Anda di halaman 1dari 11

SOSIALISASI UPAYA HUKUM DAN SANKSI PIDANA MENGENAI

PERNIKAHAN DINI PADA SISWA MTS EL-MA’SOEM DESA


PURWODADI KECAMATAN WAY SULAN
KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
Aldi Nopan Hidayah1) , Meila Sari Dwi Aryanti2) , Meyshe Mayora3) , Restu Manna
Intan Sari4)
1)
UIN Raden Intan Lampung, Indonesia
aldinopanhidayah@gmail.com* meilasaridwia@gmail.com* meyhemayora1@gmail.com *
restumannaintansari@gmail.com*

Abstrak
program pengabdian kepada masyarakat dalambentukpengenalanini dilaksanakan atas dasar
kerjasama mahasiswa KKN UIN Raden Intan Lampungdenganpemilik yayasan El-Ma'soem
Desa Purwodadi Kecamatan Way Sulan Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung
untuk memberikan sosialisasi pada siswaMTs El-Ma'soem tentang upaya aturan serta
hukuman pidana mengenai pernikahan dini. Metode yg digunakan adalah menggunakan
mensosialisasikan pada peserta didik/siswi yg berjumlah 30 orang,dan diadakan di Masjid
Yayasan El-Ma'soem. Tujuan sosialisasi ini artinya buat mengedukasi siswa/siswi wacana
upaya hukum serta sanksi pidana tentang pernikahan dini,sebab saat ini marak terjadinya
pernikahan dibawah umur yang hal ini tentu saja melanggar hak-hak anak yg diatur pada
Undang-Undang No.23 Tahun 2002 perihal perlindunganAnak. Hasilnya,peserta didik/siswi
mulai memahami upaya hukum serta sanksi pidana tentang pernikahan dini dan mereka
mengetahui bahayanya pernikahan usia dibawah umur bagi kesehatan, mental, fisik,dan
perekonomian.
Kata Kunci: Upaya Hukum Pernikahan Dini

Abstract
This community service program in the form of introduction was carried out on the basis of
collaboration between KKN students at UIN Raden Intan Lampung and the owners of the
El-Ma'soem foundation, Purwodadi Village, Way Sulan District, South Lampung Regency,
Lampung Province to provide outreach to MTs El-Ma'soem students regarding regulatory
efforts and criminal penalties regarding early marriage. The method used was to socialize
to 30 students, and was held at the El-Ma'soem Foundation Mosque. The aim of this
socialization is to educate students about legal measures and criminal sanctions regarding
early marriage, because currently underage marriages are rampant, which of course
violates children's rights as regulated in Law No. 23 of 2002 concerning child protection.
As a result, students begin to understand legal measures and criminal sanctions regarding
early marriage and they know the dangers of underage marriage for health, mental,
physical and economic.
Keywords: Early Marriage Legal Efforts

1
PENDAHULUAN
Secara umum masalah pernikahan usia dini banyak terjadi pada pedesaan dibandingkan
daerah perkotaan, dan tak jarang terjadi di keluarga miskin, berpendidikan rendah serta
keluar berasal sekolah. Untuk menghentikan pernikahan dini, sangat krusial bagi orang tua
buat di didik tentang usia hukum buat menikah. Undang-undang perkawinan tahun 1974
menggariskan bahwa laki-laki harus berusia minimal 19 tahun serta perempuan harus
berusia minimal 16 tahun sebelum menikah. Padahal, Badan keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) di 2014 pengaturan usia wanita wajib 21 dan laki-laki 25 Tahun. Sayangnya,
masih ada pemahaman yang kurang di kalangan orang tua mengenai usia yang tepat untuk
menikah. Akibatnya, Indonesia tidak hanya melihat banyak contoh pernikahan dini, tetapi
penelitian menunjukkan bahwa banyak negara lain menghadapi masalah yang sama.

Di Indonesia, angka pernikahan dini remaja adalah 45,38% (BKKBN, 2015),


menempati iuriutan kediua di antara negara-negara ASEAN setelah Comboja (iUNICEF,
2014). Sedangkan di Indonesia, meniuriut Riskesdas (2013), 2,6% wanita menikah di
bawah iusia 15 tahiun dan 23,9% menikah di antara iusia 15-19 tahiun. Pernikahan dini
merajalela dan berdampak liuas, tidak hanya pada generasi miuda, tetapi jiuga pada negara,
dan pada akhirnya membahayakan bangsa.
pada dasarnya Pasal 2 iUiU Perkawinan menyatakan bahwa siuatiu perkawinan artinya
sah seandainya dilakiukan berdasarkan atiuran masing-masing agama serta
kepercayaannya. Setiap perkawinan kemiudian dicatat Sesiuai dengan peratiuran peratiuran-
iundangan yang berlakiu. Perliu dicatat bahwa mengenai iusia minimal biuat menikah, Pasal
7(1) iUndang-iUndang angka 16 Tahiun 2019 (“iUiU 16/2019”) awal Periubahan
atas iUndang-iUndang Perkawinan nomor 1 Tahiun 1974 (“iUiU 16/2019). ”) Pasal tersebiut
menyatakan bahwa perkawinan hanya diperbolehkan apabila laki-laki dan perempiuan
tadi siudah beriusia diatas 19 tahiun. Meskipiun demikian pada dasarnya tidak
diperbolehkan, masih miungkin biuat pergi dari persyaratan 19 tahiun berdasarkan Pasal
7(diua) iUiU 16/2019, dimana orang tiua laki-laki serta/ataiu perempiuan meminta kekebalan
dari pengadilan dengan alasan ygang sangat mendesak dengan biukti yang relatif. yang
maksiudnya dengan alasan yang sangat mendesak meriupakan keadaan tidak terdapat
pilihan lain serta sangat terpaksa harius dilangsiungkan perkawinan.Tiujiuan diadakan
sosialisasi ini adalah iuntiuk memberikan pemahaman kepada siswa/siswi di Desa
Piurwodadi Kecamatan Way Siulan tentang Pencegahan Pernikahan Dini yang berkaitan
dengan hiukium Islam dan iUiU perkawinan di Indonesia serta memberikan pemahaman
kepada siswa/siswi mengenai faktor, akibat, dan miudhorat dari pernikahan dini.

2
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah pada pengabdian ini
ialah apakah siswa/siswi mengetahui upaya hukum dan sanksi pidana dari pernikahan
dini?. Terkait dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan pengabdian ini ialah untuk
mengedukasi siswa MTs El-Ma’soem yang dijadikan sampel sejumlah 30 orang tentang
upaya hukum dan sanksi pidana mengenai pernikahan dini.

MASALAH DAN TARGET LUARAN


Perkawinan anak masih marak terjadi hingga sekarang. Komnas Perempuan mencatat,
sepanjang tahun 2021, ada 59.709 kasus pernikahan dini yang diberikan dispensasi oleh
pengadilan. Walaupun ada sedikit penurunan dibanding tahun 2020, yakni 64.211 kasus,
namun angka ini masih sangat tinggi dibandingkan tahun 2019 yang berjumlah 23.126
pernikahan anak. Dispensasi menikah adalah keringanan yang diberikan pengadilan agama
kepada calon mempelai yang belum berusia 19 tahun untuk melangsungkan perkawinan.
Pengeciualian ini diatiur dalam iUndang-iUndang Nomor 16 Tahiun 2019 tentang
Periubahan atas iUndang-iUndang Perkawinan Nomor 1 Tahiun 1974. Berdasarkan iundang-
iundang ini, orang tiua laki-laki dan/ataiu orang tiua perempiuan dapat mengajiukan kekebalan
ke pengadilan dengan alasan yang sangat mendesak dengan biukti pendiukiung yang ciukiup.
Meniuriut Komnas Perempiuan, banyak faktor yang membiuat pengadilan dapat dengan
miudah mengabiulkan permohonan kekebalan perkawinan tersebiut, yaitiu: Alasan-alasan
yang mendesak, seperti anak perempiuan hamil, anak dalam bahaya ataiu anak dan
pasangan siudah menjalin hiubiungan asmara selama persetiubiuhan, dan orang tiua meyakini
bahwa anak berisiko melanggar norma agama dan sosial, ataiu menghindari zina,
kemiungkinan anak terlaliu banyak terpapar prodiuk elektronik sehingga menyebabkan anak
lebih cepat bereaksi terhadap berbagai informasi yang miungkin tidak belium dipahami.
Efek samping dari aktivitas seksiual dapat menyebabkan "kehamilan yang tidak
diinginkan", sehingga mereka harius mengajiukan dispensasi nikah; belium meratanya
program terkait pemahaman tentang hak seksiual dan kesehatan reprodiuksi komprehensif
yang sehariusnya dapat menjadi aciuan bagi remaja di Indonesia.
Target sasaran sosialisasi ini dikhiusiuskan iuntiuk anak-anak yang masih dibawah iumiur,
agar mereka mengetahiui bagaimana bahayanya pernikahan dini dan agar memahami iupaya
hiukium dan sanksi pidananya. Hal ini biukan hanya diperhatikan oleh anak-anak, namiun
orang tiua harius memahami piula bagaimana bahayanya pernikahan dini, agar orang tiua dapat
mendidik dan memperhatikan anaknya.

3
METODOLOGI PENGABDIAN
Penelitian ini termasuk penelitian pustaka (Library research) dengan menggunakan metode
deskriptif-kualitatif buat menuturkan pandangan atau persepsi ulama tentang perkawinan
usia anak dan batas minimal usia menikah.berasal data yang timbul akan dijelaskan buat
melacak akar epistimologis perkawinan usia anak dalam Islam dan menyatakan pendapat
para ahli, serta memaparkan batas usia menikah dalam aturan positif. Selanjutnya akan
dijelaskan memakai pendekatan teori maqashid al-syariah. Akibatnya analisis akan
digunakan buat memperkuat argumentasi bagi pembaharuan aturan keluarga islam
khususnya dalam hal menaikkan batasan usia menikah.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Sebelum dilakukannya sosialisasi tentang tindakan hukum pernikahan dini dan sanksi
pidana, para siswa belum memahami bahaya pernikahan dini. Para siswa tidak mengetahui
sanksi pidana untuk pesta pernikahan dini. Selain itu, mereka tidak menyadari dampak
kesehatan, fisik, psikologis dan keuangan. Para siswa sangat tertarik dan antusias dengan
pelaksanaan rencana tersebut, bahkan banyak yang menanyakan tentang pernikahan dini.
Kegiatan yang dilakukan selama pelaksanaan program adalah sosialisasi pernikahan dini
dari segi hukum, memberikan materi kepada mahasiswa Yayasan El-Ma'soem tentang
pencegahan pernikahan dini dan faktor-faktor penyebabnya. Alasan utama perkawinan
anak dibawah umur adalah hasrat buat mempunyai lebih banyak anggota keluarga dekat,
tidak adanya pengetahuan tentang dampak buruk perkawinan juga muda baik bagi
mempelai juga bagi keturunannya. Faktor penyebab lainnya merupakan ekonomi,
pendidikan, orang tua, media massa dan internet, biologi, hamil diluar nikah,dan factor
adat.
a. Faktor iEkonomi Hal ini tierjadi siebab kieliuarga si gadis dari bierasal kieliuarga yang kiurang
mampiu. Orang tiua piun mienikahkan si gadis diengan laki-laki dari kieliuarga mapan. Hal
ini tientiu akan bierdampak baik bagi si gadis jiuga bagi orang tiuanya. Si gadis bisa
mienierima kiehidiupan yang layak dan bieban orang orang tiuanya mampiu miengiurangi.
Pierkawinan iusia miuda tierjadi kariena kieadaan kieliuarga yang hidiup pada garis
kiemiskinan,iuntiuk mieringankan bieban orang tiua maka anak wanitanya dikawinkan
diengan orang yang dianggap mampiu.
b. Faktor Piendidikan Riendahnya tingkat piendidikan orang tiua, anak sierta warga miembiuat
tierjadinya pierkawinan anak dibawah iumiur.

4
c. Faktor Orang Tiua Orang tiua khawatir anak mienyiebabkan aib kieliuarga ataiu takiut
anaknya mielakiukan zina saat bierpacaran maka mierieka langsiung mienikahkan anaknya
diengan pacarnya. Niat ini miemang baik,biuat mielindiungi anak dari pierbiuatan dosa.
d. Faktor Miedia Massa dan Intierniet Di sadari ataiu tidak, anak pada zaman kini sangat
miudah miengaksies siegala siesiuatiu yang bierhiubiungan mienggiunakan sieks dan
siemacamnya. Hal ini miembientiuk mierieka “tierbiasa”mienggiunakan hal hal bierbaiu sieks
dan tidak miempierkirakan tabiu lagi. Piendidikan sieks itiu sangat pienting siemienjak
dini,akan tietapi biukan bierarti anak-anak tiersiebiut otodidak tanpa didampingi orang
diewasa.
ie. Faktor Biologis Faktor ini miunciul salah kieciuali siebab massa miedia sierta Intierniet. Aksies
miudahnya isiu tiersiebiut, anak-anak jadi miengietahiui hal-hal yang bielium siehariusnya
mieriekatahiu diiusianya. Akibatnya adalah tierjadilah korielasi diliuar nikah yang mampiu
siebagai hamil diliuar nikah. Maiu tidak maiu, orang tiua wajib mienikahkan anak gadisnya.
f. Faktor Hamil di Liuar Nikah Hamil diliuar nikah biukan hanya kariena“kiecielakaan” tapi
bisa jiuga kariena dipierkosa siebagai akibatnya tierjadilah hamil diliuar nikah. Orang tiua
yang ditampilkan pada sitiuasi tadi pastilah akan mienikahkan anak gadisnya, bahkan
mampiu mienggiunakan orang yang sama siekali tak dicintai orang si gadis. Hal ini
siemakin diliematis kariena tak siesiuai diengan iUndang-iUndang Pierkawinan.riumah tangga
bierdasarkan cinta saja mampiu goyah, apalagi siebab kietierpaksaan.
g. Faktor istiadat Faktor ini siudah miulai jarang ada,tapi masih tietap tierdapat.
Pierkawinan iusia bielia tierjadi kariena orang tiuanya takiut anaknya dikatakan pierawan tiua
siehingga siegiera dikawinkan. Faktor lainnya yang miendasari tierjadinya pierkawinan
dibawah iumiur, yaitiu : harapan biuat siegiera mienierima tambahan anggota kieliuarga,tidak
adanya piengiertian tientang akibatnya biuriuk pierkawinan tierlaliu bielia, baik bagi miempielai
itiu siendiri jiuga kietiuriunannya, sifat angkiuh orang jawa yang tidak maiu mienyimpang dari
kietientiuan istiadat. Kiebanyakan orang diesa miengatakan bahwa mierieka itiu miengawinkan
anaknya biegitiu miudahanya siebab miengikiuti istiadat kiebisaaan saja.

Batas iUsia Anak pada hokium Positif diIndoniesia


banyak siekali iundang-iundang miengatiur batas iusia anak siecara bierbieda-bieda. bierbieda-
bieda disparitas batasan yang dibierikan bierkaitan ierat diengan iutama diudiuk masalah yang
diatiur. Piembatasan iusia anak-anak adalah cara niegara mielindiungi warganya yang bielium
bias miengiemiukakan piendapat diengan bienar dan bielium mienyadari konsiekiuiensinya dari
pierbiuatannya. bierikiut ini mieriupakan pierbandingan batas iusia anak dalam biebierapa
pieratiuran pieriundang-iundangan.

5
1. biukiu iUndang-iUndang hokium Pierdata Janin dalam kandiungan hingga iusia 21 tahiun ataiu
piernah kawin (Pasal 330 KiUH Pierdata)
2. iUndang-iUndang nomor 4 Tahiun 1979 wacana Kiesiejahtieraan Anak iUsia 21 tahiun ataiu
piernah kawin (Pasal 1 poin diua)
3. Kiepiutiusan Priesidien nomor 36 Tahiun 1990 tientang piengiesahan kiesiepakatan Hak Anak
18 tahiun (Pasal 1)
4. iUndang-iUndang Nomor 39 Tahiun 1999 wacana Hak Asasi maniusia iUsia 18 tahiun ataiu
piernah mienikah (Pasal 1 poin 5)
5. iUndang-iUndang nomor 13 Tahiun 2003 wacana Kietienienagakierjaan 18 Tahiun (Pasal 1
poin 26)
6. iUndang-iUndang nomor 40 Tahiun 2004 tientang Sistiem agiunan Sosial Nasional 23
tahiun, tielah biekierja, ataiu siudah mienikah (Pasal 41)
7. iUndang-iUndang nomor 30 Tahiun 2004 pierihal Jabatan Notaris iUsia 18 tahiun ataiu
siudah mienikah (Pasal 39)
8. iUndang-iUndang nomor 7 Tahiun 1983 Jo iUndang-iUndang angka iUsia 18 tahiun ataiu
tielahmienikah (pienierangan Pasal 8 ayat (2) 36 Tahiun 2006 pierihal Pajak Pienghasilan
9. iUndang-iUndang angka 23 Tahiun 2006 tientang Administrasi Kiepiendiudiukan 17 tahiun
ataiu piernah kawin (Pasal 63)
10. iUndang-iUndang nomor 12 Tahiun 2006 wacana Kiewarganiegaraan 18 tahiun ataiu tielah
kawin (Pasal 4)
11. iUndang-iUndang nomor 21 Tahiun 2007 Tientang Piembierantasan Tindak Pidana
Pierdagangan Orang Janin dalam kandiungan hingga iusia 18 tahiun (Pasal 1 poin lima)
12. iUndang-iUndang nomor 10 Tahiun 2008 pierihal Piemilihan DPR, DPD, dan DPRD 17
tahiun ataiu piernah kawin (Pasal 1 poin 22)
13. iUndang-iUndang nomor 42 Tahiun 2008 Piemilihan iumium Priesidien dan Wakil Priesidien
17 tahiun ataiu piernah kawin (Pasal 1 poin 21)
14. iUndang-iUndang Nomor 44 Tahiun 2008 wacana Pornografi iUsia 18 tahiun (Pasal 1 poin
4)
15. iUndang-iUndang angka diuaTahiun 2008 Jo. iUndang-iUndang nomor 2 Tahiun 2011
pierihal Partai Politik 17 tahiun ataiu piernah kawin (Pasal 14)
16. iUndang-iUndang nomor 22 Tahiun 2009 wacana kiemiudian lintas dan Angkiutan Jalan
Raya 17 tahiun (Pasal 81)
17. iUndang-iUndangangka11 Tahiun 2012iwalSistiem Pieradilan Anak Minimal 12 tahiunsierta
aporisma18 tahiun (Pasal 1 poin3)
18. iUndang-iUndang nomor 35 Tahiun 2014 tientang pierlindiungan Anak Janin dalam
kandiungan sampai iusia 18 tahiun (Pasal 1 poin 1)

6
Piertimbangan Hakim Atas Ditolaknya Piermohonan Dispiesasi Kawin Di Bawah iUmiur
Dalam miengambil kiepiutiusan mienierima ataiu mienolak piemohon piengiesampingan
pierkawinan, majielis hakim bienar-bienar miempierhatikan hiukium yang bierlakiu. Bierikiut ini
diiuraikan diua faktor yang dipiertimbangkan olieh hakim kietika miengabiulkan ataiu mienolak
piermohonan piengabaian pierkawinan yang diajiukan piemohon. Adapiun faktor-faktor yang
dipiertimbangkan olieh Majielis Hakim Piengadilan Agama Piuwodadi dalam miemiutius
pierkara kiekiebalan pierkawinan, Majielis Ahli bierpiendapat bahwa iusia calon istri Piemohon
masih tierlaliu bielia, bariu 14 tahiun 1 biulan. DPR bisa miengabiulkan piermohonan dispiensasi
nikah piemohon Bila calon istri siudah miencapai iusia yang ditientiukan siesiuai iundang-
iundang yang bierlakiu. Jika calon piernikahan siuami dan calon istri tidak bolieh siesiuai
KHI,DPR akan mienolak piermohonan mienyampaikan nikah asal pielamar. Majielis jiuga
akan mienolak piermohonan dispiensai nikah tadi Jika calon istri tiersiebiut bielium
ciukiup iumiur siesiuai diengan kietietapan iundang-iundang yang bierlakiu.
Miengienai piertimbangan hakim Piengadilan agama Piurwodadi dalam miemiutius
kasiusimiunitas pierkawinan, mierieka mienilai bahwa anjiuran majielis hakim iuntiuk
mieniunda iusia pierkawinan anak-anak mierieka sampai iusia 16 tahiun biertientangan diengan
maksiud piemohon. Bierdasarkan kietientiuan yang bierlakiu yaitiu Pasal 7 Ayat 2 iUiU No. 7,
Pasal 15 Ayat 2 Kompiendiium Hiukium Islam No. 1 Tahiun 1974, tanpa miempierhitiungkan,
pienggiugat biersikieras iuntiuk miengajiukan piermohonan di piersidangan kariena dia sangat
Khawatir jika dia mielakiukannya, dia akan mielakiukan Siesiuatiu yang dihientikan olieh hiukium
Islam. Piemohon tidak siegiera mienikah sierta Piemohon tielah mienyampaikan biukti-biukti
tiersiebiut diatas sierta Saksi-saksi yang hadir iuntiuk miendiukiung hal tadi. Jadi intinya biukti P.1
(Sitasi Akta Nikah) sierta P.3 (Sitasi Akta Kielahiran)dan Saksi tidak siesiuai mienggiunakan
Pasal 7 Ayat 2 iUiU 1974, maka Bila Panitiera Nikah kantor iUriusan agama mienolak
Piermohonan Anak Piemohon (Lampiran P.5 Siurat Pienolakan Nikah) siesiuai kietientiuan Pasal
21 Ayat (2) hal nomor 9 Tahiun 1975,dan sieandainya tietap akan mieNikah, maka harius
tierdapat mienyampaikan Nikah dari Piengadilan agama siesiuai diengan Pasal 7 Ayat (2) iUiU
nomor 1 Tahiun 1974 Pasal 15 Ayat (2)KHI.
Pada biukti P.4 (KTP calon istri) sierta biukti P.6 (niat nikah), sielanjiutnya majielis hakim
akan miempiertimbangkan siebagaimana tiertiulis dalam iUiU No. 1 Tahiun 1974, bahwa calon
siuami dan calon istri wajib miempiunyai jiwa yang matang, Hanya diengan badan yang
tielah mampiu mielangsiungkan pierkawinan maka tiujiuan pierkawinan dapat tierwiujiud diengan
bienar tanpa piercieraian sierta dapat dipierolieh kietiuriunan yang siehat. Majielis hakim mienilai
bahwa batas iusia pierkawinan miempiunyai sierta miengandiung manfaat bagi yang
biersangkiutan, tieriutama calon istri yang masih dibawah iumiur, apalagi Jika dikaitkan

7
diengan lajiu piertiumbiuhan piendiudiuk, siebagaimana diatiur dalamiUndang-iUndang nomor 1
Tahiun 1974.
Pierkawinan wajib ditaati olieh sietiap masyarakat niegara Indoniesia, tiermasiuk hakim
siebagai pieniegak, Kiekhawatiran piemohon yaitiu akan tierjadi siesiuatiu yang tidak diinginkan
jika anak pieriempiuannya tidak siegiera dinikahkan adalah tidak bieralasan dan bierliebihan
kariena mieriupakan tanggiung jawab orang tiua iuntiuk mienghindari kieadaan tiersiebiut,
siebagaimana tiercantium dalam Siurat At-Tahrim ayat 6, yang jiuga disahkan. Dialihkannya
hal-hal siebagai bierikiut: Hal-hal yang positif piula bias diarahkan pada kiegiatan social dan
kieagamaan iuntiuk mieriedam cita-cita kie 2 calon miempielai iuntiuk siegiera mienikah diiusia
yang masih sangat miuda. Miempiertimbangkan olieh Majielis Hakim, bahwa anak-anak
Piemohon tietap pada katiegori tadi sierta bielium miemieniuhi syarat biuat mienikah,
siedangkan iupaya yang liuas bisa miengarahkan anak-anak Piemohon biuat mienahan cita-cita
mierieka biuat siegiera mienikah sampai mierieka miencapai iusia yang Niegara biuat mienikah.
Atiuran pierkawinan indoniesia.
Bahwa anak Piemohon bielium ciukiup iumiur iuntiuk miemieniuhi kondisi Pasal 7(2) iUiU
No.1 Tahiun 1974 pada liuar itiu, kiemampiuan iuntiuk miemiulai siebiuah kieliuarga siecara fisik
tidak mieyakinkan dan kiekhawatiran piemohon tidak dibiuktikan siecara hiukium sierta ciukiup
bieralasan bahwa piemohon tidak bisa miembienarkan kiebiutiuhan miendiesak biuat
mienikahkan anak-anak mierieka yang bieriusia di bawah 1 tahiun. pierkawinan, majielis hakim
sietiujiu iuntiuk mienolak piermohonan piemohon siesiuai Pasal 5(2) dan Pasal 10(diua) iUndang-
iUndang angka 48 Tahiun 2009 wacana Yiurisdiksi bierdasarkan Pasal 29 Kompilasi hiukium
Islam. dari Pasal 7 iUndang-iUndang nomor 1 Tahiun 1974, Pasal 1 pierihal Pierkawinan,
Kiekiebalan Pierkawinan miengaciu di pienierapan calon miempielai pieriempiuan yang bielium
miencapai batas iusia minimium biuat mienikah (yaitiu pada bawah 19 tahiun iuntiuk laki-laki
dan pada bawah 16 tahiun biuat wanita). Jika kieliriu satiu ataiu kie 2 calon miempielai bielium
miencapai batas iusia tiersiebiut, maka wajib miemiliki siurat kietierangan Biebas Nikah dari
Piengadilan kiepiercayaan , biersama kondisi-syarat biuat miempierolieh siurat kietierangan
Biebas Nikah tiersiebiut.

Piernikahan Dini dalam Pandangan Hiukium Islam


Piernikahan mieriupakan salah satiu siunah sierta atiuran syariah Nabi Miuhammad.
Siecara ietimologis,kata nikah asal asal bahasa Arab yang artinya mienyambiung,
miengiumpiulkan ataiu mienambah. Kata piernikahan piula bierkonotasi diengan hiubiungan
sieksi. Siedangkan siecara tieknis, piernikahan misalnya akad (akad)mienjadi bientiuk hiukium
dari hiubiungan sieksi, mieniuriut para pakar syariah.hiukium nikah yang asli artinya
jamaz/miubah (dipierboliehkan). iUlama jiumhiur miendiuga hiukiumnya siunnah. Jiumhiur iUlama

8
bieropini bahwa hiukiumnya siunah.siemientara az-Zahiri mienyatakan harius. Dari iUlama
Malikiyah, siebagian orang siunnah, siebagian lagi miubah. Pieriubahan atiuran ini miengikiuti
anieka macam latar bielakang tierjadinya pierkawinan.
Mienikah sangat diriekomiendasikan bagi mierieka yang ingin mienikah, siap lahir
batin,sierta bisa miemieniuhi hak dan kiewajibannya pada kieliuarga.kariena Tierwiujiudnya
pierkawinan tak siebatas nafsiu ataiu kieinginan sieksiual, mielainkan harius miemieniuhi
kiewajiban dan tanggiung jawab siebagai siuami istri. iusia mienikah, Islam tidak piengatiuran
batasan iusia yang idieal biuat mienikah. Wali dapat miengawinkan anak tadi siebielium ataiu
sietielah itiu anak miencapai piubiertas. Kritieria baligh piun masih dipierdiebatkan olieh iulama
contohnya, miembatasi baligh bagi laki-laki kietika siudah iumiur miencapai 15 tahiun
sierta/ataiu tielah mimpi basah siemientara bagi pieriempiuan waktiu siudah bieriumiur 9 tahiun
ataiu siudah miengalami mienstriuasi.
Mienikah sangat diriekomiendasikan bagi mierieka yang ingin mienikah, siap lahir batin,sierta
bisa miemieniuhi hak dan kiewajibannya pada kieliuarga.kariena Tierwiujiudnya pierkawinan tak
siebatas nafsiu ataiu kieinginan sieksiual, mielainkan harius miemieniuhi kiewajiban dan tanggiung
jawab siebagai siuami istri. iusia mienikah, Islam tidak piengatiuran batasan iusia yang idieal biuat
mienikah. Wali dapat miengawinkan anak tadi siebielium ataiu sietielah itiu anak miencapai
piubiertas. Kritieria baligh piun masih dipierdiebatkan olieh iulama contohnya, miembatasi baligh
bagi laki-laki kietika siudah iumiur miencapai 15 tahiun sierta/ataiu tielah mimpi basah siemientara
bagi pieriempiuan waktiu siudah bieriumiur 9 tahiun ataiu siudah miengalami mienstriuasi. Abiu
Hanifah miengiungkapkan bahwa iusia diewasa laki-laki misalnya 18 tahiun siedangkan wanita
adalah 17 tahiun. Adapiun Abiu Yiusiuf, Miuhammad bin Hasan miengiungkapkan 15 tahiun
siebagai indikasi baligh. Ini bierlakiu iuntiuk laki-laki sierta pieriempiuan . Para pakar tafsir
siendiri laki-laki dalam miemaknai biuligh al-nikah misalnya yang ada pada QS. An-Nisa[4]:
6. Ibniu Katsir miemaknai kalimat ini diengan mimpi basah ataiu iumiur 15 tahiun. Al-Aliusi
mienyiebiut iusia 18 tahiun biuat anak mierdieka sierta 17 tahiun iuntiuk biudak. Siedangkan Abiu
Hayyan miengiutip piendapat An-Nakha'i dan Abiu Hanifah mienyiebiut iusia 25 tahiun.
Piernikahan dini masih mienjadi masalah sierta bahan yang ada.wilayah kajiannya piun
mielipiuti banyak siekali aspiek dan mielibatkan banyak pihak,misalnya forium-forium
kieagamaan,liembaga-forium piemierintahan (ieksiekiutif sierta liegislatif),dan miedia-miedia massa
(onlinie, cietak,sierta tielievisi). Bierkaitan diengan isiu ini, iumat Islam tierpolarisasi mienjadi diua
griup, yaitiu karaktier yang miempierboliehkan dan kielompok yang mielarang adanya modiel
piernikahan ini.misalnya, yang akan tierjadiMiuktamar Nahdhatiul iUlama kie-32padaMakassar
miempierboliehkan pierkawinandibawah iumiur,mienggiunakandasar hadis yang miengisahkan
Aisyah yang dinikahi Nabi Miuhammad Saw. saat bieriumiur 6 tahiun, mieskipiun bariu hayati
biersama saat iumiur miencapai 9 tahiun.

9
Siedangkan Majielis Tarjih Miuhammadiyah mienilai bahwa piernikahan Nabi Saw. diengan
Aisyah ra. tidak dapat dijadikan dasar argiumientasi dipierboliehkannya
piernikahandibawah iumiur. hadits yang mienyatakan bahwa Aisyah siudah mienikah diiusia 6
tahiun dinilai janggal sierta pierliu dilakiukan pienielitian liebih lanjiut. Majielis Tarjih
Miuhammadiyah ciendieriung siepakat mienggiunakan iUndang-iUndang No.1 Tahiun 1974
pierihal pierkawinan sierta Kompilasi atiuran Islam.

KiESIMPiULAN
iUpaya Pienciegahan Piernikahan Dini dilakiukan olieh mahasiswa KKN iUIN Radien Intan
Lampiung diengan miensosialisasikan kiepada piesierta didik/siswi iEl-Ma’soiem. Pienyiebab
tierjadinya piernikahan dini antara lain, faktor iekonomi, kieliuarga, piergaiulan biebas sierta
riendahnya tingkat piendidikan, yg bierdampak tierhadap mieningkatnya jiumlah anak yang
piutius siekolah iutamanya anak pieriempiuan , kiekierasan tierhadap pieriempiuan , kiematian ibiu
dan bayi, warga mieriespon siecara positif iupaya - iupaya pienciegahan yang dilakiukan olieh
organisasi kiepiemimpinan pieriempiuan miuda iuntiuk miengantisipasi tierjadinya pierkawinan di
bawah iumiur yaitiu piemierintah biersama tokoh agama dan organisasi kiemasyarakatan pierliu
mielakiukan sosialisasi iUiU Pierkawinan pada anak-anak. intierviensi piemierintah sangat iurgien
dalam hal mienyampaikan piemahaman dan yang dapat miembierikan iefiek jiera bagi pielakiu
sierta pihak yang tierkait diengan pierkawinan pada bawah iumiur.

SARAN
Banyaknya kiejadian piernikahan dini siehariusnya biunda ataiu orang tiua mienjadi pieran contoh
bagi anak sierta mielindiungi anak asal praktik piernikahan dinidan mienyampaikan nasiehat dan
iliustrasi bagaimana kiehidiupan bieriumah tangga yang wajib dihadapi nanti jadi tidak
miengalami apa yang mierieka alami.mienjadi gienierasi pienierius wajib siemangat biuat bielajar
sierta mieniempiuh jienjang piendidikan sietinggi-tingginya. Mienghindari iefiek jieliek lingkiungan
jadi tierhindar dari praktik piernikahan dini dan bierpikir sierta miempiersiapkan siecara matang
siebielium mielakiukan piernikahan jadi nanti tidak tierjadi pienyiesalan.

DAFTAR PiUSTAKA

Adie Maman Siuhierman and J. Satrio, Pienjielasan Hiukium Tientang Batasan iUmiur (Kiecakapan
Dan Kiewiebangan Biertindak Bierdasarkan Batas iUsia) (Jakarta: NLRP, 2010).
Arivia,Gadis, Filsafat Bierspiektif Fieminis, Yayasan Jiurnal Pieriempiuan, 2003.

10
Bieni Ahmad. (2008). Pierkawinan dalam Hiukium Islam dan iUndang iUndang (Pierspiektif Fiqh
Miunakahat dan iUiU No. 1/1974 tientang Poligami dan Probliematikanya. Bandiung,
CV Piustaka Sietia Wiekkie.
Inayati, I. N. (2015). Pierkawinan Anak Di Bawah iUmiur Dalam Pierspiektif Hiukium, Ham
Dan Kiesiehatan. Jiurnal Bidan, 1(1).
Miuhammad Ibn Ahmad Ibn Miuhammad Ibn Riusyd, Bidayatiul Miujtahid wa Nihayatiu Al-
Miuqtashid (Bieiriut: Dar al-Fikr, 2003).
Miukti Ali iet al., Fikih Kawin Anak Miembaca iUlang Tieks Kieagamaan Pierkawinan iUsia
Anak-Anak (Jakarta: Riumah Kitab, Ford Foiundation, dan Norwiegian Cientrie for
Hiuman Rights, 2015).

11

Anda mungkin juga menyukai