Nama : Ficky Fahlul Rizky | Nim : 20.06.1864 | Kelas : 20IK03 | Mata Kuliah :
Cyber Society | Dosen Pengampu : Monika Pretty Aprilia, M.Si
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada awal tahun 2023, Kota Bekasi, Jawa Barat, menghadapi peningkatan
kasus perceraian yang diajukan oleh banyak pasangan. Mayoritas kasus tersebut
disebabkan oleh perzinahan. Bapak Usman, selaku Humas Pengadilan Agama
Kota Bekasi, menyatakan bahwa pengaduan yang diterima pada awal tahun 2023
mengungkapkan bahwa para penggugat mengalami perbedaan pandangan ideal
tentang pasangan mereka, yang kemudian menyebabkan perselisihan pada tahun
tersebut dan berujung pada perceraian yang diselesaikan di pengadilan.
Berdasarkan data yang disimpan di Pengadilan Agama Kota Bekasi, mayoritas
penggugat adalah perempuan yang menggugat suaminya, terlihat dari jumlah
kumulatif perkara perceraian yang diajukan pada tahun 2022. Masalah perzinahan
masih mendominasi kasus-kasus perceraian di Bekasi, dengan 5.921 perkara
diajukan karena perzinahan. Dari jumlah tersebut, 3.000 gugatan diajukan oleh
istri dan sisanya oleh suami. Perbandingan ini menunjukkan peningkatan sebesar
13,5% dibandingkan tahun sebelumnya. Beberapa kasus perceraian juga
disebabkan oleh pengunduran diri sepihak dari pasangan, karena pengabaian
sepihak dari salah satu pasangan.. (Kautsar, 2023).
Perceraian merupakan isu yang sangat penting dalam konteks sosial dan
ekonomi di Indonesia. Tingginya angka perceraian memberikan dampak negatif
bagi individu, keluarga dan masyarakat secara keseluruhan. Perubahan pola
komunikasi, pengaruh media sosial dan tuntutan gaya hidup modern mungkin
berkontribusi terhadap meningkatnya angka perceraian di Indonesia.Angka
perceraian di Indonesia juga terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Perselingkuhan dapat menjadi salah satu penyebab utama perpisahan rumah
tangga, yang mempengaruhi stabilitas keluarga dan kesejahteraan sosial. Oleh
karena itu, penting untuk memahami faktor-faktor yang mendorong
perselingkuhan dan bagaimana fenomena ini berhubungan dengan meningkatnya
angka perceraian di Indonesia (Apriasari Universitas Gadjah Mada, Kanza
Qotrunnada Universitas Gadjah Mada, Farah Mahsheed Al-Jannah Universitas
Gadjah Mada, & Zafira Amani, 2021).
PEMBAHASAN
Mulai dari awal pubertas hingga usia 18 tahun, seseorang berada dalam
masa remaja yang ditandai dengan perubahan kognitif, di mana remaja mulai
mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan baru dan menggali konsep-
konsep abstrak seperti cinta, rasa takut, dan kebebasan. Rentang usia 18 hingga 25
tahun kemudian disebut sebagai masa dewasa yang sedang berkembang, menjadi
masa transisi antara akhir masa remaja dan awal masa dewasa, ketika individu
mulai mengasimilasi semua karakteristik masa dewasa. Meskipun berada pada
puncak kematangan fisik, orang-orang dalam kelompok usia ini menghadapi
risiko tertinggi untuk mengalami kejahatan kekerasan dan penyalahgunaan
narkoba. Setelahnya, pada usia 25 hingga 40-45 tahun, dikenal sebagai masa
dewasa awal. Ini merupakan waktu yang ideal untuk menikah, karena tugas
perkembangan utamanya adalah membentuk hubungan intim, membangun
keluarga, dan mengejar karier. (Lally & Valentine-French, 2019).
Lingkungan Sosial
KESIMPULAN
Sosial media telah menjadi faktor yang signifikan dalam meningkatkan
potensi perselingkuhan di era digital. Kemudahan berhubungan dengan orang lain,
anonimitas, dan kesempatan yang ditawarkan oleh platform sosial media dapat
menggoda individu untuk mencari kepuasan atau pelarian dari hubungan yang
ada. Meskipun faktor-faktor ini dapat mempengaruhi kecenderungan
perselingkuhan, penting untuk diingat bahwa perselingkuhan adalah hasil dari
keputusan individu dan kualitas hubungan antara pasangan. Komunikasi terbuka,
kepercayaan, dan pengertian adalah kunci dalam membangun hubungan yang
sehat dan meminimalkan risiko perselingkuhan dan mengurangi angka perceraian
di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Salman Farhan Al-atsary. (2014). Menikah untuk Bahagia: Antara Dua Arah
Cinta. Elex Media Komputindo.
Annur, C. M. (2023). Kasus Perceraian di Indonesia Melonjak Lagi pada 2022,
Tertinggi dalam Enam Tahun Terakhir . Retrieved July 25, 2023, from
Katadata Media Network website:
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/03/01/kasus-perceraian-di-
indonesia-melonjak-lagi-pada-2022-tertinggi-dalam-enam-tahun-terakhir
Apriasari Universitas Gadjah Mada, H., Kanza Qotrunnada Universitas Gadjah
Mada, Y., Farah Mahsheed Al-Jannah Universitas Gadjah Mada, Y., & Zafira
Amani, Y. (2021). Divorce in the Covid-19 Pandemic Era: An Integrative
Study: Perceraian di Era Pandemi Covid-19: Sebuah Kajian Integratif.
Proceding of Inter-Islamic University Conference on Psychology, 1(1).
Detikcom. (2013). Faktor Penyebab Pasangan Selingkuh di Social Media.
Retrieved July 25, 2023, from Detikcom : Lifestyle Wolipop website:
https://wolipop.detik.com/love/d-2212209/faktor-penyebab-pasangan-
selingkuh-di-social-media
Kautsar, N. D. (2023). Kasus Perceraian di Bekasi Naik di Awal 2023, Sebagian
Besar karena Perselingkuhan.
Lally, M., & Valentine-French, S. (2019). LIFESPAN DEVELOPMENT A
Psychological Perspective Second Edition. Creative Commons. Retrieved
from http://dept.clcillinois.edu/psy/LifespanDevelopment.pdf
Mujahidin, M. (2020). WASPADA Perselingkuhan Bisa Berawal dari Media
Sosial.
Nursyifa, A., Hayati, E., & Pamulang, U. (2020). Upaya Pencegahan Perceraian
Akibat Media Sosial dalam Perspektif Sosiologis. JSPH : Jurnal Sosiologi
Pendidikan Humanis, Volume 5 Nomor 2, 144–158.
Perkasa, G. (2023). Kenali, Beda Selingkuh Emosional Vs Selingkuh Fisik.