Anda di halaman 1dari 18

Pacaran ala Santri....

(Fika Ahdina Sari)

Gaya Pacaran Mahasiswa-Mahasiswi Santri Pondok Pesantren di


Yogyakarta
Oleh:
Fika Ahdina Sari
E-mail: fikaahdina21@gmail.com
Pendidikan Sosiologi – Fakultas Ilmu Sosial – Universitas Negeri Yogyakarta

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pandangan dan gaya pacaran mahasiswa-
mahasiswi santri di tengah nilai dan norma dalam lingkungan pondok pesantren mahasiswa
di Kota Yogyakarta. Dalam mengkajinya, peneliti mengadopsi pendekatan kualitatif
deskriptif; dengan melibatkan 12 informan yang dipilih dengan kriteria, yaitu mahasiswa-
mahasiswi UIN Sunan Kalijaga dan UNY yang berstatus santri dan pernah berpacaran serta
dua pengurus pondok pesantren mahasiswa. Pengumpulan data menggunakan metode
wawancara, observasi, dokumentasi dan kepustakaan kemudian dianalisis dengan model
analisis interaktif Milles dan Hubberman. Hasil penelitian menunjukkan 1). mahasiswa-
mahasiswi santri memandang perilaku pacaran sebagai suatu proses yang wajar dijalani
dalam tahap pencarian pasangan jika itu tidak membawa pada kemaksiatan dan tidak merusak
nama baik pondok pesantren. 2). Gaya dan bentuk aktivitas pacaran meliputi pacaran jarak
dekat, jarak jauh, pacaran diketahui orang tua dan tidak diketahui. Adapun aktivitasnya
berbentuk non-fisik seperti pernyataan verbal/ komunikasi, pengungkapan diri, pemberian
hadiah, saling bertemu dan jalan bersama. Selain itu dalam bentuk fisik seperti bergandengan
tangan meskipun belum/tidak menjurus kepada hubungan seksual pranikah.
Kata Kunci: Pacaran Mahasiswa, Santri Mahasiswa, Pesantren Mahasiswa.

Jurnal Pendidikan Sosiologi/1


Pacaran ala Santri.... (Fika Ahdina Sari)

Dating Style of Santris at Islamic Boarding School as College Students in Yogyakarta


By:
Fika Ahdina Sari
E-mail: fikaahdina21@gmail.com
Sociology Education – Faculty of Social Sciences – Yogyakarta State University

ABSTRAC

This research aims to know the viewpoint and dating styles of the santris as a college
students amids the norm and value in their boarding school neighborhood in Yogyakarta. In
this study, the researcher using qualitative descriptive approach; including the participation of
12 informants that selected based on criteria that they were college students of Sunan
Kalijaga Islamic University of Yogyakarta and Yogyakarta State University that also are
santris, was having/had a relationship, and becoming the part of staff in their boarding school.
Data inquirement using methods of interview, observation, documentation, and literature,
then analysed using Milles and Hubberman interactive analysis method. This study shows
that 1). The santris sees the dating behavior as something normal towards the partner search
as long as it doesn’t leads to maksiat (sex) and doesn’t disgrace the name of their boarding
school. 2). The santris’ dating styles and forms are short distance dating, long distance
relationship, dating as known by their parents, and backstreet. As for the activity forms are
non-physical including verbal statement/communicate, self-disclosure, gift-giving, meeting
each other, and having a date. The other is physical form like holding hands although it
doesn’t leads to pre-marriage sex.
Keywords: college students’ dating, santris college students, students boarding school.

Jurnal Pendidikan Sosiologi/2


Pacaran ala Santri.... (Fika Ahdina Sari)

A. PENDAHULUAN menahan nafsu syahwat dan akan


menjadikan pertemuan kaum perempuan
Fenomena pacaran dikalangan anak
dan laki-laki sebagai sesuatu yang biasa
muda maupun mahasiswa-mahasiswi
(Abdullah, 1992: 46).
umumnya banyak ditemui dan sudah tidak
asing lagi keberadaannya di lingkungan Pandangan pacaran bagi setiap
masyarakat saat ini, tak terkecuali pada individu berbeda-beda, begitu pula di
mahasiswa-mahasiswi yang juga berstatus masyarakat. Terlebih saat ini masyarakat
santri pondok pesantren, banyaknya santri- mulai terbuka akan perubahan zaman di
santri pondok pesantren yang berperilaku segala aspek, tak terkecuali pada
pacaran baik antar sesama santri maupun kehidupan sosial seperti hal nya perilaku
diluar santri pondok pesantren. pacaran yang saat ini mendominasi
dikalangan anak muda. Realitas inilah
Masa pacaran merupakan masa
yang berkembang di masyarakat sehingga
yang paling menarik, sehingga pada masa
perilaku berpacaran tersebut bisa saja
itu seseorang mulai menjalin hubungan
bukan lagi sebagai suatu masalah, perilaku
secara khusus dengan lawan jenisnya.
pacaran yang terus berkembang mengikuti
Masa ini merupakan usaha seseorang
perkembangan zaman yang semakin maju,
untuk memilih calon pasangan hidupnya.
tidak hanya menimbulkan dampak positif
Pada umumnya perilaku pacaran ini berarti
tetapi juga dampak negatif. Terlebih saat
setiap individu saling bercinta dan
ini perilaku pacaran dikalangan anak muda
kemudian melangkah menuju pertunangan
maupun mahasiswa-mahasiswi banyak
hingga akhirnya menuju pada pernikahan
yang menuai permasalahan salah
(Muhyidin, 2008).
satunyanya yang dapat mengarah pada
Pacaran merupakan proses perilaku seks bebas. Seperti pada hasil
perkenalan antara dua insan manusia yang penelitian Rony (2008) adanya hubungan
biasanya berada dalam rangkaian tahap positif antara pacaran dengan perilaku
pencarian kecocokan menuju kehidupan seksual pranikah, hubungan positif berarti
berkeluarga yang dikenal dengan bahwa pacaran yang dilakukan remaja
pernikahan. Pergaulan yang mereka sebut akan semakin mengarah pada perilaku
dengan pacaran ini telah lumrah terjadi hubungan seksual pranikah, begitu juga
dikalangan remaja dengan dalih bahwa sebaliknya.
pergaulan sepasang manusia yang
Perilaku berpacaran ini mungkin
berlainan jenis itu dapat mendidik naluri,
bukan merupakan masalah bagi sebagian

Jurnal Pendidikan Sosiologi/3


Pacaran ala Santri.... (Fika Ahdina Sari)

orang, akan tetapi berbeda hal nya dengan melakukan hubungan seksual 6,2%. Dari
perilaku pacaran di kalangan santri pondok data tersebut dapat dilihat tingginya
pesantren dalam pembelajaran yang perilaku seks pranikah yang dilakukan
berbasic agama Islam yang lebih mengenal mahasiswa yang berawal dari kegiatan
istilah ta’aruf dan khitbah untuk istilah pacaran.
percintaan antara laki-laki dan perempuan
Melihat fenomena yang terjadi saat
yang sesuai dengan ajaran syariat Islam.
ini, seringkali makna pacaran disalah
Adanya anggapan dan pandangan gunakan sebagai ajang pelampiasan nafsu,
mengenai pacaran ini tidak sesuai dengan ajang pertunjukan rasa gengsi, ajang
nilai-nilai agama Islam dan ajaran pondok popularitas serta ajang untuk mendapatkan
pesantren itu sendiri. Perilaku pacaran keuntungan secara pribadi dan lain-lain.
lebih dipandang negatif dan lebih bebas Sedangkan esensi dari pacaran tersebut
melakukan apa saja yang dikehendaki memudar bahkan cenderung mengarah
bahkan dapat membawa pelaku kepada pada perilaku seksual pranikah yang mana
perzina-an, zina dalam agama Islam tidak menurut Simkin (dikutip dari Sarwono,
hanya berhubungan “intim” selayaknya 2006), perilaku seksual adalah segala
suami istri tapi juga hal-hal yang mengarah tingkah laku yang didorong oleh hasrat
dan mendekati seks pranikah seperti seksual yang baik dengan lawan jenisnya
berdua-duaan ditempat yang sepi, maupun dengan sesama jenis. Bentuk-
bergandengan tangan, berpelukan, bentuk tingkah laku ini bermacam-macam,
mencium kening, leher hingga bibir mulai dari adanya perasaan tertarik sampai
sampai meraba bagian tubuh, hingga tingkah laku berpacaran/berkencan,
akhirnya berhubungan seks. Hal ini bercumbu dan bersenggama. Tentu saja hal
diperkuat oleh hasil studi PKBI ini tidak sesuai dengan nilai-nilai dan
(Perkumpulan Keluarga Berencana norma yang ada di masyarakat Indonesia
Indonesia) Jawa Tengah dan DIY (2008) dan tidak sesuai dengan ajaran syariat
juga menjelaskan tentang perilaku seksual agama Islam yang diajarkan di pondok
mahasiswa diketahui bahwa mahasiswa pesantren.
melakukan aktivitas berpacaran dengan
B. KAJIAN PUSTAKA
mengobrol 100%, berpegangan tangan
80% mencium pipi atau kening 69% Pengertian pacaran dikemukakan

,mencium bibir 51%, mencium leher 28% oleh Knight dengan mendefinisikan

meraba dada dan alat kelamin 22% dan berpacaran dalam arti sepenuhnya dimana

Jurnal Pendidikan Sosiologi/4


Pacaran ala Santri.... (Fika Ahdina Sari)

hal tersebut menyangkut hubungan antara maupun mahasiswa saat ini banyak
seorang pria dengan wanita (dalam El- mengalami perubahan dari masa ke masa.
hakim, 2008: 3). Pacaran itu sendiri Gaya pacaran terus mengalami perubahan
merupakan proses perkenalan antara dua dari waktu ke waktu. Tren pacaran
insan manusia yang biasanya berada dalam memiliki variasi dalam pelaksanaannya
rangkaian tahap pencarian kecocokan dan sangat dipengaruhi oleh tradisi
menuju kehidupan berkeluarga yang individu-individu dalam masyarakat yang
dikenal dengan pernikahan. Pada terlibat. Seperti halnya di Indonesia,
kenyataannya penerapan proses tersebut dahulu pacaran merupakan suatu hal yang
masih sangat jauh dari tujuan yang tabu, dan tidak sesuai dengan budaya
sebenarnya. Manusia yang belum cukup Indonesia yang mayoritas masyarakatnya
umur dan masih jauh dari kesiapan beragama Islam, pacaran dianggap tidak
memenuhi persyaratan menuju pernikahan sesuai dengan nilai norma agama Islam.
telah dengan nyata membiasakan tradisi Azca (2011), masyarakat Indonesia lebih
yang semestinya tidak mereka lakukan (El- mengenal sistem perjodohan dalam hal
hakim, 2008: 5). pencarian pasangan hidup. Istilah pacaran
mulai berkembang di Indonesia sejak
Adapun Hamzah (2004: 24)
tahun 70-an sebagai ganti ungkapan
mengungkapkan fase atau tahapan-tahapan
tentang muda-mudi yang saling mencintai.
terjadinya pacaran tersebut adalah:
pertemuan, perkenalan, pendekatan dan Di zaman modern ini, persepsi
pengungkapan. Pacaran merupakan hal pacaran mulai berubah menjadi hal yang
yang dilakukan oleh sebagian besar orang lumrah bahkan menjadi tren. Bagi
terutama di kalangan anak muda maupun sebagian kalangan remaja maupun anak
mahasiswa saat ini, baik yang bertujuan muda, pacaran sudah dianggap menjadi
untuk menikah ataupun hanya sebagai suatu kebutuhan. Seperti dalam penelitian
wadah untuk menikmati masa muda Sri (2007), fungsi pacaran bagi kalangan
mereka, dimana mereka sebenarnya ada remaja maupun mahasiswa yaitu : 1).
yang tidak tahu bagaimana hukum pacaran Mencari pasangan untuk menikah. 2).
yang benar menurut agama. Mendapatkan teman untuk curhat/
menceritakan masalah pribadi. 3). Sebagai
Selain itu akibat dari pacaran juga
tempat untuk berbagi. 4). Meningkatkan
tidak jarang yang menimbulkan konflik
motivasi belajar. 5). Sebagai ajang
dan juga merugikan berbagai pihak.
Seperti halnya pacaran dikalangan remaja

Jurnal Pendidikan Sosiologi/5


Pacaran ala Santri.... (Fika Ahdina Sari)

pembuktian cukup menarik kepada teman- Adapun pendapat Kinsey dalam


teman sosialnya. (Dessy, 2015) mengenai perilaku seksual
meliputi 4 tahap yaitu :
Maka dari itu adanya pergeseran
makna serta tujuan dari esensi pacaran 1).Bersentuhan, touching, dari
yang sebelumnya. Jika orang dulu pacaran berpegangan tangan sampai berpelukan
sembunyi-sembunyi dan masih merasa 2).Berciuman, kissing, mulai dari
malu jalan berdua-duan dengan berciuman singkat hingga berciuman
pasangannya di tempat umum, maka bibir
remaja sekarang terang-terangan 3).Bercumbu, petting, menyentuh bagian
menunjukan status pacarannya di khalayak sensitive dari tubuh pasangan dan
umum. Hal tersebut merubah pandangan mengarah pada pembangkitan gairah
masyarakat terhadap pacaran, makna seks
pacaran yang positif yaitu sebagai proses 4). Hubungan kelamin atau sex
pencarian pasangan untuk ketahap
Namun, yang terjadi saat ini
menikah kini diwarnai dengan pandangan-
banyaknya kalangan remaja maupun
pandangan negatif terlebih banyaknya
mahasiswa gaya berpacaran sudah mulai
kasus-kasus atau dampak negatif dari
berubah, bahkan lebih cenderung ke arah
perilaku tersebut yang mengarah pada
perilaku seksual. Padahal, norma
perilaku seks pranikah. Stenzel dan
masyarakat Indonesia belum mengijinkan
Kriggis dalam (Muhyidi, 2008: 32)
adanya perilaku seksual yang mengarah
perilaku seks pranikah merupakan segala
kepada hubungan seksual pra nikah
bentuk perilaku yang didasari oleh
demikian pula norma agama-agama di
dorongan seksual dan berhubungan dengan
Indonesia. Seperti dalam penelitian yang
fungsi reproduksi atau yang merangsang
dilakukan oleh Mariana (2007) mengenai
sensasi di sekitar organ-organ reproduksi
gaya berpacaran mahasiswa dalam
untuk mendapatkan kenikmatan atau
aktivitasnya yaitu sudah mengarah pada
kesenangan seksual yang dilakukan oleh
perilaku seksual mulai dari berpegangan
seorang laki-laki dan seorang perempuan
tangan, cium pipi, cium bibir, berpelukan,
sebelum adanya ikatan atau perjanjian
meraba bagian tubuh yang sensitif bahkan
sebagai suami istri secara resmi dan tidak
sampai berhubungan kelamin.
adanya keinginan atau komitmen untuk
Penyebabnya yaitu sangat kompleks mulai
membentuk sebuah keluarga.
dari perkembangan ke arah yang lebih
dewasa yang mulai tertarik pada lawan

Jurnal Pendidikan Sosiologi/6


Pacaran ala Santri.... (Fika Ahdina Sari)

jenis juga merupakan produk sampingan tersebut Berger dan Luckmann membagi
dari sistem sosial yang melingkupinya prosesdialektik fundamental terdiri dari
seperti karena pengaruh lingkungan tiga momentum, yaitu ekternalisasi,
keluarga, pergaulan sekolah maupun objektivikasi dan internalisasi.
masyarakat sekitar.
Begitu juga di lingkungan pondok
Dalam relitasnya, makna, bentuk pesantren mahasiswa, banyaknya
dan pola perilaku pacaran tergantung pada mahasiswa-mahasiswi yang berperilaku
individu bersosialisasi dengan pacaran meskipun iya sudah mengetahui
lingkungannya menurut Berger dan adanya larangan maupun batasan-batasan
Luckmann (dalam Poloma, 2013: 300-301) dalam berhubungan dengan lawan jenis
mengungkapkan bahwa “realitas terbentuk termasuk pacaran. pondok pesantren
secara sosial” Realitas yang teratur dan sebagai lembaga pendidikan yang berbasis
terpola: biasanya diterima begitu saja dan agama Islam memandang perilaku pacaran
nonproblematis, sebab dalam interaksi- merupakan perilaku yang tidak sesuai
interaksi yang terpola, realitas sama-sama dengan nilai-nilai dan norma agama dan
dimiliki orang lain. Selain itu, Berger dilingkungan pondok pesantren. Dalam
(Poloma, 2013: 302) melihat masyarakat Jefri (2008: 11-12) istilah pacaran
sebagai produk manusia dan manusia sebenarnya tidak dikenal dalam Islam.
sebagai produk masyarakat. Dalam hal ini Untuk istilah percintaan antara laki-laki
pacaran dapat disebut sebagai produk dari dan perempuan pranikah, Islam
masyarakat yang mana konstruksi sosial mengenalkan istilah ‘ta’aruf’’ atau
mengenai perilaku pacaran remaja dinilai berkenalan kemudian ‘khitbah’ yang
berbeda-beda tergantung pada konteks berarti meminang. Ketika seorang laki-laki
latar belakang sosial setiap pelaku. Dengan menyukai seorang perempuan maka ia
konteknya masing-masing setiap pelaku harus mengkhitbahnya dengan maksud
memiliki pemaknaan yang berbeda, akan menikahinya pada waktu dekat. Ada
sehingga ia mampu membentuk konstruksi perbedaan antara pacaran dan khitbah.
sosial pacaran sekaligus gaya pacarannya Pacaran belum tentu berkaitan dengan
masing-masing. Pacaran yang dilakukan perencanaan pernikahan, sedangkan
remaja mampu membentuk nilai di khitbah merupakan tahapan menuju
masyarakat, sehingga hubungan pacaran pernikahan, yang sebelumnya ta’aruf atau
tersebut bisa diterima atau ditolak oleh berkenalan antara laki-laki dan perempuan
orang-orang disekitarnya. Dalam proses tanpa bersentuhan maupun berkenalan

Jurnal Pendidikan Sosiologi/7


Pacaran ala Santri.... (Fika Ahdina Sari)

secara intim tidak seperti berpacaran. yang terdiri dari 10 informan yang pernah
(dikutip dari Romaeti, 2011). Adanya atau sedang menjalani hubungan spesial
kekhawatiran dari pondok pesanren dengan lawan jenis atau berpacaran dan 2
terhadap perilaku pacaran tersebut dapat informan dari pengurus pondok pesantren
mengarah pada zina yang mana perilaku mahasiswa di Yogyakarta.
tersebut merupakan hal yang dilarang dan
Sumber Data Penelitian
termasuk dosa besar.
a. Sumber Data Primer
C. METODE PENELITIAN
Sumber data yang langsung
Lokasi Penelitian
memberikan data kepada pengumpul data
Penelitian ini mengambil lokasi di (Sugiyono, 2008: 225). Sumber data
Yogyakarta dikarenakan Kota Yogyakarta primer berasal dari kata-kata dan tindakan
merupakan kota pelajar merupakan salah yang diperoleh saat wawancara
satu kota dengan banyaknya Perguruan berlangsung.
Tinggi dan Pondok Pesantren yang b. Sumber Data Sekunder
berkembang beriringan. Serta banyaknya Merupakan sumber yang tidak
mahasiswa yang juga sebagai santri langsung mmemberikan data kepada
pondok pesantren atau sebaliknya. pengumpul data (Sugiyono, 2008: 225)
Khususnya di lingkungan Universitas berupa jurnal ilmiah, studi kepustakaan
Negeri Sunan Kalijaga, dan Universitas baik dari media cetak ataupun media
Negeri Yogyakarta. internet dan lain sebagainya.
Teknik Pengumpulan Data
Waktu Penelitian
a. Observasi
Penelitian ini diaksanakan pada
Observasi merupakan suatu
bulan Febuari hingga April 2017.
aktivitas penelitian dalam rangka
Subyek Penelitian pengumpulan data sesuai dengan masalah
Subyek penelitian ini adalah penelitian, melalui proses pengamatan di
mahasiswa-mahasiswi UIN Sunan lapangan. Secara umum observasi berarti
Kalijaga dan UNY berusia 19-24 tahun melihat dan mengamati sendiri semua
yang juga berstatus santri pondok kegiatan yang berlangsung sesuai keadaan
pesantren yang pernah atau sedang yang memungkinkan memahami situasi
berpacaran serta pengurus dari dua pondok yang rumit (Moleong: 2004)
pesantren mahasiswa di kota Yogyakarta. b. Wawancara
Penelitian ini melibatkan 12 informan

Jurnal Pendidikan Sosiologi/8


Pacaran ala Santri.... (Fika Ahdina Sari)

Wawancara adalah percakapan a. Pengumpulan data


dengan maksud tertentu. Percakapan itu b. Reduksi data
dilakukan oleh dua pihak, yaitu c. Penyajian data
pewawancara (interviewer) yang d. Penarikan kesimpulan
mengajukan pertanyaan dan terwawancara D. PEMBAHASAN
(interview) yang memberikan jawaban atas 1. Pandangan Mahasiswa dan Mahasiswi
pertanyaan peneliti (Moleong: 2004). Santri Terhadap Perilaku Pacaran.
c. Dokumentasi Dalam penelitian ini fokus kajian
Soehartono (2004) menyebutkan tertuju pada pandangan mahasiswa-
dokumentasi adalah teknik pengumpulan mahasiswi santri pondok pesantren
data yang tidak langsung ditujukan oleh terhadap perilaku pacaran di tengah-tengah
subyek penelitian. Data yang dikumpulkan nilai-nilai dan norma ajaran pondok
dalam dokumentasi ini cenderung pesantren. Fenomena pacaran dikalangan
merupakan data sekunder karena hanya anak muda maupun mahasiswa-mahasiswi
dilakukan untuk melengkapi dan umumnya banyak ditemui dan menjadi
mendukung data yang diperlukan. suatu hal yang wajar saat ini, tak terkecuali
pada mahasiswa-mahasiswi yang juga
Teknik Pengumpulan Sampel
sebagai santri pondok pesantren.
Teknik pengumpulan sampel dalam
Bagi mahasiswa-mahasiswi UIN
penelitian ini adalah purposive sampling
Sunan Kalijaga dan UNY yang memilih
yaitu teknik pengambilan sampel sumber
pondok pesantren sebagai tempat tinggal
data dengan menggunakan pertimbangan
semasa menempuh studinya harus mampu
tertentu, seperti orang yang aktif dalam
bersosialisasi dan berperan tidak hanya
organisasi dalam penelitian ini, sehingga
sebagai mahasiswa namun juga sebagai
akan mempermudah peneliti menjelajahi
santri pondok pesantren. Dalam pondok
objek yang akan diteliti (Sugiyono, 2008:
pesantren mahasiswa yang mana proses
218-219).
pembelajarannya berbasic agama Islam
Adapun instrumen penelitian yang
adanya aturan-aturan yang berlaku
digunakan dalam penelitian ini yaiitu:
didalamnya yang sesuai dengan
Rekamana wawancara, Pedoman
karakteristik masing-masing pondok
Observasi, Pedoman Wawancara.
pesantren mahasiswa yang menanamkan
Teknik Analisis Data
nilai-nilai keagamaan dan dapat
Teknik analisis data terdapat empat
membentuk kepribadian dan karakter
komponen yaitu:
seseorang.

Jurnal Pendidikan Sosiologi/9


Pacaran ala Santri.... (Fika Ahdina Sari)

Seperti halnya mengenai perilaku tanpa bersentuhan maupun berkenalan


pacaran di pondok pesantren mahasiswa secara intim tidak seperti berpacaran.
yang tidak memungkiri adanya santri yang Adapun persamaannya keduanya
berperilaku pacaran baik antar sesama merupakan hubungan percintaan antara
santri maupun diluar santri pondok laki-laki dan perempuan yang tidak dalam
pesantren walaupun dalam ajaran pondok ikatan perkawinan (dikutip dari Romaeti,
pesantren membatasi bahkan cenderung 2011).
dilarang dalam hal berhubungan antar Banyak diantara mahasiswa-
santri maupun dengan yang bukan mahasiswi santri yang mendefinisikan
mahromnya atau pacaran karena di pacaran sebagai suatu proses pemilihan
khawatirkan akan menimbulkan fitnah dan pasangan, proses belajar, saling mengenal
membawa dampak negatif yang mengarah satu sama lain, mencintai antara laki-laki
pada perilaku zina. dan peremuan yang disertai dengan
Pondok pesantren memandang komitmen/ kesepakatan-kesepakatan untuk
perilaku pacaran sebagai suatu perilaku menjalin keseriusan dalam melanjutkan
menyimpang dan tidak sesuai dengan ketahap pernikahan. Walaupun penilaian
ajaran di pondok pesantren karena dalam terhadap perilaku pacaran anak muda saat
agama Islam tidak mengenal istilah ini banyak yang melampaui batas bahkan
‘pacaran’. Dalam Jefri (2008: 11-12) lebih bebas dalam berperilaku yang
istilah pacaran sebenarnya tidak dikenal mengarah pada perilaku seks pranikah.
dalam Islam. Untuk istilah percintaan Dalam teori konstruksi sosial Berger
antara laki-laki dan perempuan pranikah, dan Luckmann “realitas terbentuk secara
Islam mengenalkan istilah ‘ta’aruf’’ atau sosial” realitas yang teratur dan terpola:
berkenalan kemudian ‘khitbah’ yang biasanya diterima begitu saja dan
berarti meminang. Ketika seorang laki-laki nonproblematis, sebab dalam interaksi-
menyukai seorang perempuan maka ia interaksi yang terpola, realitas sama-sama
harus mengkhitbahnya dengan maksud dimiliki orang lain. Dalam hal ini perilaku
akan menikahinya pada waktu dekat. Ada pacaran mahasiswa-mahasiswi santri
perbedaan antara pacaran dan khitbah. terbentuk secara sosial yang mana dalam
Pacaran belum tentu berkaitan dengan lingkungan sosial baik itu di lingkungan
perencanaan pernikahan, sedangkan pondok pesantren mahasiswa maupun di
khitbah merupakan tahapan menuju lingkungan kampus perilaku pacaran sudah
pernikahan, yang sebelumnya ta’aruf atau sering terjadi dan merupakan perilaku
berkenalan antara laki-laki dan perempuan yang wajar di temui pada kalangan anak

Jurnal Pendidikan Sosiologi/10


Pacaran ala Santri.... (Fika Ahdina Sari)

muda. Selain itu Berger melihat sama halnya dengan ta’aruf. Namun ada
masyarakat adalah suatu fenomena pula yang tidak sependapat bahwasannya
dialektik. Dalam proses ini terdiri dari tiga pacaran berbeda dengan ta’aruf yang
momentum yaitu eksternalisasi yang mana sebagaimana mestinya. Sebagian dari
sebagai penyesuaian diri dengan dunia mahasiswa-mahasiswi santri menggunakan
sosio-kultural sebagai produk manusia. istilah ta’aruf yang lebih dikenal
Objektivikasi yang mana segala bentuk dilingkungan pondok pesantren dan dalam
eksternalisasi yang telah dilakukan dilihat bentuk aktivitasnya mereka merasa dalam
kembali pada kenyataan di lingkungan perilaku pacaran tidak sebebas pada
secara obyektif. Jadi dalam hal ini bisa pacaran-pacaran anak muda pada
terjadi pemaknaan baru atau pemaknaan umumnya dan mereka lebih menjaga
tambahan. (interaksi dalam dunia kehormatan pasangannya satu sama lain
intersubjektif yang dilembagakan atau serta adanya kontrol diri akan nilai-nilai
mengalami proses institusionalisasi). Dan agama yang diajarkan pondok pesantren.
internalisasi yang mana ketika individu Mereka lebih serius dalam menjalin
mengidentifikasikan diri dengan lembaga- hubungan keduanya saling berkomitmen
lembaga sosial atau organisasi sosial dan sudah mendapat restu dari masing-
tempat individu menjadi anggotanya. masing kedua orang tua.
Dari hasil penelitian ini mahasiswa-
mahasiswi santri pondok pesantren 2. Bentuk Aktivitas Mahasiswa dan
menyadari perilaku pacaran sudah menjadi Mahasiswi Santri Pondok Pesantren.
tren dikalangan anak muda maupun Pacaran dipandang oleh
mahasiswa saat ini, mereka memandang mahasiswa-mahasiswi santri sebagai
pacaran sudah menjadi hal yang wajar dan perilaku yang wajar saat ini, yang mana
sekarang ini banyak anak muda maupun hubungan antara laki-laki dan perempuan
mahasiswa yang berpacaran, tidak yang didalamnya terdapat komitmen/
terkecuali pada santri pondok pesantren. kesepakatan-kesepakatan yang dijalankan
Mahasiswa-mahasiswi santri antar keduanya untuk menunjukkan suatu
mengkonstruksikan dalam istilah hubungan menuju keseriusan atau
hubungan percintaan laki-laki dan hubungan pranikah, atau yang sering
perempuan ini mahasiswa-mahaiswi santri disebut PDKT (pendekatan). Terlebih
tidak hanya menggunakan istilah pacaran dilihat dari faktor usia mereka yang
tetapi juga memaknainya dengan ta’aruf menganggap saat ini sudah harus
yang mana mereka memandang pacaran memikirkan dan merencanakan masa

Jurnal Pendidikan Sosiologi/11


Pacaran ala Santri.... (Fika Ahdina Sari)

depan terutama dalam hal pencarian jodoh hubungan seks pada masa pacaran adalah
untuk membangun rumah tangga. hal yang biasa dan wajar dilakukan
kegiatan-kegiatan dalam berpacaran
Islam juga tidak melarang
cenderung bebas dan tidak segan untuk
seseorang mencintai sesuatu, tetapi untuk
dipertunjukan di khalayak publik seperti
tingkatan ini harus ada batasnya. Jika rasa
berpegangan tangan, berpelukan, hingga
cinta ini membawa seseorang kepada
berciuman di temat-tempat umum.
perbuatan yang melanggar syariat, berarti
sudah terjerumus ke dalam larangan. Rasa Dalam Mariana (2007) gaya
cinta tadi bukan lagi dibolehkan, tetapi berpacaran mahasiswa yaitu gaya
sudah dilarang. Perasaan cinta itu timbul berpacaran mahasiswa sudah mengarah
karena memang dari segi zatnya atau pada perilaku seksual mulai dari
bentuknya secara manusiawi wajar untuk berpegangan tangan, cium pipi, cium bibir,
dicintai. Perasaan ini adalah perasaan berpelukan, meraba bagian tubuh yang
normal, dan setiap manusia yang normal sensitif bahkan sampai berhubungan
memiliki perasaan ini. Jika memandang kelamin. Penyebabnya yaitu sangat
sesuatu yang indah, kita akan mengatakan kompleks mulai dari perkembangan ke
bahwa itu memang indah. Sedangkan cinta arah yang lebih dewasa yang mulai tertarik
yang melewati batas ketertarikan dan pada lawan jenis juga merupakan produk
kecintaan, maka ia akan menguasai akal sampingan dari sistem sosial yang
dan membelokkan pemiliknya kepada melingkupinya seperti karena pengaruh
perkara yang tidak sesuai dengan hikmah lingkungan keluarga, pergaulan sekolah
yang sesungguhnya, hal seperti inilah yang maupun masyarakat sekitar.
tercela (Al-Ghifari, 2015).
Sosialisasi di pondok pesantren
Mengenai gaya dan aktivitas mahasiswa yang menilai pacaran sebagai
perilaku pacaran, setiap individu mampu perilaku yang mengarah pada perilaku
membentuk gaya berpacarannya sendiri. menyimpang. Adanya aturan-aturan dalam
Hal tersebut bisa dipengaruhi oleh pondok pesantren untuk meminimalisir
sosialisasi lingkungan sosial maupun dampak perilaku pacaran seperti pada
teman-teman sebaya disekitarnya. Gaya pondok pesantren mahasiswa Al-Baroqah
pacaran anak muda saat ini memang sudah dan Al-Luqmaniyyah Yogyakarta yang
jauh berbeda dengan beberapa tahun lalu terdapat aturan-aturan atau batasan dalam
terutama di kalangan mahasiswa. Sebagian berhubungan selain dengan muhrimnya.
mahasiswa saat ini menganggap bahwa Seperti dilarang berboncengan, saling

Jurnal Pendidikan Sosiologi/12


Pacaran ala Santri.... (Fika Ahdina Sari)

berpandangan, saling bertemu secara secara intim tidak seperti berpacaran.


pribadi, berdua-duaan selain dengan Dalam Kamil, 2000: 77 (dikutip dalam
muhrimnya, dan hal-hal yang bisa Fatimah, 2016) Dalam Islam ta’aruf
mengarah pada zina serta menimbulkan sendiri merupakan sarana dalam mencari
fitnah. calon pasangan yang secara syar’i telah
diperintahkan bagi yang ingin menikah.
Mahasiswa-mahasiswi santri sudah
mengetahui adanya peraturan-peraturan Thobroni (2010: 75-76) Adab
atau larangan yang dibuat oleh pondok berpacaran dengan ta’aruf memiliki
pesantren dalam berperilaku pacaran atau perbedaan yang jauh, Islam menganjurkan
hubungan dengan lawan jenisnya, namun ta’aruf bukan pacaran, dengan
ada saja hal-hal yang mendorong mempertimbangkan maslahat dan
mahasiswa-mahasiswi santri untuk mudharoatnya. Jika dalam ta’aruf dirasa
berpacaran diantaranya untuk mencari terdapat kecocokan, maka hubungan bisa
kesenangan, karena sama-sama saling berlanjut ke khitbah (lamaran) dan akad
suka, mencari teman curhat, faktor nikah, sebelum proses khitbah, biasanya
lingkungan dan teman-teman yang banyak kedua belah pihak melewati proses
berpacaran. tafahum dan ta’awun. Tafahum adalah
tahap untuk saling memahami diantara
Istilah dalam Islam untuk
keduannya, sedangkan ta’awun adalah
hubungan antara laki-laki dan perempuan
saling menolong. Tafahum dan ta’awun
yang bukan muhrim disebut dengan istilah
merupakan rangkaian ta’aruf yang bisa
ta’aruf itu juga yang diajarkan di pondok
diartikan juga sebagai penjajakan sebelum
pesantren bagaimana santri-santri dalam
menikah. Dalam proses ini adanya batasan
berperilaku atau menjalin suatu hubungan
dan tata cara dalam berta’aruf. Dalam
khusus dengan lawan jenisnya yang sesuai
prosesnya ta’aruf meminta bantuan pihak
dengan kaidah nilai-nilai agama Islam.
ketiga untuk mencari pasangan hidup
Hanya saja sebagian kalangan mahasiswa-
pihak ketiga ini bisa berupa orang tua
mahasiwi santri pondok pesantren
maupun sanak saudara, teman dsb. Selain
menyalahi aturan atau tata cara pacaran
itu pasangan hanya boleh saling bertemu
dalam islam yang disebut ta’aruf.
dan melihat pasangannya batasan yang
Dalam agama Islam ta’aruf atau boleh dilihat hanyalah sebatas wajah dan
berkenalan antara laki-laki dan perempuan kedua telapak tangan, dan lebih baik lagi
tanpa bersentuhan maupun berkenalan jika perempuan didampingi oleh

Jurnal Pendidikan Sosiologi/13


Pacaran ala Santri.... (Fika Ahdina Sari)

mahramnya dan tetap menjaga pandangan belum/tidak menjurus kepada hubungan


tidak boleh melakukan kegiatan-kegiatan seksual pranikah.
yang dapat mendatangkan maksiat (dikutip
Adapun gaya pacaran yang
dalam Hakim, 2014).
dilakukan mahasiswa-mahasiswi santri
Sedangkan dari hasil wawancara tidak berbeda jauh dengan gaya pacaran
dan observasi peneliti menemukan mahasiswa-mahasiswi pada umumnya
sebagian besar mahasiswa-mahasiswi yaitu: 1) pacaran jarak dekat, baik itu
santri dalam aktivitasnya mengakui pernah sesama mahasiswa-mahasiswi santri dalam
melakukan kontak tangan atau satu pesantren maupun dengan mahasiswa-
bergandengan tangan, saling bertemu, mahasiswi lain di luar pesantren. 2)
jalan bersama selain intens berkomunikasi pacaran jarak jauh, mahasiswa-mahasiswi
lewat HP atau alat komunikasi sebagai santri yang menjalani hubungan dengan
suatu tindakan yang wajar dalam kekasihnya yang berada di lain wilayah. 3)
berpacaran sekarang ini. Adanya nilai- pacaran diketahui orang tua, dalam gaya
nilai, batasan-batasan maupun aturan yang ini mahasiswa-mahasiswi santri memberi
ada di dalam pondok pesantren mampu tahu orang tua atau memperkenalkan
membentuk kebiasaan dan perilaku santri, kekasihnya kepada orang tua masing-
termasuk dalam hal berpacaran. mereka masing pasangan. 4) Backstreet,
cenderung malu dan menutupi status mahasiswa-mahasiswi santri yang
berpacarannya mereka menganggap status berpacaran tidak diketahui oleh orang
pacaran tersebut suatu privasi yang tidak tuanya masing-masing.
semua orang boleh mengetahuinya.
Hanya saja mereka lebih menjaga
Terlebih adanya rasa takut baik itu
dan tetap memegang prinsip-prinsip untuk
ketahuan pengurus pondok maupun takut
sebisa mungkin tidak mengarah pada
akan dosa jika melalui pacaran banyak
perbuatan zina (seks). Mereka lebih
membawa dampak negatif dan
menghormati pasangan mereka dengan
mempengaruhi mereka dalam berbuat yang
tidak melakukan hal-hal yang dipandang
melanggar nilai dan norma agama. Dalam
negatif dan membawa pada perbuatan dosa
katagori ini bentuk aktivitas perilaku
dan hanya sebatas perpegangan tangan.
pacaran mahasiswa-mahasiswi santri
Bagi mereka yang terpenting tidak sampai
masih dalam tahap rendah yaitu
melakukan hal-hal yang diluar koridor
bersentuhan atau touching meskipun
agama (melakukan seks bebas).

Jurnal Pendidikan Sosiologi/14


Pacaran ala Santri.... (Fika Ahdina Sari)

Tidak semua subjek yang penyusun bentuk hasil dari proses belajar dan
teliti pernah melakukan tindakan di luar bersosialisasi individu dalam hal mengolah
batas kewajaran, cukup banyak pula perasaan suka dan cinta kepada lawan
mereka yang memang paham benar jenisnya. bagaimana individu mampu
tentang ajaran islam mengaku tidak pernah mampu bersosialisasi dan hasilnya dapat
melakukan hal yang di luar batas, mereka mengolah perasaan cinta dan hasrat
mengaku bahwa selama mereka biologisnya itu berlangsung dalam
berpacaran mereka hanya saling berbagi kelompok sosial, diantaranya yang penting
cerita dikala bertemu, mereka lebih suka adalah keluarga, kelompok teman sebaya,
menyebutnya dengan gaya pacaran secara sekolah, atau kumpulan pemuda,
Islami. kelompok keagamaan, organisasi dan
lainnya (Hanum: 2013).
Dalam hal ini bentuk perilaku
pacaran pun bersifat dinamis sesuai Selain keluarga lembaga
dengan perkembangan yang terjadi dalam pendidikan seperti halnya pondok
masyarakat, demikian pula dengan nilai- pesantren turut membangun dan
nilai di dalam pacaran tersebut erat membentuk kepribadian individu sesuai
hubungannya dengan bagaimana pelaku dengan ajaran agama Islam yang bertujuan
pacaran bersosialisasi dengan masyarakat untuk mewujudkan manusia yang
dan keluarganya. Dalam Hanum (2013: bertakwa kepada Allah SWT dan
136-140) menjelaskan bahwa proses berakhlak mulia yang sejatinya mampu
sosialisasi adalah proses seseorang mensosialisasikan nilai-nilai kehidupan
mempelajari cara hidup di masyarakatnya sesuai dengan ajaran agama Islam
dan menjadikan cara hidup itu bagian dari sekaligus sebagai kontrol sosial bagi
kepribadiannya. Atau suatu proses individu dalam melakukan kegiatan seperti
akomodasi yang dipelajari nilai, norma- dalam berperilaku pacaran yang sesuai
norma, ide atau gagasan, pola tingkah laku dengan kaidah-kaidah agama Islam
maupun adat istiadat bahwa semua yang melalui sistem pembelajaran serta aturan-
dipelajari itu diwujudkan dalam aturan yang mempu membentuk kebiasaan
kepribadiannya. dan kepribadian seseorang.

Kepribadian merupakan hasil dari


perkembangan anak dalam interaksi
E. KESIMPULAN
dengan sekitarnya, terutama kitaran sosial.
perilaku pacaran merupakan salah satu

Jurnal Pendidikan Sosiologi/15


Pacaran ala Santri.... (Fika Ahdina Sari)

Fenomena pacaran anak muda kontrol sosial yang dibangun pondok


maupun mahasiswa-mahaiswi umumnya pesantren mampu membentuk pandangan
saat ini sudah tidak asing keberadaannya maupun gaya pacaran tersendiri yang
dilingkungan masyarakat, begitu juga mereka sebut dengan gaya pacaran secara
dikalangan mahasiswa-mahasiswi santri Islami yang mana menurut mereka sama
pondok pesantren. Persepsi atau halnya dengan pacaran-pacaran anak muda
pandangan mahasiswa-mahasiswi santri saat ini, hanya saja tidak sebebas dalam
pondok pesantren terhadap perilaku berperilaku pacarannya, adanya batasan-
pacaran merupakan suatu hal yang wajar batasan dan prinsip yang dipegang teguh
dijalani dalam pencarian pasangan yang untuk tidak melanggar nilai-nilai atau
nantinya akan dinikahi selagi itu tidak norma-norma agama maupun di
membawa pada kemaksiatan (seks) dan masyarakat.
tidak merusak nama baik pondok
Mahasiswa-mahasiswi santri
pesantren. Terlebih pada mahasiswa-
pondok pesantren tidak hanya bergaul di
mahasiswi yang dinilai lebih matang dan
lingkungan pesantren tetapi juga di
dewasa untuk menjalani hubungan dengan
lingkungan kampus yang lebih bebas
lawan jenis seperti halnya berpacaran.
dalam berinteraksi dengan lawan jenis
Walaupun sebagian besar dari kebanyakan dari mereka melakukan
mereka mengatahui bahwa dilingkungan aktifitas-aktifitas pacaran ketika berada di
pondok pesantren membatasi bahkan luar pondok pesantren.
cenderung dilarang untuk berhubungan
Gaya dan bentuk pacarannya pun
dengan lawan jenis yang bukan
tidak jauh berbeda dengan mahasiswa pada
muhrimnya. Namun bagi mereka rasa cinta
umumnya atau yang bukan santri, adapun
merupakan suatu kodrat yang dimiliki
gaya pacaran santri gaya pacaran
setiap manusia, adanya dorongan internal
mahasiswa-mahasiswi santri pondok
maupun eksternal yang mempengaruhi
pesantren meliputi: 1) pacaran jarak dekat
mahasiswa-mahasiswi santri untuk
2) pacaran jarak jauh, 3) pacaran diketahui
berperilaku pacaran.
orang tua, dan 4) tidak diketahui atau
Pacaran diperbolehkan jika itu backstreet.
tidak membawa pada kemaksiatan (zina)
Adapun bentuk aktivitas pacaran
yang dapat merugikan individu maupun
mahasiswa-mahasiswi santri yaitu fisik
orang lain serta tidak merusak nama baik
dan non fisik, seperti komunikasi baik itu
pondok pesantren. Adanya sosialisasi dan

Jurnal Pendidikan Sosiologi/16


Pacaran ala Santri.... (Fika Ahdina Sari)

telepon-an maupun sekedar SMS, chatting, Arikunto. S. 2002. Metodologi Penelitian.


Jakarta: PT.Rineka Cipta.
ketemuan, makan bersama, jalan bersama
baik itu berdua maupun beramai-ramai Azca, Najib dkk. 2011.“Pemuda Pasca
Orba: Potret Kontemporer Pemuda
bahkan ada yang sampai padda tahap
Indonesia”. Yogyakarta: Youth
berpegangan tangan atau touching hanya Studies Centre Fisipol UGM. Tidak
diterbitkan. Diakses pada 8 Januari
saja status pacaran mereka cenderung
2017.
ditutup-tutupi tidak diketahui banyak
Beniardi, Nurdiansyah. 2015. Konstruksi
pihak seperti pacaran anak muda pada Sosial Pacaran di Kalangan Anak
umumnya. Muda. Skripsi S1. Tidak
diterbitkan. Yogyakarta: FISIPOL
Universitas Gajah Mada.
Dari bentuk perilaku mahasiswa-
mahasiswi santri tersebut mulai mengarah El Hakim, Luqman. 2014. Fenomena
Pacaran Dunia Remaja. Riau:
pada perilaku seks pranikah, walaupun Zafana Publishing.
masih dalam resiko rendah adanya kontak
Fatimah, Siti. 2016. Tinjauan Hukum
fisik yaitu bergandengan tangan (touching) Islam Terhadap Pelaksanaan
bagi mereka yang terpenting tidak sampai Cari Jodoh dalam Ajang Golek
Garwo (studi di forum ta’aruf
melakukan hal-hal yang diluar koridor Indonesia Sewon Kecamatan
agama (melakukan seks bebas). Sewon, Kabupaten Bantul DIY).
Skripsi S1. Tidak diterbitkan.
Yogyakarta: Fakultas Syariah
Adanya nilai-nilai religius yang
UIN Sunan Kalijaga
tertanam dalam diri mereka dan sosialisasi
Hamzah, Awanul. 2004. Bahaya Pacaran.
serta kontrol dari pondok pesantren akan
Tangerang : CV Insan Kafi
batasan-batasan maupun aturan yang
mengatur bagaimana hubungan yang
Hanum, Farida. (2013). Sosiologi
seharusnya dijalani dengan lawan jenis Pendidikan.Yogyakarta: Kanwa
yang bukan muhrimnya membentuk Publisher

kontrol diri sehingga pengetahuan akan Imani, Nurul. 2016. Kissing Lips Sebagai
yang baik dan buruk bisa menjadi Gaya Berpacaran Mahasiswa
Masa Kini di Yogyakarta.
pertimbangan dalam menentukan pilihan Skripsi S1. Yogyakarta:
atau bertindak. Universitas Negeri Yogyakarta

DAFTAR PUSTAKA Mariana,Ariyani.2007.Perilaku


Mahasiswa Berpacaran Dilihat
Al-Ghifari, Abu. 2005. “Pacaran yang Dari Gaya Hidup di UNNES.
Islami Adakah?”. Bandung: Skripsi S1. Semarang: FIP
Mujahid UNNES

Jurnal Pendidikan Sosiologi/17


Pacaran ala Santri.... (Fika Ahdina Sari)

Moleong, J Lexy. 2004. Metodologi


Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

PKBI. 2008. Laporan Hasil Line servey.


Perilaku Seksual Mahasiswa di
Semarang dan Jateng: PKBI

Poloma, Margaret M. 2013. Sosiologi


Kontemporer. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.

Sukmadinata, Syaodih Nana. 2005.


Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: Remaja Rosdakarya.

Jurnal Pendidikan Sosiologi/18

Anda mungkin juga menyukai