerja sama timbul karena
orientasi orang – perorangan dengan kelompoknya ( in – group ) dan kelompok lainnya
( out – group ). Kerja sama dapat dibagi menjadi 3 bentuk yaitu sebagai berikut
 Bargaining merupakan pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang – barang
dan jasa antara dua organisasi atau lebih
 Co-optation merupakan suatu proses penerimaan unsur – unsur baru dalam
kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi sebagai salah satu cara
untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam organisasi yang bersangkutan
 Coalition merupakan kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai
tujuan – tujuan yang sama. Untuk sementara waktu akan terjadi instabilitas karena dua
atau lebih organisasi tersebut memiliki perbedaan struktur, tetapi karena mereka ingin
mencapai tujuan bersama maka dapat terjadi kerja sama
b. Akomodasi
Akomodasi dipergunakan dalam dua arti, yaitu untuk menunjuk pada suatu proses. Sebagai
suatu keadaan, akomodasi berarti suatu kenyataan adanya suatu keseimbangan dalam
interaksi antara orang perorangan dan kelompok – kelompok manusia sehubungan dengan
norma – norma sosial dan nilai – nilai sosial uang berlaku di dalam masyarakat. Sebagai
suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha – usaha untuk mencapai kestabilan.
Tujuan dari akomodasi dapat berbeda – beda sesuai dengan situasi yang dihadapinya, yaitu
:
1. Mengurangi pertentangan antara orang perorangan atau kelompok – kelompok manusia
sebagai akibat perbedaan paham
2. Menghasilkan sintesis antara kedua pendapat tersebut untuk menghasilkan pola yang
baru
3. Mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu
4. Memungkinkan terjadinya kerjasama antara kelompok – kelompok sosial sebagai akibat
faktor – faktor sosial psikologis dan kebudayaan
5. Untuk mengusahakan peleburan antara kelompok – kelompok sosial yang terpisah,
misalnya melalui perkawinan campuran

Bentuk – bentuk akomodasi sebagai suatu proses, antara lain sebagai berikut :
1. Corection adalah suatu bentuk akomodasi yang prosesnya terjadi karena adanya
paksaan
2. Compromise adalah suatu bentuk akomodasi dimana pihak – pihak yang terlibat masing
– masing mengurangi tuntutannya karena setiap pihak bersedia mengerti satu sama lain
3. Arbitration adalah penyelesaian masalah dilakukan oleh pihak ketiga yang dipilih oleh
kedua belah pihak atau oleh badan yang kedudukannya lebih tinggi dari pihak – pihak
yang berselisih
4. Mediation adalah bentuk akomodasi seperti halnya arbition, yaitu dengan mengundang
pihak ketiga yang netral untuk mengusahakan penyelesaian secara damai, tetapi
kedudukannya hanya sebagai penasihat
5. Conciliation adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginan – keinginan pihak –
pihak yang berselisih untuk mencapai persetujuan bersama, misalnya DPRD yang
berupaya mempertemukan wakil dari perusahaan dengan wakil buruh untuk mencapai
kesepakatan
6. Toleration adalah suatu bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang berbentuk formal
yang sering timbul tanpa sadar dan tanpa direncanakan
7. Stalamate adalah suatu bentuk akomodasi dimana pihak – pihak yang bertikai berhenti
pada suatu titik tertentu karena tidak ada lagi kemungkinan untuk maju atau mundur
8. Adjudication adalah suatu penyelesaian perkara di pengadilan

Hasi – hasil akomodasi menurut Gillin dan Gillin sebagai berikut :

1. Akomodasi menyebabkan usaha – usaha untuk sebanyak mungkin menghindarkan diri


dari benih – benih yang dapat menyebabkan pertentangan baru, untuk kepentingan
integrasi masyarakat
2. Akomodasi menekan oposisi karena akomodasi memungkinkan pihak yang saling
bersaing memahami satu sama lain. Misalnya, akomodasi antar para produsen yang
saling bersaing akan membuat para produsen tidak saling membanting harga untuk
menarik konsumen membeli produknya yang kemudian dapat mematikan usaha
saingannya
3. Mengkoordinasi berbagai kepribadian yang berbeda. Misalnya dalam persaingan untuk
menjadi ketua OSIS pihak yang kalah tetap diajak mengurus organisasi tersebut
4. Perubahan dari lembaga – lembaga kemasyarakat supaya sesuai dengan keadaan baru
atau keadaan yang berubah
5. Menyebabkan suatu penetapan yang baru dari kedudukan orang perorangan dan
kelompok – kelompok manusia
6. Membuka jalan ke arah asimilasi
c. Asimilasi
Asimilasi adalah suatu proses mengembangkan sikap – sikap yang sama, yang walaupun
kadang – kadang bersifat emosional. Asimilasi bertujuan mencapai kesatuan atau paling
sedikit mencapai suatu integrasi dalam organisasi sehingga dua kelompok yang
berasimilasi akan menghilangkan perbedaan diantara mereka atau seseorang yang
berasimilasi terhadap suatu kelompok tidak akan membedakan dirinya dengan para
anggota kelompok tersebut
Proses asimilasi timbul jika ada hal – hal sebagai berikut :
1. Kelompok – kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya
2. Orang perorangan sebagai anggota kelompok – kelompok tadi saling bergaul secara
langsung dan intensif untuk waktu yang lama sehingga kebudayaan dari kelompok –
kelompok manusia tersebut masing – masing berubah dan saling menyesuaikan diri

Faktor – faktor yang dapat mempermudah terjadinya asimilasi sebagai berikut :

1. Toleransi
2. Kesempatan – kesempatan dibidang ekonomi yang seimbang
3. Sikap menghargai orang asing dan kebudayannya
4. Sikap terbuka kelompok yang berkuasa di masyarakat
5. Persamaan dalam unsur – unsur kebudayaan
6. Perkawinan campuran
7. Adanya musuh bersama dari luar

Faktor – faktor yang menghambat terjadinya asimilasi sebagai berikut :

1. Terisolirnya kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat yang biasanya


golongan minoritas
2. Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi
3. Perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi itu
4. Perasaan bahwa suatu kebudayaan suatu kelompok atau golongan lebih tinggi atau
lebih superior dari kelompok atau golongan yang lain
5. Dalam batas – batas tertentu, perbedaan warna kulit atau perbedaan ciri – ciri badaniah
dapat menjadi salah satu penghalang terjadinya asimilasi
6. Perasaan in – group, yaitu perasaan terikat pada suatu kelompok atau kebudayaan yang
sangat kuat
7. Adanya gangguan dari kelompok mayoritas terhadap kelompok minoritas
8. Adanya perbedaan kepentingan yang ditambah pertentangan pribadi

Asimilasi menyebabkan perubahan – perubahan dalam hubungan – hubungan sosial dan


dapat meliputi juga perubahan dalam pola – pola adat istiadat serta interaksi sosial. Proses
perubahan dalam pola – pola adat istiadat serta interaksi sosial ini biasanya disebut
akultrasi. Meskipun dalam asimilasi terjadi perubahan pola adat istiadat dan interaksi
sosial, tetapi kadang – kadang hal itu tidak terlalu penting dan menonjol. Misalnya jika
suatu keluarga mengangkat seorang anak yang berasal dari keluarga lain yang memiliki
kedudukan dan latar belakang kebudayaan yang sama, tidak perlu diajarkan pola – pola
perilaku khusus terhadap anak tersebut. Akan tetapi, jika anak tersebut berasal dari
keluarga dengan kedudukan dan latar belakang yang berbeda dari keluarga yang
mengangkatnya, perlu dilakukan perubahan pula dalam pola kebudayaannya.

2. Proses – proses yang Disosiatif

a. Persaingan

Persaingan adalah suatu proses sosial ketika orang perorangan atau kelompok –
kelompok manusia yang bersaing, mencari keuntungan melalui bidang – bidang kehidupan yang pada
suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah
ada, tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.

Beberapa bentuk persaingan, antara lain sebagai berikut :

1. Persaingan di bidang ekonomi yang timbul karena terbatasnya persediaan disbanding jumlah
konsumen
2. Persaingan di bidang kebudayaan, misalnya di bidang agama, atau lembaga kemasyarakat.
Misalnya, dibidang pendidikan. Saat ini banyak sekolah – sekolah swasta yang saling bersaing
dengan membuat metode belajar tersendiri seperti adanya full day school
3. Persaingan untuk mencapai suatu kedudukan atau peranan tertentu dimasyarakat. Kedudukan
dan peranan apa yang dikejar, bergantung pada hal yang paling dihargai oleh suatu masyarakat
pada suatu masa tertentu.

Persaingan memiliki beberapa fungsi, antara lain sebagai berikut :

1. Persaingan untuk menyalurkan keinginan – keinginan yang bersifat dari orang perorangan
atau kelompok – kelompok manusia
2. Persaingan sebagai jalan agar kepentingan – kepentingan serta nilai – nilai yang pada suatu
masa menjadi pusat perhatian tersalurkan sebaik – baiknya oleh mereka yang bersaing
3. Persaingan sebagai alat untuk mengadakan seleksi atas dasar seks dan seleksi social sehingga
mendudukkan seseorang pada kedudukan dan peranan yang sesuai kemampuannya
4. Persaingan berfungsi menyaring orang – orang yang memiliki kemampuan tertentu, misalnya
politikus, seniman dan pemuka agama
5. Persaingan mendorong seseorang untuk memiliki kemampuan tertentu sehingga ia memiliki
kompetensi tersendiri yang berbeda dengan orang lain

b. Contravention

Contravention adalah suatu bentuk proses social yang berada antara persaingan dan konflik
dan ditandai dengan gejala – gejala adanya ketidakpastian mengenai diri seseorang atau suatu
rencana dan perasaan tidak suka yang disembunyikan, kebencian atau keragu – raguan terhadap
kepribadian seseorang. Proses contravention menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker
mencakup lima subproses, yaitu sebagai berikut :
1. Proses yang umum dari contravention, meliputi perbuatan – perbuatan seperti penolakan,
keengganan, perlawanan, perbuatan menghalang – halangi protes, gangguan – gangguan,
perbuatan kekerasan dan perbuatan mengacaukan rencana pihak lain
2. Bentuk – bentuk contravention yang sederhana, seperti menyangkal pernyataan orang lain di
muka umum, memaki orang lain, mencerca, memfitnah dan melemparkan beban pembuktian
kepada pihak lain
3. Bentuk – bentuk contravention yang intensif yang mencakup penghasutan, menyebar desas –
desus, mengecewakan pihak lain dan seterusnya
4. Contravention yang bersifat rahasia, seperti menyebarkan rahasia orang lain dan berkhianat
5. Contravention yang bersifat taktis, misalnya mengejutkan lawan, mengganggu atau
membingungkan pihak lain

c. Konflik

Konflik adalah suatu proses social ketika orang perorangan atau kelompok manusia berusaha
untuk memenuhi kebutuhannya yang disertai ancaman atau kekerasan.

Sebab – sebab konflik, antara lain sebagai berikut :

1. Perbedaan antara orang perorangan misalnya dalam perbedaan pendirian dan perasaan
2. Perbedaan kebudayaan karena kepribadian seseorang sedikit banyak dipengaruhi oleh
kebudayaan masyarakatnya sehingga sedikit banyak mempengaruhi pola piker dan pola
pendiriannya yang selanjutnya dapat menyebabkan pertentangan antar kelompok manusia
3. Bentrok kepentingan, baik kepentingan antara orang perorangan, antara kelompok dan
kelompok atau antara orang dan kelompok, misalnya perbedaan kepentingan buruh dan
majikan dapat menimbulkan konflik di antara mereka
4. Peubahan social yang cepat yang untuk sementara waktu mengubah nilai – nilai dalam
masyarakat dapat menimbulkan konflik antar golongan yang berbeda pendapat mengenai
pembentukan kembali system nilai yang akan dipakai selanjutnya

Akibat – akibat dari konflik, antara lain sebagai berikut :

1. Bertambahnya solidaritas dalam ingroup karena apabila suatu kelompok bertentangan dengan
kelompok lain, maka solidaritas antara anggota – anggota kelompok akan bertambah erat
2. Retaknya persatuan kelompok karena anggotanya saling berselisih
3. Perubahan kepribadian seseorang karena dalam suatu pertentangan antar kelompok,
seseorang dapat tahan atau dapat pula merasa tertekan dengan situasi konflik tersebut yang
pada akhirnya dapat mempengaruhi kepribadian seseorang
4. Dapat menghancurkan harta benda dan jatuhnya korban manusia seperti dalam perang untuk
mencapai kemerdekaan Republik Indonesia, baik pihak Indonesia maupun pihak penjajah
mengalami kerugian harta benda juga nyawa
5. Jika kekuatan pihak – pihak yang bertentangan seimbang maka dapat dicapai akomodasi,
apabila tidak maka dapat terjadi dominasi satu kelompok terhadap kelompok lainnya sehingga
pihak yang lebih lemah menjdai takluk terhadap pihak yang lebih kuat.

Ciri – Ciri Interaksi Sosial

a. Interaksi social baru dapat berlangsung apabila dilakukan minimal dua orang atau lebih
b. Adanya reaksi dari pihak lain atas komunikasi dan kontak social
c. Adanya hubungan timbale balik yang saling mempengaruhui, antara kedua belah pihak
d. Cenderung bersifat positif, dinamis dan berkesinambungan
e. Cenderung menghasilkan penyesuaian diri bagi subjek – subjek yang menjalani interaksi social
f. Berpedoman kepada norma – norma atau kaidah sebagai acuan dalam berinteraksi
g. Interaksi mengahasilkan bentuk – bentuk interaksi lain

Agar interaksi social dapat terjalin dengan baik, maka pola – pola interaksi social secara nyata harus
selalu berdasarkan kepada :

a. Kebutuhan yang nyata


b. Efektivitas
c. Efisiensi
d. Penyesuaian dengan kebenaran
e. Penyesuaian dengan kaidah – kaidah yang berlaku
f. Tidak memaksakan secara mental dan fisik
KOMUNIKASI TERAUPETIK

Teori komunikasi sangat sesuai dalam praktek keperawatan ( Stuart dan Sundeen, 1987 ) karena :

1. Komunjikasi merupakan cara untuk membina hubungan yang terapeutik. Dalam proses
komunikasi terjadi penyampaian informasi dan pertukaran perasaan dan pikiran
2. Maksud komunikasi adalah mempengaruhi perilaku orang lain. Berarti, keberhasilan intervensi
perawatan tergantung pada komunikasi karena proses keperawatan ditujukan untuk merubah
perilaku dalam mencapai tingkat kesehatan yang optimal
3. Komunikasi adalah berhubungan. Hubungan perawat dan klien yang teraupetik tidak mungkin
dicapai tanpa komunikasi

Dalam membina hubungan teraupetik dengan klien, perawat perlu mengetahui proses
komunikasi dan keterampilan berkomunikasi dalam membantu klien memcahkan masalahnya.
Elemen yang harus ada pada proses komunikasi adalah pengirim pesan, penerima pesan, pesan, media
dan umpan balik. Semua perilaku individu ( pengirim dan penerima ) adalah komunikasi yang akan
memberi efek pada perilaku. Pesan yang disampaikan dapat verbal maupun nonverbal. Bermain
merupakan cara berkomunikasi dan berhubungan yang baik dengan klien anak.

Perawat dapat menyampaikan atau mengkaji pesan secara nonverbal antara lain : vokal, nada,
kualitas, keras atau lembut, kecepatan, yang semuanya menggambarkan suasana emosi

1. Gerakan
Reflek, postur, ekspresi muka, gerakan – gerakan yang lain. Khusus gerakan dan ekspresi muka
dapat diartikan sebagai suasana hati
2. Jarak ( space )
Jarak dalam berkomunikasi dengan orang lain menggambarkan keintiman
3. Sentuhan
Dikatakan sangat penting, namun perlu pertimbangan aspek budaya dan kebiasaan

A. Sikap Perawat Dalam Komunikasi

Perawat hadir secara utuh ( fisik dan psikologis ) pada waktu berkomunikasi dengan klien.
Perawat tidak cukup hanya mengetahui teknik berkomunikasi dan isi komunikasi, tetapi yang sangat
penting adalah sikap atau penampilan dalam berkomunikasi.

Egan ( 1975, dikutip oleh Kozier dan Erb. 1983, h.372 ) mengidentifikasi lima sikap atau cara
untuk menghadirkan diri secara fisik yaitu :

a. Berhadapan
Arti dari posisi ini adalah “ saya siap untuk anda “
b. Mempertahankan kontak mata
Kontak mata pada level yang sama berarti mengahrgai klien dan menyatakan keinginan untuk
tetap berkomunikasi
c. Membungkuk ke arah klien
Posisi ini menunjukkan keinginan untuk mengatakan atau mendengar sesuatu
d. Mempertahankan sikap terbuka
Tidak melipat kaki atau tangan menunjukkan keterbukaan untuk berkomunikasi
e. Tetap Refleks
Tetap dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam memberi
respon pada klien

Sikap fisik klien dapat pula disebut sebagai perilaku nonverbal, yang perlu dipelajari pada setiap
tindakan keperawatan. Beberapa perilaku nonverbal yang dikemukakan oleh clunn ( 1991, h.169 –
173 ) yang perlu diketahui dalam merawat anak adalah :

a. Gerakan Mata
Gerakan mata dipakai untuk memberikan perhatian. Kontak mata berkembang pada anak sejak
lahir. Kontak mata antara ibu – bayi merupakan cara interaksi atau kontak sosial. Perawat
perlu mengetahui perkembangan kontak mata, misalnya usia 2 bulan bayi tersenyum jika
kontak mata dengan ibu. Bayi dan anak memperlihatkan reaksi yang tinggi terhadap
rangsangan visual. ( mahler, dikutip oleh Clunn, 1991, h.171 )
Kontak mata dan ekspresi muka yang dipakai untuk pendidikan dan sosialisasi. Anak sangat
mengerti akan ekspresi ibu yang marah, sedih atau tidak setuju
b. Ekspresi muka
Umumnya dipakai sebagai bahan non verbal, namun banyak dipengaruhi oleh budaya. Orang
tidak percaya pasti akan tampak dari ekspresi muka tanpa ia sadari
c. Sentuhan
Sentuhan merupakan cara interaksi yang mendasar. Konsep diri didasari oleh asuhan ibu yang
memperlihatkan perasaan menerima dan mengakui. Ikatan kasih sayang dibentuk oleh
pandangan, suara dan sentuhan yang menjadi elemen penting dalam pembentukan ego,
perpisahan dan kemandirian. ( Rubin, dikutip oleh Clunn, 1991, hl 173 )
Sentuhan sangat penting bagi anak sebagai alat komunikasi dalam memperlihatkan
kehangatan, kasih sayang yang pada kemudian hari ( dewasa ) mengembangkan hal yang sama
baginya. Kehadiran psikologis dapat dibagi dalam dua dimensi tindakan ( Truax, Carkfhoff dan
Benerson, dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1987, hl.126 )

B. Dimensi Respon

Dimensi respon terdiri dari respon perawat yang ikhlas, menghargai, empati dan konkrit.
Dimensi respon sangat penting dan pada awal berhubungan dengan klien untuk membentuk
hubungan saling percaya dan komunikasi dan komunikasi yang terbuka. Respon ini terus
dipertahankan sampai pada akhir hubungan.

a. Keikhlasan
Perawat menyatakan melalui keterbukaan, kejujuran, ketulusan dan berperan aktif dalam
berhubungan dengan klien. Perawat berespon dengan tulus, tidak berpura – pura,
mengekspresikan perasaan yang sebenarnya dan spontan
b. Menghargai
Perawat menerima klien apa adanya. Sikap perawat harus tidak menghakimi, tidak mengkritik,
tidak mengejek atau tidak menghina. Rasa menghargai dapat dikomunikasikan melalui duduk
diam bersama klien yang menangis, minta maaf atas hal yang tidak disukai klien, menerima
permintaan klien untuk tidak menanyakan pengalaman tertentu
c. Empati
Empati merupakan kemampuan masuk dalam kehidupan klien agar dapat merasakan pikiran
dan perasaannya. Perawat memandang melalui perasaan klien, merasakan melalui perasaan
klien dan kemudian mengidentifikasi masalah klien serta membantu klien mengatasi masalah
tersebut. Melalui penelitian, Mansfield ( dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1987 hal 129 )
mengidentifikasi perilaku verbal dan nonverbal yang menunjukkan tingkat empati yang tinggi
sebagai berikut :
 Memperkenalkan diri pada klien
 Kepala dan badan membungkuk ke arah klien
 Respon verbal terhadap pendapat klien, khusunya pada kekuatan dan sumber daya klien
 Kontak mata dan berspon pada tanda non verbal klien misalnya, nada suar, gelisah,
ekspresi wajah
 Tunjukkan perhatian, minat, kehangatan melalui ekspresi wajah
 Nada suara konsisten dengan ekspresi wajah dan respon verbal
d. Konkrit
Perawat menggunakan terminologi spesifik, bukan abstrak. Ini perlu untuk menghindarkan
keraguan dan ketidak jelasan. Ada tiga kegunaannya yaitu :
 Mempertahankan respon perawat terhadap perasaan klien
 Memberi penjelasan yang akurat oleh perawat
 Mendorong klien memikirkan masalah yang spesifik
3. Dimensi Tindakan
Dimensi tindakan tidak dapat dipisahkan dengan dimensi respon. Tindakan yang dilaksanakan
harus dalam konteks kehangatan dan pengertian. Perawat senior sering segera masuk dimensi
tindakan tanpa membina hubungan yang adekuat sesuai dengan dimensi respon. Dimensi respon
membawa klien pada tingkat penilaian diri yang tinggi dan kemudian dilanjutkan dengan dimensi
tindakan.
Dimensi tindakan terdiri dari konfrontasi kesegeraan, keterbukaan, “emosional chatarsis”, dan
bermain peran ( Stuart dan Sundeen, 1987, hl.131 )
a. Konfrontasi
Konfrontasi merupakan ekspresi perasaan perawat tentang perilaku klien yang tidak sesuai.
Carkhoff ( dikuti oleh Stuart dan Sundeen, 1987, hl 131 ), mengidentifikasi tiga kategori
konfrontasi yaitu :
 Ketidaksesuaian antara konsep diri klien ( ekspresi klien tentang dirinya ) dan ideal diri klien
( keinginan klien )
 Ketidaksesuaian antara ekspresi non verbal dan perilaku klien
 Ketidaksesuaian antara pengalaman klien dan pengalaman perawat

Konfrontasi berguna untuk meningkatkan kesadaran klien akan kesesuaian perasaan, sikap,
kepercayaan dan perilaku. Konfrontasi dilakukan secara asertif bukan marah atau agresif.

Sebelum melalukan konfrontasi, perawat perlu mengkaji antara lain :

 Tingkat hubungan saling percaya


 Waktu yang tepat
 Tingkat kecemasan klien
 Kekuatan koping klien
 Kekuatan koping klien

Konfrontasi sangat diperlukan pada klien yang telah mempunyai kesadaran diri tetapi perilaku
belum berubah.

b. Kesegaran
Kesegaran berfokus pada interaksi dan hubungan perawat – klien saat ini. Perawat sensitive
terhadap perasaan klien dan berkeinginan membantu dengan segera
c. Keterbukaan perawat
Pada keterbukaan, perawatn memberikan informasi tentang dirinya, idealnya, perasaannya,
sikapnya, nilainya. Perawat membuka diri tentang pengalaman yang berguna untuk terapi klien.
Tukar pengalaman ini memberi keuntungan pada klien untuk mendukung kerjasama dan
memberi dukungan.
Melalui penelitian ditemukan bahwa peningkatan keterbukaan antara perawat klien
menurunkan tingkat kecemasan perawat klien ( Johnson, dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1987,
hl.134)
d. Emotional Catharsis
Emosional katarsis terjadi jika klien di minta bicara hal yang sangat mengganggu dirinya.
Ketakutan, perasaan dan pengalamaan dinuka dan menjadi topik diskusi antara perawat – klien.
Perawat harus dapat mengkaji topik diskusi antara perawat – klien .
Perawat harus dapat mengkaji kesiapan klien mendiskusikan masalahnya. Jika klien mengalami
kesukaran mengekspresikan perasaannya, perawat dapat membantu dengan mengekspresikan
perasaannya jika berada pada situasi klien.
Jika klien menyadari bahwa ia mengekspresikan perasaannya dalam situasi yang diterima dan
aman maka klien akan memperluas kesadaran dan penerimaan pada dirinya.
e. Bermain peran
Bermain peran adalah melakukan peran pada situasi tertentu. Hal ini berguna untuk
meningkatkan kesadaran dalam berhubungan dan kemampuan melihat situasi dari pandangan
orang lain. Bermain peran menjembatani antara pikiran dan perilaku dan klien akan merasa
bebas mempraktekkan perilaku baru pada lingkungan yang aman.
Ringkasan dimensi respon dan tindakan dapat dilihat pada table 4. Perawat senantuasa harus
mencoba berbagai teknik, cara dan siap yang dapat meningkatkan efektifitas komunikais dan
hubungan perawat – klien.
Cara yang teraupetik dalam berkomunikasi dengan anak adalah sebagai berikut :
a. Nada suara
Bicara lambat dan jika tidak dijawab harus diulang lebih jelas dengan pengarahan yang
sederhana. Hidarkan sikap mendesak untuk dijawab dengan mengatakan “ jawab dong “
b. Mengalihkan aktifitas
Kegiatan anak yang berpindah – pindah dapat meningkatkan rasa cemas terapis dan
mengartikannya sebagai tanda hiperaktif. Anak lebih tertarik pada aktifitas yang disukai, oleh
karena itu dibuat jadwal yang bergantian antara aktifitas yang disukai dan membosankan
c. Jarak interaksi
Perawat yang mengobservasi tindakan non verbal dan sikap tubuh anak serta jarak yang
dipertahankan dalam berinteraksi
d. Marah
Perawat perlu mempelajari tanda kontrol perilaku yang rendah pada anak untuk mencegah
temper tantrum. Perawat menghindari bicara yang keras dan otoriter serta mengurangi
kontak mata jika rangsangan meningkat. Jika anak mulai dapat mengkontrol perliku maka
kontak mata dimulai kembali namun sentuhan ditunda dahulu.
e. Kesadaran diri
Perawat harus menghindari konfrontasi secara langsung, duduk yang terlalu dekat dan
berhadapan. Meja tidak diletakkan antara perawat dan anak. Perawat secara non verbal selalu
memberi dorongan, penerimaan dan persetujuan jika diperlukan.
f. Sentuhan
Jangan sentuh anak tanpa izin dari anak. Salaman dengan anak merupakan cara untuk
menghilangkan stress dan cemas, khususnya anak laki – laki.
TEKNIK KOMUNIKASI TERPEUTIK

Dalam menanggapi pesan

Anda mungkin juga menyukai