Anda di halaman 1dari 7

Kabilah: Journal of Social Community Print-ISSN: 2502-9649 Online-ISSN: 2503-3603

Terakreditasi Nasional SK No.14/E/KPT/2019 Vol. 8 No.1 Juni 2023

EDUKASI DAMPAK PERNIKAHAN USIA DINI TERHADAP KESEHATAN


REPRODUKSI PADA MASYARAKAT DESA ARANG LIMBUNG KABUPATEN
KUBU RAYA

Riza Linda, Desriani Lestari


Universitas Tanjungpura, Pontianak
Email: riza.linda@fmipa.untan.ac.id

Abstrak:
Pernikahan dini merupakanpernikahan di bawah umur yang sepantasnya untuk menikah,
umumnya terjadi di usia anak sekolah. Kasus ini telah menjadi keresahan nasional, karena
efek pernikahan dini cukup signifikan terhadap putusnya pendidikan anak usia sekolah,
yang merupakan tonggak harapan bangsa di masa depan. Selain itu, pernikahan dini juga
berdampak kuat terhadap kesehatan keluarga khususnya pada kesehatan reproduksi
wanita yang menjadi pelaku pernikahan dini. Program kegiatan Pengabdian Masyarakat
yang dirangkaikan dalam kegiatan magang Smartvillage bertujuan untuk mengedukasi
masyarakat Desa Arang Limbung tentang dampak buruk dari pernikahan usia dini,
khususnya bagi remaja Wanita, karena terdampak langsung pada sistem reproduksinya.
Mitra kegiatan ini adalah orangtua remaja sebanyak 15 orang dan remaja wanita sebanyak
10 orang. Kegiatan dilakukan dengan metode ceramah dan menonton video tentang
dampak sosial dari pernikahan dini dan dampaknya terhadap kesehatan reproduksi
wanita remaja, yang sangat memprihatinkan sehingga dianjurkan untuk menghindari
keadaan tersebut. Evaluasi kegiatan yang dilakukan melalui pembagian kuisioner
menunjukkan terjadinya peningkatan pengetahuan mitra terkait pernikahan dini, faktor
dan dampaknya antara sebelum dan sesudah kegiatan.

Kata kunci : Arang Limbung, reproduksi, pernikahan dini, edukasi.

Abstract:
Early marriage is underage marriage which is appropriate for marriage, generally occurs
at the age of school children. This case has become a national concern, because the effect of
early marriage is quite significant on the dropout of school-age children's education, which
is a cornerstone of the nation's hopes for the future. In addition, early marriage also has a
strong impact on family health, especially on the reproductive health of women who
become perpetrators of early marriage. The Community Service activity program which is
part of the Smartvillage internship program aims to educate the people of Arang Limbung
Village about the negative effects of early marriage, especially for young women, because it
has a direct impact on their reproductive system. The partners for this activity were 15
teenage parents and 10 young women. The activity was carried out using the lecture
method and watching videos about the social impacts of early marriage and its impact on
the reproductive health of young women, which is very concerning so it is advisable to
avoid this situation. Evaluation of activities carried out through the distribution of
questionnaires showed an increase in partners' knowledge regarding early marriage, its
factors and impacts between before and after the activity.

Keywords: Arang Limbung, reproduction, early marriage, education.

270
Kabilah: Journal of Social Community Print-ISSN: 2502-9649 Online-ISSN: 2503-3603
Terakreditasi Nasional SK No.14/E/KPT/2019 Vol. 8 No.1 Juni 2023

Pendahuluan
Pernikahan anak di bawah umur atau sering disebut sebagai pernikahan dini
adalah pernikahan yang berlangsung dimana salah satu pihak atau kedua belah pihak
belum memenuhi kecukupan umur dewasa dalam mengarungi kehidupan rumah tangga
yang penuh dengan tanggung jawab moral, material dan spiritual. Menurut Pernikahan
dini itu adalah yang terjadi pada anak dibawah usia remaja yaitu kisaran umur 19 tahun
untuk perempuan dan umur 21 tahun pada laki-laki.1 Pernikahan dini umumnya terjadi
pada usia anak sekolah di sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA), atau di sekolah lanjutan
tingkat pertama (SLTP) bahkan beberapa di antaranya adalah anak usia sekolah dasar
(SD). Pernikahan dini terjadi dipicu oleh banyak faktor di antaranya adalah faktor
pendidikan, keluarga dan faktor budaya.2
Bahwa selain faktor pendidikan dan keluarga serta budaya, pernikahan dini yang
ditemukan pada usia anak sekolah juga disebabkan oleh kemajuan teknologi dan media
sosial, yang dengan begitu mudahnya dapat diakses oleh anak-anak sekolahan, seperti
menonton konten youtube yang seharusnya merupakan konsumsi tontonan orang
dewasa.3 Hal yang juga ada beberapa faktor yang penyebab pernikahan dini adalah
karena desakan ekonomi, kurangnya pendidikan, dan lingkungan tempat tinggal
termasuk di antaranya adalah pengaruh media sosial. Akses ke situs-situs yang belum
layak untuk anak di bawah umur harusnya mendapatkan perhatian dan pengawasan
dari keluarga, terutama dari orangtua. 4 Pernikahan dini terjadi karena menghindari seks
bebas atau kejadian sudah hamil sebelum pernikahan yang mengharuskan terjadinya
pernikahan untuk menghalalkan hubungan tersebut. 5
Pernikahan dini sepertinya sudah begitu lumrah dalam tatanan masyarakat kita
terutama yang masih tinggal di desa-desa terpencil, meskipun beberapa juga ditemukan
di kota-kota besar. Bahkan beberapa proses pernikahan dini, dengan berbagai macam
faktor penyebab, kerap juga terjadi dalam lingkungan sekitar tempat tinggal kita atau
keluarga kita.6 Pernikahan dini kadang masih dianggap sebagai hal biasa di daerah-
daerah pedesaan, padahal hal ini dapat menimbulkan berbagai dampak yang buruk baik
secara sosial maupun dari kesehatan, terutama dampak pada sistem reproduksi wanita.
7

Desa arang limbung secara administratif terletak di wilayah Kabupaten Kubu


Raya, provinsi Kalimantan Barat, Indonesia. Dengan wilayah seluas 6.958,22 km2 dan
jumlah penduduk sebanyak 601.356 jiwa, wilayah ini termasuk padat penduduk. Pada
tahun 2022 terdata di desa tersebut terdapat 5 kasus pernikahan di bawah umur di

1
Maharani, 2021. “Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi terhadap Persepsi Pernikahan Dini di
SMK Kesehatan Purwerejo. Jurnal Komunikasi Kesehatan”,Vol. 12 (1), No. 11–16.
2
Khoiriyah, 2018. “Hubungan Tingkat Pendidikan Perempuan dengan Pernikahan Usia Dini di Kecamatan
Sekampung tahun 2017”. Jurnal Kesehatan Akbid Wira Buana, Vol. 4(2) No. 1–11.
3
Essing,. 2020. “Analisis Penyebab Perkawinan Usia Anak di Dusun Ngronggo Kelurahan Kumpulrejo
Salatiga. “Cakrawala Jurnal Penelitian Sosial,Vol. 9(2)No. , 185–204.
4
Yanti, 2018. “Analisis Faktor Penyebab dan Dampak Pernikahan Dini di Kecamatan Kandis Kabupaten
Siak.” JURNAL IBU DAN ANAK, Vol. 6(2),No. 96–103.
5
Puspasari, 2020. “Masalah Kesehatan Ibu Dan Anak Pada Pernikahan Usia Dini Di Beberapa Etnis
Indonesia; Dampak Dan Pencegahannya”. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, Vol. 23(4), No. 275–283.
6
Retnowati, 2019, “Pembentukan Kader Kesehatan Reproduksi Remaja Untuk Mengurangi Frekuensi
Pernikahan Dini Di Siswa Smp Di Kecamatan Bangsalsari, Jember. “Jurnal Karinov,Vol. 2(3), No. 204–
207.
7
Maudina, 2019. “Dampak Pernikahan Dini Bagi Perempuan.” Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender,
Vol. 15(2), NO. 1–9
271
Kabilah: Journal of Social Community Print-ISSN: 2502-9649 Online-ISSN: 2503-3603
Terakreditasi Nasional SK No.14/E/KPT/2019 Vol. 8 No.1 Juni 2023

antaranya yaitu pernikahan pasangan usia 14 tahun dan 18 tahun. Usia ini masih
termasuk usia sekolah SMP dan SMA tetapi menjadi putus sekolah karena pernikahan.
Untuk itu, dalam kegiatan PKM mandiri yang dirangkaikan dengan kegiatan smart
village sebagai program Universitas Tanjungpura di daerah Kubu Raya, dilakukan
edukasi dan sosialisasi dampak buruk pernikahan dini terhadap kesehatan, khususnya
kesehatan reproduksi bagi wanita. Kegiatan dilakukan di desa Arang Limbung, dengan
mitra kegiatan adalah remaja dan orangtua, bertempat di aula kantor desa Arang
Limbung. Kegiatan dilakukan dengan ceramah dan menonton bersama video yang
mempertontonkan drama pernikahan dini dengan efek sosial yang ditimbulkannya, serta
video kelainan fungsi reproduksi pada remaja wanita sebagai korban dari pernikahan
dini. Kegiatan dilakukan berdasarkan pada metode deskriptif kualitatif di mana
pengamatan dilakukan selama berlangsungnya kegiatan dan selanjutnya dinarasikan
secara jelas untuk menggambarkan keadaan yang sebenarnya.

Metode Penelitian
Kegiatan PKM ini dilaksanakan secara offline atau pertemuan tatap muka antara
pelaksana kegiatan dan mitra, dengan tetap memperhatikan kebersihan dan
menjalankan protokol kesehatan dengan benar. Tahapan kegiatan meliputi 3 rangkaian
yaitu persiapan bahan dan perlengkapan kegiatan, pelaksanaan kegiatan dan evaluasi
kegiatan.
1. Bahan dan alat perlengkapan yang perlu dipersiapkan adalah alat tulis, projector
LED untuk presentasi, laptop, dan konsumsi untuk undangan, mitra dan pelaksana
kegiatan serta kesiapan administrasi pelaksanaan kegiatan seperti surat izin kepada
desa Arang Limbng untuk mengadakan pertemuan dengan tatap muka.
2. Pelaksnaan Kegiatan dilangsungkan pada hari Sabtu, 12 Februari 2022 dengan mitra
yang hadir sebanyak 25 orang yaitu 15 orang adalah dari orang tua remaja dan 10
orang dari remaja di desa tersebut. Kegiatan dilaksanakan dengan ceramah edukatif
dari pemateri dan dilanjutkan dengan nonton bersama disertai penjelasan oleh
pemateri terkait dampak sosial psikologi pernikahan usia dini dan dampak terhadap
kesehatan reproduksi wanita remaja.
3. Monitoring kegiatan dilaksanakan selama kegiatan berlangsung sedangkan
evaluasinya didasarkan pada pemberian kuisioner dengan uraian pertanyaan yang
sama, sebelum dan sesudah kegiatan.

Hasil dan Pembahasan


Pernikahan atau perkawinan sah adalah suatu ikatan yang didasarkan pada
perasaan cinta, saling mengasihi dari kedua pihak yang berkomitmen untuk menjalani
hidup bersama dalam jangka waktu yang lama. Suatu pernikahan mengandung aturan-
aturan tentang hak dan kewajiban dari masing-masing pihak sebagai usaha untuk
memperoleh kehidupan lebih layak, bahagia, serta harmonis dan mendapatkan
keturunan. Karena begitu banyaknya tanggung jawab yang harus dijalani oleh kedua
pihak yang terikat perkawinan, maka hal ini perlu benar-benar dipersiapkan dengan
matang, diantaranya adalah kesiapan usia dan materi. Kenyataannya bahwa di dalam
kehidupan bermasyarakat saat ini, banyak ditemukan kasus-kasus pernikahan pada
anak yang masih di bawah umur, sedang dalam pendidikan yang terpaksa putus
pendidikan karena harus menikah. Pernikahan seperti ini dikenal juga sebagai
pernikahan dini, di mana salah satu atau kedua belah pihak yang menjalani komitmen

272
Kabilah: Journal of Social Community Print-ISSN: 2502-9649 Online-ISSN: 2503-3603
Terakreditasi Nasional SK No.14/E/KPT/2019 Vol. 8 No.1 Juni 2023

berumahtangga tersebut belum cukup usia untuk mengemban tugas dan tanggung jawab
sebagai seorang isteri atau suami.
Pernikahan dini yang banyak terjadi di dalam lingkungan masyarakat kita, telah
menjadi problem nasional karena berdampak pada putusnya pendidikan anak usia
sekolah, yang merupakan harapan bangsa di masa depan. Beberapa faktor penyebab
berlangsungnya pernikahan dini antara lain masih rendahnya tingkat pendidikan
orangtua remaja, desakan kebutuhan ekonomi sehingga harus menghentikan pendidikan
anak di tengah jalan dan menikahkannya dengan orang yang mampu, budaya menikah
muda khususnya di pedalaman desa, atau perkawinan yang diatur untuk suatu tujuan
khusus dari suatu keluarga. Alasan lain adalah memang menjadi keinginan dari kedua
belah pihak untuk menikah muda karena merasa sudah mapan secara materi, dan juga
ada kondisi yang terpaksa menikah di usia muda karena kecelakaan dalam suatu
hubungan asmara. Tetapi apapun alasannya, pernikahan usia dini selalu memiliki
dampak terhadap lingkungan, keluarga ataupun individu yang bersangkutan.
Pada awal tahun 2022, terlaporkan ada 5 kasus pernikahan dini dari wilayah desa
arang Limbung, di antaranya adalah remaja usia 14 tahun dan usia 18 tahun, yang
terpaksa putus sekolah karena harus menikah dan menjalani tanggung jawab sebagai
suatu keluarga inti, suami atau isteri, di usia yang seharusnya masih duduk mengenyam
pendidikan di bangku sekolah. Hal ini mendasari pelaksanaan kegiatan edukasi keluarga
atau orangtua remaja dan remaja di desa Arang Limbung, sebagai usaha pencegahan
pernikahan di usia dini atau usia yang belum siap untuk mengemban tanggungjawab
baik dalam hal psikologi sosial maupun kesehatan reproduksi wanitanya. Kegiatan
dengan ceramah disampaikan oleh tim pelaksana melalu ceramah edukatif tentang
dampak dan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya pernikahan dini. Selain bahwa
perkawinan usia dini telah diatur secara eksplisit dalam Undang-Undang Pasal 35 Tahun
2014, adalah kewajiban orang tua untuk mencegah berlangsungnya perkawinan anak,
yang dilanjutkan dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 16 (2019) yang
melakukan perubahan pasal tentang batas minimum usia perkawinan anak yang diatur
sebelumnya dalam Undang-Undang Nomor 1 (1974) tentang Perkawinan.
Tak dapat dipungkiri bahwa kondisi sosial-budaya masyarakat Indoneseia,
menjadi salah satu faktor pendukung perkawinan usia dini, terutama masyarakat desa
yang sangat teguh dalam menjalankan adat-adat terutama dalam hal mengupayakan
keturunan tanpa memikirkan kesiapan alat reproduksi wanita untuk segera bisa
mengalami kehamilan dan melahirkan di usia muda yang tentunya oenuh dengan resiko.
Menurut Mulyaningsih & Fidyawati (2020), alat reproduksi wanita di usia muda, belum
mampu menerima resiko kehamilan seperti munculnya komplikasi, sehingga dapat
dianggap bahwa pernikahan dini ini berdampak pada terganggunya kesehatan
reproduksi pada remaja wanita korban pernikahan dini. Seorang ibu yang hamil dalam
usia yang masih muda akan beresiko tinggi dalam melahirkan, baik terhadap diri si ibu
ataupun bayi yang dilahirkannya. Angka kematian ibu dan bayi yang baru lahir di
Indonesia masih begitu tinggi, dan salah satu penyebabnya adalah karena usia ibu
terlalu muda sehingga terjadi sangat memungkinkan terjadinya kasus perdarahan
(bleeding) atau abortus .8 Anatomi tubuh anak yang belum cukup dewasa ini, belum siap

8
Ariani, 2021.” Impact of early marriage on reproductive health.” Jurnal Pengabdian Masyarakat Putri
Hijau, Vol. 1(3), NO. 24–32.
273
Kabilah: Journal of Social Community Print-ISSN: 2502-9649 Online-ISSN: 2503-3603
Terakreditasi Nasional SK No.14/E/KPT/2019 Vol. 8 No.1 Juni 2023

untuk proses mengandung dan atau melahirkan sehingga sangat rentan terjadinya
komplikasi dalam keadaan hamil dan pada bayi yang dilahirkan.9
Pada kesempatan tersebut juga dilaksanakan nonton video bersama dan
menyimak ilustrasi yang tergambar tentang bagaimana dampak pernikahan dini pada
anak remaja terhadap kondisi psikologis dalam keluarga muda. Banyaknya percekcokan,
timbul dari ketidaksiapan ekonomi dan psikologis untuk menunaikan masing-masing
kewajiban sebagai suami dan isteri, ditambah lagi jika karena sengaja ataupun tidak
sengaja seorang isteri menjalani kehamilan, sehingga hidup dibayang-bayangi oleh
kekhawatiran akan ketidakmampuan dalam menjalani tanggungjawab lebih berat lagi ke
depannya. Hal ini menjadi pengingat bagi para orangtua yang berpemikiran bahwa cepat
kawin adalah cepat dapat rezeki, kenyataannya bisa berbalik menjadi bencana, seperti
terjadinya perceraian, percekcokan terus menerus yang menyebabkan terjadinya
kriminalitas kekerasan dalam rumah tangga ataupun tindakan criminal dari pasangan
suami isteri yang tertekan oleh tuntutan pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga. Pada
materi video selanjutnya adalah terkait mengedukasi untuk menjaga kesehatan
reproduksi, karena organ vital pada wanita ini sangat rentan mengalami infeksi, baik
selama kehamilan maupun saat setelah melahirkan.
Organ reproduksi dan kematangan fisik seorang wanita sangat mempengaruhi
kondisi kehamilan, seperti kemungkinan cacat pada janin yang dikandungnya, pinggul
yang belum mampu mengakomodir jalan kelahiran janin saat waktu melahirkan tiba,
sehingga membutuhkan tindakan operasi yang terhambat oleh kondisi lingkungan yang
jauh dari rumah sakit untuk melaksanakan persalinan, sangat berpotensi menyebabkan
kematian pada ibu saat sedang dalam berjuang untuk melahirkan bayinya. Kondisi
patofisioligs lainnya adalah bahwa leher rahim bagi wanita muda masih sangatsensitif,
yang jika dipaksakan untuk hamil dalam usia belia cenderung mengakibatkan timbulnya
penyakit kanker serviks (leher rahim) di kemudian hari. Penyakit lain yang bisa diderita
remaja muda yang sedang hamil adalah anemia akut, sehingga pada saat melahirkan
dapat menyebabkan terjadinya bleeding atau perdarahan kuat yang menyebabkan
nyawanya tidak tertolong lagi. Kesehatan reproduksi terkait dengan pernikahan dini
bukan hanya terkait konseling dan proses reproduksi seperti kehamilan dan melahirkan
saja, tetapi juga terkait langsung dengan kualitas hidup dan kelangsungan hidup
selanjutnya dari sebuah keluarga muda. Pada salah satu segmen tentang dampak buruk
pernikahan dini terhadap kesehatan, adalah tentang fertilitas, menunjukkan bahwa
seorang wanita yang mengalami perkawinan di usia dini berpeluang memiliki masa
reproduksi yang lebih panjang daripada seorang wanita yang menikah pada usia dewasa,
artinya bahwa wanita berusia matang saat melakukan perkawinan akan mempunyai
peluang untuk mengandung dan melahirkan lebih sedikit dibandingkan dengan wanita
yang mengalami perkawinan saat usia masih muda atau dini.

9
Kemenkes RI., 2018. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Profil Kesehatan Indonesia 2020.

274
Kabilah: Journal of Social Community Print-ISSN: 2502-9649 Online-ISSN: 2503-3603
Terakreditasi Nasional SK No.14/E/KPT/2019 Vol. 8 No.1 Juni 2023

Tabel 1. Hasil kuisioner mitra kegiatan (25 orang) dalam kegiatan PKM Edukasi
Dampak Pernikahan Usia Dini terhadap Kesehatan Reproduksi pada Masyarakat Desa
Arang Limbung Kabupaten Kubu Raya.

No Uraian Pertanyaan Sebelum Setelah


Kegiatan (%) Kegiatan (%)
Ya Tidak Ya Tidak
1 Apakah anda mengetahui bahwa wanita di bawah 20 80 100 0
umur yang mengalami pernikahan dini beresiko
terhadap kesehatan reproduksinya?
2 Apakah anda mengetahui bahwa pernikahan dini 0 100 100 0
atau pernikahan usia anak sekolah termasuk
pelanggaran peraturan pemerintah ?
3 Apakah resiko kesehatan reproduksi tidak begitu 50 50 100 0
fatal jika terjadi pada anak perempuan yang
menikah dini kemudian hami dan melahirkan
4 Pentingkah pengetahuan tentang kesehatan 50 50 100 0
reproduksi bagi remaja putri ataupun orangtua
yang memiliki remaja putri?
5 Apakah perlu dilakukan edukasi terkait dampak 80 20 100 0
buruk pernikahan dini terhadap kesehatan
reproduksi wanita muda untuk mencegah
terjadinya pernikahan dini di masyarakat?

Pentingnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi serta resiko yang sangat


mungkin terjadi bagi wanita muda dalam menjalani masa kehamilan dan melahirkan,
bagi remaja putri dan kedua orangtua dapat menjadi bekal dalam mempertimbangkan
pernikahan dini untuknya atau untuk putrinya. Memaksakan anak menikah di usia dini
bagi beberapa ahli mengatakan itu adalah suatu pelanggaran pengabaian hak-hak
kesehatan dan perkembangan anak perempuan muda. Selain itu, informasi-informasi
terkait dampak buruk dari pernikahan dini juga menjadi peringatan bagi remaja-remaja
untuk tidak berperilaku seks bebas atau melakukan hubungan seks dengan pacar atau
pasangan di usia yang masih muda dan tanpa ikatan yang jelas . 10
Monitoring selama berlangsungnya kegiatan menunjukkan perhatian mitra yang
sangat besar, selain diskusi dua arah yang seru yang berlangsung di setiap jeda masing-
masing sesi, juga beberapa di antara mitra mempertanyakan tentang kiat-kiat atau
strategi-strategi yang dapat ditempuh untuk menjaga kesehatan reproduksi jika
pernikahan dini sudah tidak dapat dihindarkan karena tujuan khusus dari suatu
keluarga. Menurut tim pemateri, untuk kondisi tersebut tentunya punya solusi, antara
lain adalah dengan menunda masa kehamilan jika memungkinkan untuk dilakukan, dan
jika itu juga tidak dapat ditunda, maka selama kehamilan harus secara intensif
memeriksakan diri ke pusat pelayanan ibu hamil, sehingga dapat meminimalisir kondisi-
kondisi buruk yang mungkin saja terjadi. Evaluasi keberhasilan kegiatan dilakukan

10Natalia, 2021. “Resiko Seks Bebas dan Pernikahan Dini Bagi Kesehatan Reproduksi Pada Remaja.”
Journal of Community Engagement in Health, Vol. 4(1), No. 76–81.

275
Kabilah: Journal of Social Community Print-ISSN: 2502-9649 Online-ISSN: 2503-3603
Terakreditasi Nasional SK No.14/E/KPT/2019 Vol. 8 No.1 Juni 2023

melalui pemberian kuisioner kepada mitra sebelum dan sesudah berkegiatan, yang
hasilnya dapat diuraikan dalam tabel 1 di atas.

Penutup
Berdasarkan hasil kegiatan PKM Edukasi Dampak Pernikahan Usia Dini terhadap
Kesehatan Reproduksi pada Masyarakat Desa Arang Limbung Kabupaten Kubu Raya
menunjukkan pemahaman tentang resiko kesehatan reproduksi yang terdampak kuat
oleh adanya pernikahan dini terutama pada wanita di bawah umur semakin meningkat,
sehingga diharapkan bahwa dengan kegiatan edukatif ini, dapat mencegah maraknya
terjadi pernikahan dini, khususnya di wilayah desa Arang Limbung, Kabupaten Kubu
Raya.

DAFTAR PUSTAKA
Ariani, P., Ayu, P., Ariescha, Y., & Manalu, A. B. (2021). Impact of early marriage on
reproductive health. Jurnal Pengabdian Masyarakat Putri Hijau, 1(3), 24–32.
Essing, S. E., Purnomo, D., & Susanti, A. T. (2020). Analisis Penyebab Perkawinan Usia
Anak di Dusun Ngronggo Kelurahan Kumpulrejo Salatiga. Cakrawala Jurnal
Penelitian Sosial, 9(2), 185–204.
Kemenkes RI., 2018. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Profil Kesehatan
Indonesia 2020.
Khoiriyah, H. (2018). Hubungan Tingkat Pendidikan Perempuan dengan Pernikahan
Usia Dini di Kecamatan Sekampung tahun 2017. Jurnal Kesehatan Akbid Wira
Buana, 4(2), 1–11.
Maharani, H. A., & Wulandari, F. C. (2021). Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi
terhadap Persepsi Pernikahan Dini di SMK Kesehatan Purwerejo. Jurnal
KomunikasiKesehatan, 12(1), 11–16. https://doi.org/10.56772/jkk.v12i1.183.
Maudina, L. D. (2019). Dampak Pernikahan Dini Bagi Perempuan. Jurnal Harkat : Media
Komunikasi Gender, 15(2), 1–9. https://doi.org/.1037//0033-2909.I26.1.78
Mulyaningsih, S., & Fidyawati, H. (2020). Dampak Pernikahan Dini Terhadap Kesehatan
Reproduksi Perempuan. 13(November), 36–43.
Natalia, S., Sekarsari, I., Rahmayanti, F., & Febriani, N. (2021). Resiko Seks Bebas dan
Pernikahan Dini Bagi Kesehatan Reproduksi Pada Remaja. Journal of Community
Engagement in Health, 4(1), 76–81.
Puspasari, H. W., & Pawitaningtyas, I. (2020). Masalah Kesehatan Ibu Dan Anak Pada
Pernikahan Usia Dini Di Beberapa Etnis Indonesia; Dampak Dan Pencegahannya.
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 23(4), 275–283.
https://doi.org/10.22435/hsr.v23i4.3672
Retnowati, W., & Amalia, R. B. (2019). Pembentukan Kader Kesehatan Reproduksi
Remaja Untuk Mengurangi Frekuensi Pernikahan Dini Di Siswa Smp Di Kecamatan
Bangsalsari, Jember. Jurnal Karinov, 2(3), 204–207.
https://doi.org/10.17977/um045v2i3p204-207
Yanti, Y., Hamidah, H., & Wiwita, W. (2018). Analisis Faktor Penyebab dan Dampak
Pernikahan Dini di Kecamatan Kandis Kabupaten Siak. JURNAL IBU DAN ANAK,
6(2), 96–103. https://doi.org/10.36929/jia.v6i2.94

276

Anda mungkin juga menyukai