ANDI MALARANGENG
P17421303036
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN
Pernikahan dini atau pernikahan usia muda atau perkawinan anak dapat
berdampak pada tingginya angka kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) serta
rendahnya derajat kesehatan ibu dan anak (BKKBN, 2021). Anak perempuan berusia
10-14 tahun memiliki kemungkinan meninggal dunia lima kali lebih besar selama
kehamilan dan/atau melahirkan disbanding dengan anak perempuan berusia 20-25
tahun. sementara, usia 15-19 tahun kemungkinan dua kali lebih besar. Risiko kesakitan
dan kematian yang timbul selama proses kehamilan dan persalinan.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2022, 33,76% dari
pemuda di Indonesia mengalami pernikahan pertama dalam rentang usia 19-21 tahun.
Sebanyak 27,07% pemuda menikah pertama kali saat berusia 22-24 tahun. Sementara itu,
19,24% pemuda telah menikah pertama kali saat berusia 16-18 tahun. Jika dibedakan
berdasarkan jenis kelamin, usia pernikahan pertama antara pemuda laki-laki dan
perempuan memiliki perbedaan, dengan pemuda laki-laki cenderung lebih tua dalam
memasuki pernikahan pertama.
Secara lebih rinci, 35,21% pemuda laki-laki mengalami pernikahan pertama dalam
rentang usia 22-24 tahun. Sementara 30,52% pemuda laki-laki menikah pertama kali saat
berusia 25-30 tahun. Di sisi lain, 37,27% pemuda perempuan mengalami pernikahan
pertama dalam rentang usia 19-21 tahun. Sementara 26,48% pemuda perempuan telah
menikah pertama kali saat berusia 16-18 tahun.
Pada tahun 2022, secara nasional terdapat sekitar 52 ribu kasus permohonan
dispensasi pernikahan yang diajukan ke peradilan agama. Dari jumlah tersebut, sekitar 34
ribu kasus didorong oleh faktor cinta, dengan orangtua mengajukan permohonan agar
anak-anak mereka segera menikah. Selanjutnya, sekitar 13.547 pemohon mengajukan
permohonan pernikahan karena sudah hamil sebelumnya, dan 1.132 pemohon mengaku
telah melakukan hubungan intim sebelum menikah. Faktor lainnya termasuk alasan
ekonomi dan pertimbangan perjodohan, dengan pertimbangan bahwa anak-anak telah
mencapai usia dewasa, termasuk tanda-tanda seperti menstruasi pada perempuan dan
pertumbuhan rambut kemaluan pada laki-laki.
Fenomena Pernikahan Dini juga terlihat dalam tren di daerah, termasuk di Provinsi
Jawa Timur. Berdasarkan data tahun 2022, angka dispensasi pernikahan tertinggi tercatat
di peradilan tinggi agama (PTA) Jawa Timur yang berpusat di Surabaya, dan puncaknya
berada di wilayah Malang, terutama disebabkan oleh masalah putus sekolah. Faktor yang
mengakibatkan tingginya jumlah permohonan dispensasi nikah di daerah tersebut adalah
karena jumlah penduduknya yang melebihi 2,6 juta jiwa. Dari total 1.434 kasus
permohonan dispensasi nikah yang diajukan di Kabupaten Malang selama tahun 2022,
sebanyak 1.393 permohonan di antaranya telah mendapatkan putusan.
Dengan adanya tren pernikahan dini yang mayoritas disebabkan oleh faktor cinta
dan desakan orangtua untuk segera menikah, melalui pendekatan Posyandu Remaja
dengan program Youth Information Center diharapkan dapat menekan angka
pernikahan dini. Melalui pendekatan psikedukasi kesehatan melalui self efficacy
diharapkan dapat mengubah pola pikir remaja dalam mengambil keputusan dalam hal
pernikahan.
a. Institusi Pendidikan
b. Penelitian Lanjutan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar bagi penelitian
selanjutnya untuk pengembangan media edukasi dan komunikasi melalui
implementasi psikoedukasi dengan pendekatan self efficacy pendewasaan usia
perkawinan pada remaja.
b. Orang Tua
c. Remaja
d. Masyarakat
Penelitian dapat menjadi salah satu rujukan, acuan, dan pedoman bagi
Masyarakat dalam menentukan dan/atau memutuskan pernikahan yang terjadi pada
usia remaja, sehingga mereka dapat membuat keputusan secara matang.
REFERENSI
BKKBN. (2021, February 10). Hindari Nikah Muda Untuk Kurangi Resiko Kematian Ibu
muda-untuk-kurangi-resiko-kematian-ibu-melahirkan
https://jdihn.go.id/files/4/2019uu016.pdf
Mustajab, R. (2023, January). Dispensasi Pernikahan Anak Mencapai 50.673 Kasus pada 2022.
anak-mencapai-50673-kasus-pada-2022
https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/4357/kemen-pppa-perkawinan-
anak-di-indonesia-sudah-mengkhawatirkan