Anda di halaman 1dari 38

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teoritis

1. Tinjauan Tentang Keefektivitas Komunikasi Orang Tua dan Anak

a. Pengertian Komunikasi

Anwar Arifin (1992: 12) menyatakan bahwa komunikasi

adalah proses pernyataan antar manusia. Lebih rinci Jalaluddin

Rakhmat (2004: 9) mendefinisikan komunikasi sebagai interaksi dua

orang yang saling mempengaruhi sehingga akan menimbulkan

pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin

baik dan tindakan. Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian

dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang kepada orang lain.

Dengan demikian pemindahan pengertian tersebut melibatkan tidak

sekedar kata-kata yang digunakan dalam percakapan tetapi juga

ekspresi wajah, intonasi, titik putus vocal dan sebagainya (A. G.

Lunandi, 1987: 17).

Gitosudarmo dan Sudito (2000: 23) mendefinisikan komunikasi

sebagai penyampaian atau pertukaran informasi dari pengirim kepada

penerima baik lisan, tertulis maupun menggunakan alat komunikasi.

Pertukaran informasi yang terjadi diantara pengirim dan penerima

pesan tidak hanya dilakukan dalam bentuk lisan maupun tertulis oleh

manusia, akan tetapi komunikasi yang terjadi dalam keluarga dewasa

ini juga menggunakan alat komunikasi canggih. Pentingnya


komunikasi dalam hubungannya dengan keluarga ditunjukkan oleh

banyaknya waktu yang dipergunakan untuk berkomunikasi.

Dance dalam (Jalaluddin Rakhmat, 2004: 13) mengartikan

komunikasi dalam kerangka psikologi behaviorisme sebagai usaha

menimbulkan respon melalui lambang-lambang verbal, ketika

lambing-lambang tersebut bertindak sebagai stimuli. Kinchaid dan

Schram (1984: 9) memberikan pengertian tentang komunikasi sebagai

proses saling membagi atau menggunakan informasi secara bersama

antara pemberi dan penerima informasi dalam proses informasi,

sehingga proses mendasar dari suatu komunikasi adalah kebersamaan

yang saling memberi dan menerima atas suatu informasi.

Komunikasi merupakan proses penyampaian pikiran dari

seseorang ke orang lain. Menurut Arni (2009: 4-5) mengemukakan

komunikasi adalah pertukaran pesan verbal maupun nonverbal antara

si pengirim dan si penerima pesan untuk mengubah tingkah

laku.menurut Widjaja (2009: 26):

Komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara manusia


baik individu maupun kelompok. Manusia sejak dilahirkan sudah
berkomunikasi dengan lingkungannya. Komunikasi bukan sekadar
tukar menukar pikiran serta pendapat saja akan tetapi kegiatan
yang dilakukan untuk berusaha mengubah pendapat dan tingkah
laku orang lain

Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi

adalah proses pemindahan pengertian dengan cara penyampaian pesan

antara individu satu dengan individu yang lain yang dapat diterima
dengan baik, baik berupa penyampaian pikiran, pendapat, bahkan

perasaan hati yang terwujud dalam bentuk perilaku yang baik pula.

b. Aspek-aspek Komunikasi

Aspek-aspek Komunikasi (A. Supraktiknya, 1995: 10-12)

mengemukakan aspek-aspek komunikasi secara umum antara lain:

a. Pembukaan diri

Saling terbuka dan jujur dalam berhubungan atau berinteraksi

dengan orang lain.

b. Mampu mendengarkan lawan bicara

Memahami pesan atau ide yang dikemukakan oleh orang lain.

c. Mampu mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan baik

Mampu mengungkapkan ide-ide, gagasan atau perasaannya dan

menyampaikan pesan tersebut dengan tepat.

d. Penerimaan terhadap orang lain

Menghargai pendapat orang lain atau mampu menerima gagasan

dari sudut pandang orang lain.

A. G. Lunandi (1987: 33-45) menyatakan bahwa aspek-aspek

komunikasi yaitu:

1) Mendengarkan

Mendengarkan suatu komunikasi harus dilakukan dengan pikiran

dan hati serta segenap indra yang diharapkan kepada si pembicara.

2) Pernyataan
Untuk dapat menyampaikan suatu pernyataan kepada orang lain,

pertama-tama gagasan itu harus dipahami terlebih dahulu, kalau

gagasan masih samar-samar bagi kita, maka bagi orang lain akan

menjadi lebih kabur lagi.

3) Keterbukaan

Terbuka untuk menyatakan isi hati dan terbuka untuk

mendengarkan. Terbuka untuk mengungkapkan diri dengan jujur,

terbuka untuk menerima orang lain akan membuka komunikasi

lebih berarti.

4) Kepekaan

Untuk melakukan komunikasi yang mengena, pihak-pihak yang

berkomunikasi perlu memiliki kepekaan. Jadi tidak asal

mengungkapkan apa yang ada dalam hati dan pikiran, sedangkan

kepekaan diartikan sebagai kemahiran membaca bahasa badan dan

komunikasi yang tidak diungkapkan dengan kata-kata.

5) Umpan balik

Sebuah komunikasi disebut umpan balik apabila pesan yang

dikirim terpantul yaitu mendapat tanggapan yang dikirimkan

kembali. Memberikan umpan balik memungkinkan kita

mengetahui isi pesan lebih sempurna dan lebih baik.

De Vito (1997: 39-40) mengungkapkan bahwa dalam

komunikasi antar pribadi memerlukan aspek-aspek yang meliputi:

1) Keterbukaan (openness)
Keterbukaan yaitu keinginan untuk membuka diri, dimana

seseorang mengungkapkan informasi tentang dirinya sendiri,

perilaku, sikap, perasaan, keinginan, motivasi, gagasan, yang

biasanya disembunyikan, sehingga pihak-pihak yang terlibat dalam

komunikasi dapat tertanam sikap untuk mengerti dan mengenal

dirinya sendiri sehingga kelemahan dan kekurangan yag

dimilikinya akan dapat diterima.

2) Empati (emphathy)

Empati dimaksudkan merasakan sesuatu seperti yang dirasakan

orang lain yaitu mencoba merasakan dalam cara yang sama dengan

perasaan orang lain tanpa kehilangan identitas diri. Empati dapat

dikomunikasikan secara verbal dan non verbal. Secara non verbal

seseorang dapat mengkomunikasikan empati dengan

memperlihatkan: (1) keterbukaan aktif melalui ekspresi wajah dan

gerak-gerik yang sesuai, (2) konsentrasi terpusat melalui kontak

mata, postur tubuh yang penuh perhatian dan kedekatan fisik, serta

(3) sentuhan atau belaian. Secara verbal, empati dapat

dikomunikasikan melalui: (1) merefleksikan balik kepada

pembicara perasaan yang sedang dialaminya, (2) membuat

pernyataan tentatif dan bukan pernyataan, (3) mempertanyakan

pesan yang berbaur, komponen verbal dan non verbal saling

bertentangan, dan (4) melakukan pengungkapan diri yang berkaitan

dengan peristiwa dan perasaan orang itu untuk


mengkomunikasikan pengertian dan pemahaman terhadap apa

yang sedang dialami.

3) Dukungan (supportiveness)

Dukungan merupakan suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk

menghargai lawan bicaranya yang menjadikan orang bebas dalam

mengemukakan pendapatnya, mampu menerima pandangan yang

berasal dari orang lain, bersikap terbuka dan mau mengubah

tingkah laku tersebut jika dipandang perlu.

4) Sikap positif (positiveness)

Sikap positif merupakan sikap menghargai lawan bicara yang dapat

membuat seseorang menghargai dirinya sendiri secara positif pula

atau dengan kata lain kepositifan merupakan sikap menerima orang

lain dan berkaitan dengan sikap menerima dirinya sendiri.

5) Kesamaan (equality)

Kesamaan yaitu sejauh mana antara pengirim informasi dan

penerima informasi mempunyai kesamaan sehingga

ketidaksetujuan dan konflik dipandang sebagai usaha untuk

memahami perbedaan pendapat yang tidak dapat dihindari dari

pada memandangnya sebagai kesempatan untuk menjatuhkan

orang lain.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-

aspek komunikasi adalah saling mendengarkan, terbuka, mampu


mengungkapkan ide-ide, gagasan atau perasaannya dan mampu

mengadakan umpan balik dengan lawan bicara.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Efektif

Suranto A. W. (2011: 213) menjelaskan bahwa dalam

komunikasi terdapat beberapa faktor yang sangat menentukan

keberhasilan komunikasi tersebut apabila dipandang dari sudut

komunikator, komunikan, dan pesan, antara lain:

1) Faktor keberhasilan dilihat dari sudut komunikator

a) Kredibilitas, ialah kewibawaan seorang komunikator di

hadapan komunikan. Pesan yang disampaikan oleh seorang

komunikator yang kredibilitasnya tinggi akan lebih banyak

memberi pengaruh terhadap penerima pesan.

b) Daya tarik, ialah daya tarik fisik maupun non fisik. Adanya

daya tarik ini akan mengundang simpati penerima pesan

komunikasi, pada akhirnya penerima pesan akan dengan mudah

menerima pesan-pesan yang disampaikan oleh komunikator.

c) Kemampuan intelektual, ialah tingkat kecakapan, kecerdasan,

dan keahlian seorang komunikator, terutama dalam hal

menganalisis suatu kondisi sehingga bisa mewujudkan cara

komunikasi yang sesuai.

d) Integritas atau keterpaduan sikap dan perilaku dalam aktivitas

sehari-hari. Komunikator yang memiliki keterpaduan,


kesesuaian antara ucapan dan tindakannya akan lebih disegani

oleh komunikan.

e) Keterpercayaan, apabila komunikator dipercaya oleh

komunikan, maka akan lebih mudah menyampaikan pesan dan

mempengaruhi sikap orang lain.

f) Kepekaan sosial, yaitu suatu kemampuan komunikator untuk

memahami situasi sekitar.

g) Kematangan tingkat emosional, yaitu kemampuan komunikator

untuk mengendalikan emosinya, sehingga tetap dapat

melaksanakan komunikasi dalam suasana yang menyenangkan

untuk kedua belah pihak.

h) Berorientasi pada kondisi psikologis komunikan, artinya

seorang komunikator perlu memahami kondisi psikologis orang

yang diajak berkomunikasi.

i) Komunikator harus bersikap supel, ramah, dan tegas.

2) Faktor keberhasilan dilihat dari sudut komunikan

a) Komunikan yang cakap akan mudah menerima dan mencerna

materi yang diberikan oleh komunikator.

b) Komunikan yang mempunyai pengetahuan yang luas akan

cepat menerima informasi yang diberikan komunikator.

c) Komunikan harus bersikap ramah, supel dan pandai bergaul

agar tercipta proses komunikasi yang lancar.

d) Komunikan harus memahami dengan siapa ia berbicara.


e) Komunikan bersikap bersahabat dengan komunikator.

3) Faktor keberhasilan dilihat dari sudut pesan

a) Pesan komunikasi interpersonal perlu dirancang dan

disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menumbuhkan

perhatian komunikan.

b) Lambang-lambang yang dipergunakan harus benar-benar dapat

dipahami oleh kedua belah pihak (komunikator dan

komunikan).

c) Pesan-pesan tersebut disampaikan secara jelas dan sesuai

dengan kondisi dan situasi setempat.

d) Tidak menimbulkan multi interprestasi atau penafsiran yang

berlainan.

e) Menyediakan informasi yang praktis, berguna, dan membantu

komunikan melakukan tindakan yang diinginkan.

f) Memberikan fakta, bukan kesan dengan cara menyampaikan

kalimat konkret, detail, dan spesifik disertai bukti untuk

mendukung opini.

g) Menawarkan rekomendasi dengan cara mengemukakan

langkah-langkah yang disarankan untuk membantu komunikan

menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Jalaluddin Rakhmat (2004: 27) mengatakan bahwa komunikasi

dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah daya tarik fisik,
karena dengan daya tarik fisik akan mudah memperoleh simpati dan

perhatian dalam berkomunikasi dengan orang lain.

Dari paparan diatas dapat diketahui bahwa banyak faktor yang

mempengaruhi komunikasi yang efektif, diantaranya adalah faktor

komponen komunikan, faktor pada komponen komunikator, faktor

komponen pada pesan, keterampilan komunikasi, tingkat pengetahuan,

sistem sosial budaya, daya tarik fisik.

d. Fungsi Komunikasi

Judi dan Paul (Deddy Mulyana, 2003: 5) mengemukakan hal

yang senada bahwa komunikasi memiliki dua fungsi umum. Pertama,

untuk kelangsungan hidup, misalnya keselamatan fisik, meningkatkan

kesadaran diri, menampilkan diri pada orang lain dan mencapai ambisi

pribadi. Kedua, untuk kelangsungan hidup masyarakat, yaitu untuk

memperbaiki hubungan sosial dan mengembangkan keberadaan suatu

masyarakat.

Hafied Cangara (2005: 55-57) mengatakan, bahwa untuk

memahami fungsi komunikasi kita perlu memahami terlebih dahulu

tipe komunikasi, sebab hal itu dapat membedakan fungsi masing-

masing diantaranya yaitu:

1) Tipe komunikasi dengan diri sendiri yang berfungsi untuk


mengembangkan kreatifitas imajinasi, memahami dan
mengendalikan diri, serta meningkatkan kematangan berfikir
sebelum mengambil keputusan.
2) Tipe komunikasi antar pribadi yang berfungsi untuk berusaha
meningkatkan hubungan insani (human relations), menghindari
dan mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi
ketidakpastian sesuatu, serta berbagai pengetahuan dan
pengalaman dengan orang lain.
3) Tipe komunikasi public yang berfungsi untuk menumbuhkan
semangat kebersamaan (solidaritas), mempengaruhi orang
lain,memberi informasi, mendidik dan menghibur.
4) Tipe komunikasi massa yang berfungsi untuk menyebarluaskan
informasi, meratakan pendidikan, merangsang pertumbuhan
ekonomi, dan menciptakan kegembiraan dalam hidup
seseorang.

Pada hakikatnya komunikasi dalam sebuah keluarga khususnya

antara orang tua dengan anak memiliki kontribusi yang luar biasa bagi

keduanya, karena dengan adanya komunikasi yang efektif dan efisien

dan dilaksanakan secara terus-menerus dapat menciptakan keakraban,

keterbukaan, perhatian yang lebih antara keduanya serta orang tua pun

lebih dapat mengetahui perkembangan pada anak baik fisik maupun

psikisnya. Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Hasan Basri

(1997: 80), bahwasanya komunikasi berfungsi sebagai:

1) Sarana untuk mengungkapkan kasih sayang.

2) Media untuk menyatakan penerimaan atau penolakan atas pendapat

yang disampaikan.

3) Sarana untuk menambah keakraban hubungan sesama warga dalam

keluarga.

4) Menjadi barometer bagi baik buruknya kegiatan komunikasi dalam

sebuah keluarga.

Bahkan Onong Uchjana Effendy (2003: 55) berpendapat bahwa

komunikasi berfungsi untuk: (1) Menginformasikan/to inform, (2)


Mendidik/to educate, (3) Menghibur/to entertain, dan (4)

Mempengaruhi/to influence."

Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan dari beberapa

uraian di atas bahwasanya komunikasi yang dianggap sebagai suatu

kebutuhan yang sangat vital dalam kehidupan manusia memiliki

beberapa fungsi seperti yang telah di uraikan di atas dari beberapa

pendapat para ahli antara lain yaitu sebagai suatu sarana untuk

mengungkapkan segala perasaan kasih sayang, perhatian serta dapat

menambah keakraban dan keterbukaan antara orang tua dengan

anak/keluarga.

e. Jenis-jenis Komunikasi

Onong Uchjana Effendy (1993: 36) menyebutkan ada tiga jenis

komunikasi, antara lain:

1) Komunikasi persona (persona communication), adalah pernyataan

manusia yang didasarkan pada sasaran tunggal.

2) Komunikasi kelompok (group communication), adalah pernyataan

manusia didasarkan pada kelompok manusia tertentu atau

komunikasi antara seseorang dengan jumlah orang yang berkumpul

bersama-sama dalam bentuk kecil atau besar. Komunikasi

kelompok bersifat lebih formal, terorganisir dan lebih bersifat

melembaga dari pada komunikasi persona.

3) Komunikasi massa (mass communication), merupakan bentuk

komunikasi dengan komunikan secara massal, berjumlah banyak,


bertempat tinggal jauh, sangat heterogen, dan menimbulkan efek-

efek tertentu.

Jenis komunikasi menurut Christina Lia Uripni dkk (2003: 23)

antara lain:

1) Komunikasi Interpersonal, adalah salah satu bentuk komunikasi

yang paling efektif, komunikator dapat langsung bertatap muka

dengan komunikan, dapat langsung direspon atau ditanggapi pada

saat itu juga.

2) Komunikasi Intrapersonal, adalah komunikasi yang terjadi dalam

diri individu. Komunikasi tersebut akan membantu seseorang atau

individu agar tetap sadar akan kejadian di sekitar, atau

penyampaian pesan seseorang kepada dirinya sendiri.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis

komunikasi antara lain dapat dilakukan dengan menggunakan kata-

kata untuk saling bertukar pikiran dan saling mengungkapkan perasaan

masing-masing. Komunikasi tidak hanya dapat dilakukan dengan

menggunakan kata-kata tetapi dapat juga dilakukan dengan

menggunakan bahasa tubuh seperti membelai, memeluk, dengan

pandangan mata, senyuman dan sebagainya.

f. Pengertian Efektivitas

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia kata efektivitas berasal

dari kata dasar “efektif” yang artinya ada efeknya (akibatnya,

pengaruhnya, kesannya) manjur dan mujarab, dapat membawa


keberhasilan. Sedangkan, secara istilah efektivitas merupakan suatu

hasil tercapainya tujuan yang telah di usahakan.

Menurut Supardi dalam Afifatu Rohmawati (2015: 18) efektif

adalah kombinasi yang tersusun meliputi manusiawi, material,

kelengkapan yang lainya. Mengubah perilaku kearah yang positif dan

lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan agar bisa menuju

pembelajaran yang efektif. Efektif yang dimaksud pencapaian suatu

tujuan yang dilakukannya dengan tindakan-tindakan untuk mencapai

hal-hal tersebut.

Nana Sudjana (2011: 50) mendefinisikan bahwa efektivitas

ialah suatu jalan menuju keberhasilan yang dilaksanakan perserta didik

demi mendapatkan tujuan yang diingikan.

Menurut Ravianto dalam (2014: 367) efektivitas adalah sesuatu

hal yang menjadi ujung tombok dalam mengukur baik tindaknya suatu

pekerjaan yang dilaksanakan. Suatu perkerjaan yang dilaksanakan

diangap efektif apabila dikerjakan sesuai dengan konsep yang telah di

rancang baik dari segi waktu, biaya dan kualitasnya.

Dari beberapa pengertian diatas dapat penulis tarik kesimpulan

bahwa efektivitas diartikan sebagai suatu kegiatan merupakan hasil

dari ketetapan tujuan atau sasaran dari suatu kejadian yang telah

dirancang dan disusun agar dapat tercapai sesuai keinginan. Apabila

sudah menjalankan sesuai dengan target yang telah direncanakan maka

akan semakin efektif.


g. Efektivitas Komunikasi Orang Tua dan Anak

Komunikasi antara orang tua dengan anak dapat dikatakan

efektif dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Menurut Sobur

(Suryani, 2006: 28), meluangkan waktu bersama merupakan syarat

untuk menciptakan komunikasi orang tua dan anak. Komunikasi

dengan kuantitas yang tinggi tidak semua memiliki kualitas yang baik.

Djoko Purwanto (2003: 28) mengemukakan bahwa kualitas

komunikasi secara harfiah merupakan suatu derajat baik buruknya

interaksi sosial, kontak sosial, kedua belah pihak, baik pihak pengirim

maupun penerima. Komunikasi berkualitas antara orang tua dengan

anak diartikan sebagai suatu keberhasilan dalam sebuah interaksi dan

dinyatakan sebagai komunikasi yang efektif, sedangkan kualitas yang

buruk menandakan ketidakefektifan dari komunikasi antara orang tua

dengan anak.

Everett M. Rogers (Dalam Deddy Mulyana (2005: 62)

komunikasi adalah proses ide dialihkan dari sumber kepada suatu

penerima atau lebih untuk mengubah tingkah laku mereka.

Jalaluddin Rakhmat (2007: 18) menyatakan bahwa komunikasi

yang berhasil bukan hanya sekedar kepandaian berbicara, melainkan

komunikasi itu sendiri bersifat efektif atau berkualitas, yang menjadi

soal bukanlah berapa kali komunikasi dilakukan, tetapi bagaimana

komunikasi itu dilakukan. Pendapat ini diperkuat oleh Onong Uchjana

Effendi (2002: 8) yang menyatakan bahwa komunikasi yang efektif


dapat menimbulkan pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap,

hubungan yang baik dan tindakan. Komunikasi yang dilakukan orang

tua dengan anaknya, yang berlangsung dua arah, akan menimbulkan

sikap merasa dihormati dan dihargai dari diri anak. Pesan yang

disampaikan orang tua yang tersampaikan dengan baik akan

mendorong hubungan yang baik dengan anak dan mengarah pada

tindakan yang baik juga pada anak.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas

komunikasi orang tua dan anak adalah interaksi dua orang yang saling

mempengaruhi dengan cara yang mengarah pada pengertian,

kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik dan

tindakan, yang terjadi antara orang tua dan anak untuk tercapainya

tujuan atau sasaran dari suatu kejadian yang telah dirancang dan

disusun agar dapat tercapai sesuai keinginan.

h. Alat Ukur Efektivitas Komunikasi Orang tua-anak

Komunikasi dilakukan oleh pihak yang memberitahukan

(komunikator) kepada pihak penerima (komunikan). Komunikasi

efektif tejadi apabila sesuatu (pesan) yang diberitahukan komunikator

dapat diterima dengan baik atau sama oleh komunikan, sehingga tidak

terjadi salah persepsi, terutama dalam komunikasi oleh orang tua dan

anak. Untuk dapat berkomunikasi secara efektif kita perlu memahami

aspek-aspek komunikasi.
Menurut Dedy Mulyana (2005: 68), untuk dapat berkomunikasi

secara efektif kita perlu memahami aspek-aspek komunikasi, antara

lain:

1) Komunikator.

Pengirim (sender) yang mengirim pesan kepada komunikan

dengan menggunakan media tertentu. Unsur yang sangat

berpengaruh dalam komunikasi, karena merupakan awal (sumber)

terjadinya suatu komunikasi

2) Komunikan.

Penerima (receiver) yang menerima pesan dari komunikator,

kemudian memahami, menerjemahkan dan akhirnya memberi

respon.

3) Media.

Saluran (channel) yang digunakan untuk menyampaikan pesan

sebagai sarana berkomunikasi. Berupa bahasa verbal maupun non

verbal, wujudnya berupa ucapan, tulisan, gambar, bahasa tubuh,

bahasa mesin, sandi dan lain sebagainya.

4) Pesan.

Isi komunikasi berupa pesan (message) yang disampaikan oleh

Komunikator kepada Komunikan. Kejelasan pengiriman dan

penerimaan pesan sangat berpengaruh terhadap kesinambungan

komunikasi.

5) Tanggapan.
Merupakan dampak (effect) komunikasi sebagai respon atas

penerimaan pesan. Diimplentasikan dalam bentuk umpan balik

(feed back) atau tindakan sesuai dengan pesan yang diterima.

De Vito (1997: 39-40) yang mengungkapkan bahwa dalam

berkomunikasi yang efektif memerlukan aspek-aspek yang meliputi:

1) Keterbukaan (openness)

Keterbukaan yaitu keinginan untuk membuka diri, dimana

seseorang mengungkapkan informasi tentang dirinya sendiri,

perilaku, sikap, perasaan, keinginan, motivasi, gagasan, yang

biasanya disembunyikan, sehingga pihak-pihak yang terlibat dalam

komunikasi dapat tertanam sikap untuk mengerti dan mengenal

dirinya sendiri sehingga kelemahan dan kekurangan yag

dimilikinya akan dapat diterima.

2) Empati (emphathy)

Empati dimaksudkan merasakan sesuatu seperti yang dirasakan

orang lain yaitu mencoba merasakan dalam cara yang sama dengan

perasaan orang lain tanpa kehilangan identitas diri. Empati dapat

dikomunikasikan secara verbal dan non verbal. Secara non verbal

seseorang dapat mengkomunikasikan empati dengan

memperlihatkan: (1) keterbukaan aktif melalui ekspresi wajah dan

gerak-gerik yang sesuai, (2) konsentrasi terpusat melalui kontak

mata, postur tubuh yang penuh perhatian dan kedekatan fisik, serta

(3) sentuhan atau belaian. Secara verbal, empati dapat


dikomunikasikan melalui: (1) merefleksikan balik kepada

pembicara perasaan yang sedang dialaminya, (2) membuat

pernyataan tentatif dan bukan pernyataan, (3) mempertanyakan

pesan yang berbaur, komponen verbal dan non verbal saling

bertentangan, dan (4) melakukan pengungkapan diri yang berkaitan

dengan peristiwa dan perasaan orang itu untuk

mengkomunikasikan pengertian dan pemahaman terhadap apa

yang sedang dialami.

3) Dukungan (supportiveness)

Dukungan merupakan suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk

menghargai lawan bicaranya yang menjadikan orang bebas dalam

mengemukakan pendapatnya, mampu menerima pandangan yang

berasal dari orang lain, bersikap terbuka dan mau mengubah

tingkah laku tersebut jika dipandang perlu.

4) Sikap positif (positiveness)

Sikap positif merupakan sikap menghargai lawan bicara yang dapat

membuat seseorang menghargai dirinya sendiri secara positif pula

atau dengan kata lain kepositifan merupakan sikap menerima orang

lain dan berkaitan dengan sikap menerima dirinya sendiri.

5) Kesamaan (equality)

Kesamaan yaitu sejauh mana antara pengirim informasi dan

penerima informasi mempunyai kesamaan sehingga

ketidaksetujuan dan konflik dipandang sebagai usaha untuk


memahami perbedaan pendapat yang tidak dapat dihindari dari

pada memandangnya sebagai kesempatan untuk menjatuhkan

orang lain.

Jadi dalam penelitian ini efektivitas komunikasi orang tua-anak

adalah proses penyampaian pesan, pendapat atau ide oleh seseorang

kepada orang lain yang bersifat dua arah dimana dalam hal ini antara

orang tua dengan anaknya, masing-masing mempunyai hak untuk

mengungkapkan pendapat atau idenya. Komunikasi antara orang tua

dengan anak akan berjalan efektif ketika di dalamnya ada sikap saling

terbuka, empati, dukungan, sikap positif, dan kesamaan tersebut.

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah perubahan sikap untuk mendapatkan ilmu

pengetahuan dari lingkungan sekitar. Sedangkan menurut Djamarah

(2011: 13) “Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagi hasil dari

pengalaman individu dalam interaksi dalam lingkungannya yang

menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik”. Sedangkan menurut

Hamalik (2015: 27), “belajar merupakan suatu proses kegiatan untuk

mencapai hasil. Sedangkan Slameto (2010: 3) menyatakan belajar

ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh


suatu perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Helmawati (2014:185) menyatakan belajar merupakan interaksi

individu dengan lingkungannya berupa manusia yang memungkinkan

individu memperoleh pengalaman, baikberupa pengalaman baru

maupun sesuatu yang pernah diperoleh sebelumnya akan tetapi

menimbulkan perhatian kembali bagi individu tersebut sehingga

memungkinkan terjadinya interaksi.

Dari pendapat beberapa tokoh diatas maka dapat disimpulkan

belajar adalah proses adaptasi tingkah laku individu untuk memperoleh

pengetahuan baru dari pengalaman sehari-hari yang dilakukan dan

dialami oleh individu dengan lingkungan, baik lingkungan keluarga,

sekolah, dan masyarakat. Pengalaman dalam penelitian ini

menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotor dengan

lingkungannya, baik lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Faktor yang mempengaruhi belajar ada tiga bagian, yaitu:

faktor internal yang terdiri dari faktor fisiologis, psikologis

(intelegensi, sikap, bakat, minat, motivasi); faktor eksternal terdiri dari

lingkungan sosial (kondisi rumah) dan nonsosial; dan faktor

pendekatan efektif, efisien (Helmawati, 2014:199)

Beberapa factor-faktor yang mempengaruhi belajar menurut

Slameto (2010:54-72)
1) Faktor Intern, meliputi:

a) Faktor Jasmaniah, meliputi:

(1) Faktor Kesehatan

Kesehatan peserta didik berpengaruh dalam proses

pembelajaran sebab ia akan cepat lelah, kurang

bersemangat, mudah pusing dan mengantuk jika badannya

lemah dan kurang darah.

(2) Cacat Tubuh

Peserta didik yang cacat tubuhnya seperti buta, tuli, patah

kaki, patah tangan, lumpuh, dan lain- lain akan

mengganggu proses belajarnya.

b) Faktor Psikologis, meliputi:

(1) Intelegensi

Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis,

yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke

dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif,

mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

Intelegensi mempunyai pengaruh yang besar terhadap

kemajuan belajar.

(2) Perhatian

Menurut Gazali dalam Slameto (2010: 55) perhatian

merupakan keaktifan jiwa yang semata- mata tertuju pada

suatu objek agar hasil belajarnya baik, maka peserta didik


harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang

dipelajarinya.

(3) Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk

memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan yang

mempunyai pengaruh yang besar terhadap belajar.

(4) Bakat

Bakat adalah kemampuan untuk belajar bahan pelajaran

maka hasil belajarnya akan lebih baik karena sesuai dengan

bakat yang dimiliki peserta didik.

(5) Motif

Motif merupakan dorongan untuk mencapai tujuan dalam

proses belajar artinya dapat mendorong peserta didik

belajar dengan baik untuk berpikir dan memusatkan

perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang

berhubungan atau menunjang belajar.

(6) Kematangan

Kematangan merupakan suatu tingkat dalam pertumbuhan

seseorang untuk melaksanakan kecakapan baru.

(7) Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon dalam

proses belajar karena jika sudah ada kesiapan maka hasil

belajarnya cenderung akan lebih baik.


c) Faktor Kelelahan

Faktor kelelahan dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu

kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani dapat dilihat

dari tubuh yang lemah, sedangkan kelelahan rohani dapat

dilihat dari kelesuan dan kebosanan hal ini dapat berpengaruh

dalam hasil belajar siswa karena kelelahan dapat mengganggu

konsentrasi dan ketenangan dalam belajar.

2) Faktor ekstern, meliputi:

a) Faktor Keluarga

(1) Cara Orang Tua Mendidik

Cara orang tua mendidik anak berpengaruh terhadap belajar

siswa, memanjakan atau terlalu keras merupakan cara

mendidik yang salah untuk itu diperlukan bimbingan dan

penyuluhan yang melibatkan orang tua.

(2) Relasi Antar Anggota Keluarga

Relasi antar anggota keluarga berkaitan erat dengan cara

orang tua mendidik, demi kelancaran belajar siswa

dicptakan hubungan baik antar anggota keluarga yaitu

hubungan penuh perhatian, kasih sayang, bimbingan dan

diberikan hukuman bila perlu untuk kesuksesan belajar

siswa.

(3) Suasana Rumah


Suasana rumah merupakan faktor penting dalam belajar

agar anak dapat belajar dengan baik diperlukan suasana

rumah tenang dan tentram.

(4) Keadaan Ekonomi Keluarga

Keadaan ekonomi merupakan faktor yang mempengaruhi

belajar keadaan ekonomi berpengaruh terhadap keperluan

pokok dan fasilitas belajar anak antara lain penerangan,

buku, dan alat tulis.

(5) Pengertian Orang Tua

Pengertian dan dorongan orang tua untuk belajar diperlukan

siswa Saat untuk membantu kesulitan yang dialami siswa di

sekolah.

(6) Latar Belakang Kebudayaan

Tingkat pendidikan dan kebiasaan keluarga sangat

berpengaruh terhadap sikap siswa, kebiasaan yang baik

akan mendorong semangat siswa untuk belajar.

b) Faktor Sekolah

(1) Metode Mengajar

Metode mengajar adalah suatu cara yang dilalui dalam

mengajar, metode mengajar guru yang kurang baik akan

mempengaruhi hasil belajar siswa yang kurang baik.

(2) Relasi Guru dengan Siswa


Proses belajar mengajar terjadi antar guru dengan siswa,

guru yang kurang berinteraksi dengan siswa secara baik

akan berpengaruh terhadap proses belajar mengajar yang

kurang lancar.

(3) Relasi Siswa dengan Siswa

Menciptakan hubungn baik antar siswa akan berpengaruh

positif terhadap hasil belajar siswa sebaliknya hubungan

antar siswa tidak baik akan merasa rendah diri, terasingkan,

tekanan batin sehingga menjadikan siswa malas untuk

belajar di sekolah akhirnya mengganggu hasil belajar.

(4) Disiplin Sekolah

Kedisiplinan sekolah berkaitan erat dengan kerajinan siswa

dalam belajar disekolah agar siswa memperoleh hasil

belajar yang baik, siswa harus disiplin.

(5) Alat Pelajaran

Alat pelajaran adalah alat yang digunakan guru dalam

mengajar untuk membantu siswa dalam memperlancar

penerimaan terhadap pelajaran yang diajarkan serta dapat

belajar dengan baik.

(6) Waktu Sekolah

Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar

mengajar disekolah, memilih waktu yang tepat akan

memberi pengaruh yang positif terhadap belajar.


(7) Standar Pelajaran di Atas Ukuran

Berdasarkan teori belajar tentang perkembangan psikis dan

kepribadian siswa berbeda-beda guru tidak boleh memberi

pelajaran diatas ukuran standar sehingga tujuan

pembelajaran dapat tercapai.

(8) Keadaan Gedung

Agar pembelajaran berlangsung dengan nyaman maka

dibutuhkan gedung yang memadai bagi siswa dengan

karakteristik masing-masing.

(9) Metode Belajar

Banyak siswa belajar dengan cara yang salah, peran guru

adalah membimbing siswa agar belajar dengan tepat agar

hasil belajarnya efektif.

(10) Tugas Rumah

Guru tidak memberikan tugas rumah yang membebani

siswa sehingga tetap memiliki waktu untuk melakukan

kegiatan lain.

c) Faktor Masyarakat

(1) Kegiatan Siswa dalam Masyarakat

Keikut sertaan siswa dalam kegiatan masyarakat akan

menguntungkan bagi perkembangan pribadinya, tetapi

perlu dibatasi agar tidak mengganggu waktu belajarnya.

(2) Mass Media


Mass media sangat berpengaruh secara positif dan negatif

terhadap perkembangan dan hasil belajar siswa, untuk itu

perlu bimbingan dan pengawasan dari orang tua dan guru di

sekolah dan dirumah yang termasuk mass media adalah

TV, radio, surat kabar, majalah, bioskop.

(3) Teman Bergaul

Teman bergaul siswa dirumah dan disekolah akan

membawa pengaruh bagi belajarnya, peran orang tua dan

pendidik untuk dapat mengontrol secara bijaksana

pergaulan siswa baik dirumah dan disekolah.

(4) Bentuk Kehidupan Masyarakat

Kehidupan masyarakat di lingkungan sekitar tempat tinggal

akan memberikan pengaruh terhadap belajar siswa,

lingkungan tidak baik akan memberikan dampak negatif

bagi siswa sebaliknya lingkungan baik akan memberikan

dampak positif bagi belajar siswa untuk itu perlu

pengusahaan lingkungan baik agar memberikan dampak

positif bagi siswa sehingga dapat belajar dengan sebaik-

baiknya.

Menurut Noehi Nasution dan kawan-kawan (Dalam Djamarah,

2011:176) faktor yang mempengaruhi belajar dibagi dua bagian yaitu

faktor luar dari lingkungan (alami dan sosial budaya) dan instrumental

(kurikulum, program, sarana dan prasarana, guru); faktor dalam yang


terdiri dari fisiologis (kondisi fisiologis dan kondisi panca indera) dan

psikologis (minat, kecerdasan, bakat, dan motivasi serta kemampuan

kognitif).

Dari beberapa pendapat tokoh diatas dapat disimpulkan faktor

yang mempengaruhi belajar adalah faktor internal dan faktor eksternal

berupa faktor fisiologis mencakup kondisi fisik, kondisi psikis dan

kondisi sosial dan faktor faktor lingkungan mencakup lingkungan

keluarga, sekolah dan masyarakat.

c. Pengertian Hasil belajar

Hasil Belajar seringkali digunakan sebagai sebagai ukuran

untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang

sudah diajarkan. Untuk mengaktualisasikan hasil belajar tersebut

diperlukan serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang

baik dan memenuhi syarat. Nana Sudjana (2017: 3) mengatakan “Hasil

belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai

hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang

kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Menurut Bloom dalam Rusmono (2014: 22) hasil belajar

adalah perubahan prilaku yang meliputi tiga ranah, yaitu ranah

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif meliputi tujuan-

tujuan belajar yang berhubungan dengan memunculkan kembali

pengetahuan dan pengembangan kemampuan intelektual dan

keterampilan. Ranah afektif meliputi tujuan-tujuan belajar yang


menjelaskan perubahan sikap, minat, nilai-nilai, dan pegembangan

apresiasi sampai dengan penyesuaian. Sementara itu untuk ranah

psikomotorik mencakup perubahan perilaku yang menunjukkan bahwa

siswa yang telah mempelajari keterampilan manipulatif fisik tertentu.

Senada dengan pendapat di atas Wahidmurni, dkk. (2010, hal.

8) mengungkapkan bahwa seseorang dapat dikatakan telah berhasil

dalam belajar jika ia mampu menunjukan adanya perubahan dalam

dirinya. Perubahan tersebut diantaranya adalah pola pikir,

keterampilan atau sikap terhadap objek.

Hasil belajar adalah suatu hasil nyata diperoleh siswa dari

kegiatan belajar mengajar. Sedangkan menurut Rifai’i dan Anni (2012:

69) “Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa

setelah mengalami kegiatan belajar mengajar. Menurut Helmawati

(2014: 188) “walaupun tidak semua perubahan tingkah laku

merupakakn hasil belajar, tetapi aktivitas belajar pada umumnya

sebagai hasil belajar dapat menyentuh perubahan pada aspek afektif,

termasuk aspek emosional”. Dalam Sudjana (2014: 22), hasil belajar

adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima

pengalaman belajarnya.

Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-27)

menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:

1) Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal


yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan.
Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa,
pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode.
2) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan
makna tentang hal yang dipelajari.
3) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan
kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.
Misalnya, menggunakan prinsip.
4) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke
dalam bagianbagian sehingga struktur keseluruhan dapat
dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah
menjadi bagian yang telah kecil.
5) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola
baru. Misalnya kemampuan menyusun suatu program.
6) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat
tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.
misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan.

Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan

bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki

siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-

kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi

yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan

menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan

pembelajaran. Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah

hasil belajar kognitif yang mencakup tiga tingkatan yaitu pengetahuan,

pemahaman, dan penerapan. Instrumen yang digunakan untuk

mengukur hasil belajar siswa pada aspek kognitif adalah tes.

d. Ranah Hasil Belajar

Menurut Benyamin Bloom, dalam Nana Sudjana (2017: 22-23)

hasil belajar terbagi menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah

afektif, dan ranah psikomotorik.


1) Ranah Kognitif, yaitu berkenaan dengan hasil belajar intelektual

yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan,

pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.

2) Ranah Afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima

aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian,

organisasi, dan internalisasi.

3) Ranah Psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan

dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik,

yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan

perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan

kompleks, dan gerakan ekspresif interpretatif.

Tiga ranah yang dikemukakan oleh Benyamin Bloom yaitu

ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik merupakan ranah

yang dapat dilakukan oleh siswa. Ketiga ranah tersebut dapat diperoleh

siswa melalui kegiatan belajar mengajar. Pada penelitian ini yang

diukur adalah ranah kognitif saja karena berkaitan dengan kemampuan

siswa dalam menguasai materi pelajaran.

Menurut Benyamin Bloom, dalam Nana Sudjana (2017: 23-29)

ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri

dari enam aspek, yakni:

1) Pengetahuan (knowledge)

Istilah Pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari

knowledge dalam Taksonomi Bloom. Cakupan pengetahuan


hafalan termasuk pula pengetahuan yang sifatnya faktual

disamping pengetahuan yang mengenai hal-hal yang perlu diingat

seperti: batasan, peristilahan, pasal, hukum, bab, ayat, rumus dan

sebagainya. Dari sudut respon belajar siswa pengetahuan itu

dihafal, diingat agar dapat dikuasai dengan baik. Ada beberapa cara

untuk menguasai atau menghafal misalnya bicara berulang-ulang,

menggunakan teknik mengingat. Hal ini dapat dilakukan dengan

pembuatan ringkasan dan sebagainya.

2) Pemahaman (comprehention)

Tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan adalah

pemahaman. Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap

makna atau arti dari sesuatu konsep, untuk itu maka diperlukan

adanya hubungan atau pertautan antara konsep dengan makna yang

ada dalam konsep yang dipelajari. Ada tiga macam pemahaman

yang berlaku umum: pertama, pemahaman terjemahan, yakni

kesanggupan memahami sesuatu makna yang terkandung di

dalamnya. Misalnya memahami kalimat dari bahasa yang satu ke

bahasa yang lain, mengartikan lambang negara dan sebagainya.

Kedua, pemahaman penafsiran, misalnya memahami grafik,

menghubungkan dua konsep yang berbeda, membedakan yang

pokok dan yang bukan pokok. Sedangkan yang ketiga adalah

pemahaman ekstrapolasi yakni kesanggupan melihat di balik yang


tertulis, tersirat dan tersurat, meramalkan sesuatu atau memperluas

wawasan.

3) Penerapan (Aplikasi)

Aplikasi adalah kesanggupan menerapkan dan mengabstraksi

sesuatu konsep, ide, rumus, hukum dalam situasi yang baru.

Misalnya memecahkan persoalan dengan menggunakan rumus

tertentu, menerapkan suatu dalil atau hukum dalam suatu persoalan

dan sebagainya.

4) Analisis

Analisis adalah kesanggupan memecah, mengurai sesuatu

integritas (kesatuan yang utuh), menjadi unsur-unsur atau bagian-

bagian yang mempunyai arti. Analisis merupakan tipe prestasi

belajar sebelumnya, yakni pengetahuan dan pemahaman aplikasi.

Kemampuan menalar pada hakikatnya merupakan unsur analisis,

yang dapat memberikan kemampuan pada siswa untuk mengkreasi

sesuatu yang baru, seperti: memecahkan, menguraikan, membuat

diagram, memisahkan, membuat garis dan sebagainya.

5) Sintesis

Sintesis adalah tipe hasil belajar, yang menekankan pada unsur

kesanggupan menguraikan sesuatu integritas menjadi bagian yang

bermakna, pada sintesis adalah kesanggupan menyatukan unsur

atau bagian menjadi satu integritas.


Berdasarkan pengertian ranah hasil belajar di atas, disimpulkan

bahwa ranah hasil belajar adalah suatu yang didapat siswa dalam

kegiatan belajar mengajar yang mencakup tiga ranah yang

dikemukakan yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah

psikomotorik merupakan ranah yang dapat dilakukan oleh siswa. Pada

penelitian ini yang diukur adalah ranah kognitif saja karena berkaitan

dengan kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran yang

meliputi Pengetahuan (knowledge), Pemahaman (comprehention),

Penerapan (Aplikasi), Analisis, Sintesis.

B. Kerangka Berpikir

Hasil belajar merupakan penguasaan pengetahuan dan keterampilan

diperoleh dari lingkungan, sedangkan hasil belajar siswa diperoleh dari

kegiatan belajar siswa di sekolah dalam beberapa mata pelajaran dan dalam

waktu tertentu dapat dilihat dari nilai tes formatif dan tes sumatif dalam

bentuk angka (nilai).

Peran orang tua dalam berkomunikasi dengan anak belajar di rumah

dapat berupa: Dukungan Emosional (partisipasi orangtua, menciptakan

suasana belajar, memberikan motivasi belajar, membantu kesulitan belajar

anak); Dukungan Instrumental (penyediaan fasilitas belajar, penyediaan alat

perlengkapan belajar, tersedianya tempat belajar, mengatur waktu belajar

anak); Dukungan Informasi (pengawasan belajar, problem solving dalam

belajar); Dukungan penilaian (memberikan sanksi atau hukuman dan

memberikan hadiah). Apabila orang tua memberikan dukungan dalam bentuk


di atas maka hasil belajar anak di sekolah juga akan meningkat tetapi apabila

orang tua kurang memberikan dukungan kepada anak dalam belajar maka

akan berakibat pada hasil belajar kurang memuaskan atau kurang optimal.

Penelitian ini dipengaruhi faktor dari luar, antara lain komunikasi

orang tua terhadap siswa, komunikasi keluarga yang harmonis akan terbentuk

anak yang cerdas dan berdampak pada keberhasilan belajar siswa. Orangtua

memusatkan perhatiannya untuk memenuhi keperluan siswa dan kemajuan

dalam belajar diwujudkan dengan menjaga komunikasi baik akan terbentuk

efektivitas komunikasi orangtua meliputi keterbukaan, empati, perilaku

suportif, sikap positif dan kesamaan. Efektivitas komunikasi orangtua siswa

berkaitan erat dengan hasil belajar yang dicapai siswa.

C. Hipotesis

1. Pengertian Hipotesis

Menurut Suharsimi Arikunto (2014: 112) hipotesis merupakan

suatu pernyataan yang penting kedudukannya dalam penelitian. Nasution

(2011: 38) menyatakan tiap pertanyaan tentang suatu hal yang belum

dibuktikan kebenarannya secara empiris disebut hipotesis.

Sedangkan menurut Sugiyono (2016: 64) menyatakan bahwa

hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru

didasarkan pada teori yang relevan, belum berdasarkan fakta empiris yang

diperoleh melalui pengumpulan data.


Dari beberapa pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa

hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian yang belum dibuktikan kebenarannya secara empiris dan

mempunyai kedudukan yang penting dalam suatu penelitian.

2. Macam-macam Hipotesis

Beni Ahmad Saebani (2008:106), mengemukakan bahwa terdapat

dua macam hipotesis penelitian yaitu “hipotesis nihil (Null Hypothesis),

yaitu hipotesis yang menyatakan kesamaan atau tidak adanya perbedaan

antara dua kelompok (atau lebih) tentang suatu perkara yang dipersoalkan,

dan hipotesis alternative. Pembagian kedua macam hipotesis lebih jelas

dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (2005:47), menyebutkan bahwa

ada dua macam hipotesis yang digunakan dalam penelitian, yaitu sebagai

berikut:

a. Hipotesis Nol
Hipotesis nol, yakni hipotesis yang menyatakan ketidak adanya
hubungan antara variabel. Dalam notasi, hipotesis ini ditulisakan
dengan “HO”.
b. Hipotesis Alternatif atau Hipotesis kerja
Hipotesis alternative atau hipotesis kerja, yakni hipotesis yang
menyatakan adanya hubungan antar variabel, dalam notasi,
hipotesis ini ditulisan dengan huruf “HA”.
3. Fungsi Hipotesis

Menurut Ahmad Furchan (2004: 115) mengungkapkan kegunaan

hipotesis penelitian yaitu:

a. Hipotesis memberikan penjelasan sementara tentang gejala-gejala


serta memudahkan perluasan pengetahuan dalam suatu bidang.
b. Hipotesis memberikan suatu pernyataan hubungan yang
berlangsung dapat diuji dalam penelitian
c. Hipotesis memberikan arah kepada penelitian.
d. Hipotesis memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan
penyelidikan.
Sedangkan menurut George J. Mouly dalam Nanang Martono

(2010:60), hipotesis mempunyai fungsi, antara lain:

a. Hipotesis memberikan arahan dalam penelitian yang berguna


untuk mencegah kajian literature dan pengumpulan data yang
tidak relevan.
b. Hipotesis menambah kepekaan peneliti mengenai aspek-aspek
tertentu dari situasi yang tidak relevan dari sudut pandang masalah
yang dihadapi.
c. Hipotesis memungkinkan peneliti untuk memahami masalah yang
diteliti dengan lebih jelas.
d. Hipotesis digunakan sebagai sebuah kerangka untuk meyakinkan
peneliti.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi

hipotesis, yaitu memberikan arahan dalam penelitian, sebagai kerangka

untuk meyakinkan dan melaporkan kesimpulan penyelidikan, peneliti

dapat memahami masalah yang diteliti serta memberikan penjelasan

sementara tentang gejala-gejala.

4. Pengajuan Hipotesis

Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut “Ada hubungan

antara keefektivitas komunikasi orang tua dengan hasil belajar siswa kelas

VIII SMP N 1 Gabus Grobogan Jawa Tengah Tahun Pembelajaran

2023/2024”.

Anda mungkin juga menyukai