1 (2017) 11-20
ABSTRACT
Santri is a term usually used to refer to female students who study or study at boarding school
environment. Generally, santri fall into the category of teenagers where at this time is a period to
explore and experiment on everything, including their sexual identity. This research is motivated by
the existence of cases referring to the tendency of lesbian sexual behavior among students. The
purpose of this research is to know the background and the form of sexual behavior that occurs in
santri. This research is a qualitative case study involving two students of boarding school. The data
were collected by using in-depth interview technique and observation conducted within three
months. Data analysis used in this research is descriptive qualitative and then triangulation data
from different sources. The results showed that; 1). The proximity of the subject with a friend who
is a lesbian affects the subject to later become a lesbian. 2) the emergence of attention and comfort
of the subject of a friend of a kind further strengthen the urge to become a lesbian. Form of sexual
behavior that has ever done the subject of hugging, kissing and touching certain body parts of their
partner.
ABSTRAK
Santri merupakan istilah yang biasanya dipakai untuk menyebut siswa perempuan yang belajar atau
menuntut ilmu di lingkungan pondok pesantren. Umumnya, santri masuk dalam kategori remaja
dimana pada masa ini merupakan masa mengeksplorasi dan bereksperimen tentang segala hal,
termasuk identitas seksual mereka. Penelitian ini dilatarbelakangi dengan adanya kasus yang
merujuk pada kecenderungan perilaku seksual lesbian dikalangan santri.Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui latar belakang dan bentuk perilaku seksual yang terjadi pada santri.
Penelitian ini merupakan studi kasus kualitatif yang melibatkan dua orang santri pondok pesantren.
Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara mendalam dan observasi yang
dilakukan dalam rentang waktu tiga bulan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif dan selanjutnya dilakukan triangulasi data dari sumber yang berbeda. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa; 1). kedekatan subjek dengan teman yang merupakan seorang
lesbian mempengaruhi subjek untuk kemudian ikut menjadi lesbian. 2) timbulnya perhatian dan
kenyamanan subjek terhadap teman sejenis semakin menguatkan dorongan untuk menjadi lesbian.
Bentuk perilaku seksual yang pernah dilakukan subjek yaitu berpelukan, berciuman dan menyentuh
bagian tubuh tertentu dari pasangannya.
ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
12| PSIKIS–Jurnal Psikologi Islami Vol. 3 No. 1 Juni 2017
jujur dan bermoral, dan mempersiapkan para bahwa aturan dan sistem pembagian kamar di
santri untuk hidup sederhana dan bersih hati. pesantren merupakan faktor pendorong
Kebanyakan dari pondok pesantren munculnya dorongan lesbian di kalangan para
mengatur dengan ketat bagaimana hubungan santri.
interaksi antara laki- laki dan perempuan. Dalam sebuah wawancara seorang
Kedekatan antara laki- laki dengan konsultan seks bernama dr. Boyke Dian
perempuan masih dianggap tabu dalam Nugraha, SpOG Mars di media online,
lingkungan pesantren. Sehingga, tidak jarang menyatakan bahwa “Penyimpangan seksual
pada beberapa pondok pesantren sampai seperti homoseksual dan lesbian paling
memisahkan ruang belajar antara santri banyak terjadi di pondok pesantren. Sekolah
dengan santri untuk menghindari terjadinya khusus laki- laki dan perempuan membuat
interaksi tersebut. Kehidupan pesantren yang mereka berorientasi pada satu jenis kelamin,
memberikan batasan yang sangat tegas antara itulah sebabnya di pesantren paling banyak
santri dengan santri dalam hak dan tanggung kasus penyimpangan seksual. Tapi itu juga
jawab, ruang gerak dan berdasarkan jenis menandakan mereka kurang mendapatkan
kelamin ini ternyata berimplikasi pada pendidikan seks,” . (Health Liputan6.com,
hubungan yang sangat dekat antara sesama 2015)
santri(Anam, 2007). Kasus lesbian di kalangan santri juga
Santri pondok pesantren secara umum terjadi di sebuah pondok pesantren yang
berada pada masa remaja dimana mereka berada di Provinsi Sumatera Barat. Informasi
memiliki emosi, rasa ketergantungan terhadap tersebut peneliti peroleh dari wawancara
orang lain dan rasa ingin tau yang sangat peneliti dengan salah seorang ustadz berinisial
tinggi. Dengan pertumbuhan dan Ad yang mengajar di pondok pesantren
perkembangan masa remaja dengan sangat tersebut. Ustadz Ad mengatakan bahwa
cepat ini, santri sangat mudah dipengaruhi terdapat beberapa orang santri yang
oleh lingkungan dan meniru apa yang mereka terindikasi sebagai pelaku lesbian,
sukai dan anggap benar. Pertumbuhan santri sebagaimana pernyataan Ustadz Ad kepada
di masa remaja salah satunya ditandai dengan peneliti ; “ada 4 orang santri yang diduga
munculnya kematangan organ- organ seks merupakan pasangan lesbian. Hal ini
yang mendorong santri untuk memiliki rasa diketahui dari laporan santri asrama kepada
mencintai dan ingin dicintai. Namun bagi Ustadz Sa yang mengaku telah melihat
santri sendiri, perasaan mencintai tersebut perilaku tidak wajar yang dilakukan oleh
akan sulit diwujudkan karena keterbatasan keempat santri tersebut. Pada awalnya
santri untuk berhubungan dengan laki- laki. Ustadz Sa tidak percaya dengan pengakuan
Hal inilah yang kemudian disinyalir sebagai santri tersebut, namun karena santri yang
salah satu faktor munculnya kedekatan santri lain juga mengatakan hal yang sama, ustadz
terhadap santri lainnya. Sa bermaksud untuk mendiskusikan kasus
Fenomena homoseksual di lingkungan tersebut kepada Ustadz Am guna mengambil
pesantren terbukti dengan adanya penelitian tindakan terhadap keempat santri tersebut”
yang dilakukan oleh Naily (2011) mengenai (Wawancara Ustadz Ad, Agustus 2015).
Homoseksualitas Dalam Dunia Pesantren Dari pembicaraan peneliti dengan
yang menunjukkan bahwa di Pesantren Al Ustadz Ad dan Ustadz Am tersebut, serta
„Ulumi terdapat 2 kasus penyimpangan informasi yang penulis terima dari beberapa
seksual berupa perilaku lesbian di kalangan informan penelitian, inilah yang kemudian
santri. Hasil penelitian tersebut menunjukkan mendasari ketertarikan peneliti untuk
ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
Harmaini dan Ratna Juita Perilaku Lesbian Santri…|13
terjadi pada bayi perempuan maka akan individu untuk menarik perhatian lawan jenis
mengakibatkan maskulinisasi pada bayi yang dipercaya dapat menyebabkan
perempuan tersebut. homoseksualitas atau lesbi. Pandangan lama
b. Teori Psikososial juga menganggap bahwa lesbianisme terjadi
Beberapa teori perkembangan karena adanya dendam, tidak suka, takut atau
orientasi homoseksual menghubungkan tidak percaya terhadap laki-laki.
dengan pola asuh, trauma kehidupan, dan Pandangan ini juga menganggap
tanda-tanda psikologis individu, yaitu : bahwa lesbi adalah pilihan kedua setelah
3) Pola asuh heteroseksual walaupun tidak merefleksikan
Freud mempercayai bahwa indvidu suatu kekurangan pengalaman berhubungan
lahir sebagai biseksual dan hal ini dapat heteroseksual maupun mempunyai riwayat
membawa tendensi homoseksualitas laten. hubungan heteroseksual yang tidak
Dengan pengalaman perkembangan menyenangkan. adanya trauma kehidupan
psikoseksual normal melalui fase homoerotik, misalnya patah hati yang terus menerus,
individu dapat berkembang menjadi merasa tidak mampu menarik perhatian lawan
heteroseksual. Freud juga berpendapat jenis dan adanya berbagai trauma dalam
individu juga dapat terfiksasi pada fase kehidupan yang menjadi pemicu dan salah
homoseksual sejak mengalami hal- hal satu latar belakang memilih jalan sebagai
tertentu dalam kehidupannya, misalnya seorang homoseksual atau lesbi.
mempunyai hubungan yang buruk dengan 5) Tanda- tanda psikologik
ibunya dan lebih sayang pada ayahnya tetapi Perilaku kanak- kanak terutama dalam
ketika ayahnya meninggal ia gagal hal bermain dan berpakaian juga dianggap
mengalihkan rasa sayang kepada ibu dan dapat menentukan homoseksualitas di
terlebih lagi ibu menikah lagi tanpa kemudian hari. Anak laki-laki yang bermain
sepengetahuannya dan ayah tiri yang boneka, memakai baju ibu, atau tidak
sewenang- wenang terhadap ibunya. menyukai permainan laki-laki disebut sissy
Hubungan orang tua dan anak yang seperti ini dan jika perempuan tidak menyukai permaian
dapat menyebabkan rasa bersalah dan perempuan dan senang bermain dengan teman
kecemasan yang mendorong menjadi laki-laki disebut tomboy.
homoseksual atau lesbi.
Setiap individu mengalami Santri
perkembangan psikoseksual normal melalui Madjid (1997) mengupas asal usul
fase homoerotik, individu dapat berkembang perkataan santri, ia berpendapat Santri itu
menjadi heteroseksual, mengalami fiksasi berasal dari perkataan ”sastri” sebuah kata
pada fase homoseksual kemudian adanya dari Sansekerta, yang artinya melek huruf,
hubungan yang tidak baik antara anak dengan dikonotasikan dengan kelas literary bagi
kedua orang tua, anak dengan salah satu orang jawa yang disebabkan karena
orang tua, orang tua tiri atau lingkungan yang pengetahuan mereka tentang agama melalui
lain. Hubungan yang seperti ini menjadi kitab- kitab yang bertuliskan dengan Bahasa
pemicu menjadi seorang homoseksual atau Arab. Kemudian diasumsikan bahwa santri
lesbi karena adanya kecemasan dan rasa berarti orang yang tahu tentang agama
bersalah. melalui kitab- kitab berbahasa Arab dan atau
4) Trauma kehidupan paling tidak santri bisa membaca Al-Qur'an,
Pengalaman hubungan heteroseksual sehingga membawa kepada sikap lebih serius
yang tidak bahagia atau ketidakmampuan dalam memandang agama.
ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
Harmaini dan Ratna Juita Perilaku Lesbian Santri…|15
didasarkan pada tahapan analisis dan biasanya dimainkan oleh anak laki- laki
interpretasi data yang dijabarkan oleh seperti bermain kelereng, memanjat pohon,
Poerwandari (2009): Menyimpan dan atau bermain lumpur di sawah- sawah yang
mengorganisasi data, melakukan coding berada disekitar rumahnya. Meskipun
terhadap verbatim wawancara, kemudian tomboy, Rr dikenal baik dan merupakan
peneliti mulai melakukan analisis data. sosok gadis yang periang dan ramah serta
Analisis data yang dilakukan berdasarkan akrab dengan banyak orang.
teori yang sesuai dengan hasil penelitian, Rr diketahui menjadi santri dengan
Setelah data dari masing- masing subjek perilaku seksual lesbian setelah aktifitas
selesai dianalisis, peneliti lalu melakukan seksualnya diketahui oleh teman- temannya di
analisis banding terhadap keempat subjek asrama. Setelah menyelesaikan ujian nasional,
Rr memutuskan untuk pindah dari pondok
HASIL PENELITIAN pesantren ke sebuah Madrasah Aliyah Negeri.
Penelitian ini dilaksanakan kurang Proses wawancara peneliti dengan
lebih selama 3 bulan yaitu dari bulan Maret subjek Rr lebih sering dilakukan di taman
hingga bulan Juni 2016 dengan melibatkan sekolah rr. Hal ini karena selain sekolah, rr
dua orang santri sebagai subjek penelitian. mengikuti beberapa kegiatan ekstrakurikuler
Proses pengambilan data dilakukan sehingga menjadi sulit untuk mengatur
dengan wawancara dan observasi terhadap pertemuan di lokasi lain.
subjek penelitian di lokasi yang berbeda. Rr menjadi individu dengan perilaku
Proses wawancara dilakukan di rumah seksual lesbian karena Rr berteman dengan
peneliti, asrama pondok pesantren dan taman orang yang juga memiliki perilaku seksual
sekolah subjek. Peneliti menggunakan alat lesbian. Selain itu, dari pasangannya, Rr
perekam untuk menyimpan data wawancara mengaku bahwa pasangannya tersebut
subjek. Significant others dalam penelitian ini memberikan perhatian terhadap Rr. Bentuk
adalah teman dan guru- guru subjek di perilaku seksual yang dilakukan Rr dengan
pondok pesantren yang diharapkan dapat pasangannya diantaranya adalah berpelukan,
memberikan masukan informasi yang tidak berciuman dan menyentuh bagian tubuh dari
sempat tergali oleh peneliti dari subyek pasangan.
penelitian.
PEMBAHASAN
Subjek Rr Ketertarikan terhadap individu dari
Rr merupakan anak ketiga dari tiga jenis kelamin yang sama dialami oleh subjek
bersaudara. Rr memiliki kakak perempuan pada masa remaja. Pada masa remaja awal,
yang sudah menikah dan satu orang kakak individu mulai mengagumi, menyukai dan
laki- laki yang bekerja sebagai guru. Rr tertarik pada sesama jenis. Perasaan tersebut
memiliki keluarga yang cukup harmonis, muncul karena adanya kelebihan yang
meski kedua orang tuanya adalah petani, dimilikisesama jenis seperti kepintaran,
namun Rr termasuk keluarga dengan tingkat kelembutan dan sikap perhatian.
ekonomi menengah keatas. Perasaan kagum kepada orang dari
Semenjak duduk di bangku sekolah jenis kelamin yang sama membuat mereka
dasar, Rr dikenal sebagai gadis yang tomboy. merasa bingung dengan orientasi seksual
Hal ini ditunjukkan oleh sikap Rr yang senang mereka sendiri. Dengan munculnya
bermain dengan laki- laki dan cenderung kekaguman terhadap wanita tersebut, individu
melakukan kegiatan atau permainan yang berpikir bahwa hanya mereka yang
ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
Harmaini dan Ratna Juita Perilaku Lesbian Santri…|17