Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KOMUNIKASI KEPERAWATAN

KONSEP DASAR KOMUNIKASI KEPERAWATAN

Disusun Oleh:
Nama : Sheftya Anggraini
Kelas : X Perawat 1
Guru Pembimbing : Mustakim S.Kep., S. Sos., M.Kes.

SMK KESEHATAN KADER BANGSA PALEMBANG


TAHUN AJARAN 2021/2022
BAB 1
MELAKUKAN KOMUNIKASI

A. PENGERTIAN KOMUNIKASI
Komunikasi (communication), menurut asal kata " etimologis " berasal dari bahasa latin
"communicatus", communicatus bersumber dari "comm—unis" yang memiliki makna
'berbagi' atau 'menjadi milik bersama', yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk
kebersamaan atau kesamaan. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan,
ide, gagasan) dari suatu pihak kepada pihak lain.
Komunikasi dapat dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua
belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi
masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu,
misalnya ;tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu, yang disebut komunikasi
non verbal. Berikut pengertian komunikasi menurut beberapa ahli;
1. Haber tahun 1987
Komunikasi adalah suatu proses dimana informasi ditransmisikan melalui sebuah
sistem lewat simbol, tanda atau perilaku yang umum.
2. Swansburg tahun 1990
Komunikasi adalah elemen dasar dari hubungan interpersoanal untuk membuat,
memelihara, dan menampilkan kontak dengan orang lain.
3. Taylor tahun 1993
Komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi atau proses untuk memberikan
arti dari sesuatu.
4. Jane tahun 1994
Komunikasi adalah suatu proses yang sedang berlangsung secara dinamis dari
kegiatan yang berkaitan dengan pemindahan arti dari pengiriman pesan ke penerima
pesan,
Komunikasi merupakan alat untuk membina hubungan terapeutik interpersonal karena
komunkasi mencakup penyampaian informasi dan pertukaran pikiran dan perasaan. Secara
keseluruhan diartikan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau informasi
dari seseorang kepada orang lain.
B. KOMPONEN KOMUNIKASI
Komponen dari proses komunikasi meliputi pengirim pesan (sender), penerima pesan
(receiver), pesan (message), dan variabel pesan (komunikasi verbal dan nonverbal, bunyi,
keterampilan komunikasi, setting, media, umpan balik, dan lingkungan).
1. Sender
Sender adalah "encoder", yaitu seseorang yang mempunyai inisiatif menyampaikan
pesan kepada orang lain di mana pesan disampaikan secara verbal maupun nonverbal.
Pengirim pesan akan menyampaikan stimulus berupa ide ke dalam bentuk yang dapat
diterima oleh orang lain atau penerima pesan secara tepat.
2. Receiver
Receiver adalah "decoder", yaitu seorang yang menerima pesan. Pengiriman dan
penerimaan pesan terjadi secara bersamaan dan merupakan aktivitas dari sender dan
receiver.
3. Pesan
Pesan atau message adalah informasi yang diterima. Pesan yang efektif adalah jelas
dan terorganisir yang diekspresikan oleh si pengirim pesan.
4. Variabel Pesan
Variabel pesan meliputi komunikasi verbal, komunikasi nonverbal, bunyi,
keterampilan komunikasi, setting, media, umpan balik, dan lingkungan.
a. Komunikasi Verbal
Bahasa merupakan ekspresi ide atau perasaan. Kata-kata adalah alat atau simbol
yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respons
emosional, atau menguraikan obyek, observasi, dan ingatan.
b. Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan kata-kata.
Perilaku nonverbal yang umum adalah menangis, tertawa, berteriak/menjerit,
mengerang. Bentuk lain dari komunikasi nonverbal meliputi ekspresi wajah, suara/
bunyi, isyarat, sikap tubuh, dan cara berjalan.
c. Suara/Bunyi
Bunyi mengacu pada sistem komunikasi untuk menghindari penyampaian pesan
yang tidak akurat.
d. Keterampilan Komunikasi
Keterampilan komunikasi meliputi kemampuan pengirim dan penerima pesan
untuk observasi, mendengar, klarifikasi, dan validasi arti pesan.
e. Setting
Setting mengacu pada tempat/lokasi di mana komunikasi berlangsung.
f. Media
Media adalah channels sensory yang membawa pesan. Channel sensory
meliputi pendengaran, penglihatan, peraba, perasa, dan penciuman (sebagai contoh;
perawat melalui channel penglihatan, melihat air mata pada mata klien).
g. Umpan Balik
Umpan balik adalah proses lanjutan dari pesan yang diterima. Penerima pesan
akan mémberikan tanggapan atau pesan kembali kepada pengirim pesan. Umpan ini
membantu memberikan kejelasan kepada sender, bahwa pesan yang dikirim dapat
diterima dengan tepat oleh receiver atau sebaliknya. Respons verbal dan nonverbal
dari receiver memberikan umpan balik kepada sender.
h. Lingkungan
Proses komunikasi dipengaruhi oleh lingkungan internal dan eksternal. Faktor
eksternal meliputi suhu ruangan, level suara, bau, dan cahaya. Sedangkan faktor
internal hanya diketahui oleh individu, misalnya perasaaan lelah membuat seseorang
malas untuk melakukan komunikasi.

C. PROSES KOMUNIKASI
Jane, mengemukakan komunikasi terbagi menjadi 3 tahap, yaitu komunikasi
intrapersonal, komunikasi interpersonal, dan komunikasi publik.
1. Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi intrapersonal merupakan komunikasi yang terjadi dengan diri sendiri.
Contohnya saat perawat bekerja di ruang rawat, perawat tersebut melihat seorang klien
dan berpikir, "Dia kelihatan sangat tidak nyaman. Saya akan memberikan posisi yang
nyaman untuknya".
Komunikasi terjadi secara konstan dengan kesadaran. Dengan dialog internal, kita
dapat lebih baik mengekspresikan diri kita kepada orang lain.
2. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi di antara dua orang atau
dalam kelompok kecil. Komunikasi ini sering digunakan dalam kegiatan sehari-hari dan
penting untuk kehidupan sosial, seperti bertukar pikiran, menyelesaikan masalah,
membuat keputusan, dan melakukan tindakan.
Dalam keperawatan banyak situasi yang memerlukan keterampilan komunikasi
interpersonal perawat. Setiap berinteraksi dengan klien diperlukan komunikasi
interpersonal, misalnya mengambil darah, pengkajian, memasang infus, dan tindakan
lainnya. Pertemuan dengan tim kesehatan lain (dokter, pekerja sosial, dan lain-lain) juga
memerlukan komunikasi interpersonal. Seorang perawat harus mempunyai kemampuan
untuk mengungkapkan ide secara jelas. Dengan komunikasi interpersonal yang baik,
seorang perawat dapat membantu klien.
3. Komunikasi Publik
Komunikasi publik adalah interaksi dengan kelompok besar, yaitu lebih dari 10-12
orang. Pemberian arahan pada mahasiswa keperawatan di kelas atau penyuluhan publik.
Kepercayaan diri pembicara pada komunikasi publik akan mempengaruhi keberhasilan
komunikasi tersebut. Selain itu, pembicara perlu mengetahui latar belakang pendidikan,
pengetahuan, dan pengalaman pendengar/ klien, sehingga pembicara dapat memilih cara
menyampaikan pesan dengan tepat.
4. Komunikasi Efektif
Komunikasi efektif yaitu komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap
(attitude change) pada orang lain yang bisa terlihat dalam proses komunikasi.
Tujuan komunikasi efektif adalah:
a. Memberi kemudahan dalam memahami pesan yang disampaikan antara pemberi
informasi dan penerima informasi sehingga bahasa yang digunakan oleh pemberi
informasi lebih jelas dan lengkap.
b. Dapat dimengerti dan dipahami dengan baik oleh penerima informasi, atau
komunikan.
c. Pengiriman informasi dan umpan balik atau feedback dapat seimbang sehingga tidak
terjadi monoton.
d. Dapat melatih penggunaan bahasa nonverbal secara baik.
Komunikasi yang efektif dapat dicapai dengan mengusahakan ketepatan (accuracy)
yang paling tinggi derajatnya antara komunikator dan komunikan dalam setiap
komunikasi. (Mc. Crosky Larson, et. all.)
Komunikasi yang lebih efektif terjadi apabila komunikator dan komunikan terdapat
persamaan dalam pengertian, sikap dan bahasa.
Komunikasi dapat dikatakan efektif apabila komunikasi yang dilakukan terdapat hal-
hal berikut:
a. Pesan dapat diterima dan dimengerti serta dipahami sebagaimana yang dimaksud
oleh pengirimnya.
b. Pesan yang disampaikan oleh pengirim dapat disetujui oleh penerima dan
ditindaklanjuti dengan perbuatan yang diminati oleh pengirim.
c. Tidak ada hambatan yang berarti untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan
untuk menindaklanjuti pesan yang dikirim.

D. FAKTOR-FAKTORYANG MEMPENGARUHI PROSES KOMUNIKASI


Menurut Potter dan Perry, perkembangan, persepsi, nilai, belakang budaya, emosi,
pengetahuan, peran, dan tatanan interaksi mempengaruhi isi pesan dan sikap penyampaian
pesan, sehingga komunikasi interpersonal menjadi lebih kompleks.
1. Perkembangan
Lingkungan yang diciptakan oleh orangtua mempengaruhi kemampuan anak untuk
berkomunikasi. Perawat menggunakan teknik khusus ketika berkomunikasi pada anak
sesuai dengan berbagai tahap perkembangannya. Oleh itu, agar dapat berkomunikasi
secara efektif dengan anak, perawat harus mengerti pengaruh perkembangan bahasa dan
proses berpikir yang mempengaruhi cara dan sikap anak dalam berkomunikasi.
2. Persepsi
Persepsi adalah pandangan personal terhadap suatu kejadian. Persepsi dibentuk oleh
harapan dan pengalaman. Perbedaan persepsi dapat menghambat komunikasi.
3. Nilai
Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku seorang sehingga penting bagi
perawat untuk menyadari nilai seseorang. Berusaha mengetahui dan mengklasifikasi nilai
adalah penting dalam membuat keputusan dan interaksi. Jangan sampai perawat
dipengaruhi oleh nilai personalnya dalam hubungan profesional.
4. Latar Belakang Sosial Budaya
Seringkali ketika memberikan asuhan keperawatan kepada klien, perawat
menggunakan bahasa dan gaya komunikasi yang berbeda. Gaya komunikasi sangat
dipengaruhi oleh faktor budaya. Budaya juga membatasi cara bertindak dan
berkomunikasi.
5. Emosi
Emosi adalah perasaan subyektif tentang suatu peristiwa. Cara sesorang
berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain dipengaruhi oleh keadaan emosinya.
Emosi mempengaruhi kemampuan adalah tafsir atau tidak mendengarkan pesan yang
disampaikan. Perawat dapat mengkaji emosi klien dengan mengobservasi klien
berinteraksi dengan keluarga. dokter atau perawat lain. Perawat juga perlu mengevaluasi
emosinya, karena sangat sulit untuk menyembunyikan emosi, sementara klien sangat
perspektif terhadap emosi yang terpindahkan melalui komunikasi interpersonal.
6. Pengetahuan
Komunikasi sulit dilakukan bila orang yang berkomunikasi memiliki tingkat
pengetahuan yang berbeda, Perawat mengkaji tingkat pengetahuan klien dengan
memperhatikan respons klien terhadap pernyataan yang diajukan. Setelah pengkajian,
perawat menggunakan istilah dan kalimat yang dimengerti oleh klien sehingga dapat
menarik perhatian dan minatnya.
7. Peran
Gaya berkomunikasi sesuai dengan peran dan hubungan orang yang berkomunikasi.
Gaya perawat berkomunikasi dengan klien akan berbeda dengan caranya berbicara
dengan dokter atau perawat lain. Perawat perlu menyadari perannya saat berhubungan
dengan klien ketika memberikan asuhan keperawatan. Perawat menyebut nama klien
untuk menunjukkan rasa hormatnya dan tidak menggunakan humor apabila baru
mengenal klien.
8. Tatanan Interaksi
Komunikasi interpersonal akan lebih efektif apabila dilakukan dalam suatu
lingkungan yang menunjang, tidak bising, kurang keleluasaan pribadi dan ruang yang
sempit dapat menimbulkan kerancuan, ketegangan dan ketidaknyamanan. Perawat perlu
memilih tatanan yang memadai ketika berkomunikasi dengan klien.

E. JENIS.JENIS KOMUNIKASI
Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan kata-kata yang diucapkan
atau dituliskan. Kata-kata adalah alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide
atau perasaan, membangkitkan respon emosional, atau menguraikan objek, observasi dan
ingatan, menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat seseorang. Komunikasi
verbal merupakan jenis komunikasi yang paling sering digunakan dalam pelayanan
keperawatan di rumah sakit, karena komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu.
Komunikasi verbal menjadi lebih efektif jika setiap orang yang berkomunikasi dapat
memahami peran yang disampaikan dengan jelas. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap
muka yaitu berkomunikasi dapat memahami peran yang memungkinkan setiap individu untuk
berespon secara langsung, untuk membuat pesan menjadi jelas dan relevan.
Komunikasi verbal yang efektif memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
1. Jelas dan Ringkas
Komunikasi yang efektif harus sederhana, ringkas dan langsung. Makin sedikit kata-
kata yang digunakan makin kecil kemungkinan terjadinya kerancuan. Kejelasan dapat
dicapai dengan berbicara secara lambat dan mengucapkannya dengan jelas.
Penggunaan contoh bisa membuat penjelasan lebih mudah dipahami. Ulang bagian
yang penting dari pesan yang disampaikan. Penerimaan pesan perlu mengetahui apa,
mengapa, bagaimana, kapan, siapa dan di mana. Ringkas, dengan menggunakan kata-
kata yang mengekspresikan ide secara sederhana.
2. Perbendaharaan Kata (Mudah Dipahami)
Komunikasi tidak akan berhasil apabila pengirim pesan tidak mampu
menerjemahkan kata dan ucapan. Penggunaan istilah medis dalam berkomunikasi dengan
klien dapat membuat klien bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau
mempelajari informasi penting.
Perawat hendaknya menyampaikan pesan dengan istilah yang dimengerti klien.
Ungkapan "Duduk, sementara saya akan mengauskultasi paru-paru Anda" akan lebih
baik apabila dikatakan "Silahkan duduk, saya memeriksa paru-paru Anda".
3. Arti Denotatif dan Konotatif
Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan,
sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang terdapat dalam suatu
kata.
Penggunaan kata "serius" dipahami klien sebagai suatu kondisi mendekati kematian,
tetapi perawat akan menggunakan kata "kritis" untuk menjelaskan keadaan yang
mendekati kematian.
Ketika berkomunikasi dalam keperawatan harus hati-hati memilih kata-kata
sehingga tidak mudah untuk disalahtafsirkan, terutama sangat penting ketika
menjelaskan tujuan terapi, dan kondisi klien.
4. Selaan dan Kesempatan Berbicara
Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan komunikasi
verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok pembicaraan lain dapat
menimbulkan kesan bahwa perawat sedang menyembunyikan sesuatu terhadap klien.
Perawat sebaiknya tidak berbicara dengan cepat sehingga kata-kata tidak jelas.
Selaan perlu digunakan untuk menekankan pada hal tertentu, memberi waktu kepada
pendengar untuk mendengarkan dan memahami arti kata.
Selaan yang tepat dapat dilakukan dengan memikirkan apa yang akan dikatakan
sebelum mengucapkannya, menyimak isyarat nonverbal dari pendengar yang mungkin
menunjukkan. Perawat juga bisa menanyakan kepada pendengar apakah ia berbicara
terlalu lambat atau terlalu cepat dan perlu untuk diulang.
5. Waktu dan Relevansi
Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila klien sedang
menangis kesakitan, tidak waktunya untuk menjelaskan risiko operasi. Kendatipun pesan
diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak tepat dapat menghalangi
penerimaan pesan secara akurat.
Oleh karena itu, perawat harus peka terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi.
Begitu pula komunikasi verbal akan lebih bermakna apabila pesan yang disampaikan
berkaitan dengan minat dan kebutuhan klien.
6. Humor
Dugan dan Purba, mengatakan bahwa tertawa membantu mengurangi ketegangan
dan rasa sakit yang disebabkan Oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat
dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien.
Sullivan dan Deane dalam Purba, melaporkan bahwa humor merangsang produksi
catecholamine dan hormon yang menimbulkan perasaan sehat, meningkatkan toleransi
terhadap rasa sakit, mengurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi pernapasan dan
menggunakan humor untuk menutupi rasa takut dan tidak enak atau menutupi
ketidakmampuannya untuk berkomunikasi dengan klien.
Macam-macam Komunikasi verbal
1. Komunikasi Lisan
Komunikasi lisan merupakan suatu hubungan yang efektif yang dilakukan oleh dua
orang atau lebih guna mencapai suatu tujuan yang diinginkan baik dari pihak
komunikator maupun komunikan yang dilakukan dengan cara komunikasi langsung
ataupun dengan menggunakan media seperti telepon,
Menurut Koch (1992:78) dalam proses berbicara ada lima yang terlibat, yaitu:
a. Pembicara sebagai penyampai pesan
Gambaran penyimak tentang pembicara sebagai orang yang berkemampuan
bagus, bersikap rendah hati, bertutur runtut dan bermanfaat, akan mempengaruhi
ketersampaian pesan. Kesan penyimak seperti itu akan membuatnya percaya atas
apa yang disampaikan oleh pembicara. Sebagai guru, kita harus mampu memberikan
kesan yang baik terhadap siswa agar mereka yakin bahwa kita memang mampu
menjadi guru dan layak digurukan oleh mereka. Kesan yang baik muncul karena
tampilan mengajar kita baik. Tampilan yang baik hanya akan terjadi kalau kita
memang benar-benar siap. Itulah salah satu alasan kenapa persiapan mengajar itu
diperlukan.
b. Pesan atau isi pembicaraan
Agar penyimak dapat menangkap dan memahami pesannya, pembicara mesti
memperhatikan dua hal. Pertama, materi pembicaraan hendaknya bermanfaat dan
sesuai dengan kebutuhan penyimak. Bagi kita sebagai guru, hal ini akan terjadi jika
kita memahami apa yang sudah diketahui siswa dan apa pula yang mereka butuhkan.
Untuk itulah mengapa pada permulaan pembelajaran kita suka melakukan penilaian
awal terlebih dahulu. Hasil penilaian itu akan memungkinkan kita untuk memilah
mana materi pelajaran yang perlu disampaikan secara mendalam, sekadarnya saja,
atau mana yang tidak perlu. Untuk apa kita menyampaikan sesuatu yang sudah
dipahami siswa. Selain membuang waktu, hal itu akan membosankan mereka.
Kedua, pembicara hendaknya menata bahasanya secara menarik dan jelas.
Pengaturan volume suara, penekanan, dan variasi penyampaian yang baik, akan
menolong pembicaraan menjadi menarik. Kata-kata yang spesifik dan mudah
dipahami akan membuat pesan yang disampaikan menjadi jelas.
c. Saluran atau alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan
Dalam situasi berbicara penggunaan saluran dapat dilakukan dengan melibatkan
semua indera penyimak. Maksudnya, pembicara dapat memilih kata-kata yang
merangsang pembangkitan kelima indera penyimak, termasuk didalamnya adalah
perilaku nonverbal serta alat bantu.
d. Sasaran pembicaraan atau penyimak
Pembicaraan harus berpusat pada penyimak. Maksudnya, sesuaikan isi dan cara
pengungkapan dengan kemampuan dan keperluan penyimak, hargailah penyimak
dengan cara memandang dan memperhatikan mereka sebagai orang yang patut
dihargai.
e. Tanggapan sasaran atau penyimak
Respon yang muncul menunjukkan keberhasilan atau kegagalan pembicara. Jika
maksud berbicara adalah untuk menghibur, menginformasikan, atau
membujuk/meyakinkan maka keberhasilan berbicara pun hendaknya diukur oleh
apakah sasaran telah merasa diberi informasi, dihibur atau diyakinkan.
2. Komunikasi Tertulis
Komunikasi tertulis merupakan salah satu bentuk komunikasi yang sering digunakan
dalam bisnis, seperti komunikasi melalui surat menyurat, pembuatan memo, laporan,
iklan di surat kabar dan lain-lain.
Prinsip-prinsip komunikasi tertulis terdiri dari:
• Lengkap.
• Ringkas.
• Pertimbangan.
• Konkret.
• Jelas.
• Sopan
• Benar.
Fungsi komunikasi tertulis adalah:
• Sebagai tanda bukti tertulis yang otentik, misalnya; persetujuan operasi.
• Alat pengingat/berpikir bilamana diperlukan, misalnya surat yang telah diarsipkan.
• Dokumentasi historis, misalnya surat dalam arsip lama yang digli kembali untuk
mengetahui perkembangan masa lampau.
• Jaminan keamanan, umpamanya surat keterangan jalan.
• Pedoman atau dasar bertindak, misalnya surat keputusan, surat perintah, surat
pengangkatan.
Keuntungan komunikasi tertulis adalah:
• Sebagai dokumen tertulis.
• Sebagai bukti penerimaan dan pengiriman.
• Dapat menyampaikan ide yang rumit.
• Memberikan analisis, evaluasi dan ringkasan.
• Sebagai alat informasi kepada khalayak ramai.
• Dapat menegaskan, menafsirkan dan menjelaskan komunikasi lisan.
• Membentuk dasar kontrak atau perjanjian.
• Sebagai penelitian dan bukti di pengadilan.
Kerugian komunikasi tertulis adalah:
• Membutuhkan waktu lama untuk membuatnya.
• Membutuhkan biaya yang mahal.
• Komunikasi tertulis cenderung lebih formal.
• Dapat menimbulkan masalah karena salah penafsiran.
• Susah untuk mendapatkan umpan balik segera.
• Bentuk dan isi surat tidak dapat diubah bila telah dikirimkan.
• Bila penulisan kurang baik maka akan membingungkan pembaca.
Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan kata-kata.
Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain.
Perawat perlu menyadari pesan verbal dan nonverbal yang disampaikan klien mulai dan
saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan. Hal ini karena isyarat nonverbal
menambah arti terhadap pesan verbal untuk perawat yang mendeteksi suatu kondisi dan
menentukan kebutuhan asuhan keperawatan.
Morris dalam Liliweni, membagi pesan nonverbal sebagai berikut:
1. Kinesik
Kinesik adalah pesan nonverbal yang diimplementasikan dalam bentuk bahasa
isyarat tubuh atau anggota tubuh. Perhatikan bahwa dalam pengalihan informasi
mengenai kesehatan, para penyuluh tidak saja menggunakan kata-kata secara verbal
tetapi juga memperkuat pesan-pesan itu dengan bahasa isyarat untuk mengatakan suatu
penyakit yang berbahaya„ obat yang mujarab, cara memakai kondom, cara mengaduk
obat, dan Iain-lain.
2. Proksemik
Proksemik yaitu bahasa nonverbal yang ditunjukkan oleh "ruang" dan "jarak" antara
individu dengan orang lain, waktu berkomunikasi atau antara individu dengan objek.
3. Haptik
Haptik seringkali disebut zero proxemics, artinya tidak ada lagi jarak di antara dua
orang waktu berkomunikasi. Berdasarkan kondisi tersebut maka ada ahli komunikasi
nonverbal yang mengatakan haptik itu sama dengan menepuk-nepuk, meraba-raba,
memegang, mengelus dan mencubit. Haptik mengkomunikasikan relasi kita dengan
seseorang,
4. Paralinguistik
Paralinguistik meliputi setiap penggunaan suara sehingga bermanfaat kalau hendak
menginterpretasikan simbol verbal. Sebagai contoh, orang-orang Muangthai merupakan
orang yang rendah hati, mirip dengan orang Jawa yang tidak mengungkapkan kemarahan
dengan suara yang keras. Mengkritik orang lain biasanya tidak diungkapkan secara
langsung tetapi dengan anekdot. Ini berbeda dengan orang Batak dan Timor yang
mengungkapkan segala sesuatu dengan suara keras.
5. Artifak
Kita memahami artifak dalam komunikasi nonverbal dengan berbagai benda
material di sekitar kita, lalu bagaimana cara benda-benda itu digunakan untuk
menampilkan pesan tatkala dipergunakan. Sepeda motor, mobil, kulkas, pakaian, televisi,
komputer mungkin sekadar benda. Namun dalam situasi sosial tertentu benda-benda itu
memberikan pesan kepada orang lain. Kita dapat menduga status sosial seseorang dan
pakaian atau mobil yang mereka gunakan. Makin mahal mobil yang mereka pakai, maka
makin tinggi status sosial orang itu.
6. Logo dan Warna
Kreasi pada perancang untuk menciptakan logo dalam penyuluhan merupakan karya
komunikasi bisnis, namun model tersebut dapat ditiru dalam komunikasi kesehatan.
Biasanya logo dirancang untuk dijadikan simbol suatu karya organisasi atau produk
organisasi, terutama bagi organisasi swasta. Bentuk logo umumnya berukuran kecil
dengan pilihan bentuk, warna dan huruf yang mengandung visi dan misi organisasi.
7. Tampilan Fisik Tubuh
Seringkali kita mempunyai kesan tertentu terhadap tampilan fisik tubuh dari lawan
bicara. Kita sering menilai seseorang mulai dari warna kulitnya, tipe tubuh (atletis, kurus,
ceking, bungkuk, gemuk, gendut, dan lain-lain). Tipe tubuh itu merupakan cap atau
warna yang kita berikan kepada orang itu. Salah satu keutamaan pesan atau informasi
kesehatan adalah persuasif, artinya bagaimana kita merancang pesan sedemikian rupa
sehingga mampu mempengaruhi orang lain agar mereka dapat mengetahui informasi,
menikmati informasi, memutuskan untuk membeli atau menolak produk bisnis yang
disebarluaskan oleh sumber informasi (Liliweni).

Anda mungkin juga menyukai