PENDAHULUAN
KOMUNIKASI DALAM
KEPERAWATAN
13
14
tertentu, sehingga dengan cara ini suatu sistem dapat didirikan, dipelihara, dan
diubah.
Faktor Internal
KOMUNIKAN
Faktor Eksternal
lain dapat mengerti dan
menerima maksud dan tujuan pemberi pesan. (La Ode, 2012:46).
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Tertulis
Verbal
Non Verbal
KOMUNIKATOR
PESAN
17
1) Lingkungan
Tempat dimana komunikasi dilaksanakan merupakan bagian penting pada proses
komunikasi.
2) Penampilan
Pakaian, kosmetik, dan sesuatu yang menarik merupakan bagian dari
komunikasi verbal yang perlu diidentifikasi.
3) Kontak mata
Kontak mata memberikan makna terhadap kesediaan seseorang untuk
berkomunikasi.
4) Postur tubuh dan gesture
Bobot suatu pesan dapat ditunjukan dengan orang yang menudingkan
telunjuknya, berdiri, atau duduk.
5) Ekspresi wajah
Komunikasi yang efektif memerlukan suatu respon wajah yang setuju terhadap
pesan yang disampaikan.
6) Suara
18
Intonasi, volume, dan refleksi. Cara tersebut menandakan bahwa pesan dapat
ditransfer dengan baik.
Bila menemukan klien marah, sikap yang diambil oleh perawat yaitu
menenangkanya , kemudian menanyakan sebab-sebab kemarahanya, mengapa ia
bias marah, diperoleh kejelasan klien marah karena keterlambatan perawat
mengambilkan pot/urinal.
buang air besar segera beritahukan kepada perawat sehingga tidak terlambat
mengembalikannya, agar pasien juga merasa diperhatikan.
Disini kita menangkan atau mengerti tingkah laku atau reaksi nonverbal
pasien terhadap anjuran kita. Contoh perawat akan menyuntik, lalu pasien
menjawab „‟ya‟‟…. Tetapi kata ya tadi dari pasien seolah-olah kata “ya‟‟ yang
tidak rela, berarti pasien terpaksa mau disuntik.
Bila merawat pasien di ruangan, banyak kita jumpai pasien pasca operasi
tidak mau latihan jalan dengan alasan bermacam-macam. Ada yang takut jahitan
lepas, sakit, ada yang lemas dan sebagainya. Untuk itu perlu kita tanyakan
kesangguapannya dengan cara mengajukan pertanyaan sebagai berikut:
Contoh: pada pasien pasca apendiktomi yang tidak bisa duduk, padahal
seharusnya sudah boleh jalan. Disini perawat pelu menanyakan kepada pasien
seperti diatas. Bila ditemukan alasannya, perawat harus menasehati pasien dengan
jalan menjelaskan tentang pentingnya mobilisasi setelah operasi, karena dengan
bergerak dapat melemaskan otot-otot dan memperlancar peredaran darah.
Ini kita lakukan bagi pasien yang baru masuk rumah sakit dengan tujuan
untuk mengetahui kebiasaan pasien dirumah, bila mungkin perawat dapat
menyesuaikan kebiasaan tersebut atau mengubahnya. Agar kita tahu kebiasaan itu
kita perlu mengajukan pertanyaan, misalnya:
Contoh: pada pasien pasca operasi dibimbing agar mau mobilisasi atau
bergerak dengan, melatih duduk, makan sendiri. Bila tidak mau jalan, ajaklah
bercerita dulu kemudian barulah alihkan untuk latihan jalan.
9. Memberi nasehat
keluhan yang dirasakan agar dapat dijadikan pegangan perawat dalam menjalankan
tindakan keperawatan. (Nasir dan Muhith, 2011:47).
tindakan yang negative terhadap pertahanan diri pasien (Muslihah dan Fatmawati,
2010:26).
Tiap klien tidak sama oleh karena itu diperlukan penerapan teknik
berkomunikasi yang berbeda pula. (La Ode, 2012:61) dalam menanggapi pesan
yang disampaikan klien, perawat dapat menggunakan berbagai teknik komunikasi
terapeutik sebagai berikut (Mundakir, 2006: 131):
1. Mendengar (Listening)
3. Mengulang (Restarting)
4. Klarifikasi
Dilakukan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak mendengar atau klien berhenti
karena malu mengemukakan informasi, informasi yang diperoleh tidak lengkap
atau mengemukakannya berpindah-pindah. Contoh: “Dapatkah anda menjelaskan
kembali tentang……” gunanya untuk kejelasan dan kesamaan ide, perasaan dan
presepsi perawat-klien.
5. Refleksi
Misalnya: ”Saya lihat dari semua keterangan yang anda jelaskan, anda telah
disakiti. Apakah ini latar belakang masalahnya?”
9. Diam (Silence)
Cara yang sukar, biasanya dilakukan setelah mengajukan pertanyaan.
Tujuannya untuk memberi kesempatan berfikir dan memotivasi pasien untuk
bicara. Ada pasien yang menarik diri, teknik diam berarti perawat menerima
pasien, misalnya:
Pasien : suami saya selalu telat ulang kerja tanpa alasan yang jelas, kalau
saya tanya pasti marah
10. Informing
Pasien : Suster, kenapa suhu tubuh saya masih tinggi? Padahal saya sudah
minum obat, kira-kira kenapa ya suster?
Perawat : baik saya jelaskan, panas tubuh atau suhu tubuh meningkat dapat
disebabkan oleh beberapa hal diantaranya karena ada proses
infeksi, dehidrasi atau karena metabolism tubuh yang meningkat.
11. Saran
Memberi alternative ide untuk pemecahan masalah. Tepat dipakai pada fase
kerja dan tidak tepat pada fase awal hubungan. Misalnya: kita tadi sudah cukup
banyak bicara tentang penyebab batuk dan sesak nafas, salah satunya karena
merokok, kami berharap anda dapat mengurangi atau berhenti merokok.
29
Menurut Potter dan Perry Swansburg (1990), Szilagyi (1984), dan Tappen
(1995) dalam Purba (2003) didalam buku Musliha dan Fatmawati (20110:127),
komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu verbal, tertulis dan nonverbal yang
dimanifestasikan secara terapeutik.
1. Komunikasi Verbal
Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila pasien
sedang menangis kesakitan, tidak waktunya untuk menjelaskan resiko operasi.
Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak tepat dapat
menghalangi penerimaan pesan secara akurat. Oleh karena itu, perawat harus peka
31
6) Humor
2. Komunikasi Tertulis
Komunikasi tertulis merupakan salah satu bentuk komunikasi yang sering
digunakan dalam bisnis, seperti komunikasi melalui surat menyurat, pembuatan
memo, laporan, iklan di surat kabar dan lain-lain.
1) Lengkap
2) Ringkas
3) Pertimbangan
4) Konkrit
5) Jelas
6) Soan
7) Benar
Fungsi komunikasi tertulis adalah:
1) Sebagai tanda bukti tertulis yang otentik, misalnya: persetujuan operasi.
2) Alat pengingat/berfikir bilaman diperlukan, misalnya surat yang telah
diarsipkan.
3) Dokumentasi historis, misalnya surat dalam arsip lama yang digali kembali
untuk mengetahui perkembangan masa lampau.
32
3. Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan kata-
kata. Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan
kepada orang lain. Perawat perlu menyadari pesan verbal dan nonverbal yang
disampaikan klien mulai dan saat pengkajian sampai evaluasi asuhan
keperawatan, karena isyarat nonverbal menambah arti terhadap pesan verbal.
Perawat yang mendektesi suatu kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan
keperawatan.
1. Orientasi (Orientation)
Pada fase ini hubungan yang terjadi masih dangkal dan komunikasi yang
terjadi bersifat penggalian informasi antara perawat dan pasien. Fase ini dicirikan
oleh lima kegiatan pokok yaitu: testing, building trust, identification of problems
and goals, clarification of roles dan contract formation (Musliha dan Fatmawati
2010:136). Didalam buku (La Ode, 2012:58) tugas perawat dalam tahap perkenalan
adalah:
Pada fase ini perawat dituntut untuk bekerja keras untuk memenuhi tujuan
yang telah ditetapkan pada fase orientasi. Bekerjasama dengan pasien untuk
berdiskusi tentang masalah-masalah yang merintangi pencapaian tujuan. Fase ini
terdiri dari dua kegiatan pokok yaitu menyatukan proses komunikasi dengan
tindakan perawatan dan membangun suasana yang mendukung untuk proses
perubahan (Musliha dan Fatmawati, 2010:136).
3. Penyelesaian (Termination)
Pada fase ini perawat mendorong pasien untuk memberikan penilaian atas
tujuan telah dicapai, agar tujuan yang dicapai adalah kondisi yang saling
menguntungkan dan memuaskan. Kegiatan pada fase ini adalah penilaian
pencapaian tujuan dan perpisahan. (Musliha dan Fatmawati, 2010:137). Dalam
buku (La Ode, 2012:60) tugas perawat dalam tahap terminasi adalah:
34
1. Perkembangan.
2. Persepsi.
3. Nilai.
4. Latar belakang social budaya.
5. Emosi.
6. Jenis kelamin.
7. Pengetahuan.
8. Peran dan hubungan.
9. Lingkungan.
apakah pesan-pesan yang dia kirimkan itu diterima atau ditolak, berdampak positif
atau negatif. Jika tidak diterima maka komunukator akan memberi kesempatan seluas-
luasnya kepada komunikan untuk bertanya. (Liliweri, 1997:12).
Sebagai makhluk sosial manusia perlu berhubungan dan bergaul dengan sesama
manusia lain, ini merupakan sisi dimensi manusia. Hubungan yang dilakukan atau
dijalani setiap saat merupakan kegiatan berkomunikasi.
Dalam ilmu komunikasi dikenal dengan istilah komunikasi Intrapersonal,
komunikasi sosial, komunikasi interpersonal, sedangkan komunikasi yang dilakukan
seorang perawat dengan pasiennya dalam ilmu komunikasi disebut komunikasi
Menurut Rakhmat (2000:49) komunikasi intrapersonal adalah proses pengolahan
informasi. Proses ini melewati empat tahap: sensasi, persepsi, memori dan berfikir.
Proses pertama dari komunikasi intrapersonal terjadi pada saat sensasi terjadi. Sensasi
yang berasal dari kata sense, berarti kemampuan yang dimiliki manusia untuk
menyerap segala hal yang diinformasikan oleh panca indra. Informasi yang diserap
oleh panca indra disebut stimuli yang kemudian melahirkan proses sensasi. Dengan
demikian sensasi adalah proses menangkap stimuli.
Aktivitas dari komunikasi intrapersonal yang kita lakukan sehari-hari dalam
upaya memahami diri pribadi diantaranya adalah; berdoa, bersyukur, intropeksi diri
dengan meninjau perbuatan kita dan reaksi hati nurani kita, mendayagunakan
kehendak bebas, dan berimajinasi secara kreatif. Pemahaman diri pribadi berkembang
sejalan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam hidup kita. Kita tidak terlahir
dengan pemahaman akan siapa diri kita, tetapi perilaku kita selam ini memainkan
peranan penting bagaimana kita membangun pemahaman diri pribadi ini.
Komunikasi antarpribadi (Interpersonal Communication) merupakan komunikasi
yang berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih, baik secara
terorganisasi maupun pada kerumunan orang (Wiryanto,2006:32).
Menurut Kathleen S. Verderber et al. (2007), komunikasi antarpribadi merupakan
proses melalui mana orang menciptakan dan mengelola hubungan mereka,
melaksanakan tanggung jawab secara timbal balik dalam menciptakan makna. Lebih
lanjut ia menjelaskan sebagai berikut:
Pertama, komunikasi antar pribadi sebagai proses. Proses merupakan rangkaian
sistematis perilaku yang bertujuan yang terjadi dari waktu ke waktu atau berulang kali.
Selama dua puluh menit percakapan telepon seorang anak dengan ibunya untuk
37
besar. Apabila dua orang dalam kelompok yang lebih besar sepakat mengenai
hal tertentu atau sesuatu, maka kedua orang itu nyata-nyata terlibat dalam
komunikasi antarpribadi.
b. Adanya umpan balik atau feedback
Komunikasi antarpribadi melibatkan umpan balik. Umpan balik melibatkan
pesan yang dikirim kembali oleh penerima kepada pembicara.
alam komunikasi antarpribadi hamper selalu melibatkan umpan balik langsung.
Seringkali bersifat segera, nyata, dan berkesinambungan. Hubungan yang
langsung antara sumber dan penerima merupakan bentuk yang unik bagi
komunikasi antarpribadi. Ini yang dinamakan simultaneous message atau co-
stimulation.
c. Tidak harus tatap muka
Komunikasi antarpribadi tidak harus tatap muka. Bagi komunikasi antarpribadi
yang sudah terbentuk, adanya saling pengertian antara dua individu, kehadiran
fisik dalam berkomunikasi tidaklah terlalu penting. Misalnya, interaksi antara
dua sahabat kental, suami istri, bisa melalui telepon, e-mail, bisa dengan bahas
isyarat kalau berada diruang terbuka tetapi masing-masing tidak berdekatan.
Tetapi menurut Weaver komunikasi tanpa tatap muka tidaklah ideal walaupun
tidak harus dalam komunikasi antarpribadi. Menurutnya, kehilangan kontak
langsung berarti kehilangan faktor utama dalam umpan balik, sarana penting
untuk menyampaikan emosi menjadi hilang. Apabila anda ingin meningkatkan
kualitas hubungan, bagaimana anda mengomunikasikan keinginan ini tanpa
kata-kata. Seringkali tatapan mata, anggukan kepala, dan senyuman merupakan
faktor utama dan penting. Bentuk idealnya memang adanya kehadiran fisik
dalam berinteraksi secara antarpribadi walaupun tanpa kehadiran fisik masih
dimungkinkan.
d. Tidak harus bertujuan
Komunikasi antarpribadi tidak harus selalu disengaja atau dengan kesadaran.
Misalnya, anda dapat mengetahui karena keseleo lidah bahwa orang itu telah
berbohong kepada anda. Anda bisa saja mengetahui atau menyadari bahwa
seseorang yang didekat anda begitu gelisah terlihat dari kakinya yang selalu
bergerak dan bergeser, berkata-kata penuh keraguan, atau bereaksi secara
gugup. Anda mungkin mengambil keputusan untuk tidak dekat-dekat dengan
39
seseorang karena sifatnya yang kasar atau tindak tanduknya yang tidak anda
setuju. Orang-orang itu mungkin mengomunikasikan segala sesuatunya itu
tanpa sengaja atau sadar, tetapi apa yang dilakukanya itu merupakan pesan-
pesan sebagai isyarat yang memengaruhi anda. Dengan kata lain, telah terjadi
penyampaian pesan-pesan dan penginterpretasian pesan-pesan tersebut.
e. Menghasilkan beberapa pengaruh atau effect
Untuk dapat dianggap sebagai komunikasi antarpribadi yang benar, maka
sebuah pesan harus menghasilkan atau memiliki effect atau pengaruh. Effect
atau pengaruh itu tidak harus segera dan nyata, tetapi harus terjadi. Contoh
komunikasi antar pribadi yang tidak menghasilkan effect misalnya, anda
berbicara dengan sesorang yang lagi sibuk mengeringkan rambutnya
denganpengering rambut atau hair dryer. Hal yang sama bila anda berbicara
dengan orang yang lagi asyik mendengarkan music stereo headphones. Contoh
diatau bukanlah komunikasi antar pribadi jika pesan yang anda sampaikan
tidak diterima dan tidak menghasilkan efek.
f. Tidak harus melibatkan atau menggunakan kata-kata
Bahwa kita dapat berkomunikasi tanpa kata-kata seperti pada komunikasi
nonverbal. Misalnya, seorang suami telah membuat kesepakatan dengan
isterinya pada suatu pesta, kalau suaminya mengedipkan matanya sebagai suatu
isyarat sudah waktunya untuk pulang. Suami tidak perlu berteriak atau
memanggil isterinya,”mari kita pulang”. Pesan-pesan verbal seperti menatap
dan menyentuh atau membelai keada seorang anak atau kekasih memiliki
makna yang lebih besar dari pada kata-kata.
g. Dipengaruhi oleh konteks
Konteks merupakan tempat di mana pertemuan komunikasi terjadi termasuk
apa yang mendahului dan mengikuti apa yang dikatakan (Verdeber et al.,
2007). Konteks memengaruhi harapan-harapan para partisipan, makna yang
diperoleh para partisipan, dan perilaku mereka selanjutnya. Konteks meliputi:
1. Jasmaniah. Konteks jasmaniah atau fisik meliputi lokasi, kondisi
lingkungan seperti suhu udara, pencahayaan dan tingkat kebisingan, jarak
antara para komunikator, pengaturan tempat dan waktu mengenai hari.
Masing-masing factor ini dapat memengaruhi komunikasi. Misalnya,
makna dalam pembicaraan dapat dipengaruhi oleh apakah pembicaraan
40
sumber daya yang ada secara optimal. Menurut king, tujuan dari teori keperawatan
adalah untuk mengajukan kerangka konseptual referensi bagi ilmu perawatan untuk
digunakan oleh mahasiswa dan pengajar juga peneliti dan praktisi untuk
mengidentifikasi dan menganalisis peristiwa-peristiwa dalam situasi keperawatan
spesifik. (muldianto-modelkeperawatanmenurutking.blogspot.com/diakses pada
hari selasa, tanggal 10 November 2015 pukul: 20:13)
King mengusulkan mengenai sebuah pendekatan untuk memilih konsep-
konsep yang dirasakan menjadi pondasi bagi praktek keperawatan professional dan
menyajikan suatu proses bagi pengembangan konsep-konsep yang melambangkan
pengalaman.(muldianto-modelkeperawatanmenurutking.blogspot.com/diakses pada
hari selasa, tanggal 10 November 2015 pukul: 20:15)
Model ini menekankan pada proses komunikasi yang terjadi antara perawat-
pasien merupakan hasil interaksi yang bertujuan untuk menentukan suatu
keputusan dalam pelaksanaan tindakan kesehatan. Perawat tidak dapat melakukan
tindakan kepada pasien tanpa ada proses interaksi dan komunikasi tentang
tindakan yang akan dilakukan pada pasien. P1erawat perlu menjelaskan prosedur
tindakan yang akan dilakukan, resiko-resiko yang mungkin terjadi pada pasien,
akibat bila tindakan tidak dilakukan, dan biaya yang dikeluarkan dalam tindakan
tersebut, semua harus dikomunikasikan olehb pasien agar keputusan yang dibuat
oleh pasien merupakan keputusan yang tepat dan yang terbaik bagi pasien
(Mundakir, 2006 : 34).