Anda di halaman 1dari 6

pISSN : 2528-3685

eISSN : 2598-3857

IMPLEMENTASI PROGRAM KESEHATAN REPRODUKSI


BERBASIS SEKOLAH DI KABUPATEN SRAGEN

Dyah Rahmawatie Ratna Budi Utami


Prodi Sarjana Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Surakarta
Email: dyahrahmawatie@aiska-university.ac.id

Abstrak
Pubertas yang terjadi pada masa remaja merupakan hal yang natural, akan tetapi jika tidak didasari
dengan pengetahuan yang sesuai dapat berdampak negative. Pendidikan seksualitas dan reproduksi di
sekolah memiliki sangat efektif diberikan disaat orang tua tidak berperan dalam memberikan pendidikan
seksualitas kepada anak. Beberapa upaya pendidikan seksual diberikan kepada remaja di wilayah
Kabupaten Sragen, tetapi masih ditemukan adanya perilaku seksual berisiko yang dilakukan remaja.
Ekplorasi mengenai kegiatan pendidikan seks di sekolah belum teruraikan secara jelas, padahal ini
penting untuk analisis situasi kebutuhan yang diperlukan untuk bisa menyusun program selanjutnya.
Penelitian ini bertujuan untuk eksplorasi mengenai implementasi pendidikan seksual dan reproduksi
berbasi sekolah yang telah dilakukan di Kabupaten Sragen. Metode pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara mendalam kepada pemegang program kesehatan reproduksi remaja di Kabupaten Sragen.
Analisis data kualitatif terdiri dari reduksi data, penyajian dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian
ini sudah adanya program kesehatan remaja di tiap sekolah berupa sosialisasi dan edukasi. Adanya
faktor penghambar anggaran, sumber daya manusia dan sarana prasarana. Perlunya program kesehatan
reproduksi yang terintegrasi kurikulum dengan melibatkan beberapa pihak.

Kata Kunci: kesehatan reproduksi, remaja, sekolah

JIKA, Volume 8, Nomor 2, Februari 2024 1


pISSN : 2528-3685
eISSN : 2598-3857

IMPLEMENTATION OF SCHOOL-BASED REPRODUCTIVE HEALTH PROGRAMS


IN SRAGEN DISTRICT

Abstract
Puberty that occurs in adolescence is natural, but if not based on appropriate knowledge can have a
negative impact. Sexuality and reproductive education in schools have been very effective when parents
do not play a role in providing sexual education to children. Several sexual education efforts were
provided to adolescents in the Sragen District area, but there were still, found risky sexual behaviors
committed by adolescents. The exploration of sex education activities in schools has not been clearly
described, although this is important for the analysis of the situation of needs needed to be able to
develop the next program. This study aims to explore the implementation of school-based sexual and
reproductive education that should be as been carried out in the Sragen District. Data The data collection
method was conducted by in-depth interviews with adolescent reproductive health program holders in
the Sragen District. Qualitative data analysis consists of data reduction, presentation and conclusions.
The results of this study have been adolescent health programs in each school in the form of socialization
and education. There are factors hampering budgets, human resources, and infrastructure. The need for
a reproductive health program that integrates the curriculum by involving several parties.

Keywords: reproductive health, adolescence, school

Pendahuluan dalam mengakses informasi masih rendah yakni


Keberadaan remaja saat ini menjadi salah 0,7% remaja perempuan dan 0,4 % remaja pria
satu fokus kebijakan global. Jumlah populasi diskusi tentang masa pubertas dengan petugas
remaja 10-19 tahun di dunia mencapai 16 % dari Kesehatan.4
populasi manusia di dunia.1 Jumlah remaja di Sesuai Permenkes No 25 Tahun 2014
Indonesia mencapai 24 % dari jumlah tentang Upaya Kesehatan Anak disebutkan
penduduk.2 Oleh karena itu, terdapat kebutuhan bahwa pelayanan kesehatan anak usia sekolah
untuk berinvestasi pada kesehatan dan dan remaja sedikitnya diselenggarakan melalui
kesejahteraan remaja, yang tidak hanya Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan Pelayanan
bermanfaat bagi remaja saat ini tetapi juga Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). Kemenkes
kehidupan generasi mendatang.1 Republik Indonesia telah mengembangkan
Masa remaja terjadi perubahan pada aspek PKPR sejak tahun 2003. PKPR adalah pelayanan
fisik, psikologis, dan sosial. Adanya rasa kesehatan yang ditujukan oleh remaja serta
keingintahuan dan eksplorasi yang tidak tepat berkesan menyenangkan, serta komprehensif.
terkadang memunculkan permasalahan. Masalah Puskesmas yang memiliki program PKPR
kesehatan remaja beragam yang mencakup memberikan layanan didalam dan luar gedung
penyakit menular, penyakit tidak menular, yang ditujukan kelompok remaja berbasis
kesehatan mental, dan risiko cedera. Masalah sekolah maupun Masyarakat.5 Sekolah
lainnya termasuk gizi, kesehatan reproduksi, memegang peranan penting di saat orang tua
pernikahan anak, kesehatan mental, kurang berperan dalam memberikan pendidikan
penyalahgunaan obat-obatan terlarang, seksual kepada anak.6
3
kekerasan dan pelecehan seksual. Di Indonesia Penelitian Sihotang dkk menjelaskan bahwa
pembahasan mengenai kesehatan seksual dan banyak program kesehatan reproduksi yang ada
reproduksi (Kespro) masih menjadi seuatu yang di Indonesia yang diselenggarakan oleh berbagai
tabu. Hal ini menyebabkan banyak remaja di pihak, tetapi belum menampakkan hasil optimal
Indonesia tidak menerima pendidikan kespro untuk meningkatkan kesehatan reproduksi
yang baik. Hasil Survey Demografi dan remaja. Banyak pihak menganggap penting,
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 tetapi adanya faktor penghambat seperti
menunjukkan bahwa 5,6% remaja perempuan anggapan tabu, kemampuan pendidik (guru,
dan 7,9% remaja laki-laki tidak menyadari orang tua atau teman sebaya), menjadikan
tentang perubahan fisik. Kemampuan remaja edukasi kesehatan reproduksi belum berjalan

JIKA, Volume 8, Nomor 2, Februari 2024 2


pISSN : 2528-3685
eISSN : 2598-3857

secara efektif.7 Program yang telah dicanangkan ditujukan kepada remaja, bersifat
belum mendapatkan hasil yang optimal karena menyenangkan sesuai kebutuhan kesehatan
minimnya Sumber Daya Manusia (SDM) remaja, komprehensif dan efektif.
pengelola, minimnya jejaring yang terlibat dan Tujuan PKPR adalah memberikan
sarana prasarana pendukung serta kurangnya pelayanan kesehatan remaja yang bermutu di
sosialisasi program kepada remaja8. Selain itu puskesmas dan lokasi pelayanan lainnya yang
kurang optimalnya PKPR karena kurangnya memenuhi hak dan kebutuhan remaja untuk
komunikasi saat koordinasi antara tim PKPR mencapai peningkatan pertumbuhan dan
atau stakeholder yang terlibat, kurangnya perkembangan yang optimal. Sasarannya adalah
pemahaman SDM, tidak adanya ruangan khusus remaja usia 10-19 tahun tanpa memandang status
dan evaluasi yang terbatas tanpa tindak lanjut.9 pernikahan, dengan fokus layanan adalah remaja
Hasil wawancara dengan guru mengatakan sekolah, remaja luar sekolah, remaja putri calon
selama pandemi Covid 19 tidak ada edukasi ibu dan hamil, remaja yang rentan penularan
mengenai kesehatan reprdoduksi, sebelumnya HIV, remaja berjebutuhan khusus. Paket
ada kunjungan dari puskesmas. Kalau guru pelayanan remaja meliputi pelayanan kesehatan
Bimbingan Konseling (BK) kadang masih reproduksi, pencegahan dan penanggulangan
kurang percaya diri menyampaikan kesehatan kehamilan tidak diinginkan, pelayanan gizi,
reproduksi di kelas, hanya melakukan konseling tumbuh kembang remaja, pencegana NAPZA,
jika ada kasus. Hasil wawancara di Kabupaten deteksi dan penanganan kekerasan, tuberculosis
Sragen sudah ada program PKPR di Puskesmas. dan kecacingan.13 Teori Edwards III
Total perkawinan usia anak (laki-laki kurang mengemukakan faktor-faktor yang
dari 19 tahun dan perempuan kurang dari 16 mempengaruhi implementasi kebijakan, adalah
tahun) di Kabupaten Sragen mencapai 64 orang, komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur
cukup tinggi dibandingkan kabupaten/kota di birokrasi.14
karesidenan Surakarta. Masih minimnya
evaluasi pelaksanaan program kesehatan Metode Penelitian
reproduksi remaja khususnya berbasis sekolah di Penelitian ini menggunakan pendekatan
Kabupaten Sragen. Berdasarkan fenomena kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan
tersebut maka peneliti akan melakukan ekplorasi pelaksanaan program pelayanan kesehatan
mengenai program kesehatan seksual dan seksual dan reproduksi remaja berbasis sekolah
reproduksi berbasis sekolah yang ada di di Kabupaten Sragen.
Kabupaten Sragen khususnya mengenai bentuk Data primer dikumpulkan melalui informan
kegiatan, penanggung jawab dan komunikasi, yang diambil secara purposive sampling, yang
serta faktor pendukung dan penghambat. terdiri dari penanggung jawab dan pelaksana
Pendidikan kesehatan seksual dan program kesehatan reproduksi berbasis sekolah.
reproduksi merupakan faktor pelindung Informan berasal dari puskesmas, sekolah, Dinas
terjadinya kehamilan remaja dan permasalahn Pemberdayaan Perempuan,Perlindungan Anak
terkait kesehatan reproduksi lainnya karena dan Keluarga Berencana (DP3KAB). Selain itu
mampu meningkatkan pengetahuan dan dilakukan triangulasi data kepada dinas
ketrampilan serta konsistensi sikap kesehatan dan dinas pendidikan Kabupaten
mempertahankan kesehatan reproduksi.10 Sragen. Teknik pengumpulan data dilakukan
Pendidikan seksualitas komprehensif bukan dengan cara wawancara mendalam. Analisis data
hanya mengajarkan mengenai seks tetapi juga dalam penelitian ini menggunakan model
segala hal terkait ketrampilan hidup untuk analisis data kualitatif Miles dan Huberman
menjaga kesehatan reproduksi.11 yakni reduksi data, penyajian dan penarikan
Pendidikan seksualitas komprehensif kesimpulan.
berbasis sekolah terbukti mmapu membekali
pengetahuan dan ketrampilan siswa dan Hasil
bermanfaat jika diberikan sebelum remaja aktif Informan penelitian ini meliputi: bidan
secara seksual serta bermanfaat dalam koordinator (bidan puskesmas), guru
pengambilan keputusan di masa mendatang.6 penanggung jawab program UKS, penanggung
Pendidikan seksualitas berbasis sekolah penting jawab bidang kesehatan masyarakat (khususnya
meningkatkan kesadaran remaja dan kesempatan remaja) di Dinas Kesehatan Kabupaten Sragen
guru menyampaikan pendidikan seksualitas dan DP3KAB. Seluruh informan adalah
komprehensif.12 PKPR adalah pelayanan yang

JIKA, Volume 8, Nomor 2, Februari 2024 3


pISSN : 2528-3685
eISSN : 2598-3857

perempuan dengan usia antara 40 tahun sampai tiap tahun, tetapi itu MoU nya sekolah dengan
52 tahun. Informan yang bergelar sarjana puskesmas.”
sebanyak 4 orang dan informan bergelar diploma Hasil wawancara dengan Penanggung
sebanyak 2 orang. Jawab Anak dan Remaja di Puskesmas
1. Keberadaan Kegiatan Kesehatan Masaran Sragen dijelaskan bahwa Puskesmas
Reproduksi bagi Remaja memiliki program kesehatan reproduksi
Program mengenai kesehatan reproduksi remaja berupa PKPR dan juga sosialisasi ke
remaja di sekolah dilakukan dengan bekerja sekolah yang bermitra dengan puskesmas,
sama dengan pihak lain dan bersifat biasanya sekolah yang memiliki wilayah yang
ekstrakurikuler. Mayoritas sekolah sama dengan puskesmas.
mengadakan kerja sama dengan puskesmas 2. Bentuk Kegiatan Kesehatan
dalam wilayah sekolah tersebut. Hal ini sesuai Reproduksi bagi Remaja
dengan wawancara dengan guru penanggung Bentuk kegiatan kesehatan reproduksi
jawab UKS SMPN 2 Plupuh. remaja yang ada di sekolah berupa edukasi
“Sekolah bekerjasama dengan kepada siswa remaja. Edukasi dilakukan oleh
Puskesmas, minimal tiap 6 bulan sekali tim dari puskesmas atau beberapa pihak yang
Puskesmas datang ke sekolah untuk membantu sekolah. Bentuk kegiatan
memberikan edukasi mengenai kesehatan, DP3KAB dan puskesmas adalah sosialisasi ke
walaupun belum spesifik ke kesehatan sekolah-sekolah dengan tema kesehatan
reproduksi karena tema yang diangkat reproduksi dan tema yang lain. Selain itu dari
berbeda-beda. Edukasi dilakukan secara DP3KAB juga mengadakan kegiatan berupa
klasikal, tetapi tidak untuk semua siswa.” pemilihan duta genre dari tiap sekolah, dari
Selain puskesmas, sekolah juga duta genre tersebut terbentuk PIK-R sekolah
mengadakan program kerjasama dengan dan lomba bertemakan kesehatan reproduksi.
pihak lain di luar pemerintah sesuai dengan Selain itu DP3KAB Kabupaten Sragen
kebutuhan sekolah seperti PMI, DP3KAB dll. memfasilitasi seperangkat media untuk proses
DP3PKAB memiliki program kesehatan edukasi mengenai kesehatan reproduksi.
remaja berupa Pusat Informasi dan Konseling 3. Penanggung jawab Kegiatan dan
Remaja (PIK-R). Adapun untuk PIK-R ini Komunikasi
memiliki 2 jalur yakni masyarakat dan Penanggung jawab kegiatan kesehatan
sekolah. Program di DP3KAB mendapatkan reproduksi di sekolah adalah masing-masing
dana dari APBD tingkat 2 dan DAK non fisik. penanggung jawab unit kesehatan sekolah
Program kegiatan yang bersumber dana dari (UKS) sekolah tersebut. Guru penanggung
DAK non fisik disebut Bangga Kencana jawab UKS yang akan melakukan komunikasi
sedangkan program kegiatan dari APBD 2 dengan puskesmas, penanggung jawab
berupa sosialisasi ke sekolah. kegiatan kesehatan reproduksi remaja adalah
Dinas pendidikan Kabupaten Sragen penanggung jawab (PJ) remaja. PJ remaja ini
belum memiliki program kesehatan nantinya akan bertanggung jawab terhadap
reproduksi remaja, tetapi sekolah memiliki dinas kesehatan. Komunikasi yang terjalin
kerjasama dengan pihak lain seperti diantara pelaksana dan penanggung jawab
puskesmas dalam program kesehatan remaja dilakukan 2 arah menggunakan wadah
khususnya kesehatan reproduksi. Hal ini komunikasi whatsapp group. Setiap sekolah
sesuai dengna hasil wawancara dengan memiliki grup dengan beberapa pihak yang
Kepala Bidang Pembinaan Sekolah bekerjasama dalam program kesehatan
Menengah Pertama Dinas Pendidikan dan reproduksi remaja.
Kebudayaan Kabupaten Sragen mengatakan 4. Faktor Pendukung dan Penghambat
bahwa “Kalau dinas pendidikan kan selama Kegiatan
ini belum ada program khusus, kalau Faktor pendukung kegiatan kesehatan
kegiatannya kami itu mengadakan kerjasama reproduksi remaja di sekolah adalah adanya
dengan puskesmas, tiap tahun kalau tidak kebijakan yang ada. Selain itu adanya
salah puskesmas mengadakan kerjasama dukungan dari pihak lain dalam mewujudkan
dengan puskesmas terkait penyuluhan program kesehatan reproduksi remaja.
kesehatan reproduksi, narkoba dengan Komunikasi yang terjalin harmonis juga
polres. Jadi setahu saya kegiatannya rutin menjadi faktor pendukung terselenggaranya

JIKA, Volume 8, Nomor 2, Februari 2024 4


pISSN : 2528-3685
eISSN : 2598-3857

program kesehatan reproduksi remaja di kabupaten/kota sehingga seluruh kegiatan


sekolah. Komunikasi juga menjadi faktor puskesmas harus diketahui dan mendapatkan
yang paling dominan dalam pelaksanaan pengawasan serta dukungan oleh dinas
suatu kegiatan. Faktor pembiayaaan, tempat Kesehatan.17 Oleh karena itu, perlu adanya
dan sumber daya manusia faktor penghambat komunikasi antara kedua pihak untuk
terlaksananya program kesehatan reproduksi mengetahui hasil kegiatan. Hubungan antara
remaja di sekolah. pihak Puskesmas dan Dinas Kesehatan
Kabupaten Sragen dalam melaksanakan
Pembahasan program PKPR cukup baik. Implementasinya
1. Keberadaan Kegiatan Kesehatan masih belum pasti tergantung pada kebutuhan
Reproduksi Bagi Remaja untuk menyampaikan pesan tersebut ke pusat
Sekolah, dinas terkait seperti DP3KAB, kesehatan masyarakat. Komunikasi
dinas kesehatan memiliki program kesehatan memegang peranan penting dalam kinerja
remaja di sekolah. Hal ini sesuai dengan secara umum, waluapun tidak mudah
amanat undang-undang bahwa UKS harus mencapai komunikasi yang sempurna.18
menyediakan program promotive dan Keberhasilan program kesehatan masyarakat
preventif kesehatan reproduksi remaja di bergantung pada penyampaian informasi yang
sekolah. Munculnya kebijakan publik akurat dan komitmen sumber daya yang
bermula dari adanya kebutuhan untuk berkelanjutan untuk mendukung pencapaian
memecahkan permasalahan yang timbul program yang efektif.19
dalam masyarakat. Kebijakan publik 4. Faktor Pendukung dan Penghambat
ditentukan oleh para pihak (stakeholder), Kegiatan
khususnya pemerintah, untuk memenuhi Program yang telah dicanangkan lama
kebutuhan dan kepentingan Masyarakat.15 belum mendapatkan hasil yang optimal
Kementerian Kesehatan mempunyai karena minimnya Sumber Daya Manusia
program kesehatan remaja berupa PKPR. (SDM) pengelola, minimnya jejaring yang
PKPR merupakan pelayanan kesehatan yang terlibat dan sarana prasarana pendukung 8.
ditujukan dan dapat diakses oleh generasi Selain itu kurangnya sosialisasi program
muda, memiliki karakteristik menyenangkan, kepada remaja selaku pengguna program.
saling menghormati, menjaga kerahasiaan,
dan peka terhadap kebutuhan kesehatan Simpulan
remaja. Program PKPR di puskesmas Program kesehatan remaja sudah ada ditiap
dilaksanakan melalui penyelenggaraan sekolah walaupun yang dijalankan berbeda
kegiatan peningkatan pengetahuan, pelatihan disesuaikan dengan kondisi sekolah. Program ini
tenaga kesehatan sukarela remaja, berupa sosialisasi, edukasi, pengembangan kader
pemeriksaan kadar hemoglobin darah, dan pelatihan dengan penyelenggaraan
golongan darah dan konsultasi.13 bekerjasama dengan beberapa pihak seperti
2. Bentuk Kegiatan Kesehatan puskesmas, DP3KAB dan PMI. Program
Reproduksi bagi Remaja kesehatan seksual dan reproduksi belum
Bentuk kegiatan kesehatan reproduksi terprogram secara terperici, bersifat
remaja yang ada di sekolah berupa ektrakurikuler, pelaksanaan insidental sesuai
penyuluhan kepada siswa. Kegiatan kebutuhan. Komunikasi sekolah dengan
sosialisasi yang berkesinambungan dan beberapa pihak berjalan 2 arah. Faktor
progresif dari petugas dan relawan kesehatan pendukung program adalah komunikasi yang
diperlukan agar masyarakat memahami berjalan baik walau sedangkan faktor
pentingnya menjaga kesehatan.16 penghambat adalah anggaran, SDM, sarana
3. Penanggung jawab Kegiatan dan prasarana.
Komunikasi
Komunikasi yang terjalin diantara Daftar Pustaka
pelaksana dan penanggung jawab dilakukan 2 1. Guthold R, Moller AB, Azzopardi P, Ba MG, Fagan
L, Baltag V, et al. The Global Action for
arah menggunakan wadah komunikasi
Measurement of Adolescent health
whatsapp group. (GAMA)Initiative—Rethinking Adolescent Metrics.
Puskesmas merupakan Unit Pelaksana J Adolesc Heal [Internet]. 2019;64(6):697–9.
Teknis (UPT) dari dinas kesehatan Available from:
https://doi.org/10.1016/j.jadohealth.2019.03.008

JIKA, Volume 8, Nomor 2, Februari 2024 5


pISSN : 2528-3685
eISSN : 2598-3857

2. BPS. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur first-year students in Arba Minch University: A
dan Jenis Kelamin, 2020. 2020. quasi-experimental study. BMC Res Notes
3. Azzopardi PS, Hearps SJC, Francis KL, Kennedy EC, [Internet]. 2019;12(1):1–7. Available from:
Mokdad AH, Kassebaum NJ, et al. Progress in https://doi.org/10.1186/s13104-019-4746-6
adolescent health and wellbeing: tracking 12 headline 12. Ii O, Ma A, Oladokun B, Ri O, Ayorinde T.
indicators for 195 countries and territories, 1990– School-Based Sexuality Education : An
2016. Lancet [Internet]. 2019;393(10176):1101–18. Overview. Yenagoa Med J. 2021;3(1):8–11.
Available from: http://dx.doi.org/10.1016/S0140- 13. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
6736(18)32427-9 Pedoman Standar Nasional Pelayanan Kesehatan
4. Tim SDKI. Survei Demografi dan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). Jakarta: Kementrian
Indonesia 2017: Kesehatan Reproduksi Remaja. Kesehatan Republik Indonesia; 2018.
Jakarta; 2018. 14. Kartawidjaya D. Kebijakan Publik : Analisis
5. Meilan N, Maryanah, Willa F. Kesehatan Reproduksi Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Remaja Implementasi PKPR dalam Teman Sebaya. (K3). Bandung: Alfabeta; 2018.
Malang: Wineka Media; 2018. 15. Ramdhani A, Ramdhani MA. Konsep Umum
6. Kemigisha E, Bruce K, Ivanova O, Leye E, Coene G, Pelaksanaan Kebijakan Publik. J Publik.
Ruzaaza GN, et al. Evaluation of A School Based 2017;1–12.
Comprehensive Sexuality Education Program 16. Fadrianti FM, Darmawan ES, Masyarakat BK,
Among Very Young Adolescents In Rural Uganda. Administrasi D, Kebijakan D, Masyarakat K.
BMC Public Health. 2019;19(1):1–11. Sumber daya manusia dan manajemen
7. Sihotang HM, Efendi JS, Arya IFD. Implementasi organisasi dalam pelaksanaan upaya kesehatan
Program Kesehatan Reproduksi Remaja Di Kota masyarakat di dua kecamatan di Jakarta Timur
Pekanbaru. J Endur. 2018;3(2):260. Human resource and organizati onal capacity of
8. Messakh ST, Istiarti E, Makulua M. Impelementasi public health pro-grams in two sub-districts of
Program Kesehatan Reproduksi Remaja Di East Jakarta. Ber Kedokt Masy. 2018;34(5):221–
Puskesmas Bancak Kabupaten Semarang. J Kesehat 9.
Bakti Tunas Husada J Ilmu-ilmu Keperawatan, Anal 17. Amieratunnisa A, Indarjo S. Implementasi
Kesehat dan Farm. 2019;19(2):190. Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja.
9. Pujiastuti RN, Sriatmi A, Nandini N. Mengapa Higeia J Public Heal Res Dev. 2018;2(1):69–79.
Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja 18. Ariyani D, Hakim A, Noor I. Pengaruh Faktor
(PKPR) di Puskesmas Kota Magelang tidak Komunikasi, Sumberdaya, Sikap Pelaksana, Dan
Optimal? J Manaj Kesehat Indones. Struktur Birokrasi Terhadap Output
2021;9(1):28–37. Implementasi Program Pengembangan Kawasan
10. Vongxay V, Albers F, Thongmixay S, Agropolitan Di Kabupaten Probolinggo. J
Thongsombath M, Broerse JEW, Sychareun V, Pembang dan Alam Lestari [Internet].
et al. Sexual and reproductive health literacy of 2014;5(2):15–21. Available from:
school adolescents in Lao PDR. PLoS One. https://jpal.ub.ac.id/index.php/jpal/article/view/
2019;14(1):1–14. 162
11. Boti N, Hussen S, Shegaze M, Shibru S, Shibiru 19. Frieden TR. Six components necessary for
T, Zerihun E, et al. Effects of comprehensive effective public health program implementation.
sexuality education on the comprehensive Am J Public Health. 2014;104(1):17–22.
knowledge and attitude to condom use among

JIKA, Volume 8, Nomor 2, Februari 2024 6

Anda mungkin juga menyukai