Anda di halaman 1dari 10

PSIKIS-Jurnal Psikologi Islami Vol. 3 No.

1 (2017) 11-20

PERILAKU LESBIAN SANTRI PONDOK PESANTREN

Harmaini dan Ratna Juita


Fakultas Psikologi UIN Sultan Syarif Kasim Riau
harmaini@uin-suska.ac.id

ABSTRACT
Santri is a term usually used to refer to female students who study or study at boarding school
environment. Generally, santri fall into the category of teenagers where at this time is a period to
explore and experiment on everything, including their sexual identity. This research is motivated by
the existence of cases referring to the tendency of lesbian sexual behavior among students. The
purpose of this research is to know the background and the form of sexual behavior that occurs in
santri. This research is a qualitative case study involving two students of boarding school. The data
were collected by using in-depth interview technique and observation conducted within three
months. Data analysis used in this research is descriptive qualitative and then triangulation data
from different sources. The results showed that; 1). The proximity of the subject with a friend who
is a lesbian affects the subject to later become a lesbian. 2) the emergence of attention and comfort
of the subject of a friend of a kind further strengthen the urge to become a lesbian. Form of sexual
behavior that has ever done the subject of hugging, kissing and touching certain body parts of their
partner.

Keywords: Students, Lesbian Behavior

ABSTRAK
Santri merupakan istilah yang biasanya dipakai untuk menyebut siswa perempuan yang belajar atau
menuntut ilmu di lingkungan pondok pesantren. Umumnya, santri masuk dalam kategori remaja
dimana pada masa ini merupakan masa mengeksplorasi dan bereksperimen tentang segala hal,
termasuk identitas seksual mereka. Penelitian ini dilatarbelakangi dengan adanya kasus yang
merujuk pada kecenderungan perilaku seksual lesbian dikalangan santri.Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui latar belakang dan bentuk perilaku seksual yang terjadi pada santri.
Penelitian ini merupakan studi kasus kualitatif yang melibatkan dua orang santri pondok pesantren.
Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara mendalam dan observasi yang
dilakukan dalam rentang waktu tiga bulan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif dan selanjutnya dilakukan triangulasi data dari sumber yang berbeda. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa; 1). kedekatan subjek dengan teman yang merupakan seorang
lesbian mempengaruhi subjek untuk kemudian ikut menjadi lesbian. 2) timbulnya perhatian dan
kenyamanan subjek terhadap teman sejenis semakin menguatkan dorongan untuk menjadi lesbian.
Bentuk perilaku seksual yang pernah dilakukan subjek yaitu berpelukan, berciuman dan menyentuh
bagian tubuh tertentu dari pasangannya.

Kata Kunci: Santri, Perilaku Lesbian

PENDAHULUAN sebutan ustadz/ ustadzah dan pimpinan


Pondok Pesantren, atau sering pondok dipanggil Kiyai atau Buya (Dhofier,
disingkat Pondok atau Ponpes adalah sebuah 1986)
lembaga pendidikan tradisional yang mana Dhofier (1986) merinci tujuan
para siswanya disebut dengan santri namun pendidikan pesantren meliputi; meninggikan
untuk siswa perempuan biasa juga disebut moral, melatih dan mempertinggi semangat,
santri. Para santri/wati tersebut belajar di menghargai nilai- nilai spiritual dan
bawah bimbingan guru yang dikenal dengan kemanusiaan, mengajarkan tingkah laku yang

ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
12| PSIKIS–Jurnal Psikologi Islami Vol. 3 No. 1 Juni 2017

jujur dan bermoral, dan mempersiapkan para bahwa aturan dan sistem pembagian kamar di
santri untuk hidup sederhana dan bersih hati. pesantren merupakan faktor pendorong
Kebanyakan dari pondok pesantren munculnya dorongan lesbian di kalangan para
mengatur dengan ketat bagaimana hubungan santri.
interaksi antara laki- laki dan perempuan. Dalam sebuah wawancara seorang
Kedekatan antara laki- laki dengan konsultan seks bernama dr. Boyke Dian
perempuan masih dianggap tabu dalam Nugraha, SpOG Mars di media online,
lingkungan pesantren. Sehingga, tidak jarang menyatakan bahwa “Penyimpangan seksual
pada beberapa pondok pesantren sampai seperti homoseksual dan lesbian paling
memisahkan ruang belajar antara santri banyak terjadi di pondok pesantren. Sekolah
dengan santri untuk menghindari terjadinya khusus laki- laki dan perempuan membuat
interaksi tersebut. Kehidupan pesantren yang mereka berorientasi pada satu jenis kelamin,
memberikan batasan yang sangat tegas antara itulah sebabnya di pesantren paling banyak
santri dengan santri dalam hak dan tanggung kasus penyimpangan seksual. Tapi itu juga
jawab, ruang gerak dan berdasarkan jenis menandakan mereka kurang mendapatkan
kelamin ini ternyata berimplikasi pada pendidikan seks,” . (Health Liputan6.com,
hubungan yang sangat dekat antara sesama 2015)
santri(Anam, 2007). Kasus lesbian di kalangan santri juga
Santri pondok pesantren secara umum terjadi di sebuah pondok pesantren yang
berada pada masa remaja dimana mereka berada di Provinsi Sumatera Barat. Informasi
memiliki emosi, rasa ketergantungan terhadap tersebut peneliti peroleh dari wawancara
orang lain dan rasa ingin tau yang sangat peneliti dengan salah seorang ustadz berinisial
tinggi. Dengan pertumbuhan dan Ad yang mengajar di pondok pesantren
perkembangan masa remaja dengan sangat tersebut. Ustadz Ad mengatakan bahwa
cepat ini, santri sangat mudah dipengaruhi terdapat beberapa orang santri yang
oleh lingkungan dan meniru apa yang mereka terindikasi sebagai pelaku lesbian,
sukai dan anggap benar. Pertumbuhan santri sebagaimana pernyataan Ustadz Ad kepada
di masa remaja salah satunya ditandai dengan peneliti ; “ada 4 orang santri yang diduga
munculnya kematangan organ- organ seks merupakan pasangan lesbian. Hal ini
yang mendorong santri untuk memiliki rasa diketahui dari laporan santri asrama kepada
mencintai dan ingin dicintai. Namun bagi Ustadz Sa yang mengaku telah melihat
santri sendiri, perasaan mencintai tersebut perilaku tidak wajar yang dilakukan oleh
akan sulit diwujudkan karena keterbatasan keempat santri tersebut. Pada awalnya
santri untuk berhubungan dengan laki- laki. Ustadz Sa tidak percaya dengan pengakuan
Hal inilah yang kemudian disinyalir sebagai santri tersebut, namun karena santri yang
salah satu faktor munculnya kedekatan santri lain juga mengatakan hal yang sama, ustadz
terhadap santri lainnya. Sa bermaksud untuk mendiskusikan kasus
Fenomena homoseksual di lingkungan tersebut kepada Ustadz Am guna mengambil
pesantren terbukti dengan adanya penelitian tindakan terhadap keempat santri tersebut”
yang dilakukan oleh Naily (2011) mengenai (Wawancara Ustadz Ad, Agustus 2015).
Homoseksualitas Dalam Dunia Pesantren Dari pembicaraan peneliti dengan
yang menunjukkan bahwa di Pesantren Al Ustadz Ad dan Ustadz Am tersebut, serta
„Ulumi terdapat 2 kasus penyimpangan informasi yang penulis terima dari beberapa
seksual berupa perilaku lesbian di kalangan informan penelitian, inilah yang kemudian
santri. Hasil penelitian tersebut menunjukkan mendasari ketertarikan peneliti untuk
ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
Harmaini dan Ratna Juita Perilaku Lesbian Santri…|13

melakukan penelitian terhadap santri dengan berpenampilan feminim, lembut, layaknya


perilaku seksual lesbian. Agar penelitian ini perempuan heteroseksual biasanya,
sesuai dengan tujuan yang dimaksud, peneliti berpakaian gaun perempuan. Sedangkan
membatasi bahasan penelitian dengan judul Andro atau Androgyne adalah perpaduan
“Perilaku Seksual Lesbian Santri Pondok penampilan antara butch dan femme. Lesbian
Pesantren” ini bersifat lebih fleksibel, artinya dia bisa
saja bergaya tomboy tapi tidak kehilangan
RUMUSAN MASALAH sifat feminimnya, tidak risih berdandan dan
Adapun rumusan masalah dalam mengenakan make up, menata rambut dengan
penelitian ini adalah apa saja faktor gaya feminim, dan sebagainya (Tan, 2005)
yang melatarbelakangi santri memiliki Bermacam- macam teori untuk
perilaku seksual lesbian serta aktifitas- menjelaskan lesbi secara garis besar dapat
aktiftas seksual yang dilakukan dijelaskan dengan teori biologi dan
dengan pasangan. psikososial (Soetjiningsih, 2004).
a. Teori Biologi
TUJUAN PENELITIAN Dari berbagai penelitian yang
Tujuan secara umum dilakukannya dilakukan, ditemukan bahwa homoseksual
penelitian adalah untuk mengetahui latar dipengaruhi oleh faktor genetik dan
belakang munculnya perilaku seksual lesbian hormonal.
santri pondok pesantren dan apa saja bentuk 1) Faktor genetic
perilaku seksual lesbian yang terjadi di antara Pada orientasi homoseksual telah
santri. terbukti pada penelitian angka Kejadian
homoseksualitas diantara kembar identik,
TINJAUAN PUSTAKA kembar heteroziogot dan saudara kandung.
Lesbian Penelitian pada saudara kandung
Lesbian berasal dari kata Lesbos. menunjukkan angka kejadian homoseksual
Lesbos adalah sebutan bagi sebuah pulau lebih tinggi (48-66%) ini menunjukkan bahwa
ditengah Lautan Egeis yang pada zaman kuno faktor genetik memegang peranan penting
dihuni oleh para wanita. Homoseksualitas tetapi bukan satu satunya faktor yang
dikalangan wanita disebut dengan cinta yang berperan terhadap terjadinya lesbi. Pada studi
lesbisatau lesbianisme(Kartono, 2009). molekuler menunjukkan lima penanda DNA
Crawford (2000) mendefinisikan pada ujung lengan panjang kromosom yaitu
lesbian sebagai perempuan yang memiliki ada segmen Xq28 mempunyai korelasi positif
hasrat seksual dan emosi kepada perempuan atas terjadinya homoseksualitas atau lesbi.
lain atau perempuan yang secara sadar 2) Faktor hormonal
mengidentifikasikan dirinya sebagai lesbi. Keseimbangan hormon androgen
Di dalam kelompok lesbian terdapat sebelum dan saat dewasa. Hormon androgen
semacam label yang muncul karena dasar prenatal diperlukan untuk perkembangan
karakter atau penampilan yang terlihat pada genitalia eksternal laki- laki pada fetus
seorang lesbian yaitu, Butch, Femme dan dengan genetik laki- laki. Pada kasus yang
Andro. Butch adalah lesbian yang dikenal sebagai Congenital Adrenal
berpenampilan tomboy, kelaki- lakian, lebih Hyperplasia (CAH), yaitu suatu kondisi
suka berpakaian laki- laki (kemeja laki- laki, dimana secara kongenital terdapat defek dari
celana panjang, dan potongan rambut sangat suatu enzim sehingga terjadi suatu produksi
pendek). Femme adalah lesbian yang hormon androgen secara berlebihan. Jika
ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
14| PSIKIS–Jurnal Psikologi Islami Vol. 3 No. 1 Juni 2017

terjadi pada bayi perempuan maka akan individu untuk menarik perhatian lawan jenis
mengakibatkan maskulinisasi pada bayi yang dipercaya dapat menyebabkan
perempuan tersebut. homoseksualitas atau lesbi. Pandangan lama
b. Teori Psikososial juga menganggap bahwa lesbianisme terjadi
Beberapa teori perkembangan karena adanya dendam, tidak suka, takut atau
orientasi homoseksual menghubungkan tidak percaya terhadap laki-laki.
dengan pola asuh, trauma kehidupan, dan Pandangan ini juga menganggap
tanda-tanda psikologis individu, yaitu : bahwa lesbi adalah pilihan kedua setelah
3) Pola asuh heteroseksual walaupun tidak merefleksikan
Freud mempercayai bahwa indvidu suatu kekurangan pengalaman berhubungan
lahir sebagai biseksual dan hal ini dapat heteroseksual maupun mempunyai riwayat
membawa tendensi homoseksualitas laten. hubungan heteroseksual yang tidak
Dengan pengalaman perkembangan menyenangkan. adanya trauma kehidupan
psikoseksual normal melalui fase homoerotik, misalnya patah hati yang terus menerus,
individu dapat berkembang menjadi merasa tidak mampu menarik perhatian lawan
heteroseksual. Freud juga berpendapat jenis dan adanya berbagai trauma dalam
individu juga dapat terfiksasi pada fase kehidupan yang menjadi pemicu dan salah
homoseksual sejak mengalami hal- hal satu latar belakang memilih jalan sebagai
tertentu dalam kehidupannya, misalnya seorang homoseksual atau lesbi.
mempunyai hubungan yang buruk dengan 5) Tanda- tanda psikologik
ibunya dan lebih sayang pada ayahnya tetapi Perilaku kanak- kanak terutama dalam
ketika ayahnya meninggal ia gagal hal bermain dan berpakaian juga dianggap
mengalihkan rasa sayang kepada ibu dan dapat menentukan homoseksualitas di
terlebih lagi ibu menikah lagi tanpa kemudian hari. Anak laki-laki yang bermain
sepengetahuannya dan ayah tiri yang boneka, memakai baju ibu, atau tidak
sewenang- wenang terhadap ibunya. menyukai permainan laki-laki disebut sissy
Hubungan orang tua dan anak yang seperti ini dan jika perempuan tidak menyukai permaian
dapat menyebabkan rasa bersalah dan perempuan dan senang bermain dengan teman
kecemasan yang mendorong menjadi laki-laki disebut tomboy.
homoseksual atau lesbi.
Setiap individu mengalami Santri
perkembangan psikoseksual normal melalui Madjid (1997) mengupas asal usul
fase homoerotik, individu dapat berkembang perkataan santri, ia berpendapat Santri itu
menjadi heteroseksual, mengalami fiksasi berasal dari perkataan ”sastri” sebuah kata
pada fase homoseksual kemudian adanya dari Sansekerta, yang artinya melek huruf,
hubungan yang tidak baik antara anak dengan dikonotasikan dengan kelas literary bagi
kedua orang tua, anak dengan salah satu orang jawa yang disebabkan karena
orang tua, orang tua tiri atau lingkungan yang pengetahuan mereka tentang agama melalui
lain. Hubungan yang seperti ini menjadi kitab- kitab yang bertuliskan dengan Bahasa
pemicu menjadi seorang homoseksual atau Arab. Kemudian diasumsikan bahwa santri
lesbi karena adanya kecemasan dan rasa berarti orang yang tahu tentang agama
bersalah. melalui kitab- kitab berbahasa Arab dan atau
4) Trauma kehidupan paling tidak santri bisa membaca Al-Qur'an,
Pengalaman hubungan heteroseksual sehingga membawa kepada sikap lebih serius
yang tidak bahagia atau ketidakmampuan dalam memandang agama.
ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
Harmaini dan Ratna Juita Perilaku Lesbian Santri…|15

Juga perkataan santri berasal dari


bahasa Jawa ”cantrik” yang berarti orang KERANGKA BERPIKIR
yang selalu mengikuti guru kemana guru Pada hakikatnya manusia diciptakan
pergi menetap (istilah pewayangan) tentunya sebagai makhluk yang paling sempurna.
dengan tujuan agar dapat belajar darinya Tuhan menciptakan manusia dengan akal dan
mengenai keahlian tertentu. perasaan yang tidak dimiliki oleh makhluk
Santri dalam dunia pesantren lainnya. Sebagai makhluk yang sempurna,
dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu : manusia dibekali dengan perasaan untuk
a. Santri Mukim yaitu santri yang selama mencintai dirinya, mencintai lawan jenis,
menuntut ilmu tinggal di dalam pondok mencintai sesama jenis maupun mencintai
yang disediakan pesantren dan biasanya mahkluk atau benda mati. Dari beberapa
mereka tinggal dalam satu komplek yang kecintaan manusia tersebut, maka
berwujud kamar-kamar. Satu kamar memunculkan kemungkinan- kemungkinan
biasanya di isi lebih dari tiga orang, adanya penyimpangan seksual.
bahkan terkadang sampai 10 orang lebih. Penyimpangan seksual yang terjadi
b. Santri Kalong yaitu santri yang tinggal di diantaranya homoseksual.
luar komplek pesantren, baik di rumah Homoseksual sendiri adalah kelainan
sendiri maupun di rumah-rumah terhadap orientasi seksual yang ditandai
penduduk di sekitar lokasi pesantren, dengan timbulnya rasa suka terhadap orang
biasanya mereka datang ke pesantren lain yang mempunyai kelamin sejenis yang
pada waktu ada pengajian atau kegiatan- sama. Dalam homoseksual dikenal dua istilah
kegiatan pesantren yang lain (Haedari, umum yaitu gay untuk laki- laki yang
dkk, 2004). menyukai jenis kelamin laki- laki dan lesbi
atau lesbian bagi perempuan yang menyukai
Pesantren jenis kelamin perempuan.
Menurut asal katanya pesantren
berasal dari kata ”santri” yang mendapat METODE PENELITIAN
imbuhan awalan ”pe” dan akhiran ”an” yang Dalam penelitian ini, peneliti
menunjukkan tempat, maka artinya adalah menggunakan pendekatan kualitatif
tempat para santri. Terkadang pula pesantren (qualitative research). Bogdan dan Taylor
dianggap sebagai gabungan dari kata ”santri” (dalam Moleong, 2007) mendefinisikan
(manusia baik) dengan suku kata ”tra” (suka metodologi kualitatif sebagai prosedur
menolong) sehingga kata pesantren dapat penelitian yang menghasilkan data deskriptif
diartikan tempat pendidikan manusia baik- berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
baik (Zarkasy, 1998). individu secara utuh. Sampel dalam penelitian
Zarkasy (1998) mengatakan bahwa ini ditentukan dengan pengambilan sampel
Pesantren juga dikenal dengan tambahan cara non probability sampling.Teknik non
istilah pondok yang dalam arti kata bahasa probability sampling yang digunakan dala
Indonesia mempunyai arti kamar, gubug, m penelitian ini adalah teknik purposive
rumah kecil dengan menekankan sampling yang mana metode ini merupakan
kesederhanaan bangunan atau pondok juga penarikan sampel dengan pertimbangan
berasal dari bahasa Arab ”Fundũq” yang tertentu yang didasarkan pada kepentingan
berarti ruang tidur, wisma, hotel sederhana, atau tujuan penelitian (Arikunto, 2010).
atau mengandung arti tempat tinggal yang Tahap- tahap pengolahan data yang
terbuat dari bambu . dilakukan peneliti terhadap hasil wawancara
ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
16| PSIKIS–Jurnal Psikologi Islami Vol. 3 No. 1 Juni 2017

didasarkan pada tahapan analisis dan biasanya dimainkan oleh anak laki- laki
interpretasi data yang dijabarkan oleh seperti bermain kelereng, memanjat pohon,
Poerwandari (2009): Menyimpan dan atau bermain lumpur di sawah- sawah yang
mengorganisasi data, melakukan coding berada disekitar rumahnya. Meskipun
terhadap verbatim wawancara, kemudian tomboy, Rr dikenal baik dan merupakan
peneliti mulai melakukan analisis data. sosok gadis yang periang dan ramah serta
Analisis data yang dilakukan berdasarkan akrab dengan banyak orang.
teori yang sesuai dengan hasil penelitian, Rr diketahui menjadi santri dengan
Setelah data dari masing- masing subjek perilaku seksual lesbian setelah aktifitas
selesai dianalisis, peneliti lalu melakukan seksualnya diketahui oleh teman- temannya di
analisis banding terhadap keempat subjek asrama. Setelah menyelesaikan ujian nasional,
Rr memutuskan untuk pindah dari pondok
HASIL PENELITIAN pesantren ke sebuah Madrasah Aliyah Negeri.
Penelitian ini dilaksanakan kurang Proses wawancara peneliti dengan
lebih selama 3 bulan yaitu dari bulan Maret subjek Rr lebih sering dilakukan di taman
hingga bulan Juni 2016 dengan melibatkan sekolah rr. Hal ini karena selain sekolah, rr
dua orang santri sebagai subjek penelitian. mengikuti beberapa kegiatan ekstrakurikuler
Proses pengambilan data dilakukan sehingga menjadi sulit untuk mengatur
dengan wawancara dan observasi terhadap pertemuan di lokasi lain.
subjek penelitian di lokasi yang berbeda. Rr menjadi individu dengan perilaku
Proses wawancara dilakukan di rumah seksual lesbian karena Rr berteman dengan
peneliti, asrama pondok pesantren dan taman orang yang juga memiliki perilaku seksual
sekolah subjek. Peneliti menggunakan alat lesbian. Selain itu, dari pasangannya, Rr
perekam untuk menyimpan data wawancara mengaku bahwa pasangannya tersebut
subjek. Significant others dalam penelitian ini memberikan perhatian terhadap Rr. Bentuk
adalah teman dan guru- guru subjek di perilaku seksual yang dilakukan Rr dengan
pondok pesantren yang diharapkan dapat pasangannya diantaranya adalah berpelukan,
memberikan masukan informasi yang tidak berciuman dan menyentuh bagian tubuh dari
sempat tergali oleh peneliti dari subyek pasangan.
penelitian.
PEMBAHASAN
Subjek Rr Ketertarikan terhadap individu dari
Rr merupakan anak ketiga dari tiga jenis kelamin yang sama dialami oleh subjek
bersaudara. Rr memiliki kakak perempuan pada masa remaja. Pada masa remaja awal,
yang sudah menikah dan satu orang kakak individu mulai mengagumi, menyukai dan
laki- laki yang bekerja sebagai guru. Rr tertarik pada sesama jenis. Perasaan tersebut
memiliki keluarga yang cukup harmonis, muncul karena adanya kelebihan yang
meski kedua orang tuanya adalah petani, dimilikisesama jenis seperti kepintaran,
namun Rr termasuk keluarga dengan tingkat kelembutan dan sikap perhatian.
ekonomi menengah keatas. Perasaan kagum kepada orang dari
Semenjak duduk di bangku sekolah jenis kelamin yang sama membuat mereka
dasar, Rr dikenal sebagai gadis yang tomboy. merasa bingung dengan orientasi seksual
Hal ini ditunjukkan oleh sikap Rr yang senang mereka sendiri. Dengan munculnya
bermain dengan laki- laki dan cenderung kekaguman terhadap wanita tersebut, individu
melakukan kegiatan atau permainan yang berpikir bahwa hanya mereka yang
ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
Harmaini dan Ratna Juita Perilaku Lesbian Santri…|17

berbeda.Kebingungan individu atas perasaan Sementara itu kekacauan identitas adalah


kagum terhadap wanita membuat individu sindrom masalah- masalah yang bisa
tersebut mengabaikan perasaan terhadap dikatakan terjadi karena identitas negatif yang
sesama jenis dengan melakukan penolakan meliputi terbaginya gambaran diri,
terhadap perasaan tersebut atau biasa juga kemampuan membina persahabatan yang
disebut dengan denial. Denial adalah akrab dan lain- lain.
menolak melihat atau mendengar aspek realita Selain adanya krisis identitas yang
yang tidak menyenangkan atau menolak dialami individu, adanya pengaruh
pengakuan eksternal atau realita sosial lingkungan sosial juga memiliki dampak yang
(Dewi, 2012). Meski individu melakukan sangat kuat terhadap perkembangan individu.
denial atau penyangkalan, akan tetapi Sebab, lingkungan sosial merupakan salah
individu masih memiliki perasaan kepada satu dari banyaknya faktor yang turut serta
sesama jenis. Sehingga lambat laun, individu membentuk kepribadian individu.
mulai memaksakan diri untuk menerima Lingkungan sosial itu sendiri merupakan
perasaannya dan mulai mencari informasi manusia-manusia lain yang ada di sekitarnya
mengenai ketertarikan terhadap sesame jenis seperti keluarga, teman sebaya, masyarakat di
melalui buku pelajaran maupun internet yang lingkungan tempat tinggal, bahkan juga orang
begitu mudah di akses. lain di sekitarnya yang belum dikenal
Dalam teori Psikososial yang (Amsyari, 1986). Lingkungan sosial sendiri
dikenalkan oleh Erik Erikson, ia menjelaskan dapat memberikan pengaruh yang baik dan
bahwa perkembangan kepribadian individu pengaruh yang buruk terhadap individu.Selain
berasal dari pengalaman sosial sepanjang keluarga, lingkungan sosial yang sangat dekat
hidupnya sehingga disebut sebagai dengan individu adalah teman sebaya.Peran
perkembangan psikososial. Dalam teori teman sebaya dalam pergaulan remaja
Erikson, ada delapan tahap perkembangan menjadi sangat menonjol. Hal ini sejalan
psikososial terjadi ketika kita melalui siklus dengan meningkatnya minat individu dalam
hidup.Setiap tahap dari tugas perkembangan persahabatan serta keikutsertaan individu
menghadapkan individu dengan krisis yang dalam kelompok. Dengan demikian dapat
harus dihadapi (Santrock, 2003). dikatakan bahwa lingkungan sosial
Salah satu tahap yang berkenaan merupakan wadah atau sarana untuk
dengan kebingungan remaja pada dirinya berinteraksi dengan orang lain dan
adalah tahap identitas versus kekacauan membentuk sebuah pribadi serta
identitas. Tahap ini merupakan tahap kelima mempengaruhi tingkah laku individu. Oleh
dari teori psikososial yang berlangsung karena itu lingkungan sosial yang baik akan
selama tahun- tahun masa remaja kira- kira dapat mempengaruhi pribadi atau perilaku
pada usia 12- 20 tahun. Pada tahap ini remaja seseorang itu menjadi baik demikian pula
dihadapkan dengan pencarian jati diri dan sebaliknya, lingkungan sosial yang kurang
mulai merasakan sesuatu mengenai baik akan mempengaruhi pribadi tersebut
identitasnya sendiri. Ia mulai menyadari sifat- menjadi kurang baik pula.
sifat yang melekat pada dirinya, seperti Dalam kasus perilaku seksual lesbian
kesukaan dan ketidaksukaan, tujuan- tujuan ini, maka pengaruh yang dimunculkan
yang diinginkan, kekuatan dan hasrat untuk terhadap individu adalah pengaruh yang
mengontrol kehidupan sendiri yang siap negative. Dalam teori belajar social atau juga
memasuki suatu peran yang bersifat dikenal dengan Association Differential yang
menyesuaikan ditengah masyarakat. dikemukakan oleh Edwin H. Sutherland
ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
18| PSIKIS–Jurnal Psikologi Islami Vol. 3 No. 1 Juni 2017

(1947), menyebutkan bahwa penyimpangan perkembangan selama masa remaja tersebut


adalah konsekuensi dari kemahiran dan adalah menyelesaikan krisis identitas,
penguasaan atas sikap atau tindakan yang sehingga diharapkan terbentuk suatu identitas
dipelajari dari norma- norma yang diri yang stabil pada akhir masa remaja.
menyimpang, terutama dari subkultural atau Remaja yang berhasil mencapai suatu
diantara teman-teman sebaya yang identitas yang stabil, akan memperoleh suatu
menyimpang. Perilaku menyimpang adalah pandangan yang jelas tentang dirinya, penuh
hasil dari proses belajar atau yang dipelajari percaya diri, dapat mengatasi berbagai situasi,
(M. Elly dan Usman, 2011). dapat mengambil keputusan penting, serta
Menurut Sutherland, perilaku mengenal peran dalam masyarakat.
menyimpang yang diperoleh dari interaksi Kegagalan dalam mengatasi krisis identitas
intens antara subjek dengan seseorang yang dan mencapai suatu identitas yang relative
menyimpang akan dapat mempengaruhi si stabil, akan sangat membahayakan masa
subjek untuk melakukan penyimpangan yang depan remaja.
sama. Penyimpangan tersebut dipelajari oleh Selain kebingunan atas diri mereka
subjek baik secara langsung maupun tidak sendiri, hal lain yang harus dihadapi individu
langsung melalui kedekatan subjek dengan dengan kecenderungan perilaku lesbian
pelaku penyimpangan. Akhirnya subjek yang adalah penolakan baik secara langsung
mulanya mungkin hanya mencoba, lambat maupun secara tidak langsung dari
laun akan menjadi terbiasa. lingkungan sekitar. Khususnya di lingkungan
Mencari informasi mengenai pondok pesantren yang masih sangat tabu
disorientasi seksual membuat individu dengan hubungan sesama jenis. Akibatnya,
menemukan fakta bahwa lesbian tidak hanya selain sindiran- sindiran yang diterima, sikap
terjadi pada diri mereka. Tetapi banyak menjauhi juga muncul terhadap individu.
diluaran sana remaja yang mengalami Meski beberapa orang dari masyarakat
disorientasi seksual yang sama dengan dilingkungan pondok pesantren mampu
mereka. Berawal dari mencari informasi menyembunyikan ketidaksukaan mereka
tersebut, individu pada akhirnya juga dapat terhadap perilaku lesbian, tetapi pada
menemukan teman- teman yang memiliki kenyataannya individu masih merasa tidak
nasib yang sama dengan dirinya yaitu nyaman untuk mau membuka diri kepada
penyuka sesama jenis. lingkungannya.
Meskipun mengalami pergolakan
batin atas permasalahannya, umumnya SIMPULAN
individu memiliki keinginan untuk menjadi Berdasarkan hasil penelitian yang
wanita normal, menikah, dicintai, dan telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
diterima di lingkungannya. Untuk munculnya kecenderungan perilaku seksual
mewujudkan hal tersebut, individu harus lesbian pada santri disebabkan adanya
berusaha lebih keras lagi merubah dirinya dan pengaruh lingkungan sosial. Bentuk- bentuk
merubah penilaian orang- orang terhadapnya. perilaku seksual yang terjadi antara subjek
Dan untuk itulah, selain kemauan dari dengan pasangan diantaranya adalah
individu sendiri, dukungan dari keluarga, berpelukan, berciuman dan menyentuh bagian
teman dan lingkungan akan sangat tubuh dari pasangan.Aktifitas seksual
mempengaruhi individu untuk dapat berubah. biasanya dilakukan di asrama. Reaksi
Berdasarkan kondisi tersebut, maka lingkungan menunjukkan bahwa kebanyakan
menurut Erikson, salah satu tugas dari masyarakat pondok pesantren sangat
ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
Harmaini dan Ratna Juita Perilaku Lesbian Santri…|19

menolak adanya aktifitas seksual tersebut dan


membatasi diri untuk bergaul dengan individu DAFTAR PUSTAKA
Afifuddin & Saebani, B.A. (2009).
SARAN Metodologi Penelitian Kualitatif.
Dari fenomena santri dengan perilaku Bandung: Pustaka Setia
seksual lesbian di pondok pesantren ini, Amsyari.(1986). Prinsip-Prinsip Masalah
peneliti ingin memberikan saran kepada santri Pencemaran Lingkungan. Jakarta:
agar membuka diri terhadap keluarga agar Ghalia.
santri tidak merasa sendiri dengan masalah Anam, Khairul. (2007). Dzikir- Dzikir Cinta.
yang dialami.Mencari informasi dari sumber- Yogyakarta: Diva press
sumber yang tepat agar santri tidak terjatuh Arikunto, Suharsimi.(1986). Prosedur
dalam kesalahan juga mengikuti kegiatan- Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek.
kegiatan yang lebih mendekatkan santri Jakarta: Bina Aksara
kepada Allah SWT. Selain itu, santri juga Agustina, dkk.(2005). Semua Tentang
memikirkan masa depan mereka yang akan Lesbian. , Jakarta: Ardhanary Institute
memberikan banyak kesempatan untuk Crawford.(2000). Pengertian Lesbianisme.
menjadi pribadi yang lebih baik karena yang Jakarta: Bumi Aksara.
mereka jalani saat ini adalah jalan yang salah. Dhofier, Zamakhsyari. (1986). Tradisi
Terhadap pihak- pihak yang berkaitan Pesantren :Studi Tentang Pandangan
dengan pondok pesantren, peneliti ingin Hidup Kyai. 1986. Jakarta: LP3ES
memberikan saran agar pihak pondok Dzulkarnain, Iskandar. (2006). Homoseksual
mempertimbangkan kembali system yang ada Di Pesantren.Tesis. Yogyakarta:
di pondok pesantren, terlebih dalam mengatur Program Studi Ilmu Sosial.
kehidupan santri yang cenderung kurang Universitas Gajah Mada
mendapat perhatian. Adanya kegiatan- Gatra, (2003) dalam www.e-psikologi.com )
kegiatan atau pelatihan keterampilan akan Haedari, Amiin, dkk.(2004). Masa Depan
membantu santri untuk lebih produktif dalam Pesantren.IRD PRESS
berkarya serta mendorong kreatifitas santri Hasbullah.(1995). Dasar- Dasar Pendidikan.
dan menciptakan pikiran yang positif. Jakarta: Raja Grafindo
Untuk peneliti selanjutnya, skripsi ini Hatib, Abdul Kadir.(2007). Tangan Kuasa
sangat jauh dari kata cukup untuk dalam Kelamin. Yogyakarta:
menggambarkan bagaimana dinamika INSISTPress
kehidupan santri dengan perilaku seksual Idrus, Muhammad. (2009). Metode Penelitian
lesbian. Dalam penulisan skripsi ini, peneliti Ilmu Sosial.Yogyakarta : Erlangga
memiliki kelemahan pada kelengkapandata Jahja, Yudrik. (2011). Psikologi
yang tidak cukup menggambarkan bagaimana Perkembangan. Jakarta. Kencana
kehidupan santri di asrama, perkembangan Prenamedia Group.
santri sebelum dan selama berada di JhonW. Santrock.(2003).Adolescence,
asrama.Oleh karena itu, peneliti menyarankan Perkembangan Remaja, Edisi6,
kepada peneliti selanjutnya yang ingin Jakarta: Erlangga
melakukan penelitian mengenai perilaku Kartono, K. 2009. Psikologi Abnormal dan
lesbian di pondok pesantren agar dapat Abnormalitas Seksual.Bandung :
menggali informasi dengan lebih cermat Mandar Maju.
untuk mendapatkan hasil penelitian yang Liansyah, Daffy.(2015). Identity
diinginkan. FormationPada
ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
20| PSIKIS–Jurnal Psikologi Islami Vol. 3 No. 1 Juni 2017

Gay.Skripsi.Pekanbaru : Fakultas Soewadi.Koran Tempo 14 Juni 2012.Lesbian


Psikologi Universitas Islam Negeri dalam Pandangan
Sultan Syarif Kasim Psikiatrik.http://www.tempo.co. di
Madjid, R. (1997). Islam Kemoderenan dan akses tanggal 15 November, 2016
ke-Indonesiaan. Bandung: Mizan Sugiyono.(2010). Metode Penelitian
Pustaka Kuantitatif Kualitatif & RND.
M.S. Siahaan, Jokie. (2009). Perilaku Bandung : Alfabeta.
Menyimpang: Pendekatan Sosiologi. Suharsimi, Arikunto. (2010). Prosedur
Jakarta: Puri Media Kembangan Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Moleong, L.J. 2001.Metodologi Penelitian Jakarta:Rineka Cipta
Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Tan Poedjiati. (2005). Mengenal Perbedaan
Rosdakarya Orientasi Remaja Putri. Surabaya:
Mutohar, Ahmad & Nurul Anam.(2013). Suara Ernest
Manifesto Modernisasi Pendidikan Zarkasyi, Amal Fathullah. (1998). Pondok
Islam danPesantren. Yogyakarta: Pesantren Sebagai Lembaga
Pustaka Pelajar Pendidikan dan Dakwah. Jakarta:
Majid, Nurkholis. (1997). Bilik- Bilik GIP.
Pesantren. Jakarta: Paramadina http://www.vemale.com/topik/cinta-dan-
Poerwandari, E.K. (2009). Pendekatan seks/47050-seri-mairil-iii-penyebab-
Kualitatif Untuk Penelitian Ilmu fenomena-mairil-di-pesantren.html
Perilaku Manusia. Jakarta: LPSP3 diakses tanggal 23 januari 2016
Fakultas Psikologi Universitas http://ips-
Indonesia mrwindu.blogspot.com/2009/04/penyi
Rohmah, Naily. (2011). Homoseksualitas mpangan-sosial-dalam-
dalam Dunia Pesantren (Studi masyarakat.html. di unduh pada
tentang Fenomena Lesbianisme di tanggal 2 februari 2016.
Kalangan Santri di Kabupaten http://thisisgender.com/lesbian-dalam-
Kudus). Skripsi. Semarang: pandangan-hukum-fikih/diakses pada
Universitas Negeri Semarang. tanggal 7 februari 2016
Zuhri, Saifuddin. 2006. Dalaq di Pesantren. http://tafsirhaditsuinsgdbdgangkatan2009.blo
Yogyakarta. Sekolah Pasca Sarjana gspot.co.id/2012/10/homoseksual-gay-
UGM, Tesis dan-lesbian-dalam.html, diunduh
Setiadi, M. Elly & Kolip Usman. (2011). tanggal 10 Oktober 2015)
Pengantar Sosiologi: Pemahaman
Fakta Dan Gejala Permasalahan
Sosial; Teori Aplikasi Dan
Pemecahannya. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group
Soekanto, Soerjono.( 2007). Sosiologi Suatu
Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Soetjiningsih. (2004). Buku Ajar: Tumbuh
Kembang Remaja Dan
Permasalahannya.Jakarta: Sagung
Seto
ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468

Anda mungkin juga menyukai