Anda di halaman 1dari 7

INOVASI PENGENALAN PERNIKAHAN DINI TERHADAP

REMAJA DI BAWAH UMUR BERBASIS APLIKASI


EDUFORME (EDUCATION BEFORE MARRIED)
GUNA MENEKAN ANGKA KEMATIAN IBU

Karya ini disusun dalam rangka mengikuti Lomba Esai Languange and Creativity
Challenge

UNIVERSITAS JEMBER

(2021)
Disusun oleh:

Raudhotun Jamila 201510501011 (2020)

Novita Firdausi 201510501005 (2020)

Dea Ayu Puspitasari 201510501026 (2020)


PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kasus pernikahan usia dini bukan hal yang baru di Indonesia, baik di
perkotaan maupun pedesaan. Pernikahan dini merupakan pernikahan yang
dilakukan pada usia yang terlalu muda atau usia yang masih di bawah umur. Usia
pernikahan yang terlalu dini, artinya usia tersebut belum matang secara medis dan
psikologis. Pernikahan dini dapat merenggut kebebasan perkembangan pubertas
remaja maupun berpartisipasi secara optimal (Karim dan Slamet dalam Ningrum
dan Listyaningsih, 2018). Pernikahan dini tersebut menjadi permasalahan sosial
yang terjadi di kalangan remaja. Sebagian besar korban pernikahan dini adalah
remaja putri. Kehamilan mereka di usia yang sangat muda berkaitan dengan
kematian dan kesakitan ibu.
Di Indonesia, pernikahan dini telah menjadi fenomena nasional, dan
budaya menjadi faktor yang berdampak besar pada gaya hidup masyarakat,
termasuk pernikahan dini. Menurut Muntamah dkk (2019), masalah pernikahan
dini merupakan masalah yang sangat penting untuk diperhatikan. Indonesia
menempati urutan ke-37 dengan jumlah pernikahan di bawah umur tertinggi di
dunia, dan Indonesia menempati urutan ke-2 di Asia Tenggara. Hal tersebut bukan
sesuatu yang bisa dibanggakan, karena dapat mempengaruhi kepadatan penduduk
dan juga dapat menyebabkan angka kelahiran yang tinggi. Konsep perkawinan
dianggap sebagai akad/perjanjian yang menetapkan suatu hubungan hukum antara
seorang laki-laki dan seorang perempuan menurut syara', namun dalam hal
perkawinan dini seringkali perjanjian tersebut tidak dengan anak, melainkan
dengan orang tua anak. Pengetahuan orang tua tentang usia pernikahan memegang
peranan penting dalam memutus mata rantai kasus penikahan dini, karena orang
tua harus mengetahui kapan usia mereka menikah yang baik. Meskipuun dalam
Al-Qur’an tidak menentukan batas usia untuk menikah, namun menurut undang-
undang perkawinan tahun 1974 pasal 7 yang masih digunakan sampai saat ini
menetapkan usia pernikahan yang tepat untuk laki-laki 19 tahun dan wanita 16
tahun (Amalia, 2020). Kurangnya pemahaman orang tua tentang usia yang tepat
untuk menikah menyebabkan banyak kasus pernikahan dini, tidak hanya di
Indonesia namun kasus ini juga terjadi di negara lain.
Selain kurangnya pemahaman dari orang tua, permasalahn mendasar yang
dihadapi remaja adalah kurangnya informasi, pengetahuan dan pemahaman
remaja tentang dampak pernikahan dini. Faktor-faktor tersebut menyebabkan
remaja melakukan hubungan seksual pada usia yang sangat muda, yang memiliki
risiko terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan. Akibatnya remaja tersebut
melakukan pernikahan dalam usia dini. Kurangnya pengetahuan tersebut juga
dapat disebabkan oleh kurangnya pengalaman dan akses remaja terhadap suatu
informasi yang dapat mengubah pengetahuan, sikap, dan perilaku yang dimiliki.
Sebagaimana yang dikutip Lihu dkk (2019) dalam penelitiannya, kurangnya
pengetahuan tersebut disebabkan institusi pendidikan maupun pelayanan
kesehatan jarang melakukan penyuluhan tentang bahaya pernikahan dini kepada
masyarakat khususnya kepada para remaja.
Solusi dari permasalahan pernikahan dini yaitu dengan meningkatkan
cakupan pelayanan pendidikan dan pengasuhan bagi remaja usia 15-17 tahun.
Menurut Indriyani dkk (2019), eratnya gadget dengan remaja menjadikan sebuah
inovasi pengembangan aplikasi layanan konseling berbasis android, dimana
aplikasi berbasis android/IOS memungkinkan mereka untuk digunakan dalam
memberikan pelayanan kesehatan reproduksi atau seputar pernikahan di usia
muda sehingga menjadikan layanan yang ramah dan mudah diakses oleh para
remaja, serta menjamin kerahasiaannya. Aparat juga dapat memberikan pelayanan
kesehatan reproduksi remaja dengan mudah, jangkauan luas, praktis, hemat biaya
dan efisien, sehingga remaja dapat berperan aktif dalam mengakses pelayanan
tersebut. Oleh karena itu, penulisan essai ini menelaah permasalahan yang terjadi
untuk menggali bagaimana memberikan inovasi dalam pengenalan pernikahan
dini terhadap remaja di bawah umur berbasis aplikasi dengan tujuan menekan
angka kematian ibu.
ISI

Pernikahan yang dilakukan oleh remaja dibawah usia 20 tahun dan belum
siap untuk melakukan pernikahan dapat disebut dengan pernikahan dini.
Tingginya pernikahan dini di Indonesia sebenarnya cenderung terjadi di pedesaan.
Hal tersebut disesbabkan oleh rendahnya pengetahuan masyarakat di pedesaan
mengenai dampak dari pernikahan dini. Menurut Haslan dkk (2021) secara umum
ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pernikahan dini. Faktor-faktor
tersebut yaitu faktor adat, faktor ekonomi, tingkat pendidikan yang kurang,
pengaruh media massa, dan kondisi-kondisi tertentu seperti kehamilan diluar
nikah.
Faktor pernikahan dini yang pertama yaitu faktor adat. Faktor adat
berkaitan dengan adanya kebiasaan pada suatu kelompok, contohnya seperti
keyakinan untuk tidak menolak pinangan dari pria walaupun sang wanita belum
berusia 16 tahun karena hal tersebut dianggap menghina (Haslan dkk., 2021).
Faktor ekonomi menjadi salah satu penyebab terjadinya pernikahan dini. Keluarga
yang mengalami kesulitan ekonomi akan cenderung menikahkan anaknya pada
usia muda. Pernikahan dini diharapakan menjadi solusi bagi kesulitan ekonomi
keluarga, dengan pernikahan diharapkan mengurangi beban ekonomi keluarga.
Masalah ekonomi yang rendah dan kemiskinan menyebabkan orang tua tidak
mampu mencukupi kehidupan anaknya dan tidak mampu membiayai sekolah
sehingga mereka memutuskan menikahkan anaknya dengan harapan sudah lepas
tanggung jawab untuk membiayai kehidupan anaknya.
Faktor yang ketiga yaitu tingkat pendidikan orang tua yang rendah. Para
orang tua yang hanya bersekolah hingga tamat SD biasanya merasa senang jika
anaknya sudah ada yang menyukai. Orang tua tersebut tidak mengetahui adanya
akibat dari pernikaha dini ini. Faktor selanjutnya yaitu faktor pengaruh media
massa. Saat ini, dengan adanya pandemi banyak kegiatan yang dilakukan dari
rumah seperti kegiatan sekolah online. Sekolah online tersebut menyebabkan
banyak pelajar menggunakan gadget untuk mengakses segala pelajaran dan tugas
yang diberikan oleh gurunya. Namun, hal ini ternyata akan membawa banyak
dampak negatif karena banyak kasus yang terjadi terkait penyalahgunaan gadget
oleh para pelajar tersebut. Mudahnya akses internet memudahkan masyarakat saat
ini untuk membuka situs-situs berbau pornografi yang sebenarnya dilarang oleh
pemerintah. Tanpa adanya pengetahuan dan emosional yang cukup dalam
mengakses situs pornografi akan timbul rasa penasaran dan melakukan hubungan
seks diluar nikah.
Mill km bisa bahas dampaknya ya ….. kalo ada yg salah atau ada yg
gabener tu bisa langsung bilang ntar ya mil…
Untuk menjawab permasalahan yang ada terkait pernikahan dini, solusi
yang ditawarkan adalah dengan memberikan inovasi aplikasi berbasis teknologi
yang dapat diakses oleh seluruh kalangan melalui gadget. Eduforme (Education
Before Married) adalah aplikasi yang berfokus kepada penyuluhan pernikahan
dini bagi semua kalangan terutama remaja yang masih berada dibawah umur.
Penggunaan aplikasi Eduforme terbilang mudah, cukup dengan mengunduh dan
membuat akun sudah bisa mengakses aplikasi ini.
Tampilan yang digunakan dalam aplikasi ini juga terbilang sederhana.
Tujuan dari tampilan sederhana agar aplikasi dapat digunakan dengan mudah dan
dapat berfungsi dengan lancar. Rancangan tampilan dan fitur yang tersedia
didalam aplikasi yang pertama adalah halaman masuk dan registrasi. Halaman
masuk dan registrasi merupakan database informasi data diri akun user. Pada
halaman tersebut bagi pengguna yang sudah memiliki akun dapat langsung
mengisi username dan password untuk registrasi. Selanjutnya pada halaman
utama pengguna disajikan oleh pilihan menu fitur layanan yang tersedia sesuai
dengan kebutuhan dan pengelola pengguna.
Aplikasi Eduforme memiliki beberapa layanan seperti fitur informasi, fitur
dokterku, dan fitur pelaporan. Fitur informasi memiliki tujuan sebagai layanan
segala informasi terkait dengan materi pernikahan dini mulai dari faktor yang
menyebabkan adanya pernikahan dini hingga dampak dengan adanya pernikahan
dini. Fitur dokterku yaitu fitur yang bertujuan memberikan layanan konsultasi
terkait permasalahan pernikahan dini. Pengguna yang memiliki masalah yang
sedang dialami seperti adanya paksaan untuk menikah di usia dini oleh orang
tuanya dapat menggunakan fitur ini untuk berkonsultasi dengan beberapa ahli.
Fitur yang terkahir yaitu fitur pelaporan adalah fitur yang bertujuan sebagai
layanan cepat tanggap untuk menerima pelaporan atas adanya rencana pernikahan
dini yang akan dilakukan. Seseorang yang mengetahui akan adanya pelaksanaan
pernikahan dini dapat langsung menggunakan fitur ini. Tindak lanjut dengan
adanya laporan yang masuk melalui aplikasi ini adalah pelacakan lokasi dan
penyelidikan secara luas. Nantinya, akan ada penyuluhan yang dilakukan terkait
pernikahan dini dilokasi tersebut untuk mencegah terjadinya pernikahan dini.
DAFTAR PUSTAKA

Indriyani, Dian, Raharjo Apriyatmoko, and Tina Mawardika. 2019. “Peningkatan


Akses Remaja Pada Layanan Program Kesehatan Reproduksi Dengan
Penerapan Aplikasi Layanan Keperawatan Kesehatan Reproduksi Remaja
(Lawan Roma) Di Smp N 2 Bawen Kabupaten Semarang.” Journal of
Holistics and Health Science 1 (1): 89–98.
https://doi.org/10.35473/jhhs.v1i1.15.

Lihu, Sri Dewi Palindrawati, Fifi Ishak, and Sisilia S Kasa. 2019. “Gambaran
Pengetahuan Tentang Dampak Pernikahan Dini Pada Remaja Puteri Kelas Xi
Di Smk Negeri 1 Limboto.” Akademika : Jurnal Ilmiah Media Publikasi
Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi 8 (1): 9.
https://doi.org/10.31314/akademika.v8i1.293.

Muntamah, Ana Latifatul, Dian Latifiani, and Ridwan Arifin. 2019. “Pernikahan
Dini Di Indonesia: Faktor Dan Peran Pemerintah (Perspektif Penegakan Dan
Perlindungan Hukum Bagi Anak).” Widya Yuridika 2 (1): 1.
https://doi.org/10.31328/wy.v2i1.823.

Ningrum, Erdeana Candra, Umi Listyaningsih. 2018. “Tumbuh Kembang Anak


Pelaku Pernikahan Usia Dini Di Kecamatan Saptosari Kabupaten
Gunungkidul.” Jurnal Bumi Indonesia 7(4).
http://lib.geo.ugm.ac.id/ojs/index.php/jbi/article/view/1019/6565656617.

Amalia, Nuramanah. 2020. “Konsep Akal Baligh dalam Al-Quran dan


Implikasinya Pada Penentuan Usia Nikah Menurut UU Perkawinan.” Jurnal
Al-Qadau 8(1):77-86.
http://journal.uinalauddin.ac.id/index.php/alqadau/article/download/17317/11
43.

Haslan, M. M., Yuliatin., Fauzan, A, & Tripayana. I. N. A. 2021. Penyuluhan


Tentang Dampak Perkawinan Dini Bagi Remaja di SMA Negeri 2 Gerung
Kabupaten Lombok Barat. Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA,
4(2). https://doi.org/10.29303/jpmpi.v4i2.815

Anda mungkin juga menyukai