Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pernikahan dini secara umum memiliki definisi umum yaitu perjodohan


atau pernikahan yang melibatkan satu atau kedua pihak, sebelum pihak wanita
mampu secara fisik, fisiologi, dan psikologi untuk menanggung beban pernikahan
dan memiliki anak, dengan batasan umur umum adalah di bawah 18 tahun.
(BKKBN(2012)
Kehamilan Remaja adalah kehamilan yang terjadi pada wanita remaja usia
14-19 tahun yang merupakan akibat perilaku seksual baik sengaja maupun tidak
sengaja (Pudiastuti, 2011).
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka persentase pernikahan dini di
Tanah Air meningkat menjadi 15,66% pada tahun 2018,dibanding tahun
sebelumnya 14,18%. Kenaikan persentase pernikahan dini tersebut merupakan
catatan tersendiri bagi pemerintah yang sedang terus berusaha memperbaiki Indeks
Pembangunan Manusia (IPM).Berdasarkan data BPS, mereka yang digolongkan
pernikahan dini adalah perempuan yang menikah pertama di usia 16 tahun atau
kurang. Dari catatan BPS provinsi dengan jumlah persentase pernikahan muda
tertinggi adalah Kalimantan Selatan sebanyak 22,77%,Jawa Barat 20,73%, dan
Jawa Timur 20,73%. Sebagai perbandingan pada tahun 2017 persentase pernikahan
dini di Jawa Barat mencapai 17,28%. Angka itu lebih rendah dari Jawa Timur
18,44% dan Kalimantan Selatan 21,53%. Dengan demikian, peningkatan
persentase pernikahan muda pada 2018 di Jawa Barat jauh lebih signifikan
dibandingkan provinsi lainnya.
Pernikahan dini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya rendahnya
pendidikan dan melakukan hubungan biologis Dampak dari pernikahan dini
terhadap remaja adalah: Dampak biologis, Dampak psikologis, Dampak perilaku
seksual menyimpang.Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada wanita
usia antara 14 – 19 tahun baik melalui proses pra nikah atau nikah.
Masalah yang timbul akibat kehamilan remaja diantaranya adalah masalah
kesehatan reproduksi, masalah psikologi pada kehamilan remaja, Masalah yang

1
Timbul Akibat Kehamilan Remaja: Masalah Kesehatan reproduksi, Masalah
Psikologi Pada Kehamilan Remaja, Masalah sosial dan ekonomi keluarga.
Cara mengurangi kasus pernikahan dini dan Kehamilan Remaja di
Lingkungan sekitar yaitu menegakkan hukum yang berlaku terkait pernikahan anak
di bawah umur, Antara pemerintah dan masyarakat merupakan jurus terampuh
sementara ini untuk mencegah terjadinya pernikahan anak di bawah umur sehingga
kedepannya di harapkan tidak akan ada lagi anak yang menjadi korban akibat
pernikahan tersebut dan anak-anak Indonesia bisa lebih optimis dalam menatap
masa depannya kelak, Sebaiknya di dalam sebuah pergaulan perlu adanya kegiatan-
kegiatan yang positif serta dukungan dan kasih sayang dari orang tua agar seorang
remaja itu sendiri tidak salah dalam pergaulan yang bisa menyebabkan penyesalan
dikemudian hari.

1.2 Rumusan Masalah


Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang kehamilan remaja yang sering
terjadi saat ini.

1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian Pernikahan Dini dan Kehamilan Remaja
2) Untuk mengetahui faktor terjadinya Kehamilan Remaja dan pernikahan
dini
3) Untuk mengetahui dampak kehamilan remaja dan pernikahan dini
4) Untuk pencegahan terjadinya pernikahan dini dan kehamilan remaja
5) Untuk mengetahui penanganan kehamilan remaja dan pernikahan dini

1.4 Manfaat
Setelah pembaca mengetahui semua tentang apa yang sudah dijelaskan pada
makalah ini,maka diharapkan para pembaca dapat lebih sedikit peduli dalam
permasalahan di kalangan Remaja saat ini. Dan dapat mengantisipasi kejadian ini
dalam kehidupan sehari-hari masyarakat maupun sosial.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pernikahan Dini


2.1.1 Definisi Pernikahan Dini
Pernikahan dini atau kawin muda adalah pernikahan yang dilakukan oleh
pasangan atau salah satu pasangannya masih dikategorikan remaja yang masih
berusia dibawah 19 tahun (WHO, 2006). Menurut BKKBN(2012) Pernikahan dini
secara umum memiliki definisi umum yaitu perjodohan atau pernikahan yang
melibatkan satu atau kedua pihak, sebelum pihak wanita mampu secara fisik,
fisiologi, dan psikologi untuk menanggung beban pernikahan dan memiliki anak,
dengan batasan umur umum adalah di bawah 18 tahun.
2.1.2 Faktor –Faktor Penyebab Pernikahan dini
Menurut Ahmad (2009) terdapat dua factor besar yang penyebab terjadinya
pernikahan dini yaitu, 1) faktor internal anak diantarany adalah berhubungan
dengan pendidikan yang sangat mempengaruhi terjadinya pernikahan dini. Apabila
seorang anak berstatus sebagai pelajar maka akan dapat menunda suatu pernikahan
yang terjadi tetapi sebaliknya apabila seorang anak putus sekolah pada usia wajib
bersekolah maka anak akan cenderung tidak mempunyai kesibukan atau
menganggur. Sehingga seorang anak atau remaja akan mendorong orang tua untuk
berfikir bahwa menikah lebih baik dari pada berdiam atau menganggur di rumah.
terutama bila anak remaja sudah mempunyai teman dekat, 2) Faktor internal kedua
yaitu apabila remaja telah melakukan hubungan biologis. ketika orang tua
mengetahui anak remajanya terutama anak gadisnya telah melakukan hubungan
biologis dengan lawan jenis maka orang tua akan cenderung berfikaran cepat
menikahkan anak gadisnya. Walaupun usianya terbilang masih muda karena orang
tua khawatir kepada remaja apabila dibiarkan akan terjadi hamil diluar nikah
ataupun khawatir apabila anak gadisnya ditinggal oleh lawan jenis yang telah
melakukan hubungan biologis dengan anak gadis atau remaja perempuan (Ahmad,
2009).
Faktor internal ketiga yaitu hamil sebelum menikah apabila seorang remaja
perempuan telah hamil sebelum dilangsungkan pernikahan, keluarga akan

3
mengambil keputusan menikahkan remaja putrinya. Keputusan ini diambil oleh
orang tua untuk menghindari malu karena hamil diluar nikah dianggap sebagai aib
keluarga. Keputusan ini diambil tanpa memfikirkan dampak dan usia remaja saat
dinikahkan (Ahmad, 2009). Selanjutnya faktor dari luar atau faktor eksternal anak
meliputi Faktor pemahaman agama ada beberapa keyakinan dalam agama bahwa
bila seorang anak telah memiliki hubungan yang sangat dekat dengan lawan jenis,
maka orang tua harus mengambil keputusan untuk menikahkan remaja untuk
mrnghindari dari hal yang tidak diinginkan atau pergaulan bebas dan agar tidak
terjadi perzinahan. Faktor ekonomi perkawinan usia muda terjadi karena keadaan
keluarga yang sangat memprihatinkan atau keadaan keluarga yang hidup digaris
kemiskinan, untuk meringankan beban orang tua atau keadaan ekonomi keluarga
seorang remaja dinikahkan dengan lawan jenis yang lebih mampu. Maka jumlah
anggota keluarga akan berkurang sehingga tanggung jawab keluarga juga
berkurang (Ahmad, 2009).
Faktor adat dan budaya merupakan fenomena ini masih sering terjadi di
masyarakat, terutama masyarakat pedesaan suatu kondisi budaya yang menikahkan
anaknya di usia muda. Hal ini bermula dengan adanya perjodohan yang
direncanakan oleh orang tuanya, maupun pemahaman masyarakat bahwa remaja
wanita yang telah mendapatkan menstruasi pertama maka remaja wanita layak
untuk menikah, bahkan ada yang menikahkan anaknya sebelum mendapatkan
menstruasi pertama. Selain itu, ada juga anggapan apabila remaja wanita tidak
segera menikah akan membuat malu keluarga karena dapat disebut sebagai remaja
yang jauh dari jodoh ( Indriayani, 2014).
2.1.3 Dampak Pernikahan Dini
Menurut Indriayani (2014), pernikahan di bawah usia batas normal atau
pernikahan dini mempunyai beberapa dampak segi kesehatan, fisik mental maupun
masyarakat. Dampak dari pernikahan dini seperti dampak dari segi kesehatan yaitu
banyaknya pasangan usia muda khususnya perempuan yang memiliki angka
kematian yang tinggi disebabkan oleh proses melahirkan, hingga kematian bayi
yang tentunya akan memiliki pengaruh tersendiri bagi kesehatan seorang ibu dan
anak. Berdasarkan dengan ilmu kesehatan, usia yang kecil memiliki resiko yang
berbahaya dan memiliki tingkat kematian tinggi dalam melahirkan yaitu antara 20-

4
35 tahun. Dengan demikian jika proses melahirkan pada usia kurang dari 20 tahun
dan lebih dari 35 tahun beresiko sangat tinggi. Hingga saat ini pada umumnya ibu
muda yang hamil dengan usia dibawah 20 tahun ke bawah sering mengalami
prematuritis (lahir sebelum waktunya).
Dampak dari segi fisik yaitu pasangan usia muda belum mampu dibebani
suatu pekerjaan yang memerlukan ketrampilan fisik untuk mendatangkan
penghasilan dan untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Dalam berumah tangga,
faktor ekonomi merupakan suatu kebutuhan yang harus dan sangat penting untuk
dipenuhi hal tersebut merupakan perwujudan dari adanya kesejahteraan dan
kebahagiaan dalam rumah tangga seseorang, selain itu juga pada umumnya
rendahny perekonomian rentang memicu konflik antara suami dan istri. Maka untuk
itu, para remaja atau generasi muda sebelum melakukan pernikahan tidak boleh
hanya mempunyai fikiran apa kata nanti terutama bagi seorang suami atau pria yang
memiliki kewajiban sangat besar pada keluarga barunya. dan juga tidak boleh
mempunyai rasa ketergantungan dengan orang tua. Segi mental atau jiwa
merupakan pasangan muda kenayakan belum siap memikul tanggung jawab secara
moral, pasangan muda pada umumnya rentang mengalami konflik yang terjadi di
faktor psikologi hal tersebut disebabkan pasangan muda memiliki mental yang
masih labil dan belum matang emosinya (Indriyani, 2014).
Dampak lain yang ditimbulkan oleh pernikahan dini juga berpengaruh dari
segi pendidikan karena pendidikan merupakan salah satu sarana dalam melakukan
sebuah pendewasaan pada usia menikah dan mempunyai kesiapan untuk
mengarungi bahtra hidup berumah tangga. Dampak dari aspek kependudukan yaitu
perkawinan usia muda memiliki tingkat kesuburan yang tinggi sehingga dapat
menimbulkan meledaknya jumlah penduduk sehingga kurang mendukung
pembangunan dibidang kesejahteraan. Selanjutnya dampak pernikahan dini dari
segi kelangsungan rumah tangga merupakan tahap atau masa perkawinan yang
masih sangat rawan terjadi konflik hal tersebut dikarenakan usia yang belum stabil,
serta tingkat kemandirian yang tergolong masih rendah sehingga menyebabkan
tingginya angka perceraian (Indriyani, 2014).

5
2.1.5 Gambaran Peran Ibu yang Melakukan Pernikahan Dini dalam
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Anak
Pernikahan yang dilakukan oleh remaja wanita dapat mempengaruhi peran
yang akan dijalani setelah menikah. Setelah menikah remaja wanita akan
mengalami proses hamil yang diinginkan atau tidak diinginkan. Remaja wanita
yang menikah di usia dini belum siap melaksanakan perannya sebagai ibu. Untuk
menjadi seorang ibu memerlukan kesipan mental, fisik, ekonomi dan lingkungan
sosial yang mendukung. Kesiapan mental sangat penting dalam proses menjalankan
peranannya sebagai ibu karena emosi remaja labil sehingga sangat rentan terjadi
kekerasan kepada anaknya, secara ekonomi usia remaja adalah usia yang masih
sulit untuk mendapatkan pekerjaan karena usia remaja seharusnya bersekolah
ketika remaja memutuskan untuk menikah akhirnya remaja akan mengalami putus
sekolah sehingga remaja akan mendapatkan pendidikan yang kurang dan berakibat
remaja menjadi kurangnya pengetahuan. Ada beberapa alasan kehamilan yang
terjadi oleh remaja antara lain yaitu hamil karna kecelakaan, untuk mendapatkan
tunjungan kesejahteraan yang biasanya terjadi oleh remaja dengan lingkungan
keluarga menengah kebawah, remaja yang ingin cepat mempunyai anak, remaja
yang ingin cepat menjalankan peran dan keinginan meniru saudara yang sedang
hamil diusia muda (Susanti, 2008). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Prabowo,
Ishartono, & Budiarti (2015) menunjukkan bagaimana ibu yang masih berusia dini,
atau masih berusia remaja dalam memenuhi kebutuhan dasar anaknya. Dalam hal
ini, masalah yang terjadi adalah apabila kebutuhan dasar anak tidak dapat dipenuhi
oleh orangtua, terutama oleh ibu yang masih berusia dini atau remaja. Masalah
tersebut merupakan masalah yang harus segera diselesaikan agar tidak
menimbulkan masalah lain pada anak. Masa anak - anak adalah masa dimana
terdapat usia emas atau yang sangat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anak. Untuk itulah kebutuhan dasar anak harus dipenuhi dengan baik, agar tidak
menggangu masa - masa pertumbuhan maupun perkembangan anak. Namun, pada
kenyataannya hal tersebut dapat terhambat apabila ibu yang masih berusia dini tidak
dapat memberikan kebutuhan dasar anak secara maksimal dikarenakan usia ibu
yang masih dini. Hal ini juga dapat membuat keadaan anak cukup terancam karena
cukup banyak anak yang ditelantarkan oleh Ibu yang masih berusia dini.

6
Penelitian serupa yang dilakukan oleh Afriani & Mufdlilah (2016)
menunjukkan bahwa pernikahan ini dapat mempengaruhi dampak psikologi
diantaranya belum siap dalam menghadapi kehamilan pertama. Masalah yang
terjadi dalam keluarga yaitu masalah ekonomi dan adat, dan dapat menghalangi
remaja putri dalam mencapai cita-cita atau keinginannya. Dampak pada kesehatan
pada remaja putri kehamilan dapat terjadi hiperemesis dan anemia, pada persalinan
dapat terjadi dengan bantuan alat, dan kondisi anak saat lahir dapat terjadi BBLR
dan dampak tidak memperoleh ASI eksklusif. Berdasarkan penjabaran di atas dapat
diketahui bahwa pernikahan dini diasumsikan dapat mempengaruhi bagaimana
seorang wanita dalam menjalankan perannya sebagai Ibu.

2.2 Kehamilan Remaja


2.2.1 Definisi Kehamilan Remaja
Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada wanita usia antara
14–19 tahun baik melalui proses pranikah atau nikah. Menurut ciri-ciri
perkembangannya, masa remaja di bagi menjadi tiga tahap yaitu masa remaja awal
10-12 th, masa remaja tengah 13-15 th, masa remaja akhir 16-19 t`h (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2001)
Kehamilan usia dini memuat resiko yang tidak kalah berat. Pasalnya,
emosional ibu belum stabil dan ibu mudah tegang. Sementara kecacatan kelahiran
bisa muncul akibat ketegangan saat dalam kandungan, adanya rasa penolakan
secara emosional ketika ibu mengadung bayinya. (Ubydillah, 2000).
2.2.2 Faktor Terjadinya Kehamilan Remaja
1. Kurangnya peran orang tua dalam keluarga.
Perhatian dan peran orang tua amat berpengaruh besar terhadap
perkembangan mental dan kejiwaan si anak. Anak yang tidak merasakan
ketentraman didalam keluarganya akan cenderung mencari ketentraman di luar
dengan berbagai cara, ada kalanya mereka melakukan hal-hal yang banyak
diantaranya yang cenderung melakukan hal-hal negatif sebagai bentuk kekesalan
mereka terhadap kedua ibu bapaknya.

7
2. Kurangnya Pendidikan Seks dari Orang Tua dan Keluarga terhadap Remaja.
Berdasarkan penelitian yang didapat sejak September 2007 yang dilakukan di 4
kota di Indonesia. Dengan mengambil 450 responden dan dengan kisaran usia
antara 15 – 24 tahun, kategori masyarakat umum dan dengan kelas sosial menengah
ke atas dan ke bawah. Didapakan informasi bahwa sekitar 65% informasi tentang
seks didapat dari kawan 35% dari film porno. Dan hanya 5% yang mendapatkan
informasi tentang seks dari orang tua.
3. Perkembangan IPTEK yang tidak didasari dengan perkembangan mental yang
kuat. Semakin majunya IPTEK membuat para remaja semakin mudah untuk
mendapatkan informasi-informasi mengenai seks dan apabila hal ini tidak didasari
dengan perkembangan mental yang kuat maka dapat membuat para remaja
terjerumus ke arah pergaulan yang salah dan sehingga terciptalah perbuatan-
perbuatan yang tidak sesuai dengan norma dan agama yang berlaku.
2.2.3 Masalah yang Timbul Akibat Kehamilan Remaja
1 Masalah Kesehatan reproduksi
Kesehatan reproduksi merupakan masalah penting untuk mendapatkan
perhatian terutama dikalangan remaja. Remaja yang kelak akan menikah dan
menjadi orang tua sebaiknya mempunyai kesehatan reproduksi yang prima
sehinnga dapat menurunkan generasi sehat. Dikalangan remaja telah terjadi
semacam revolusi hubungan seksual yang menjurus kearah diberalisasi yang dapat
berakibat timbulnya berbagai penyakit hubungan seks yang merugikan alat
reproduksi. Bila pada saatnya diperlukan untuk hamil normal, besar kemungkinan
kesehatan reproduksi sudah tidak optimal dan dapat menimbulkan berbagai akibat
samping kehamilan. Dengan demikian dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan
kesehatannya sehingga dapat mempersiapkan diri untuk hamil dalam keadaan
optimal.
2. Masalah Psikologi Pada Kehamilan Remaja
Remaja yang hamil diluar nikah menghadapi berbagai masalah psikologis
yaitu rasa takut, kecewa, menyesal, dan rendah diri terhadap kehamilannya
sehingga terjadi usaha untuk menghilangkan dengan jalan gugur kandung. Gugur
kandung mempunyai kerugian yang paling kecil bila dibandingkan dengan
melanjutkan kehamilan. Sukur bila kehamilannya terjadi menjelang kehamilan

8
sehinnga segera dilanjutkan dengan pernikahan. Keadaan akan makin rumit bila
pemuda atau laki-laki yang menghamili malah tidak bertanggung jawab sehingga
derita hanya ditanggung sendiri dengan keluarga. Keluargapun menghadapi
masalah yang sulit ditengah masyarakat seolah-olah tidak mampu memberikan
pendidikan moral pada anak gadisnya.
3. Masalah sosial dan ekonomi keluarga
Perkawinan yang dianggap dapat menyelesaikan masalah kehamilan remaja
tidak lepas dari kemelut seperti:
1) Penghasilan yang terbatas sehingga kelangsungan hamilnya dapat
menimbulkan berbagai masalah kebidanan
2) Putus sekolah sehingga pendidikan jadi terlantar
3) Putus kerja, karena berbagai alasan, sehingga menambah sulitnya masalah
sosial ekonomi
4) Ketergantungan sosial ekonomi pada keluarga menimbulkan stres (tekanan
batin)
5) Nilai gizi yang relativ rendah dapat menimbulkan berbagai masalah kebidanan
Bila remaja memilih untuk mengasuh anaknnya sendiri,masyarakat nelum
siap menerima kelahiran tanpa pernikahan berbeda halnya dengan negara maju
seperti Amerika, masyarakat sudah dapat menerima kehamilan sebagai hasil
hidup bersama
4. Dampak Kebidanan Kehamilan Remaja
1) Keguguran
Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak disengaja. misalnya :
karena terkejut, cemas, stres. Tetapi ada juga keguguran yang sengaja dilakukan
oleh tenaga non profesional sehingga dapat menimbulkan akibat efek samping
yang serius seperti tingginya angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang
pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan.
2) Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan.
Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi terutama
rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan lahir rendah
(BBLR) juga dipengaruhi gizi saat hamil kurang dan juga umur ibu yang belum
menginjak 20 tahun. cacat bawaan dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu

9
tentang kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi rendah, pemeriksaan
kehamilan (ANC) kurang, keadaan psikologi ibu kurang stabil. selain itu cacat
bawaan juga di sebabkan karena keturunan (genetik) proses pengguguran
sendiri yang gagal, seperti dengan minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau
dengan loncat-loncat dan memijat perutnya sendiri.
3) Mudah terjadi infeksi.
Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress memudahkan
terjadi infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas.
4) Anemia kehamilan / kekurangan zat besi.
Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan kurang
pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat hamil di usia muda.karena pada
saat hamil mayoritas seorang ibu mengalami anemia. tambahan zat besi dalam
tubuh fungsinya untuk meningkatkan jumlah sel darah merah, membentuk sel
darah merah janin dan plasenta.lama kelamaan seorang yang kehilangan sel
darah merah akan menjadi anemis.
5) Keracunan Kehamilan (Gestosis).
Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia
makin meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam bentuk pre-eklampsia
atau eklampsia. Pre-eklampsia dan eklampsia memerlukan perhatian serius
karena dapat menyebabkan kematian.
6) Kematian ibu yang tinggi.
Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena perdarahan
dan infeksi. Selain itu angka kematian ibu karena gugur kandung juga cukup
tinggi.yang kebanyakan dilakukan oleh tenaga non profesional (dukun).
2.2.4 Pencegahan Kehamilan Remaja
1. Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah
2. Kegiatan positif
3. Hindari perbuatan yang memberi dorongan negatif misalnya perilaku sex.
4. Jangan terjebak pada rayuan gombal
5. Hindari pergi dengan orang yang terkenal
6. Mendekatkan diri pada Tuhan

10
7. Penyuluhan meliputi Kesehatan Reproduksi Remaja, Keluarga Berencana
(alat kontrasepsi, kegagalan dan solusinya), kegiatan rohani dengan tokoh
agama.
8. Bagi pasangan menikah sebaiknya menggunakan alat kontrasepsi yang
tingkat kegagalannya rendah, misalnya steril, AKBK, AKDR, dan suntik.
2.2.5 Penanganan Kehamilan Remaja
1. Sikap bersahabat jangan mencibir
2. Konseling kepada remaja dan keluarga meliputi kehamilan dan persalinan.
3. Membantu mencari penyelesaian masalah yaitu dengan menyelesaikan
secara kekeluargaan, segera menikah.
4. Periksa kehamilan sesuai standart
5. Gangguan jiwa atau resiko tinggi segera rujuk ke Sp.OG
6. Bila ingin abortus maka berikan konseling resiko abortus.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pernikahan dini adalah sebuah ikatan antara seorang pria dan seorang
wanita yang diantaranya berumur berkisar 13 hingga 18-20 tahun, yang pada
hakekatnya kurang memiliki persiapan atau kematangan baik secara jasmani atau
fisik maupun mental, emosional, dan sosial. Faktor penyebab adanya pernikahan
dini pada remaja yaitu : Faktor Ekonomi, Pergaulan Bebas, Keinginan Remaja Itu
Sendiri, Pendidikan, Orang Tua. Dampak dari pernikahan dini terhadap remaja
adalah: Dampak biologis, Dampak psikologis, Dampak perilaku seksual
menyimpang.Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada wanita usia
antara 14 – 19 tahun baik melalui proses pra nikah atau nikah. Dari jumlah remaja
yang hamil pada pranikah dapat disimpulkan bahwa banyak remaja masih minim
pengetahuannya akan hubungan seksual. Masalah yang timbul akibat kehamilan
remaja diantaranya adalah masalah kesehatan reproduksi, masalah psikologi pada
kehamilan remaja, Masalah yang Timbul Akibat Kehamilan Remaja: Masalah
Kesehatan reproduksi, Masalah Psikologi Pada Kehamilan Remaja, Masalah sosial
dan ekonomi keluarga
Cara mengurangi kasus pernikahan dini dan Kehamilan Remaja di
Lingkungan sekitar yaitu menegakkan hukum yang berlaku terkait pernikahan anak
di bawah umur sehingga pihak-pihak yang ingin melakukan pernikahan dengan
anak di bawah umur berpikir dua kali terlebih dahulu sebelum melakukannya.
Antara pemerintah dan masyarakat merupakan jurus terampuh sementara ini untuk
mencegah terjadinya pernikahan anak di bawah umur sehingga kedepannya di
harapkan tidak akan ada lagi anak yang menjadi korban akibat pernikahan tersebut
dan anak-anak Indonesia bisa lebih optimis dalam menatap masa depannya kelak.
Tanpa adanya pengetahuan yang cukup bagi remaja, maka remaja dapat terjun ke
hal-hal yang tidak semestinya seperti seks bebas yang dapat mengakibatkan
kehamilan remaja. Sebaiknya di dalam sebuah pergaulan perlu adanya kegiatan-
kegiatan yang positif serta dukungan dan kasih sayang dari orang tua agar seorang
remaja itu sendiri tidak salah dalam pergaulan yang bisa menyebabkan penyesalan
dikemudian hari.

12
3.2 Saran
1. Untuk pasangan yang menikah dini
Calon pasangan yang memutuskan untuk menikah di usia dini diharapkan
untuk memikirkan matang-matang keputusan mereka sebelum memutuskan untuk
menikah karena untuk membangun suatu pernikahan memerlukan persiapan yang
tidak sedikit. Jika akhirnya tetap memutuskan untuk menikah diharapkan telah
melakukan persiapan yang benar-benar matang sehingga kualitas hidup pernikahan
akan menjadi semakin baik.

2. Untuk keluarga dan masyarakat


Diharapkan keluarga untuk lebih aktif mencari informasi dan mempelajari
pengetahuan terhadap metode mendidik remaja serta lebih berperan aktif untuk
mendorong para remaja melakukan kegiatan yang lebih bermanfaat serta semakin
meningkatkan kualitas individu untuk menghasilkan remaja-remaja yang memiliki
pemahaman mendalam tentang makna kehidupan.

3. Untuk Tenaga Kesehatan


Perlunya penyuluhan kepada remaja dan masyarakat tentang faktor-faktor
yang menyebabkan adanya pernikahan di usia dini pada remaja dan Kehamilan
Remaja.

13
DAFTAR PUSTAKA

Kusmiran, Eni.2011.Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Wanita.Jakarta: Salemba


Medika
Syafrudin ,dkk.2009. Kebidanan Komunitas.Jakarta:EGC
Cecep. H. Heri. H. Solihati. 2008. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Kehamilan Pranikah di Kalangan Pelajar di Desa Setianagara Kecamatan
Cilimus. Kuningan. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan.
Hadinoto, Suyono. 2012. Kajian tentang Pernikahan Dini pada Beberapa Provinsi
di Indonesia. Pokja Analisis Dampak Sosial Ekonomi terhadap
kependudukan BKKBN 2012

14

Anda mungkin juga menyukai