Anda di halaman 1dari 8

PROPOSAL PENELITIAN

IMPLEMENTASI PSIKOEDUKASI DENGAN PENDEKATAN SELF EFFICACY


MELALUI PROGRAM YOUTH INFORMATION CENTER KEPADA REMAJA
DALAM UPAYA PENDEWASAAN USIA PERKAWINAN DI DESA SELOREJO,
KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG

ANDI MALARANGENG

P17421303036

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN PROMOSI KESEHATAN

JURUSAN PROMOSI KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MALANG

TAHUN 2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang perubahan atas


Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan menjelaskan bahwa pada
pasal 7 ayat 1 perkawinan hanya diizinkan apabila pria dan wanita sudah mencapai
umur 19 (sembilan belas) tahun (Indoensia, 2019). Pada ayat selanjutnya dalam hal
terjadi penyimpangan terhadap ketentuan umur sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
orang tua pihak pria dan/atau orang tua pihak wanita dapat meminta dispensasi kepada
Pengadilan dengan alasan sangat mendesak disertai bukti-bukti pendukung yang cukup.
(3) Pemberian dispensasi oleh Pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib
mendengarkan pendapat kedua belah calon mempelai yang akan melangsungkan
perkawinan (Indoensia, 2019).

Efektifitas perubahan Undang-Undang No. 1 tahun 1976 tentang Perkawinan


Undang-Undang No 16 tahun 2019 tentang perkawinan nyatanya belum bisa menekan
angka pernikahan dini di Indonesia. Hasil revisi tersebut mengubah umur perkawinan
anak perempuan dari umur minimal 16 tahun menjadi 19 tahun. Perubahan tersebut
tidak menyurutkan perkara permohonan dispensasi kawin, walaupun ada syarat untuk
dilakukan dispensasi nikah. Berdasarkan data Badan Peradilan Agama (Badilag),
sebanyak 50.673 dispensasi perkawinan diputus pada tahun 2022 (Mustajab, 2023).
Angka tersebut memang lebih rendah daripada tahun 2020 dengan 63.382 putusan dan
2021 61.449 putusan. Melandainya dari tahun 2020 dan 2021, angka pada tahun 2022
belum bisa menyamai kondisi pada 2019 ke belakang.
Gambar 1 Dispensasi Pernikahan Anak yang Diputus Pengadilan Agama

Pernikahan dini atau pernikahan usia muda atau perkawinan anak dapat
berdampak pada tingginya angka kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) serta
rendahnya derajat kesehatan ibu dan anak (BKKBN, 2021). Anak perempuan berusia
10-14 tahun memiliki kemungkinan meninggal dunia lima kali lebih besar selama
kehamilan dan/atau melahirkan disbanding dengan anak perempuan berusia 20-25
tahun. sementara, usia 15-19 tahun kemungkinan dua kali lebih besar. Risiko kesakitan
dan kematian yang timbul selama proses kehamilan dan persalinan.

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2022, 33,76% dari
pemuda di Indonesia mengalami pernikahan pertama dalam rentang usia 19-21 tahun.
Sebanyak 27,07% pemuda menikah pertama kali saat berusia 22-24 tahun. Sementara itu,
19,24% pemuda telah menikah pertama kali saat berusia 16-18 tahun. Jika dibedakan
berdasarkan jenis kelamin, usia pernikahan pertama antara pemuda laki-laki dan
perempuan memiliki perbedaan, dengan pemuda laki-laki cenderung lebih tua dalam
memasuki pernikahan pertama.

Secara lebih rinci, 35,21% pemuda laki-laki mengalami pernikahan pertama dalam
rentang usia 22-24 tahun. Sementara 30,52% pemuda laki-laki menikah pertama kali saat
berusia 25-30 tahun. Di sisi lain, 37,27% pemuda perempuan mengalami pernikahan
pertama dalam rentang usia 19-21 tahun. Sementara 26,48% pemuda perempuan telah
menikah pertama kali saat berusia 16-18 tahun.

Pada tahun 2022, secara nasional terdapat sekitar 52 ribu kasus permohonan
dispensasi pernikahan yang diajukan ke peradilan agama. Dari jumlah tersebut, sekitar 34
ribu kasus didorong oleh faktor cinta, dengan orangtua mengajukan permohonan agar
anak-anak mereka segera menikah. Selanjutnya, sekitar 13.547 pemohon mengajukan
permohonan pernikahan karena sudah hamil sebelumnya, dan 1.132 pemohon mengaku
telah melakukan hubungan intim sebelum menikah. Faktor lainnya termasuk alasan
ekonomi dan pertimbangan perjodohan, dengan pertimbangan bahwa anak-anak telah
mencapai usia dewasa, termasuk tanda-tanda seperti menstruasi pada perempuan dan
pertumbuhan rambut kemaluan pada laki-laki.

Fenomena Pernikahan Dini juga terlihat dalam tren di daerah, termasuk di Provinsi
Jawa Timur. Berdasarkan data tahun 2022, angka dispensasi pernikahan tertinggi tercatat
di peradilan tinggi agama (PTA) Jawa Timur yang berpusat di Surabaya, dan puncaknya
berada di wilayah Malang, terutama disebabkan oleh masalah putus sekolah. Faktor yang
mengakibatkan tingginya jumlah permohonan dispensasi nikah di daerah tersebut adalah
karena jumlah penduduknya yang melebihi 2,6 juta jiwa. Dari total 1.434 kasus
permohonan dispensasi nikah yang diajukan di Kabupaten Malang selama tahun 2022,
sebanyak 1.393 permohonan di antaranya telah mendapatkan putusan.

PUSKAPA-UI telah melakukan analisis singkat untuk mengurai permasalahan


tersebut, terkait dengan masih berlangsungnya praktik dispensasi perkawinan dan
penerimaan dispensasi tersebut akibat kehamilan pranikah (PPPA, 2023). Dari total 225
keputusan, sebanyak 34% diantaranya disebabkan oleh faktor kehamilan. Ada 4
permasalahan yang menjadi latar belakang terjadinya kehamilan remaja yang akhirnya
mendorong pernikahan dini, yaitu (1) kesulitan dalam lingkungan keluarga yang rentan
dan kurangnya kemampuan dalam pengasuhan yang memadai; (2) kurangnya dukungan
positif dari keluarga, komunitas, dan teman sebaya; (3) keterbatasan kemampuan dalam
menilai risiko kehamilan; dan (4) pandangan bahwa pernikahan adalah cara untuk
merasakan masa remaja dengan lebih bebas. Isu mengenai pernikahan dini telah mencapai
tingkat yang mendesak dan kritis. Faktor cinta dan tekanan dari orang tua untuk segera
menikah juga menjadi alasan utama dalam permohonan dispensasi (PPPA, 2023).

Urgensi pola dispensasi nikah patut diperhatikan. Perlunya pemerintah berusaha


mencegah dengan mengambil tindakan seperti meningkatkan ketrampilan dalam asuhan
anak dan pelayanan akses, memajukan kemampuan anak, menyediakan dan
menyamakan kesempatan akses, memperkuat jalinan sosial keluarga, merancang
kebijakan kesehatan komprehensif (termasuk dalam hal reproduksi dan kesejahteraan
mental), mendukung aspek asuhan, memastikan pencapaian pendidikan formal selama
12 tahun, dan memberikan pemberdayaan untuk mencari penghidupan.

Paradigma yang dibangun seharusnya difokuskan pada upaya membangun


masyarakat yang berkualitas, yang memiliki pemahaman dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi, yang mengakibatkan kebutuhan untuk memperoleh pendidikan tinggi. Karena
itu, perlunya menghilangkan diskriminasi antara laki-laki dan perempuan. Di sisi lain,
penting juga untuk memberi informasi kepada para penghulu bahwa anak-anak di
bawah usia 19 tahun tidak boleh menikah. Koreksi harus diterapkan terhadap keputusan
penghulu. Pernikahan adalah cara untuk membentuk unit keluarga sebagai bagian
integral dari masyarakat. Ketidakmampuan keluarga dalam mendidik akan berdampak
pada kurangnya pendidikan di masyarakat secara keseluruhan.

Dengan adanya tren pernikahan dini yang mayoritas disebabkan oleh faktor cinta
dan desakan orangtua untuk segera menikah, melalui pendekatan Posyandu Remaja
dengan program Youth Information Center diharapkan dapat menekan angka
pernikahan dini. Melalui pendekatan psikedukasi kesehatan melalui self efficacy
diharapkan dapat mengubah pola pikir remaja dalam mengambil keputusan dalam hal
pernikahan.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan pada latar belakang, dapat dirumuskan permasalahan


sebagai berikut : “Bagaimana Implementasi Psikoedukasi Dengan Pendekatan Self
Efficacy Melalui Program Youth Information Center Kepada Remaja Dalam Upaya
Pendewasaan Usia Perkawinan Di Desa Selorejo, Kecamatan Dau, Kabupaten
Malang?”.

1.2.2 Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada permasalahan tentang psikoedukasi dengan


pendekatan self efficacy kepada remaja dalam upaya pendewasaan usia perkawinan.

1.3. TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 TUJUAN UMUM

Efisiensi Implementasi Psikoedukasi Dengan Pendekatan Self Efficacy Melalui


Program Youth Information Center Kepada Remaja Dalam Upaya Pendewasaan Usia
Perkawinan Di Desa Selorejo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang

1.3.2 TUJUAN KHUSUS

a. Mengidentifikasi pola pikir remaja terhadap upaya pendewasaan usia perkawinan


Di Desa Selorejo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang

b. Mengidentifikasi Implemetasi psikoedukasi dengan pendekatan self efficacy melalui


program youth information center kepada remaja dalam upaya pendewasaan usia
perkawinan Di Desa Selorejo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang

1.4. MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Manfaat Teoritis

a. Institusi Pendidikan

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukin bagi perkembangan


ilmu pengetahuan, khususnya disiplin ilmu promosi kesehatan guna memberikan
karakteristik dan dampak dari implementasi psikoedukasi dengan pendekatan self
efficacy guna menjadi salah satu media komunikasi dalam mempromosikan
pendewasaan usia perkawinan terhadap remaja.

b. Penelitian Lanjutan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar bagi penelitian
selanjutnya untuk pengembangan media edukasi dan komunikasi melalui
implementasi psikoedukasi dengan pendekatan self efficacy pendewasaan usia
perkawinan pada remaja.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Instansi Pelayanan Kesehatan

Memberikan masukan bagi pelayanan kesehatan (dinas kesehatan, pusat


kesehatan Masyarakat) untuk mengetahui tentang bagaimana efektifitas
implementasi psikoedukasi terhadap remaja melalui self efficacy guna pendewasaan
usia pernikahan di Indonesia.

b. Orang Tua

Diharapkan bahwa hasil dari penelitian ini akan memberikan wawasan


kepada orang tua mengenai akibat yang ditimbulkan oleh pernikahan dini, sehingga
orang tua akan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang kerugian yang terkait
dengan melangsungkan pernikahan pada usia dini. Tujuan dari hal ini adalah agar
orang tua dapat lebih menyadari dampak negatif dari pernikahan dini dan akhirnya
dapat turut serta dalam mengurangi insiden pernikahan dini di dalam masyarakat.

c. Remaja

Penelitian ini diharapan dapat menjadi tambahan informasi bagi remaja


dalam proses pendewasaan usia perkawinan melalui self efficacy sehingga
pengetahuan remaja lebih baik dan dapat menyelesaikan permasalahan remaja lebih
`

d. Masyarakat

Penelitian dapat menjadi salah satu rujukan, acuan, dan pedoman bagi
Masyarakat dalam menentukan dan/atau memutuskan pernikahan yang terjadi pada
usia remaja, sehingga mereka dapat membuat keputusan secara matang.
REFERENSI

BKKBN. (2021, February 10). Hindari Nikah Muda Untuk Kurangi Resiko Kematian Ibu

Melahirkan. diakses pada 30 Juli 2023. https://www.bkkbn.go.id/berita-hindari-nikah-

muda-untuk-kurangi-resiko-kematian-ibu-melahirkan

Indoensia. (2019). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2019

TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974

TENTANG PERKAWINAN. diakses pada 30 Juli 2023.

https://jdihn.go.id/files/4/2019uu016.pdf

Mustajab, R. (2023, January). Dispensasi Pernikahan Anak Mencapai 50.673 Kasus pada 2022.

diakses pada 30 Juli 2023. https://dataindonesia.id/varia/detail/dispensasi-pernikahan-

anak-mencapai-50673-kasus-pada-2022

PPPA, K. (2023). Kemen PPPA : Perkawinan Anak di Indonesia Sudah Mengkhawatirkan.

diakses pada 30 Juli 2023.

https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/4357/kemen-pppa-perkawinan-

anak-di-indonesia-sudah-mengkhawatirkan

Anda mungkin juga menyukai