Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOEKOLOGI JAMUR / CENDAWAN

Oleh :
Kelompok 4/Kelas B
1. Dea Ayu Puspitasari 201510501026
2. Ahmad Tantowi 201510501097
3. Ari Ambarwati 201510501100
4. Bismantara Maulana Rizal 201510501102

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
ABSTRAK

Serangan dari Organisme Penganggu Tanaman (OPT) berpengaruh buruk, berupa


kerusakan tanaman. Organisme pengganggu tanaman memiliki beberapa macam,
yaitu cendawan, bakteri, virus, gulma, dan nematoda. Cedawan adalah salah satu
organisme yang dapat memberikan dampak negatif besar bagi tanaman petani
sehingga disebut parasit. Cendawan juga bisa memproduksi makanannya sendiri
tanpa melakukan fotosintesis. Cendawan parasit adalah cendawan yang
mengambil nutrisi dari tanaman inangnya sebagai pasokan makanan. Faktor yang
sangat mendukung penyerangan cendawan ialah kelembapan yang sangat tinggi.
Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan dari berbagai
gejala yang disebabkan oleh cendawan OPT. Penelitian dilakukan secara
observasi langsung di berbagai daerah, yakni Jember, Lumajang, dan Nganjuk.
Diketahui bahwa penyakit yang banyak disebabkan oleh cendawan ialah bercak
coklat pada bagian-bagian tanaman budidaya. Penyakit tersebut bisa dikendalukan
dengan berbagai cara, salah satunya dengan sanitasi lahan dan sistem irigasi
seacara rutin.

Kata kunci: Cendawan, OPT, Tanaman


BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Pakpahan (2019), tanaman memiliki kerentanan terhadap serangan
atau pengaruh dari berbagai jenis organisme, salah satunya yaitu organisme
pengganggu tanaman (OPT). Organisme pengganggu tanaman memberikan
pengaruh negatif berupa kerusakan dan permasalahan terhadap tanaman yang
terserang. Dampak yang diterima oleh tanaman yang terserang oleh OPT yaitu
berupa kerusakan ekologi, fisiologi, biokimia dan ekonomi bagi petani.
Organisme pengganggu tanaman memiliki beberapa macam, yaitu cendawan,
bakteri, virus, gulma, dan nematoda. Cedawan adalah salah satu organisme yang
dapat memberikan dampak negatif besar bagi tanaman petani sehingga disebut
parasit. Cendawan yang hidup pada tanaman inangnya akan menyebabkan
penyakit maka dari itu disebut sebagai patogen. Patogen tanaman sering
diklasifikasikan sebagai nekrotrofik dan biotrofik. Patogen nekrotrofik yaitu
patogen yang memanfaatkan substrat yang ada pada inangnya sehingga patogen
dapat membunuh inangnya secara perlahan. Patogen bitrofik yaitu patogen
bertindak sebagai parasit pada tanaman inangnya menggunakan molekul efektor
yang merusak sistem kekebalan inangnya sehingga patogen akan berkuasa untuk
mendapatkan substrat yang berasal dari tanaman inangnya (Pétriacqet al., 2016).
Menurut Permana dan Rustiani (2016), cendawan merupakan mikroorganisme
heterotrof sehingga dapat memproduksi makanannya sendiri tanpa melakukan
fotosintesis dikarenakan tidak memiliki klorofil. Cendawan memiliki struktur
yang terdiri dari hifa atau benang halus yang saling berkaitan antaran satu dengan
lainnya yang disebut dengan miselium.Cendawan memiliki dua jenis
miseliumyang berbeda, yaitu miselium vegetatif dan miselium fertil. Miselium
vegetatif memiliki fungsi dalam menyerap nutrisi yang diperlukan oleh cendawan
dan miselium fertil memiliki fungsi untuk memperbanyak diri. Cendawan dapat
tumbuh di lingkungan dalam keadaan dua sifat, yaitu sebagai parasit dan saprofit.
Cendawan parasit yaitu cendawan yang mengambil nutrisi dari tanaman inangnya
sebagai pasokan makanan sehingga dapat merugikantanaman inangnya,
sedangkan cendawan saprofit yaitu cendawan yang mengambil nutrisi untuk
pasokan makanannya dari benda mati yang sudah teruraikan sehingga tidak
menimbulkan efek negatif bagi organisme lainnya. Cendawan yang tidak
merugikan organisme lainnya yaitu seperti cendawan entomopatogen,
dikarenakan cendawan ini di lingkungan memiliki peran sebagai agen hayati
untuk menjaga populasi serangga dengan cara menginfeksi melalui saluran
pencernaan sehingga serangga mengalami gangguan hingga mengalami kematian.
Menurut Saranya et al., (2017), cendawan parasit dan saprofit dapat hidup
diberbagai kondisi lingkungan sehingga cendawan dapat ditemui diberbagai
wilayah, seperti pada tanaman tanah dan air, biji-bijian, tubuh hewan dan tubuh
manusia. Cendawan parasit pada umumnya akan menyerang komponen biotik
seperti tanaman, hewan dan manusia. Cendawan parasit pada umumnya mudah
dalam menyerang tanaman terutama pada benih tanaman. Benih tanaman yang
rusak sangat rentan terserang cendawan sehingga benih tersebut akan membawa
cendawan hingga menjadi tanaman baru, kemudian tanaman baru akan
menghasilkan benih dan dimanfaatkan untuk keperuan lain. Keadaan tersebut
menyebabkan efek samping negatif bagi banyak lingkup kehidupan sehingga
keberadaan cendawan parasit sangat diminimalisirkan dalam komponen biotik
maupun abiotik. Komponen biotik terutama pada tanaman akan mempengaruhi
fase pertumbuhan hingga tanaman menghasilkan hasil produksinya (Shade et al,
2017).
Menurut Hausufa dan Aloysius (2018), cendawan sangat rentan menyerang
benih dengan keadaan yang lembab. Keadaan benih yang lembab menjadi salah
satu media yang sangat cocok sebagai tempat pertumbuhan dari cendawan,
apabila keadannya semakin lembab dan kadar air meningkat maka yang terjadi
yaitu dapat menyebabkan proses pertumbuhan cendawan semakin cepat sehingga
persebaran benih terinfeksi juga cepat menyebar. Penanganan yang perlu
dilakukan supaya benih tanaman tidak terserang oleh cendawan dan lama dalam
penyimpanan maka perlu dilakukan metode pengeringan. Proses pengeringan ini
dilakukan dengan mengurangi kadar air di dalam benih sehingga kemampuan
daya tahan simpan benih lebih lama, tidak mudah terserang oleh patogen, dan
memiliki nilai ekonomi tinggi (Nurtjahja et al., 2017).

1.2 Tujuan Praktikum


Dapat mengenali dan membeda-bedakan macam-macam gejala yang
disebabkan oleh jamur OPT dan cara isolasi serta purifiaksi jamur patogen.
BAB 2. BAHAN DAN METODE

2.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Praktikum Bioekologi OPT acara 5. Bioekologi Cendawan dilakukan secara


individu dari anggota kelompok 4. Ada beberapa daerah yang dijadikan penelitian
oleh setiap anggota, yakni Jember, Lumajang, dan Nganjuk. Waktu yang
digunakan saat penelitian bervariasi, rata-rata penelitian dilakukan pagi, siang dan
sore.

2.2. Alat dan Bahan

Praktikum acara 5. Bioekologi Cendawan membutuhkan beberapa alat untuk


mendukung berjalannya penelitian, yakni handphone yang digunakan untuk
mengambil gambar dokumenstasi dan memvideo, serta alat tulis untuk mencatat
hasil sementara dari penelitian; sedangkan untuk bahan, penelitian ini
membutuhkan beberapa tanaman pada lahan budidaya yang terserang cendawan
parasit.

2.3. Metode Penelitian

Praktikum acara 5. Bioekologi Cendawan menggunakan metode deskriptif


kualitatif untuk mendeskripsikan gejala yang dialami oleh tanaman yang terserang
cendawan; sedangkan untuk pengambilan data dilakukan secara observasi yang
ditemukan pada suatu lahan. Penelitian ini juga dilakukan pengambilan
dokumentasi dari tanaman yang terseran cendawan yang ditemukan oleh setiap
anggota kelompok 4 dengan menggunakan handphone.
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Pengataman


Tabel 1. Data Tanaman Terserang Jamur
No. Dokumentsi Keterangan

1. Gejela Serangan:
- Daun tanaman terkulai
kemudian menguning
- Pangkal batang yang berada
dekat permukaan tanah
membusuk dan berwarna cokelat
- Tanaman menjadi layu dan mati

Tanaman Tembakau
(Nicotiana tabacum)
2. Gejala Serangan:
- Gejala awal ditandai dengan
adanya bercak cokelat
kehitaman pada buah yang
kemudian berubah membusuk
dan akhirnya berjatuhan
- Daun berubah menjadi klorotik
dan kemudian layu
Tanaman Terong
(Solanum indicum)
3. - Tanaman: Cabai (Capsium
frutescens)

- Cendawan: Colletotricum
capsici
- Penyakit: Antraknosa

- Gambar 1: Menunjukkan
terdapat serangan yang berapa
pada daun tanaman cabai.

- Gejala yang dialami:

a. Bercak coklat kering.


Gambar 1
b. Daun mengalami
kekeringan.

- Gambar 2: Menunjukkan
terdapat kerusakan pada buah
cabai.

- Gejala yang dialami:

a. Terdapat bercak cokelat


kehitaman yang kemudian
akan meluas.

Gambar 2 b. Terdapat titik-titik berwarna


hitam pada bagian tengah
bercak.

c. Buah dapat mengerut,


mengering dan busuk lunak.
4. - Tanaman: Jagung (Zea mays)
- Cendawan: Peronosclerospora
maydis
- Penyakit: Bulai jagung
- Gambar 1: Menunjukkan
adanya serangan pada daun
jagung yang menyebabkan
gejala berupa perubahan warna
dari hijau menjadi wanra putih.
5. - Tanaman : Buah Naga
( Selenicereus undatus)
- Cendawan : Fusarium solani
- Gejala :
a. Batang tanaman tampak
layu.
b. Batang tanaman busuk serta
berwarna coklat.

6. - Tanaman : Terung
- Cendawan : Alternaria sp.
- Gejala :
a. Ada nya luka-luka dengan
earna gelam dan tepian
kuning pada daun.
b. Daun mengalami nekrosis.

7. Tanaman: Padi (Oryza sativa)

Cendawan: Drechslera oryzae

Penyakit: Bercak coklat daun padi

Gejala:

- Bercak coklat kecil padadaun


Bercak coklat daun padi padi;
- Daun akan mengering dan tidak
bisa tumbuh malai.
8. Tanaman: Padi (Oryza sativa)

Cendawan: Sclerotium oryzae

Penyakit: Busuk batang padi

Gejala:

- Lesi kecil hitam kecoklatan pada


Busuk batang padi batang;
- Batang padi membusuk;
Padi roboh.

3.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengataman ditemukan beberapa gejala serangan
jamur atau cendawan pada beberapa tanaman. Tanaman tembakau terserang
penyakit lanas yang disebabkan oleh jamur. Jamur yang menyerang tanaman
tembakau tersebut adalah Phytopthora nicotianae. Menurut Semangun dalam
Suhara dan Hidayah (2020) penyakit lanas yang disebabkan oleh jamur
Phytopthora nicotianae merupakan salah satu penyakit utama pada tembakau.
Jamur ini termasuk kelompok jamur Oomycetes. Spora jamur P. nicotianae
mampu bertahan di dalam tanah selama bertahun-tahun, saat terdapat inang spora
akan berkecambah menjadi zoospora. Dengan bantuan air, zoospora bergerak
menuju akar tanaman tembakau, kemudian melakukan penetrasi jaringan akar
sehingga terjadilah infeksi pada tanaman.
Penyakit lanas merupakan penyakit yang infeksinya pada tanaman dapat
terjadi di akar dan batang mulai dari pembibitan hingga tanaman dewasa dan layu
sebelum tanaman cukup umur untuk dipanen. Gejala serangan penyakit lanas pada
tanaman tembakau dapat dibagi dalam 3 tipe : Tipe 1; daun tanaman yang masih
berwarna hijau mendadak terkulai layu dan akhirnya mati, pangkal batang yang
berada dekat permukaan tanah membusuk dan berwarna cokelat yang apabila
dibelah akan tampak bagian empulur tanaman ‘mengamar’, Tipe 2; daun tanaman
terkulai kemudian menguning, tanaman menjadi layu dan mati, Tipe 3; muncul
gejala nekrosis berwarna gelap terang dan apabila daun yang telah dipanen
diproses, maka warnanya akan menjadi lebih cokelat dibandingkan daun yang
normal. Pada kondisi yang mendukung, tanaman tembakau yang rentan akan
mengalami kelayuan dan mati dalam waktu satu minggu. Sedangkan pada
tanaman tembakau tahan, penyakit lanas berkembang secara lambat dan gejala
serangan muncul setelah cukup lama terjadi infeksi patogen (Suhara dan Hidaya,
2020).
Pada tanaman terong terserang penyakit busuk buah yang disebabkan
oleh serangan jamur atau cendawan. Busuk buah pada terong disebabkan oleh
Jamur Phomopsis vexans. Jamur bertahan hidup di sisa-sisa tanaman dan sporanya
disebarkan oleh angin dan hujan ke tanaman yang sehat. Spora tersebut juga
terbawa ke dalam dan pada biji. Serangan pada buah oleh P. vexans menyebabkan
buah terong berwarna coklat seperti busuk, namun tidak lembek dan berbau
karena tidak terjadi infeksi sekunder oleh bakteri. Gejala awal biasanya muncul
bercak seperti antraknosa pada buah, lama kelamaan bercak menyebar
menyebabkan kulit buah menjadi berwarna coklat dan tidak rata, serta bagian
dalam buah menghitam dan tidak dapat dikonsumsi. Selain itu, gejala lain akibat
serangan jamur tersebut muncul pada daun. Daun yang terinfeksi parah berubah
menjadi klorotik dan kemudian layu (Basri dkk., 2020).

Berdasarkan hasil yang telah didapat dari pengamatan, menunjukkan


terdapat dua tanaman yang terserang oleh jenis cendawan yang berbeda-beda dan
mengakibatkan efek yang berbeda juga. Tanaman pertama yaitu cabai yang
terserang oleh cendawan Colletotricum capsici dan Gleosporium sp. dan
menyebabkan penyakit antraknosa. Tanaman kedua hasil dari pengamatan yaitu
jagung yang terserang oleh cendawan Peronosclerospora maydis dan
menyebabkan penyakit bulai jagung.
Tanaman cabai (Capsium frutescens) terserang oleh cendawan
Colletotricum capsici yang menyebabkan penyakit antraknosa yang menyebabkan
bekas luka pada tanaman cabai yang terserang. Penyakit antraknosa merupakan
penyakit yang sangat merugikan tanaman cabai dikarenakan menyerang hampir
seluruh bagian tanaman cabai, seperti terdapat bercak pada daun, buah mengalami
bercak hitam, buah mengalami kerontokan sebelum matang, buah mengalami
kebusukan, dan terhambatnya proses metabolisme yang dapat mengurangi kualitas
dan kuantitas dari tanaman cabai. Penularan penyakit antraknosa dapat melalui
hembusan angin, alat pertanian, cipratan air, cipratan penyemprotan pestisida, dan
manusia yang dapat menularkan tanaman yang terkena penyakit ke tanamn
lainnya. Cendawan Colletotricum capsici menyerang tanaman cabai dengan cara
merusak dinding sel sehingga menyebabkan proses metabolism tanaman
terhambat dan mengakibatkan semua komponen tanaman cabai terganggu. Cara
pengendalian dari penyakit ini yaitu menggunakan bibit tanaman tahan penyakit,
mengatur jarak tanam untuk menghindari kelembaban udara, menggunakan mulsa
dan menggunakan fungisida secara tepat (Hamidson dkk., 2018).
Tanaman jagung (Zea mays) terserang oleh cendawan
Peronosclerospora maydis yang menyebabkan penyakit bulai daun. Cendawan
Peronosclerospora maydismenyerang bagian daun hingga menyebabkan bekas
luka dan warna daun berubah menjadi kuning pucat bergaris hingga luka tersebut
berubah warna menjadi cokelat kering. Penyakit ini membuat tanaman jagung
mengalami penuruan kualitas dikarenakan dalam mekanis penyerangannya yaitu
secara sistematik dan merusak tanaman dengan mengambil nutrisi sehingga
tanaman jagung akan mengalami kerugian dalam kurun waktu yang singkat.
Cndawan Peronosclerospora maydis dapat menular melalui perantara angin yang
kemudian menempel pada permukaan daun dan masuk ke dalam jaringan tanaman
melalui stomata sehingga cendawan tersebut berkembangbiak dan menyebabkan
infeksi secara sistematik. Cendawan ini bersifat parasit obligat yang memiliki arti
bahwa hanya menyerang tanaman inangnya saja, tetapi terdapat kemungkinan
masih akan terjadi penyebaran antar tanaman jagung lainnya (Pakki dkk., 2019).
Cara pengendalian bulai daun supaya tidak berkembang yaitu dengan melakukan
pergiliran tanaman, memberi perlakukan kepada benih berupa fungisida untuk
mematikan jamur, dan melakukan pengamatan secara rutin dengan tujuan ketika
terdapat tanaman yang terserang maka akan langsung dibasmi supaya tidak
menularkan kepada tanaman disekitarnya.

Salah satu jamur yang menyerang tanaman buah naga adalah jamur
Fusarium sp. Jamur ini bisa bertahan lama didalam tanah dalam bentuk
klamidospora yang tertinggal pada akar tanaman yang sakit. Jamur ini masuk dan
menjadi parasit tanaman melalui akar tanaman yang terluka lalu patogennya akar
berkembang ke jaringan tanaman dan mulai merusak tanaman. Pada serangan
yang lebih luas maka miselium dari jamur ini akan menginfeksi tanaman hingga
jaringan pembuluh. Jamur akan memperbanyak sporanya di dalam jaringan.
Kemudian, jamur lain yang menjadi pathogen pada tanaman adalah jamur
Alternaria solani yang menyebabkan penyakit bercak coklat pada tanaman
kentang, terung dan cabai. Serangan patogen ini dapat mengakibatkan kerugian
hingga 50 % karena pertumbuhan tanaman terhambat serta buah yang dihasilkan
kecil dan busuk.

Jamur Alternaria solani menginfeksi daun atau batang dengan cara


langsung menembus kutikula. Jamur ini dapat berkecambah pada suhu 6-34 ᵒ C
dan proses infeksi pada tanaman bisa semakin cepat jika kondisi basah dan
kondisi kering saling berganti dalam periode singkat. Penanganan dari serangan
jamur ini bisa dilakukan dengan cara menanam varietas yang tahan. Jika jamur
menyerang tanaman pada usia yang masih muda maka tanaman bisa mati karena
belum memiliki senyawa metabolit yang cukup untuk melawan penyakit.
Berbagai metabolit sekunder yang biasanya terrapat pada tanaman guna melawan
penyakit antara lain senyawa fenolik, phytoalexins, inhibitor protease, dan
glycoalkaloids.

Penyakit bercak coklat yang disebabkan Drechslera oryzae, merupakan


salah satu penyakit utama pada padi. Salah satu penyebab timbulnya penyakit ini
ialah kurang baiknya kondisi lahan pertanian. Jamur berada di jerami maupun
gabah, dan akan menyebar melalui angin. Drechslera oryzae akan menginfeksi
daun melalui stomata, gejala akan nampak setelah 24 jam terinfeksi. Gejala yang
dialami oleh tanaman yang pertama ialah timbulnya bercak berbentuk oval dan
berwarna coklat pada daun, selanjutnya terdapat titik abu-abu dengan tepi bercak
berwarna coklat kemerahan (Fifi, 2020). Tanaman yang terserang parah, daunnya
akan mengering dan malai tidak bisa tumbuh dari pelepah daun bendera. Hal itu
akan menurunkan kuantitas dan kualitas hasil panen, dengan kondisi deperti itu
akan menimbulkan kerugian yang cukup besar. Salah satu pengendalian atau
pencegahan dari penyakit ini ialah dengan menanam varietas yang tahan penyakit
dan selalu mengupayakan budidaya secara bersih dan baik.

Busuknya batang padi disebabkan oleh jamur Sclerotium oryzae. Penyakit


tersebut menyebar di seluruh daerah yang memiliki iklim tropis dan iklim sedang.
Jamur ini berada di dalam tanah, ketika kondisi yang mendukung sporanya akan
terbawa melalui air mengenai daun padi. Spora juga bisa menginfeksi pangkal
batang, infeksi tersebut membuat daun menjadi rusak dan terkulai. Infeksi ini
berlanjut menerus ke pelepah dan pada akhirnya menginfeksi batang. Batang yang
terserang akan terdapat lesi hitam kecoklatan, lalu batang akan membusuk dan
roboh. Busuk batang padi sangat merugikan bagi hasil pertanian dikarenkan
tanaman padi akan rebah dan pada akhirnya mati. Faktor pendukung adanya
penyakit ini adalah kelembapan yang tinggi, sisa-sisa tanaman yang membusuk
pada lahan, dan berlebihan dalam penggunaan pupuk (Nuryanto, 2018). Salah satu
pengendalian busuk batang padi bisa dilakukan dengan cara sanitasi pada lahan.
BAB 4. KESIMPULAN

Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) adalah organisme yang mampu


menyebabkankerusakan tanaman dan bahkan dapat menyebabkan kematian pada
tanaman.Salah satu yang tergolong dari OPT ialah cendawan parasit, dikarenakan
hidup dan menyukupi kebutuhan nutrisi dari inangnya. Cendawan yang hidup
pada tanaman inangnya juga akan menyebabkan penyakit, sehingga akan
merugikan dalam budidaya. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh cendawan
ialah bercak coklat pada daun tanaman. Apabila sudah terserang parah, penyakit
yang disebabkan oleh cendawan bisa mengakibatkan kematian pada tanaman.
Pengendalian yang dapat dilakukan ialah dengan cara sanitasi lahan dan irigasi,
kondisi lahan dan irigasi yang baik diyakini bisa mengendalikan cendawan
parasit.
DAFTAR PUSTAKA

Basri, M. H., Mahmudi, A., Vendyansyah, N. (2020). Perbandingan Metode


Dempster Shafer Dan Certainty Factor Untuk Diagnosis Penyakit Tanaman
Terong (Studi Kasus Dusun Kejoren, Desa Gerbo, Kec. Purwodadi). JATI
(Jurnal Mahasiswa Teknik Informatika). 4(1): 230-238.

Hamidson, H., Suwandi S., dan Effendy T. A. 2018. Penyakit Antraknosa


(Colletotrichum spp.) pada Tanaman Cabai di Kabupaten Ogan Ilir.
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2018. 129-137.

Hausufa, A., &Aloysius, R. 2018. Cendawan Patogen Pada Beberapa Varietas


Jagung Di Kabupaten Timor Tengah Utara. Savana Cendana. 3(02): 21-23.
Kalay, A. M., Patty, J., & Sinay, M. (2015). Perkembangan Alternaria solani pada
tiga varietas tanaman tomat. Agrikultura, 26(1).

Nurtjahja, K., Okky S. D., Winiati P. R, and Rizal. S. S. N. 2017. Fungal


Population of Nutmeg (Myristica fragrans) Kernels Affected by Water
Activity during Storage. Agritech. 37(3): 288-294.

Nuryanto, B. 2018. Pengendalian Penyakit Tanaman Padi Berwawasan


Lingkungan melalui Pengelolaan Komponen Epidemik. Jurnal Penelitian
dan Pengembangan Pertanian. 37(1): 1-8.
Pakki, S., Aminah, Sudjak, S., dan Amran, M. 2019. Pengaruh Kombinasi
Varietas Tahan dan Fungisida Metalaksil terhadap Insidensi Penyakit Bulai
Peronosclerospora philippinensis pada Jagung. Penelitian Pertanian
Tanaman Pangan. 3(2): 91-99.

Pakpahan, A. V. 2019. Implementasi Metode Forward Chaining Untuk


Mendiagnosis Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Kopi.Simetris. 10(1)
: 117-126.

Permana, N. D dan Rustiani, U. S. 2016. Modul Identifikasi Cendawan Penyebab


Penyakit Tanaman. Yogyakarta: Deepublish.

Pétriacq, P., Josst H. M., Jurriann T. Spore Density Determines Infection Strategy
by the Plant Pathogenic Fungus (Plectosphaerella cucumerina). Plant
Physiology. 170: 2325-2339.

Saranya, R., Anadani, V. B., Akbari, L. F., & Vanthana, M. 2017. Management
Of Black Mold Of Onion [Aspergillus Niger (Van Teigh)] By Using Various
Fungicides. Int. J. Curr. Microbiol. App. Sci. 6(3): 1621-1627.
Shade, A., Jacques, M. A., & Barret, M. 2017. Ecological Patterns Of Seed
Microbiome Diversity, Transmission, And Assembly. Current Opinion In
Microbiology. 37: 15-22.

Sholihah, R. I., Sritamin, M. A. D. E., & Wijaya, I. N. (2019). Identifikasi Jamur


Fusarium solani yang Berasosiasi dengan Penyakit Busuk Batang pada
Tanaman Buah Naga (Hylocereus sp.) Di Kecamatan Bangorejo, Kabupaten
Banyuwangi. Agroekoteknologi Tropika, 8(1), 91-102.

Simanjuntak, FAS. 2020. “Pemetaan Penyakit Bercak Coklat Sempit (Cercospora


Oryzae Miyake) pada Tanaman Padi (Oryza Sativa L.) di Sumatera
Utara”.Skripsi. Sumatera Utara: Universitas Sumatera Utara.
Suhara, C., Hidayah, N. (2020). Resistensi Galur-galur Tembakau Kasturi
Terhadap Phytophthora nicotianae, Ralstonia solanacearum dan Cucumber
Mosaic Virus. Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri. 12(1):
22-33.
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2

Anda mungkin juga menyukai