TINJAUAN PUSTAKA
orang lain tetapi lebih kepada bagaimana cara manusia memperoleh makna,
identitas dan hubungan melalui komunikasi antar manusia (Budyatna, 2015: 6).
kepercayaan, opini, dan perilaku seseorang karena efek timbal balik yang
ditimbulkan oleh proses komunikasi tersebut dapat langsung dirasakan. Hal ini
konsumen, para PSK hanya sebatas membicarakan tarif yang diminta untuk jasa
seksual sekali main. Hal ini tentunya sangat kontradiktif dengan komunikasi
manusia. Dengan sikap yang cenderung tertutup bukan berarti PSK tidak pernah
komuniksi yang baik dengan para PSK, lawan bicara harus mampu membangun
interpersonal adalah proses tranmisi, gagasan dan informasi antara dua orang atau
10
11
situasi sosial informal dan melakukan transaksi terfokus lewat pertukaran isyarat
verbal dan non verbal yang saling berbalasan. Apabila ada proses komunikasi
yang tidak menimbulkan isyarat verbal maupun nonverbal, maka kegiatan tersebut
tidak bisa dikatakan proses komunikasi. Misalnya seseorang bermain mata dengan
patung tetapi patung tersebut tidak meresponnya maka dalam kegiatan tersebut
tidak bisa disebut komunikasi interpersonal tetapi mungkin saja ada proses
internal sendiri, baik yang bersifat emosional maupun informasional dengan orang
lain. Kebutuhan ini dapat berupa keinginan untuk memperoleh pengakuan sosial
sampai pada keinginan untuk mempengaruhi sikap dan tingkah laku orang lain.
sehingga komunikator merasa yakin dengan pesan yang disusun dan cara
penyampaiannya.
Selanjutnya pada komponen ketiga ada pesan. Pesan adalah seperangkat simbol-
simbol baik verbal maupun non verbal, atau gabungan keduanya, yang mewakili
aktivitas komunikasi, pesan merupakan unsur yang sangat penting. Pesan itulah
saluran atau media semata-mata karena situasi dan kondisi tidak memungkinkan
dengan orang lain tetapi jarak berjauhan maka diperlukan saluran komunikasi agar
proses interpretasi dan memberikan umpan balik. Berdasarkan umpan balik dari
komunikasi yang telah dilakukan, apakah makna pesan dapat dipahami secara
Secara bertahap dimulai dari proses sensasi, yaitu proses di mana indera
menangkap stimuli. Misalnya telinga mendengar suara atau bunyi, mata melihat
objek, dan sebagainya. Proses sensasi dilanjutkan dengan persepsi, yaitu proses
diterima oleh inderanya tetapi juga memberi respon. Pada komponen ketujuh,
respon dijelaskan sebagai apa yang telah diputuskan oleh penerima untuk
dijadikan sebuah tanggapan terhadap pesan. Respon dapat bersifat positif, netral,
komunikator. Netral seperti respon itu tidak nenerima ataupun menolak keinginan
itu harus didefinisikan dan dianalisis. Noise dapat terjadi di dalam komponen-
komponen manapun dari sistem komunikasi. Noise merupakan apa saja yang
terjadi dalam suatu konteks tertentu, paling tidak ada tiga dimensi yaitu ruang,
waktu, dan nilai konteks. Ruang menunjuk pada lingkungan konkrit dan nyata
misalnya pagi, siang, sore dan malam. Konteks nilai, meliputi nilai sosial yang
sosial, norma pergaulan, etika, tata krama, dan sebagainya. Agar komunikasi
interpersonal dapat berjalan secara efektif, maka masalah konteks komunikasi ini
berpikir, harapan maupun pendapat, dan aksi reaksinya. Jika saja seorang
Merujuk pada apa yang dikatakan Devito (2010: 285) bahwa keterbukaan
terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Hal ini tidak berarti bahwa
orang harus membuka semua riwayat tentang hidupnya namun harus ada
pengungkapan diri ini patut. Kedua, mengacu pada kesediaan komunikator untuk
bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Aspek ketiga, menyangkut
perasaan dan pikiran yang orang lontarkan adalah memang miliknya dan harus
dipertanggung jawabkan.
adalah empati. Henry Backrack (dalam Devito, 2010: 286) mendefinisikan empati
sebagai kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang
lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu. Orang yang
empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan
sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka di masa mendatang. Pengertian
komunikasinya.
16
Kedua, spontan bukan strategik. Orang yang spontan dalam komunikasinya dan
Ketiga provisional. Artinya bersikap tentatif dan berpikiran terbuka serta bersedia
berpikiran.
ada dua cara yaitu: Pertama menyatakan sikap positif. komunikasi interpersonal
akan terbina jika orang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri. Serta
perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk
interaksi yang efektif. Kedua Dorongan positif umumnya berbentuk pujian atau
17
penghargaan, dan terdiri atas perilaku yang biasanya kita harapkan. Dorongan
positif ini mendukung citra pribadi seseorang dan membuatnya merasa lebih baik.
efektif bila suasananya setara. Artinya harus ada pengakuan secara diam-diam
bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing
DeVito (2010: 64) yang mengartikan self disclosure sebagai salah satu jenis
kepada orang lain. Ada dua hal penting yang harus diperhatikan, yaitu informasi
dirahasiakan dan informasi tersebut harus diceritakan kepada orang lain baik
Girzelak (dalam Suciati : 2014) bahwa pengungkapan diri dianggap sesuatu yang
tidak jauh berbeda dengan keterbukaan diri, sebab pengungkapan diri berbicara
tentang diri semata dan bukan wilayah orang lain. namun meskipun demikian
tersebut. Kita yang membuat keputusan tentang apa yang harus diungkap dan
Merujuk (Devito: 1997: 40) dimensi self disclosure terdiri dari : Pertama
adalah ukuran atau jumlah self disclosure. Ukuran self disclosure didapat dari
pengungkapan tersebut.
kualitas positif dan negatif dari self disclosure. Individu dapat mengungkapkan
diri dengan baik dan menyenangkan (positif), atau dengan tidak baik dan tidak
ketepatan self disclosure akan dibatasi oleh sejauh mana individu mengetahui
tergantung pada kejujuran. Individu dapat secara total jujur atau dapat melebih-
Adapun fungsi dari self disclosure menurut Derlega & Grzelak (dalam
masalah pribadi, pekerjaan atau dalam hubungannya dengan orang lain. Untuk
kepada orang lain yang dipercaya. Segala macam ekspresi dapat dilakukannya
mulai dari tertawa hingga menangis, sedih sampai bahagia, terkejut sampai
dengan terheran-heran atau cemburu sekalipun. Dengan ekspresi ini beban dalam
permasalahan yang dihadipinya sehingga pikiran menjadi lebih jernih dan dapat
melihat duduk persoalanya dengan baik. Semuanya menjadi terang mana kala
mengetahui persoalan sesorang bukan atas gosip yang beredar, tetapi dari yang
bahkan nasihat. Penanggap akan melakukan respon yang menurut mereka tepat
tanggapan yang muncul dari partner, maka seseorang akan memilih untuk
akan melakukan kontrol, mana topik yang harus ia buka, mana yang tidak.
Pertimbangan ini semata-mata untuk melihat efek yang mungkin terjadi. Mungkin
sekali apabila ia membuka topik khusus, harga dirinya akan turun, dianggap
sombong, atau mungkin menyinggung orang lain. Oleh karenanya sangat baik
yang harus diikuti untuk merintis suatu hubungan dalam rangka meningkatkan
derajat keintiman adalah berbagai rasa informasi kepada orang lain serta
yang baik, yang juga memiliki keinginan untuk menjalin hubungan yang lebih
dekat dengannya
21
Untuk itu, peneliti merujuk pada teori (Devito, 2010: 65) yang mengemukakan
besaran kelompok dalam pengungkapan diri maka akan semakin sulit dalam
dilakukan.
ingin terbuka kepada orang lain yang disukainya. Apabila pelaku self disclosure
mencintai lawan bicaranya maka pelaku akan dengan senang hati melakukannya.
pengungkapan diri bila bersama orang yang melakukan pengungkapan diri pula.
Efek diadik ini mungkin membuat seseorang merasa lebih aman, dan nyatanya
(sociable) dan ekstrover melakukan pengungkapan diri lebih banyak dari pada
mereka yang kurang pandai bergaul dan lebih introvert. Orang yang kurang berani
bicara pada umumnya juga kurang mengungkapkan diri dari pada mereka yang
seseorang lebih cenderung membuka diri tentang topik pekerjaan atau hobi dari
pada tentang kehidupan seks atau situasi keuangan. Umumnya, makin pribadi dan
lain, yang pertama, penolakan secara pribadi dan sosial. Bila seseorang
pribadi jika hal yang diungkapkan tidak disukai atau bertentangan oleh pendengar.
Risiko yang kedua adalah kerugian material. Risiko ini bisa terjadi kepada
siapa saja, saat orang yang mendengar pengungkapan diri merasa dirugikan saat
Risiko selanjutnya adalah kesulitan intrapribadi. Bila reaksi orang lain tidak
seperti yang diduga, kesulitan intrapribadi dapat terjadi. Bila seseorang ditolak
23
dan bukan didukung, bila orang-orang yang kita kenal menghindari kita, maka
Windows dengan beberapa tingkatanya (Devito 1997 :57) . Dimulai dari daerah
keinginan untuk diketahui. Kuadran ini mencakup semua aspek diri yang
diketahui dan diketahui oleh orang lain. Daerah ini adalah dasar bagi kebanyakan
Daerah buta, meliputi semua hal mengenai diri yang dirasakan orang lain
tetapi tidak dirasakan diri sendiri. Saat diri cenderung memonopoli percakapan
tanpa disadari atau menganggap diri jenaka tetapi orang lain menganggap gurauan
itu canggung. Daerah gelap dapat memuat setiap rangsangan komunikatif yang
tidak disengaja.
disampaikan kepada orang lain hal tersebut menjadi rahasia pribadi. Daerah tidak
diketahui, merupakan hal-hal yang belum ditelusuri oleh diri sendiri dan orang
lain sehingga tidak diketahui. Daerah gelap, di mana pada bagian ini diri dan
masyarakat karena keroyalan relasi seksualnya dalam bentuk penyerahan diri pada
banyak laki-laki demi mendapatkan imbalan jasa atau uang bagi pelayanannya.
PSK juga bisa diartikan salah tingkah atau gagal menyesuaikan diri pada norma-
(2015: 207).
sosial tidak semua masyarakat bisa menerima posisi PSK dalam lingkungan
anak-anak yang sedang berkembang. Secara tidak langsung, PSK yang juga
manusia biasa, dalam bergaul dengan yang lain mengalami diskriminasi dalam
menunjukkan PSK tersebut hanya berteman dengan sesama profesinya yaitu, antar
sesama PSK saja. PSK juga dipandang sebagiaan masyarakat sebagai merusak
implus-implus seks itu terkendali oleh hati nurani. Selanjutnya, dipakailah teknis-
teknis seksual yang amat kasar dan provokatif dalam sanggama dan sangat
impersonal karena berlangsung tanpa afeksi, tanpa perasaan, tanpa emosi, dan
kasih sayang sehingga dilakukan dengan cepat dan tanpa orgasme pada pihak
25
wanita/PSK-nya.
hanya praktik germo (Pasal 296 KUHP) dan mucikari (Pasal 506 KUHP). Praktik
prostitusi sering dijadikan komersialisasi dari seks, baik di pihak wanita maupun
germo dan oknum tertentu memanfaatkan pelayanan seks sebagai alat yang jamak
pernikahan sejati.
permintaan yang diterapkan pula dalam relasi seks, peperangan dan masa-masa
dan pelabuhan dan industri yang cepat dan menyerap banyak tenaga kerja serta
pegawai pria. Juga urbanisasi tanpa adanya jalan keluar bagi pekerjaan para
timbulnya PSK menurut (Kartini Kartono, 2009 : 245), antara lain : Pertama,
diri dari kesulitan hidup, dan mendapatkan kesenangan melalui jalan pendek.
pelacuran.
kepribadian, dan keroyalan seks. Histeris dan hyperseks, sehingga tidak merasa
puas mengadakan relasi seks dengan satu pria/suami. Ketiga, Tekanan ekonomi,
melit dan keingintahuan gadis-gadis cilik dan anak-anak puber pada masalah seks,
yang kemudian tercebur dalam dunia pelacuran oleh bujukan-bujukan bandit seks.
27
dalam dunia pelacuran. Dan yang keenam dikarenakan adanya kebutuhan seks
yang normal akan tetapi tidak dipuaskan oleh pihak suami. Misalnya karena suami
impoten, lama menderita sakit, banyak istri-istri lain atau bertugas di tempat jauh
sehingga sang suami jarang mendatangi istri yang bersangkutan. lama bertugas di
Artinya tidak ada masyarakat yang memperbolehkan siapa saja untuk seks
keturunan pun selalu dibatasi dengan aturan yang menempatkan kegiatan ini
seorang anak. Kelima, keluarga memberikan status pada seorang anak yaitu status
kesabaran dan kejujuran serta keterbukaan Friendly: (dalam Sejati dan Chusmeru :
2012: 3). Berbicara mengenai komunikasi dalam keluarga, si PSK berkeluarga ini
28
mungkin terdapat proses komunikasi yang terjalin antara sang suami dan sang
isteri yang berprofesi sebagai PSK tersebut. Sehingga sang suami dapat
memberikan ijin kepada sang isteri untuk melakukan pekerjaan sebagai PSK
berkeluarga.
II.4. Fenomenologi
yang mempelajari fenomena seperti penampakan, segala hal yang muncul dalam
pengalaman kita, cara kita mengalami sesuatu, dan makna yang kita miliki dalam
sebagai objek real. Sementara bagi fenomenologi, dunia itu salah satu makna yang
metode penelitian yang digunakan adalah metode filsafat. Metode ini mencakup
kritis historis, filsafat literatur, dan logika formal. Metode tersebut mendasari
Fenomenologi bertujuan untuk mengetahui dunia dari sudut pandang orang yang
Husserl menggunakan epoche untuk term bebas dari prasangka. Dengan epoche,
peneliti terhadap apa yang akan diteliti. Karena epoche memberikan cara pandang
baru terhadap objek, maka peneliti bisa menciptakan ide, perasaan, kesadaran dan
orang lain.
bagaimana objek itu terlihat. Fokusnya terletak pada kualitas dari pengalaman.
30
fenomenologi tidak sebatas cara untuk melihat, namun juga mendengar suatu
fenomena dengan kesadaran dan hati-hati. Singkatnya reduksi adalah cara melihat
variasi imajinasi. Tugas dari variasi imajinasi adalah mencari makna-makna yang
perspektif, posisi, peran, dan fungsi yang berbeda. Tujuannya tiada lain untuk
manusia. Dalam hal ini manusia aktif memahami dunia di sekelilingnya sebagai
peneliti berusaha untuk bersikap netral tanpa menghakimi profesi PSK sebagai
sesuatu yang tidak diterima oleh norma dalam masyarakat. Peneleiti akan