Anda di halaman 1dari 29

MUDZAKARAH ENAM SIFAT SAHABAT NABI SAW.

Sesungguhnya Allah swt telah meletakkan kejayaan dan kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat hanya pada
pengamalan agama secara kaffah (totalitas/sempurna). Kesempurnaan agama tersebut dapat dilihat dari perintah Allah
yang diterima dan dibawa oleh Rasulullah saw serta beramal berdasarkan sunnah beliau. Saat ini, umat Islam belum
mempunyai kekuatan untuk mengamalkan agamanya dengan sempurna. Sedangkan para sahabat Rasulullah saw telah
mampu mengamalkan agama secara sempurna karena mereka memiliki enam sifat. Jika umat Islam memiliki enam sifat
tersebut, maka dapat dipastikan umat Islam akan mampu mengamalkan agamanya dengan sempurna. Enam sifat tersebut
adalah:
1. Yakin pada kalimat thayyibah “Laa ilaaha illallah Muhammadur Rasulullah”
a. Laa ilaaha illallah
Laa ilaaha illallah artinya tiada Rabb yang berhak disembah kecuali Allah swt. Maksud dan tujuannya ialah
mengeluarkan keyakinan kepada makhluk yang ada di dalam hati dan hanya memasukkan keyakinan dan
kebesaran Allah ke dalam hati kita.
Fadhilah kalimat Laa ilaaha illallah adalah:
1) Barangsiapa meninggal dengan mengucapkan Laa ilaaha illallah maka ia dijamin masuk surga.
2) Barangsiapa mengucapkan kalimat Laa ilaaha illallah dan ia meyakini di dalam hatinya apa yang
diucapkan oleh lisannya, maka ia akan masuk surga dari pintu mana saja yang ia sukai.
3) Sekecil-kecilnya iman akan dibalas oleh Allah swt dengan surga yang luasnya sepuluh kali dunia.
Cara mendapatkan kalimat Laa ilaaha illallah adalah:
1) Dakwahkan pentingnya iman.
2) Latihan meningkatkan iman dengan cara membentuk halaqah (kajian) iman.
3) Berdoa kepada Allah agar supaya diberi hakikat iman.
b. Muhammadur Rasulullah
Muhammadur Rasulullah artinya Nabi Muhammad saw adalah utusan Allah. Maksud dan tujuannya ialah
meyakini bahwa satu-satunya jalan untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat hanya dengan
mengikuti sunnah (cara hidup) Rasulullah saw. Fadhilah kalimat Muhammadur Rasulullah adalah:
1) Rasulullah saw telah bersabda: tidak akan masuk neraka umatku yang meyakini di dalam hatinya bahwa
tidak ada Rabb yang berhak disembah kecuali Allah dan meyakini bahwa Muhammad adalah utusan
Allah.
2) Barangsiapa yang menghidupkan sunnahku, maka ia cinta kepadaku. Dan barangsiapa cinta kepadaku,
maka ia akan tingga bersamaku di dalam surga.
3) Barangsiapa berpegang teguh kepada sunnahku pada zaman kerusakan umatku, maka ia akan
mendapatkan pahala seratus orang mati syahid.
Cara mendapatkan kalimat Muhammadur Rasulullah adalah:
1) Dakwahkan pentingnya mengamalkan sunnah Rasulullah saw.
2) Latihan menghidupkan sunnah Rasulullah sehari 24 jam dalam kehidupan sehari-hari.
3) Berdoa kepada Allah swt agar diberi rahmat, taufiq dan hidayah-Nya untuk dapat mengamalkan sunnah
Rasulullah saw.
2. Shalat khusyu’ dan khudhu.
Shalat khusyu’ dan khudhu artinya shalat dengan konsentrasi batin dengan merendahkan diri di hadapan Allah swt
seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw. Maksud dan tujuannya ialah membawa sifat ketaatan kepada
Allah swt di dalam shalat ke dalam kehidupan sehari-hari di luar shalat. Fadhilah shalat khusyu’ dan khudhu adalah:
a. Allah swt telah berfirman: Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar.
b. Allah swt telah berfirman: Carilah pertolongan dengan sabar dan shalat.
c. Rasulullah saw telah bersabda: Shalat adalah mi’rajnya orang yang beriman.
Cara mendapatkan shalat khusyu’ dan khudhu adalah:
a. Dakwahkan pentingnya shalat.
b. Latihan memperbaiki shalat dengan cara:
1) Memperbaiki zahirnya shalat, seperti istinja’ yang benar, wudhu yang benar, dan gerakan-gerakan shalat
yang benar.
2) Menghadirkan keagungan Allah ke dalam hati kita saat mengerjakan shalat.
3) Belajar menyelesaikan masalah dengan shalat.
c. Berdoa kepada Allah swt agar memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya untuk diberi shalat khusyu’ dan
khudhu.
3. Ilmu ma’adz dzikir
a. Ilmu
Ilmu artinya segala petunjuk yang datang dari Allah swt melalui Rasulullah saw. Maksud dan tujuannya adalah
mengamalkan perintah Allah di setiap saat dan keadaan apapun melalui cara yang dicontohkan oleh Rasulullah
saw. Fadhilah ilmu ma’adz dzikir adalah:
1) Rasulullah saw bersabda: Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka Allah akan
memberikan kefahaman tentang pengetahuan agama kepadanya.
2) Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa memudahkan langkahnya menuju majelis ilmu, maka Allah akan
memudahkan langkahnya menuju surga.
3) Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa belajar satu ayat Al-Qur’an, maka lebih baik baginya daripada
shalat seratus rakaat. Dan barangsiapa belajar satu bab ilmu, maka lebih baik baginya daripada shalat
seribu rakaat.
Cara mendapatkannya adalah:
1) Ilmu fadha’il
 Dakwahkan pentingnya ilmu fadha’il.
 Mengajak orang lain untuk duduk dalam majelis ta’lim fadha’il.
 Hadirkan fadhilah dalam beramal.
 Berdoa kepada Allah supaya diberi keinginan untuk mendapatkan ilmu fadha’il.

1
2) Ilmu masa’il
 Dakwahkan pentingnya ilmu masa’il.
 Meluangkan waktu untuk duduk bersama para ulama’ dalam majelis ilmu masa’il.
 Bertanya mengenai permasalahan yang berkaitan dengan agama dan dunia kepada para ulama’.
 Silaturahmi (berkunjung) kepada para ulama’.
 Berdoa kepada Allah supaya diberi keinginan untuk mendapatkan ilmu masa’il.
b. Dzikir
Dzikir artinya mengingat Allah swt tentang keagungan Allah swt. Maksud dan tujuannya adalah menghadirkan
keagungan Allah swt. Fadhilah dzikir adalah:
1) Rasulullah saw bersabda: Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Allah dengan orang yang tidak
berdzikir kepada Allah seperti orang yang hidup dengan orang yang mati.
2) Allah swt berfirman: Hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.
3) Allah swt berfirman: Ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku akan ingat kepadamu.
Cara mendapatkannya adalah:
1) Dakwahkan pentingnya dzikir.
2) Perbanyak membaca Al-Qur’an.
3) Perbanyak tasbihat (menghadirkan ke-MahaSucian Allah di dalam hati), shalawat (mengingat betapa
besarnya pengorbanan Rasulullah saw kepada kita), dan istighfar (meyakini bahwa Allah Maha
Pengampun) setiap pagi dan petang.
4) Mengamalkan doa-doa masnunah.
4. Ikramul muslimin.
Ikramul muslimin artinya memuliakan sesama muslim. Maksud dan tujuannya ialah menunaikan hak-hak sesama
muslim tanpa menuntut hak-hak darinya. Fadhilah ikramul muslimin adalah:
a. Allah akan menolong hamba-Nya selama ia menolong sesamanya.
b. Allah swt akan menutupi aib seorang muslim selama ia menutup aib saudaranya. Dan Allah swt akan membuka
aib seorang muslim selama ia membuka aib saudaranya yang muslim, sehingga ia dipermalukan di rumahnya
sendiri.
c. Senyummu untuk saudara muslim adalah sedekah.
Cara mendapatkan ikramul muslimin adalah:
a. Dakwahkan pentingnya ikramul muslimin.
b. Memuliakan para alim ulama’, menghormati orang tua, menghargai sesama umat muslim, dan menyayangi
orang yang lebih muda.
c. Memberi salam kepada orang yang dikenal maupun orang yang tidak dikenal.
d. Mau bergaul dengan orang-orang yang berbeda watak.
e. Berdoa kepada Allah agar diberi anugerah sifat ikramul muslimin.
5. Tash-hihun niyah
Tash-hihun niyah artinya membetulkan niat. Maksud dan tujuannya ialah membersihkan niat dalam setiap amalan
semata-mata karena Allah swt. Fadhilah tash-hihun niyah adalah:
a. Sesungguhnya Allah swt tidak akan menerima amalan kecuali yang ikhlas.
b. Allah swt tidak akan memandang harta dan rupamu, tetapi Allah swt hanya memandang hati dan amalanmu.
c. Rasulullah saw bersabda: Hai Muadz, jagalah keikhlasan dalam setiap amalanmu karena amalan yang ikhlas
walaupun sedikit akan mencukupi.
Cara mendapatkan tash-hihun niyah adalah:
a. Dakwahkan pentingnya tash-hihun niyah.
b. Selalu memeriksa amalan. Pastikan sebelum, ketika, dan setelah beramal jangan disebut-sebut.
c. Berdoa kepada Allah agar ditanamkan sifat tash-hihun niyah.
6. Da’wah wa tabligh
Da’wah artinya mengajak, sedangkan tabligh artinya menyampaikan. Maksud dan tujuannya ialah:
a. Memperbaiki diri dengan mengorbankan diri, harta dan waktu sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah swt.
b. Menghidupkan agama dengan sempurna pada diri sendiri dan manusia seluruh alam dengan menggunakan
harta dan diri sendiri. Fadhilah da’wah wa tabligh adalah:
1) Allah swt berfirman: Tidak ada perkataan yang lebih baik daripada orang yang mengajak untuk taat
kepada Allah.
2) Pahala orang yang menyeru untuk berbuat kebaikan sebanding dengan orang yang mengamalkannya.
3) Sepagi dan sepetang keluar di jalan Allah lebih baik daripada dunia dan seisinya
Cara mendapatkan da’wah wa tabligh adalah:
a. Dakwahkan pentingnya da’wah wa tabligh.
b. Latihan da’wah wa tabligh dengan jalan keluar di jalan Allah 4 bulan seumur hidup, 40 hari setiap tahun, 3 hari
setiap bulan, dan 2,5 jam setiap hari.
c. Berdoa agar Allah swt memberikan rahmat, taufiq dan hidayah untuk diberikan hakikat da’wah wa tabligh.

2
ADAB ISTINJA
Anjuran dalam beristinja:
1. Menggunakan sandal atau alas kaki untuk menghindari najis. (Imam Nawawi). Akan lebih baik, di
dalam WC atau kamar mandi disediakan sandal khusus, dan sebaiknya tidak dibawa keluar WC/
Kamar mandi.
2. Masuk WC/ Kamar mandi dengan melangkahkan kaki kiri telebih dulu. (HR Tirmidzi).
3. Doa masuk WC/ Kamar mandi (dianjurkan baca doanya di luar pintu WC/ Kamar mandi, kira-kira 3
langkah ) Allahumma inni a’uudzubika minal khubutsi wal khobaaits. (Ya Allah, aku berlindung
kepada-Mu dari gangguan syetan laki-laki dan wanita) (HR Bukhari, Muslim)
4. Keluar WC/ Kamar mandi, disunnahkan dengan kaki kanan lebih dulu, dengan baca doa:
Ghufroonaka. Alhamdulillahilladzii adzhaba ‘anil adzaa wa ‘aafanii. (Aku memohon ampunan-Mu.
Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan penyakit dariku dan telah menyembuhkanku.) (HR
Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah)
5. WC adalah tempat berkumpul syetan. Tidak dianjurkan berlama-lama di dalamnya. Jika selesai
hajatnya, secepatnya keluar dari WC. (HR Nasa’I, Ibnu Majah).
6. Dianjurkan memakai tutup kepala ketika di dalam WC, dan baru membukanya jika kita hendak
membasahi rambut. (Ibnu Sa’ad). Jika tidak ada penutup kepala, hendaknya ditutup dengan lengan
baju. (Imam Nawani).
7. Buang air hendaknya dengan duduk, jangan berdiri seperti orang Yahudi dan Nasrani. (HR Bukhari,
Muslim, Abu Dawud, Nasa’i). Caranya adalah dengan duduk bertumpu di atas kaki kiri dan kaki
kanan tegak di atas tanah. Hal ini akan lebih memudahkan najis keluar dan mengistirahatkan anggota
tubuh utama, seperti lambung, dsb. (Imam Nawawi).
8. Hendakhnya beristinja hanya dengan tangan kiri. Jangan menyentuh kemaluan dengan tangan kanan.
(HR Bukhari, Nasa’i, Muslim, Tirmidzi).
9. Sunnah/ amat dianjurkan menghemat air. Gunakan secukupnya. Nabi saw biasa menggunakan air
dengan ukuran, seperti ukuran air wudhu, ukuran untuk buang air kecil dan untuk mandi. (HR
Tirmidzi).
10. Hati-hati dengan cipratan air kencing, terutama jika kencing berdiri. Banyak orang yang disiksa
di dalam kubur, karena tidak hati-hati ketika istinja dan tidak sempurna ketika berwudhu. (HR
Bukhari, Muslim, Ibnu Majah).
Larangan Dalam Beristinja:
1. Jangan membawa lafazh ‘Allah’ dan ‘Muhammad’ atau ayat-ayat Al Qur’an ke dalam WC/ Kamar
mandi. (HR Nasa’i)
2. Jangan membuang hajat dengan menghadap ke arah kiblat dan jangan membelakanginya.
Menghadaplah ke arah selain kedua arah tadi. Boleh menghadap atau membelakangi kiblat jika
berada di dalam bangunan, itupun jika darurat atau terpaksa. (HR Bukhari, Nasai’i, Muslim,
Tirmidzi). Maksud menghadap atau membelakangi kiblat adalah, menyingkapkan qubul atau dubur
ke arah kiblat atau membelakanginya. (Imam Nawawi).
3. Jangan berbicara atau berkomunikasi di dalam WC. (HR Abu Dawud, Ibnu Majah). Termasuk
menjawab salam pun tidak dianjurkan. Menjawabnya cukup dengan isyarat/ berdehem. (HR Muslim,
Tirmidzi, Nasa’i).
4. Tidak boleh berdua/ berduaan di dalam satu kamar mandi, kecuali suami istri. (HR Ibnu Majah, Abu
Dawud).
5. Tidak boleh beristinja menggunakan tulang atau kotoran hewan yang telah kering. Benda-benda itu
adalah makanan jin. (HR Muslim, Nasa’i).
6. Jangan buang air kecil/ besar di lubang-lubang tanah, karena mungkin itu tempat tinggal jin. Sa’ad
bin Ubadah mati dibunuh oleh jin karena kencing di lubang tanah. Dan jangan pula buang hajat di
jalan umum, tempat orang lalu lalang, di tempat berteduh, di sumber air/ mata air, di kolam
pemandian, di bawah pohon yang berbuah, atau di air yang mengalir. (HR Muslim, Tirmidzi).
7. Tidak disukai buang air langsung di air yang diam/ tergenang, atau air yang mengalir, karena
kebanyakan jin bertempat di situ pada malam hari. (Imam Nawawi).
8. Boleh buang air dengan memakai pispot. Nabi saw biasa meletakkannya di dekat tempat tidur
Beliau. (HR Nasa’i).
9. Jangan makan, bernyanyi dan bersiul saat berada di dalam WC, meskipun tidak sedang buang hajat
atau mandi. (HR Ibnu Majah, Abu Dawud).
10. Jangan menampakkan atau memperlihatkan aurat ketika buang air, usahakan bertutup diri atau pergi
menjauh agar tidak terlihat oleh orang umum. (HR Muslim, Tirmidzi). Sebaiknya mencari tempat
yang tidak terlihat oleh orang, tidak tercium baunya dan tidak terdengar. (Imam Nawawi).
11. Laki-laki tidak boleh melihat aurat sesama laki-laki, begitu pula wanita tidak boleh melihat aurat
sesama wanita. (Ibnu Asakir).
12. Makruh buang air kecil di kamar mandi, karena dikhawatirkan sisa air kencing akan mengenai badan
orang yang mandi.(HR Tirmidzi). Kamar mandi dan WC sebaiknya dipisah.

3
13. Sunnah menuntaskan sisa air kencing dengan berdehem dan memijit-mijit kemaluan dari pangkal
sampai ujung, 3 kali.(Bagi kaum laki-laki) (Imam Nawawi).
14. Jangan menggunakan jari telunjuk dan jempol untuk istinja. Setelah selesai hendaknya tangan
digosokkan ke tanah atau dinding untuk menghilangkan bau, lalu dicuci dengan air. (Imam Nawawi).
15. Jangan memandang ke langit, melihat ke arah kemaluan atau melihat kotoran yang keluar darinya.
Dan makruh bagi orang yang sedang buang hajat itu, berbicara atau sambil melakukan pekerjaan/
aktifitas lain, selagi membuang hajatnya. (HR Muslim, Abu Dawud).
16. Benda-benda yang diperbolehkan untuk beristinja, yaitu: air, batu, tanah liat yang keras, dan kertas/
tissue. Digunakan sebanyak 3 kali atau jumlah ganjil. (HR Bukhari, Ibnu Majah). Jika sudah suci
pada kali yang ke-2, sempurnakan dengan yang ke-3. Jika sudah merasa suci ki tahap ke-4, maka
sempurnakan dengan kelima, dst. Lebih diutamakan menggunakan gabungan batu dengan air (Imam
Nawawi).
17. Benda-benda yang tidak sah untuk beristinja:
a. Benda-benda najis atau terkena najis. (Bukhari)
b. Makanan manusia, seperti roti dan sebagainya. Atau makanan jin, seperti tulang. ( HR Muslim,
Tirmidzi ).
c. Benda-benda terhormat, seperti bagian tubuh binatang yang belum terpisah darinya, terlebih lagi
bagian tubuh manusia. Tetapi jika telah terpisah darinya dan suci, seperti rambut binatang yang
halal dimakan dagingnya dan kulit bangkai yang telah disamak, maka boleh untuk istinja.
Adab Istinja Masuk Dan Keluar Dari Kamar Mandi/ WC
Dalam kehidupan sehari hari kita tentu tak bisa tidak harus ke kamar mandi/ wc, baik tujuannya
untuk bersuci, membersihkan diri ataupun buang hajat. Maka sudah selayaknya kita memperhatikan
sunnah sunnah nabi ketika masuk dan keluar dari kamar mandi, diantaranya:
1. Membaca Do’a
Kamar mandi/wc adalah tempat tinggal setan. Karena karena itu hendaknya kita memohon
perlindungan kepada Allah dari kejahatan setan laki laki dan perempuan dengan mengucapkan do’a:
Allahumma inniy a’udzubika minal khubusi walkhobaais ,”se-sungguhnya aku berlindung
kepadaMu dari godaan setan laki-laki dan perempuan”. (HR. Ahmad dari Anas bin Malik).
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam jika hendak masuk wc beliau membaca [ ِ‫هللا‬ ‫ ِم‬I‫“ ]بِ ْس‬Dengan
nama Allah. Ya Allah” (HR.Ibn Abi Syaibah (29902) dari Anas bin Malik. shahih al-jami’ (4714)
Dzikir ini berfungsi untuk menutup aurat manusia dari penglihatan jin. Rasulullah shallallahu’alaihi
wasallam pernah bersabda: “Penutup aurat anak Adam dari Pandangan jin ketika ia masuk wc adalah
dengan mengucapkan bismillah.” (shahih al-jami’ halaman 675 hadist no:3610)
2. Masuk Dengan Mendahulukan Kaki Kiri
Karena ia sedang memasuki tempat najis, maka seharusnya ia mendahulukan kaki kiri. Berbeda
halnya ketika memasuki tempat yang terhormat dan mulia, hendaknya ia mendahulukan kaki kanan,
misalnya masuk ke masjid. Setiap pekerjaan baik dan mulia hendaknya di mulai dengan sebelah
kanan. Dan apabila pekerjaan itu sebaliknya, maka di dahului yang sebelah kiri, salah satunya ketika
hendak masuk ke kamar mandi/wc.
3. Jangan Berlama-lama Di Kamar Mandi/wc
Janganlah seseorang berlama lama dalam kamar mandi, usahakan selekas mungkin ia menyelesaikan
hajatnya di kamar/mandi. Kalau sudah selesai segeralah keluar dan jangan berlama lama menetap di
dalamnya. Karena kamar mandi/wc adalah tempat setan dan kotoran sehingga tempat seperti itu tidak
di anjurkan untuk berlama lama berada di situ.
4. Keluar Dengan Mendahulukan Kaki Kanan
Sebab sebelah kanan selalu di dahulukan dalam melakukan setiap perkara yang baik. Keluar dari
kamar mandi/wc berarti berpindah dari tempat yang kotor ke tempat yang bersih. Oleh karena itu
mendahulukan kaki kanan ketika keluar.
Bacalah Do’a Ketika Keluar Dari Kamar Mandi/wc
Yaitu do’a yang pernah di ucapkan Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam ketika keluar dari wc
yaitu:
Ghufroonaka
“Aku minta ampun kepadaMu” (HR.Ahmad (VI/155), Abu Dawud (30), An-Nasaa’I dalam kitab Al-
Kubra (9907), At Tirmidzi (7), dan ia menghasankan hadist ini, Ibn Majah (300), Ibnu Hibban
(1441) Ihsaan, Al-Hakim (I/158), Ad-Daarimi (I/174), Ibn Jaaruud (42), Al_Bukhari dalam Adabul
Mufraad (693/97), Ibnu As-Sunni (23), dari ‘Aisyah radhiallahu’anha. Shaihi al-jami’ (4707).)

4
ADAB – ADAB MAKAN DAN MINUM
 Makanan dan minuman bersumber dari yang Halal dan cara mendapatkannya juga Halal.
 Makruh mencicipi makanan yang berbau kurang sedap.
 Niat makan buat untuk mengenyangkan perut tetapi agar kuat beribadah.
 Tidak makan sebelum lapar dan berhenti sebelum kenyang.
 Tidak berlebih-lebihan (isyraf) dalam makan dan minum.
 Segera makan jika dipersilahkan sehingga orang yang mengajak makan tidak berulang-ulang memanggil.
 Berwudhu,menutup kepala dan makan dengan berjamaah.
 Mencuci tangan dengan air yang mengalir agar kotoran dan kuman-kuman akan jatuh bersama air.
 Gunakan alas (Suprah)agar makanan yang jatuh bias diambil kembali.
 Disunnahkan untuk menunggu makanan, apabila makanan tekah tiba maka berdoa :”allahumma bariklanapiima rojaqtanaa wa kiqinaa
adzabannar”
 Duduk pada lantai dan tidak bersandar dengan cara pada kaki kiri dan lutut di tegakkan agar perut terlipat menjadi 3 bagian : sepertiga
bagian untuk makanan, sepertiga bagian untuk air dan sepertiga bagian untuk udara.
 Tidak mencium makanan dan meniup makanan yang masih panas tunggu hingga layak untuk di santap.
 Makan dan minum dengan menggunakan tangan kanan.
 Sebelum makan di sunnahkan mencicipi garam dengan jari manis.
 Makan diawali dengan ucapan :”Bismillahi wa alaa barakatillah”.
 Jika aada buah-buahan dianjurkan mencicipi terlebih dahulu dengan doa : “Allahumma bariklana pii syamarina”.
 Apabila kita lupa berdoa sebelum makan dan teringat ketika makan maka ucapkanlah :”Bismillahi awalahuu wa akhiro”.
 Disunnahkan dengan tiga jari (tiga suapan pertama) dan seterusnya boleh dengan lima jari.
 Disunnahkan memuji makanan.
 Meminum air putih diawali dengan tiga kali tegukan.Pada setiap tegukan diawali dengan Basmalah dan di akhiri dengan
hamdalahselanjutnya boleh dengan sekali tegguk.
 Hindari minum pada gelas atau suatu yang bibir gelasnya pecah atau retak dengan meletakkan mulut pada tempat yang pecah itu.
 Tidak menggunakan wadah makanan dan minuman yang terbuat dari emas dan perak.
 Dibolehkan minum susu dengan sekali teguk.
 Di sunnahkan berkumur-kumur sesudah minum susu.
 Di perbolehkan meminum air Zam-Zam dengan berdiri.
 Mendoakan orang yang memberi makanan atau minuman.
 Makanan yang pernah di makan oleh Nabi Saw adalah : semangka, labu, kurma, manisan, tepung roti/roti gandum, bekatul, anggur,
ketimun, daging unta, daging kambing, daging ayam, daging kelinci, daging burung khubara, belalang, susu murni, madu, air tepung
gandum dan air rendaman kurma.
 Rasulullah SAW menyukai dlafaf – makanan yang banyak tangan memakannya
 Membaca doa yang bermaksud :- ‘Dengan nama Allah, Ya Allah Ya Tuhanku, jadikanlah hidangan ini nikmat yang disyukuri yang
sampai nikmat syurga ke atas nya.’
 Makan cara hamba – semasa duduk makan, baginda merapatkan antara kedua lututnya dan antara kedua tapak kakinya – tapak kaki
kanan di atas tapak kaki kiri.
 Tidak memakan makanan yang sangat panas karena tidak (ada) berkah (diumpamakan memakan api).
 Tidak makan dengan dua anak jari karena cara demikian adalah cara makan syaitan.
 Menyukai kueh faludzaj – ramuan – minyak samin, madu lebah, tepung gandum.
 Menyukai roti syair, mentimun dan ruthab (kurma yang belum kering) ditambah dengan garam.
 Menyukai anggur dan semangka dimakan bersama roti dan gula atau ruthab.
 Makan ruthab dengan tangan kanan dan biji di tangan kiri baginda diberi makan kepada kambing yang lalu lalang di tempat baginda
makan.
 Makan anggur dengan memegang tangkainya sehingga air anggur kelihatang pada janggutnya seperti benang mutiara.
 Menyukai susu dengan tamar (al-athyabin – dua yang terbaik)
 Menggemari daging – penghulu makanan di dunia dan di akhirat – khasiat menguatkan pendengaran.
 Menyukai roti berkuah dengan daging dan buah labu dan bersabda bahwa labu itu adalah pohon Nabi Allah Yunus a.s. Pernah
menyarankan Aisyah ra memasak gulai dengan membanyakkan labu – akan menguatkan hati orang yang berduka
 Menyukai daging burung (tetapi tidak pula ikut menangkap burung).
 Tidak menundukkan kepala saat makan daging burung tetapi mengangkatkan daging ke mulutnya dan menggigitnya.
 Menyukai roti dengan minyak samin.
 Menggemari daging kambing – bagian lengan dan bahu, Kurma madinah (al-ajwah – berasal dari syurga) – penawar racun dan
sihir – adalah antara yang paling digemari di kalangan tamar.
 Sayur-sayuran yang digemari baginda pula adalah al-handaba, al-badzaruj dan al-hamqa’/ar-rajlah.
 Tidak menyukai bagian daging spt. buah pinggang, zakar dan biji zakar, ghudad, darah, empedu dll.
 Tidak menyukai bawang putih, bawang merah dan daun bawang prei (al-kurrats).
 Tidak pernah mencela makanan – kalau disukai, dimakan – kalau tidak disukai, ditinggalkan.
 Tidak menggemari dhab.
 Suka menghabiskan sisa makanan dengan anak jarinya – makanan yang penghabisan banyak barakahnya.
 Menjilat sisa makanan pada anak jari – yang tidak diketahui makanan mana yang paling berkat.
 Tidak menyapu dengan sapu tangan.
 Selesai makan – dibaca ‘Segala puji-pujian bagi Allah. Ya Allah Ya Tuhanku, bagiMu segala pujian. Engkau anugerahkan makanan,
maka Engkau anugerahkan kekenyangan. Engkau anugerahkan kepuasan (kehilangan haus). Bagi Engkau segala pujian yang tidak
dimungkiri keutamaannya, yang tidak ditinggalkan dan yang diperlukan kepadanya’
 Membasuh tangan dan menyapu sisa air ke muka.
 Minum dengan tiga kali teguk dan dibaca sebelum setiap teguk : Bismillah – dan selepas setiap teguk : Alhamdulliah.
 Minum senafas dan tidak bernafas dalam bekas minuman yang diminum melainkan semasa menghisap.
 Memberikan kelebihan air kepada orang yang lebih mulia kedudukannya baik di sisi di kiri atau di kanan baginda dan bersabda
kepada orang yang tidak mendapat air bahwa sunat mengutamakan (orang yang lebih mulia kedudukannya).
 Tidak menyukai air susu dan madu diminum bersama karena tidak melambangkan tawaddak.
 Pemalu dalam perihal makan – tidak meminta kepada keluarga baginda makanan/minum – tetapi kalau diberi, baginda makan atau
minum. Kadangkala bangun sendiri untuk mendapatkan makanan/minuman.

5
ADAB-ADAB DALAM MUSYAWARAH
Maulana ilyas rah.a berkata “Musyawarah adalah perkara yang besar.Allah Swt berjanji apabila kalian duduk ber Musyawarah
dan bertawakal kepada Allah Swt ,maka sebelum kalian berdiri ,kalian akan mendapat taufik ke jalan yang lurus.”
Musyawarah adalah azas dari usaha dakwah ini yang akan menjadi ruh dalam setiap pengorbanan.pengorbanan tanpa
Musyawarah akan sia-sia.tanpa Musyawarah maka ijtima “iyyat kerja akan hilang dan pertolongan Allah Swt.Akan
menjauh,karena nusralullah akan datang melalui kebersamaan umat ini.
Musyawarah adalah pengganti turunyya wahyu yang tidak akan turun lagi ,usaha ini tidak mengharap bantuan dari dunia tetepi
semata-mata hanya pertolongan dari Allah Swt.Dengan Musyawarah kesatuan hati akan terwujud dan akan meningkatkan pikir.
Ijima iyyat bukan berkumpulnya sekelompok orang,tetapi adanya kesatuan hati,pikir,dan gerak sebagai mana dalam shalat
berjamaah.ketika shalat seluruh jamaah satu hati (tawajuh),satu pikir (khusyu) dan satu gerak dan ini akan terwujud jika memiliki
sipat itsar (mengutamakan orang lain daripada diri sendiri) dan tawadhu (merasa orng lain lebih baik daripada diri sendiri).
Maulana Inamul rah a berkata :
 Musyawarah adalah berkumpul ,berpikir dan mentaaati keputusan.seluruh anbiya a.s biasa duduk dan
berpikir.Rasullullah Saw masuk ke gua hira duduk berpikir dan menerima wahyu.dimana ada kerisauan disitu ada petunjuk
Allah Swt.
 Karena seekor ayam mau mujahadah duduk mengerami telurnya maka telurnya pun mendapat ruh dan hidup sehingga
jika kita mau duduk dalam Musyawarah maka Allah Swt akan bukakan jalan pemecahan.
 Sebelum waktu Musyawarah diadakan para ahli musyawarah banyak berdoa dan menangis agar Allah Swt memberikan
keputusan terbaik dan tetap tawajjuh dalam Musyawarah.apabila di dalam Musyawarah terjadi kerusakan ini maka keruakan
ini akan akan wujud ke seluruh alam.
 Kerja ini adalah kerja Nabi Rasullullah Saw tidak bekerja sendirian tetapi bekerjasama dengan para sahabat r.a
sehingga mereka semua mendapat tarbiyah dari Allah Swt maka betulkan niat hanya mencari keridhaanNya agar Allah Swt
memberi tarbiyah yang sama.
 sasaran Musyawarah adalah bagaimana agar setiap usulan dengan mudah dan senang hati diterima oleh
Musyawirin.setiap usul dan keputusan harus jelas terbentang di hadapan seluruh ahli Musyawarah agar tidak terjadi
perpecahan dan selama hal itu merupakan yang terbaik untuk umat.
 Tidak menyimpan prasangka dalam Musyawarah , seluruhnya harus di bentangkan dan di ajukan. Bila banyak usulan
yang muncul berarti pikir jamaah bertambah.
 Setan selalu berusaha menggoda manusia begitu pun dalam Musyawarah.Setan selalu menggoda untuk memberi usul
dengan paksa.Setan brusaha agar kita memandang remeh usulan yang lain dan berusaha agar kita tidak ikhlas menerima
keputusan Musyawarah.
 Adapun usul yang muncul harus di tanggapi dengan hati lapang, bila tidak akan demikian orang tidak akan
menganggap penting duduk dalam Musyawarah.
 Tidak memotong , meremehkan dan menertawakan usul orang lain.Rasullullah Saw berkata kepada Abu Bakar
r.a”anggaplah diri kita hina pada setiap mengajukan usul seseorang jangan membicarakan keburukan susul seseorang di
belakangnya.bertambah takutlah kepada Allah.bila usul di terima sebaliknya apabila usul tidak diterima bolleh merasa
lega”.perbanyaklah bersyukur sepanjang Musyawarah jangan ada maksud yang lain ketika memberikan usul. Kemukakan
lah usul semata-mata untuk kepentingan dien.maka Allah Swt akan menjadikan Musyawarah sebagai asbab tarbiyah bagi
diri kita sendiri.
 Berpikirlah dengan sungguh –sungguh cari kecocokan antara tugas dan pelaksanaanya.jangan sampai orang diberi
tugas merasa terbebani. Berikan usul yang terbaik,singkat,jelas dan mampu di amalkan.

ADAB – ADAB DALAM MUSYAWARAH

o Musyawarah di pimpin oleh seorang amir , sebaiknya amir shaf.sebelum musyawarah ,hendaknya amir
mengosongkan hati dan pikirannya dadari rencana yang mungkin akan di putuskan dalam musyawarah.
o Musyawarah diawali dengan Basmalah , Hamdalah , Hendaknya masing – masing berdoa : “allahumma
alhimna mara sida umurina wa adidna ming syururi angfusina wa ming syayiati a maalina”. Artinya : “ Ya Allah
berilah kami petunjuk ( ilham ) apa yang menjadi urusan kami dan kami berlindung dari kejahatan diri kami dan
keburukan perbuatan orang lain”.
o Zihin singkat untuk membentuk pikir para musyawirin tentang arti , maksud dan tujuan
musyawarah.Timbulnya Jazbah pada setiap ahli musyawarah sehingga tidak ada yang merasa di perintah.
o Musyawirin menyampaikan Kargozari ( Laporan kegiatan program yang telah di lakukan ).
o Amir musyawarah meminta usul – usul mulai dari sebelah kanan ke sebelah kiri .Mengajukan usul usul yang
terbaik dan setelah usul disampaikan , anggaplah usul orang lain yang terbaik.
o Apabila usul kita di terima segera ber istigfar , sebab mungkin saja usul itu mendatangkan mudharat bagi
orang lain ,sebaliknya jika usulan kita di tolak maka ucapkan Alhamdulillah.
o Tidak memotong pembicaraan ( interupsi ),tunggulah orang lain selesai bicara dan tidak boleh menguatkan
pendapat orang lain.
o Keputusan bukanlah pada suara yang terbanyak. Kebenaran hanya pada Allah dan Rasul-Nya.hendaknya
keputusan sesuai dengan laporan ( kargozari ) atau data yang ada.
o Tidak mengajkan diri sendiri dalam suatu tugas , kecuali tugas Khidmat dan Mutakallim.
o Apabila keputusan telah di tetapkan ,maka ini adalah suatu amanah dari Allah SWT dan siap
melaksanakannya (sami”na wa athana). Menerima keputusan musyawarah sebagai hadiah bukan sebagai beban.
o Apabila dari hasil musyawarah terjadi hal yang tidak diinginkan maka janganlah berandai – andai.hal ini akan
menimbulkan peluang syetan untuk memecah hati kita.
o Perbedaan pendapat dalam musyawarah adalah rahmat tetapi beda pendapat di luar musyawarah adalah
Laknat.

6
ADAB – ADAB TIDUR
Ada ungkapan bahwa tidur adalah saudaranya kematian. Artinya, orang yang tidur sebenarnya harus punya persiapan
seperti orang yang akan menghadapi kematian. Orang yang tidur tentunya meninggalkan harta, anak, istri, dan segalanya.
Hal ini sama seperti orang yang mati yang tidak akan membawa apa-apa yang “merasa dimilikinya” di dunia. Oleh karena
itu, supaya tidur kita bernilai ibadah dan seandainya ketika kita tidur kemudian tidak bangun lagi, tetapi langsung
dibangunkan oleh malaikat dan disiapkan tempat di surga, maka hendaknya kita tidur mengikuti perilaku Rasulullah Saw.
Kebiasaan Rasulullah Saw merupakan teladan terbaik bagi umat Islam, tidak terkecuali dalam masalah tidur. Beliau dalam
beberapa haditsnya memberikan teladan kepada para sahabatnya yang juga bermanfaat bagi kita, umat akhir zaman.
Berikut ini Sunnah Rasulullah saw dalam masalah tidur:
1. Menutup Pintu, Memadamkan Api (Lampu), dan Menutup Bejana
Dianjurkan bagi seorang muslim untuk menutup pintu, memadamkan api (lampu), dan menutup bejana yang ada di
rumahnya sebelum tidur. Hikmahnya adalah kita tidak menghambur-hamburkan uang karena masih menyalanya
lampu, dan kita melindungi setiap wadah dari kejatuhan hal-hal yang tidak kita inginkan. Hal ini berdasarkan sebuah
hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Jabir bin Abdillah radhiyallahu‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda, “Padamkanlah lampu di malam hari apabila kamu akan tidur, tutuplah pintu, tutuplah
rapat-rapat bejana-bejana makanan dan minuman.”(HR Bukhari-Muslim).
2. Berwudhu
Berwudhu sebelum tidur memiliki hikmah bahwa ketika kita bersiap untuk mati, maka kita mati dalam keadaan suci.
Anjuran untuk berwudhu sebelum tidur dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Al Bara’ bin
‘Azib bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kamu mendatangi tempat tidurmu maka
berwudhulah seperti wudhu untuk shalat, lalu berbaringlah pada sisi kanan badanmu” (HR. Bukhari dan Muslim).
3. Membersihkan Tempat Tidur
Dianjurkan pula untuk mengibaskan kain pada tempat tidur sebanyak tiga kali sebelum berbaring. Hal ini memiliki
hikmah, seandainya ada binatang melata atau hal-hal yang tidak kita inginkan ada di tempat tidur, maka semuanya
sudahkita bersihkan. Anjuran ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Abu Hurairah
radhiyallahu’anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallambersabda: “Apabila seorang dari kamu akan
tidur pada tempat tidurnya, maka hendaklah mengibaskan kainnya pada tempat tidurnya itu terlebih dahulu, karena
ia tidak tahu apa yang ada di atasnya…”. Di dalam riwayat yang lain dijelaskan bahwa jumlah kibasan yang
dianjurkan adalah sebanyak tiga kali (HR. Bukhari dan Muslim).
4. Berbaring pada Bagian Kanan Badan
Posisi awal yang dianjurkan ketika tidur adalah dengan menumpukan badan pada bagian kanan badan dan dianjurkan
pula untuk menjadikan tangan kanan sebagai bantal untuk kepala. Menurut penelitian medis, posisi seperti itu sangat
baik untuk pencernaan selama proses istirahat. Hal ini berdasarkan hadits yang telah dibawakan di atas, bahwasanya
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Jika kamu mendatangi tempat tidurmu maka berwudhulah seperti
wudhu untuk shalat, lalu berbaringlah pada sisi kanan badanmu” (HR. Bukhari dan Muslim). Dalam riwayat lain
dijelaskan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apabila tidur beliau meletakkan tangan kanannya di
bawah pipi kanannya (HR. Abu Dawud, At Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban). Adapun ketika telah terlelap
tidak mengapa jika posisi badan berubah.
5. Membaca Beberapa Surat/Ayat Al Qur’an
Ada beberapa surat/ayat yang dianjurkan untuk dibaca menjelang tidur. Diantaranya:
Al Ikhlas, Al Falaq, dan An Naas, ‘Aisyah radhiyallahu‘anha berkata, “Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika
berada di tempat tidur di setiap malam, beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya, lalu kedua telapak tangan
tersebut ditiup dan dibacakan ’Qul huwallahu ahad’ (surat Al Ikhlash), ’Qul a’udzu birobbil falaq’ (surat Al Falaq)
dan ’Qul a’udzu birobbin naas’ (surat An Naas). Kemudian beliau mengusapkan kedua telapak tangan tadi pada
anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Beliau melakukan yang
demikian sebanyak tiga kali.” (HR. Bukhari) Ayat Kursi, hal ini berdasarkan hadits yang diriwiyatkan oleh sahabat
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu (HR. Bukhari). Dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah,berdasarkan sabda
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam “Barangsiapa membaca dua ayat tersebut pada malam hari, maka dua
ayat tersebut telah mencukupkan-nya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Surat Al Kafirun, berdasarkan sebuah hadits
yang mengisahkan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam mengajarkan sahabat Naufal untuk membaca
surat Al Kafirun sebelum tidur (HR Abu Dawud, Ahmad, dan At Tirmidzi). Surat Al Mulk dan As Sajdah, hal ini
berdasarkan penjelasan sahabat Jabir bin Abdillah, beliau berkata, “Tidaklah Rasulullah shallallahu ’alaihi wa
sallam tidur sampai beliau membaca alif lam mim tanzilus sajdah (surat As Sajdah) dan Tabarokalladzi biyadihil
mulk (surat Al Mulk)” (HR Bukhari). Mengenai surat-surat tersebut, maka membacanya tergantung dari kemampuan
kita. Akan lebih baik lagi jika kita mau berlatih sehingga bisa mengamalkan Sunnah Rasulullah Saw secara
sempurna.
6. Membaca Do’a Sebelum Tidur
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam mengajari kita untuk membaca doa sebelum tidur. Doa tersebut
adalah “Bismika Allahumma ahyaa wa amuut. (Dengan menyebut nama-Mu, Ya Allah, aku hidup dan mati.” 
Boleh juga ditambah dengan doa “Bismikarabbii wa dho’tu jambii wa bika arfa’uhu in amsakta nafsii farhamhaa
wa in arsaltahaa fahfazhhaa bimaa tahfazha bihi ‘ibaadakasshaalihiin. (Dengan menyebut nama-Mu wahai
Tuhanku, aku letakkan lambungku. Dengan nama-Mu aku mengangkatnya. Seandainya Engkau menahan nafasku
maka kasihanilah ia dan apabila Engkau membiarkannya maka jagalah ia sebagaimana Engkau menjaga hamba-
hambaMu yang shalih.” (HR Bukhari dan Muslim)
7. Menjauhi Hal-hal Makruh
Ada beberapa hal yang makruh yang sepatutnya dijauhi untuk dilakukan sebelum tidur. Diantaranya:
Makruh tidur di atas dak terbuka, berdasarkan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh sahabat `Ali bin Syaiban
bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallambersabda: “Barangsiapa yang tidur malam di atas atap rumah yang
tidak ada penutupnya, maka hilanglah jaminan darinya” (HR. Bukhari). Makruh tidur dalam posisi
telungkup (perut sebagai tumpuan), Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,“Sesungguhnya cara
berbaring seperti ini (telungkup) adalah cara berbaringnya penghuni neraka“. (HR Ibnu Majah)

7
ADAB – ADAB MASJID
1. Dasar utama mendirikan masjid adalah takwa. (Alquran). * Barangsiapa mendirikan masjid, Allah akan
mendirikan baginya bangunan seperti itu di surga. (Muslim).
2. Maksud dan tujuan masjid didirikan, adalah sebagai: 1) Tempat shalat. (Muslim), 2) Tempat dzikir. (Muslim),
3) Tempat tilawat Alquran. (Muslim), 4) Tempat majelis agama. (Bukhari, Muslim, Tirmidzi), 5) Tempat
ta’lim Alquran. (Thabrani, Bazzar), 6) Tempat ta’lim masail. (Thabrani), dan 7) Pusat dakwah Islamiyah.
(Bukhari, Muslim, Abu Dawud).
3. Masjid hendaknya dibangun di tempat yang dekat dengan masyarakat yang mudah dikunjungi. (Ahmad, Abu
Dawud).
4. Masjid hendaknya sederhana, tidak terlalu mewah seperti orang Yahudi dan Nasrani yang memperelok gereja.
(Abu Dawud). * Abu Darda ra. berkata, “Jika kamu mengukir-ukir masjid, maka kehancuran akan
menimpamu.”
5. Berlomba-lomba memperindah masjid, mengakibatkan riya dan berbangga diri. Akhirnya jauh dari maksud
sebenarnya mendirikan masjid. Sabda Nabi saw., “Akan datang kepada manusia satu masa, dimana mereka
akan berbangga-bangga dalam membangun masjid, tetapi mereka tidak meramaikannya, kecuali sebagian kecil
saja.” (Syarhus Sunnah).
6. Jika melihat masjid hendaklah membaca basmallah dan shalawat atas Nabi saw.. (Ahmad, Ibnu Majah).
7. Masuk masjid hendaknya mendahulukan kaki kanan dengan niat I’tikaf. (Ibnu Nu’aim, Abu Dawud). Lafazh
niat I’tikaf, ialah:
“Aku niat beri’tikaf di dalam masjid ini semata-mata karena Allah.”
* Caranya: Melepaskan sendal kaki kiri dan diinjak oleh kaki kiri. Kemudian lepaskan sendal kaki kanan dan
melangkah masuk. (Imam Nawawi).
8. Masuk masjid disunnahkan membaca doa:
“Ya Allah, bukakanlah untukku pintu rahmat-Mu.” (Abu Dawud, Nasa’i).
9. Keluar masjid hendaknya mendahulukan kaki kiri, dengan membaca doa;
Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon karunia dari-Mu. (Abu Dawud, Nasa’i). * Caranya:
Melangkah keluar dengan kaki kiri dan injak sendal bagian kiri. Kemudian masukkan kaki kanan ke sendal
kanan, lalu masukkan kaki kiri ke sendal kiri. (Imam Nawawi).
10. Sunnah memberi wewangian di masjid. (Nasa’i).
11. Sunnah shalat dua rakaat Tahiyyatul Masjid ketika masuk masjid sebelum duduk. (Bukhari, Muslim, Tirmidzi).
* Kecuali di Masjidil Haram, lebih utama dimulai dengan thawaf untuk menghormatinya.
12. Jika tidak sempat melakukan shalat Tahiyyatul Masjid, maka bacalah; ‘Subhanallah, walhamdulillah walaa
ilahaillallah wallahu akbar’. empat kali.
13. Di masjid hendaknya hidup empat amalan di dalamnya, yaitu: 1) Dakwah (Bukhari, Muslim), 2) Ta’lim wa
ta’alum. (Muslim), 3) Dzikir ibadah, (Muslim), 4) Khidmat.
14. Selama di masjid hendaknya selalu menutup aurat. (Nasa’i).
15. Sebaik-baik tempat shalat bagi laki-laki adalah di masjid dan sebaik-baik tempat shalat bagi wanita adalah di
dalam rumahnya.
16. Masyarakat di sekitar masjid hendaknya menghormati tamu-tamu yang berziarah ke masjidnya, karena mereka
adalah tamu Allah swt.. (Abi Syaibah).
Hal-hal Yang Dibolehkan
1. Boleh mengeluarkan orang yang membawa bau-bauan tidak enak dari masjid (Nasa’i).
2. Boleh tidur di dalam masjid dengan niat i’tikaf. (Bukhari, Muslim).
3. Sunnah membuat kemah di dalam masjid untuk beri’’ikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.
(Nasa’i).
4. Boleh menjadikan tempat ibadah umat lain sebagai masjid. Dan boleh membongkar kuburan untuk dijadikan
masjid. (Nasa’i). * Maksudnya kuburan dipindahkan ke tempat lain untuk dijadikan masjid.
5. Boleh tidur, makan, dan minum di masjid asalkan dengan niat i’tikaf. (Nasa’i)
Hal-hal Yang Tidak Dibolehkan
1. Tidak boleh menjadikan kuburan sebagai masjid. (Nasa’i). * Sebelum dibongkar (dipindahkan), tempat itu
tidak boleh dijadikan masjid.
2. Tidak boleh meludah di dalam masjid. (Nasa’i).
3. Tidak boleh bersyair dan bernyanyi di dalam masjid. Jika mendengar orang bernyanyi di dalam masjid,
dianjurkan berdoa, “Semoga Allah menghancurkan mulutnya.” Tiga kali. (Ibnu Sina, Nasa’i).
4. Tidak boleh mengadakan jual beli di masjid. Jika melihat orang berjual beli di masjid, hendaknya berdoa,
“Semoga Allah merugikan perdagangannya.” (Tirmidzi, Nasa’i).
5. Tidak boleh mencari barang hilang di dalam masjid. Jika melihat orang mencari barang hilang di dalam masjid,
disunnahkan berdoa, “Ya Allah, semoga barangnya tidak ditemukan…” (Muslim, Ibnu Majah).
6. Tidak boleh membawa senjata terhunus ke dalam masjid. (Thabrani, Nasa’i).
7. Masjid tidak boleh dijadikan jalan lintasan untuk lewat. (Bukhari, Muslim).
8. Tidak boleh menyatukan pintu masjid untuk wanita dan laki-laki. Wanita tidak boleh masuk dari pintu laki-laki
dan sebaliknya. (Abu Dawud).
9. Tidak boleh bersuara keras, tertawa, bersenda gurau, berbicara sia-sia dan makruh membawa bau-bauan yang
tidak enak, seperti: bau bawang, rokok, jengkol, pete, dan lain-lain, ke masjid. (Bukhari, Muslim). * Termasuk
jangan buang angin di dalam masjid. (Muslim).

8
10. Tidak boleh memotong dan membersihkan kuku, rambut, mengibaskan kain dengan keras, menyisir rambut
dan janggut, atau bersiwak di dalam masjid. Perbuatan itu akan mengotori masjid. Dan jika ada kotoran,
disunnahkan mengeluarkannya dari masjid. (Abu Dawud).
ADAB-ADAB MEMBACA AL QUR’AN

1. Kewajiban bagi para pembaca Al Qur’an adalah memperhatikan tata cara membaca Al Qur’an.
Seperti dikatakan dalam sebuah syair : “ Tanpa adab, seseorang akan kehilangan keutamaan dari
Allah SWT”
2. Hendaknya tertanam dalam hati kita bahwa Al Qur’an ini benar-benar sebagai firman Alloh SWT
yang kita sembah, sebagai perkataan Dzat yang kita cintai dan kita cari. Bagi seseorang yang
telah merasakan cinta tentu mengetahui nilai surat cinta, tulisan atau ucapannya, yang benar-
benar terasa di dalam hati. Perasaan dan gelora cinta yang ada pada saat itu tidak mungkin dapat
dirumuskan dengan kata-kata. Seperti seorang shahabat Nabi, Ikrimah RA, jika hendak membaca
Al Qur’an, setiap kali akan membuka lembaran-lembaran Al Qur’an, maka ia hamper jatuh
pingsan sambil mengucapkan kata-kata,” Haadza kalamu Rabbi….hadzaa kalamu Rabbi ( Ini
adalah perkataan Tuhanku, ini adalah perkataan Tuhanku )”.
3. Seorang ahli sufi mengatakan barangsiapa selalu menyadari kekurangannya dalam melaksanakan
adab, maka ia akan bertambah dekat dengan Allah SWT. Dan sebaliknya, barangsiapa merasa
cukup dan ujub, maka akan bertambah jauh dari peningkatan.
4. Alim ulama telah menulis, ada enam ( 6 ) adab lahiriyah dan enam adab bathiniyyah dalam
membaca Al Qur’an.
5. Adab Lahiriyyah:
a. Sebelum menyentuh dan membaca Al Qur’an, hendaknya berwudhu dan bersiwak terlebih
dahulu. Membaca dengan penuh rasa hormat, duduk di tempat yang sepi dan menghadap
kiblat.
b. Tidak membacanya terlalu cepat, tetapi dibaca dengan tajwid dan tartil.
c. Berusaha menangis, walaupun terpaksa berpura-pura menangis.
d. Jika menjumpai ayat-ayat rahmat, hendaknya berdoa untuk mengharapkan ampunan dan
rahmat-Nya. Sebaliknya jika menjumpai ayat-ayat adzab dan ancaman Allah SWT,
hendaknya kita meminta perlindungan kepada-Nya, karena tidak ada penolong selain Allah
SWT. Jika kita menemukan ayat tentang kebesaran dan kemuliaan Allah SWT, maka
ucapkanlah Subhanalloh.
e. Jika dikhawatirkan akan menimbulkan riya’ atau mengganggu orang lain, sebaiknya
membacanya dengan suara yang pelan. Jika tidak, sebaiknya membacanya dengan suara yang
keras.
f. Bacalah dengan suara yang merdu, tetapi bukan dengan nyanyian. Banyak hadits yang
menganjurkan agar membaca Al Qur’an dengan suara merdu.
6. Adab Batiniyah:
a. Mengagungkan Al Qur’an di dalam hati sebagai kalam yang tertinggi.
b. Memasukkan keagungan Allah SWT dan kebesaran-Nya karena Al Qur’an adalah kalam-
Nya.
c. Menjauhkan rasa bimbang dan ragu dari hati kita.
d. Membacanya dengan merenungkan makna setiap ayat dengan penuh kenikmatan. Rasullulloh
SAW pernah berdiri sepanjang malam sambil berulang-ulang membaca ayat;
“ Jika Engkau mengadzab mereka, mereka itu adalah hamba-Mu. Dan jika Engkau
mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkau Maha Perkasa dan Maha Bijaksana.” ( QS
Al Maaidah 118 ) Pada suatu malam, Sa’id bin Jubair rah membaca satu ayat dari surat Yaa
Siin hingga tiba waktu shubuh; “ Dan ( dikatakan kepada orang-orang kafir ), ‘ Berpisahlah
kamu dari (orang-orang mukmin ) pada hari ini, wahai orang-orang yang berbuat
jahat.” ( QS Yaa Siin:59 )
e. Hati kita mengikuti ayat-ayat yang kita baca. Misalnya jika kita membaca ayat-ayat rahmat,
hendaknya hati kita merasa gembira dan senang. Sebaliknya ketika membaca ayat-ayat adzab,
hati kita hendaknya merasa takut.
f. Telinga benar-benar ditawajuhkan seolah-olah Allh sendiri sedang berbicara dengan kita dan
kita sedang mendengarkannya.
g. Satu hal penting yang perlu diperhatikan bahwa MENGHAFAL BEBERAPA ayat Al Qur’an
untuk dapat menunaikan sholat hukumnya fardhu ‘ain. Sedangkan MENGHAFAL
KESELURUHAN ayat Al Qur’an, hukumnya fardhu kifayah. Jika tidak ada seorangpun yang
hafizh Al Qur’an, maka seluruh kaum muslimin berdosa. Mulla Ali Qari Rah meriwayatkan
dari Az Zarkasyi Rah bahwa ia berkata,” Jika dalam satu kampung atau kota tidak ada
seorangpun penduduknya yang membaca Al Qur’an, maka semua penduduk kampung itu
berdosa.

9
10
ADAB-ADAB SHOLAT BERJAMA’AH
1. Suatu kampung yang berpenduduk sedikitnya tiga orang laki-laki, harus mengadakan shalat lima waktu berjamaah. Apabila tidak
menunaikannya, berarti mereka sudah dikuasai oleh syetan. (Nasa’i, Abu Dawud, Ibnu Hibban).
2. Shalat berjamaah minimal bersama dua orang. (Ibnu Majah).
3. Sunnah menjaga Takbiratul ihram berjamaah. Barangsiapa dapat menjaga Takbiratul Ihram dalam shalat berjamaah selama empat
puluh hari (setiap lima waktu shalat), akan dijamin terhindar dari fitnah neraka dan sifat munafik. (Tirmidzi).
4. Boleh mengikuti shalat berjamaah walaupun telah menunaikan shalat dengan sendirian. (Nasa’i). * Kita masuk masjid dan
menyangka bahwa shalat berjamaah sudah selesai, lalu kita shalat sendirian, tetapi setelah selesai ternyata shalat berjamaah baru
akan dimulai, maka kita boleh mengikuti lagi.
Prosedur Membentuk Shaf
1. Allah swt. dan para maiaikat-Nya membacakan shalawat untuk mereka yang berdiri di shaf awal dalam shalat dan bagi mereka
yang berbaris di sebelah kanan imam. Sedangkan yang berdiri di sebelah kiri imam akan mendapat dua ganjaran. Dan Rasulullah
saw. memohonkan ampun bagi orang yang di shaf terdepan tiga kali dan yang di shaf kedua sekali. (Ibnu Majah).
2. Orang yang sepatutnya berdiri di belakang imam dalam shaf adalah seorang ulama atau hafizh Alquran. (Ibnu Majah).
3. Sebaik-baik shaf bagi wanita dalam shalat berjamaah adalah shaf terakhir dan yang terburuk adalah shaff terdepan. Sebaik-baik
shaf bagi laki-laki adalah yang terdepan dan yang terburuknya adalah yang terakhir. (Ibnu Majah, Nasa’i).
4. Hendaknya meluruskan dan merapatkan shaf dengan menempelkan bahu dengan bahu dan kaki dengan kaki. Meluruskan shaf
adalah menyempurnakan shalat berjamaah. (Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majah, Nasa’i).
5. Tidak lurus dalam shaf dapat menimbulkan perpecahan hati dan ketidak bersatuan di antara jamaah shalat. (Bukhari, Muslim,
Tirmidzi, Ibnu Majah).
6. Shaf yang tidak rapat di dalam shalat berjamaah akan menjadikan syetan masuk di celah-celah yang longgar untuk menggoda
manusia. (Nasa’i).
7. Jangan membuat shaf di antara tiang masjid yang memutus shaf. (Ibnu Majah).
8. Jangan menyendiri di belakang shaf. Nabi saw. menyuruh seseorang yang menyendiri di belakang shaf untuk mengulangi
shalatnya. (Ibnu Majah).
Aturan Shaff:
1. Urutan shaf makmum dalam shalat jamaah adalah yang terdepan laki-laki, kemudian anak-anak dan di belakang anak-anak kaum
wanita. (Baihaqi).
2. Jika berjamaah hanya dua orang laki-laki, maka makmum berada di sebelah kanan imam. (Ibnu Majah, Ibnu Hibban).
3. Jika dua laki-laki dan sebagian wanita, maka dua laki-laki berdampingan dan wanita di belakang keduanya. (Ibnu Majah).
4. Jika diikuti oleh banyak laki-laki dan wanita, maka imam berdiri di depan kaum laki-laki dan kaum wanita di belakang kaum laki-
laki. (Tirmidzi).
Imam
1. Yang berhak menjadi imam dalam shalat berjamaah adalah yang lebih banyak hafalan Al Qu’rannya. Jika sama di antara beberapa
orang, maka dipilih yang paling banyak mengamalkan sunnah. Jika sama, yang paling dulu hijrah, atau yang paling dulu mengenal
agama. Jika sama, yang tertua di antara mereka. (Tirmidzi).
2. Makruh menjadikan imam orang yang udzur. (Jumhur Ulama). * Seperti orang yang suka kencing atau buang angin tidak terasa.
3. Musafir sebaiknya tidak mengimami jamaah shalat orang tempatan. Orang tempatan ( penduduk asli ) lebih berhak untuk
mengimami shalat berjamaah. (Tirmidzi, Nasa’i). Jika terpaksa musafir harus menjadi imam, hendaknya dengan seijin penduduk
setempat. (Muslim, Ahmad, Abu Dawud).
4. Jangan bermakmum kepada imam yang berhadats atau imam yang tertidur atau yang mengantuk. Dan jangan menjadikan imam
yang tidak disukai oleh makmumnya, karena ia juga tidak akan disukai oleh Allah. Jika imam benar, maka kebenarannya untuk
semua jamaah. Jika imam salah, maka kesalahannya untuk imam sendiri. (Ibnu Majah).
5. Nabi saw. menyatakan bahwa akan datang suatu masa dimana orang-orang akan shalat berjamaah, tetapi tidak ada imam yang
layak. (Ibnu Majah).
Tugas lmam
1. Sebelum takbir, hendaknya imam menganjurkan makmum agar meluruskan dan merapatkan shaf. (Bukhari, Muslim, Nasa’i).
2. Sebaiknya meringkaskan bacaan surat dalam shalat berjamaah. Dikhawatirkan ada di antara jamaah orang yang tua, yang udzur,
ataupun sakit. (Ibnu Majah).
3. Tidak terburu-buru dalam sujud dan ruku’. Wajib berthuma’ninah. (Tirmidzi).
4. Setelah salam, disunnahkan imam menghadap ke makmum, dengan berputar ke kiri atau ke kanan. (Ibnu Asakir, Abu Dawud, Ibnu
Majah).
Syarat-Syarat Imam
1. Tamyiz, Berakal, Islam, Laki-laki bila mengimami orang laki-laki dan atau banci, Mukallaf untuk imam Jum’at, Tidak ada
keharusan mengulangi shalat, seperti orang yang bertayamum karena dingin atau tidak ada air di tempat yang besar dugaan adanya
air di situ, Tidak bertindak sembarangan tanpa ijtihad mengenai bejana atau baju atau kiblat, Memahami cara shalat, Tidak salah
ucap sehingga merusak makna ketika membaca Al-Fatihah, Tidak bisu, meskipun makmumnya bisu, Bukan orang ummi, yaitu
tidak bisa membaca Al-Fatihah dengan baik sedang makmumnya pandai membaca, Tidak boleh mengikuti lainnya, Bukan pelaku
bid’ah yang bisa dikafirkan, Segala perbuatannya jelas bagi makmum agar bisa diikuti, Berkumpul syarat-syarat shalat pada imam
secara yakin, Berniat imaman dalam shalat wajib atau muakkadah.
Makmum
1. Makmum wajib mengikuti shalat imam. Jika imam ruku’, makmum pun ruku’, imam sujud, makmum pun sujud dan seterusnya.
(Muslim, Ibnu Majah). * Wajib mengikuti gerakan shalat saja, selain gerakan shalat tidak perlu diikuti.
2. Makmum jangan mendahului imam. Makmum yang mendahului imam, akan bangkit pada hari Kiamat dalam keadaan berkepala
hewan. (Bukhari, Muslim).
3. Makmum jangan meninggalkan tempat shalat sebelum imam meninggalkan tempat shalatnya, kecuali jika sangat mendesak.
(Nasa’i).
4. Apabila imam melakukan kesalahan, makmum lelaki menegurnya dengan membaca tasbih, dan makmum wanita menegur dengan
menepuk tangan. (Ibnu Majah).
Syarat-Syarat Makmum
1. Mengikuti imam dalam segala perbuatannya dan tidak mendahuluinya dengan dua rukun fi’li (perbuatan) walaupun sebentar
dengan sengaja, Niat mengikuti imam atau jamaah atau menjadi makmum secara mutlak, Menyesuaikan diri dengan imam dalam
hal sunnah yang pelanggarannya merupakan kesalahan besar, seperti sujud tilawat, Meyakini kedahuluan imam atas perbuatannya,
Mengetahui perpindahan dalam semua perbuatan imam untuk diikuti, Tidak mendahului imam, Tidak meyakini kebatalan shalat
imamnya, Berkumpul imam dan makmum di satu tempat, Sesuai antara shalat imam dan makmum dalam perbuatan-perbuatan
nyata.

11
ADAB-ADAB PUASA

1. Wajib berpuasa pada bulan Ramadhan bagi setiap Muslim. Dengan tujuan agar bertambah ketakwaan pada diri kita.
(Alquran). * Puasa dimulai dari terbit Fajar Shubuh sampai Maghrib tiba. (Bukhari, Muslim, Nasa’i, Ibnu Majah).
2. Berpuasa bukan hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menjaga lidah, mata, telinga, dan pikiran dari perbuatan yang
dilarang agama. (Bukhari, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah).
3. Sunnah memulai puasa dengan sahur. Dan disunnahkan untuk melambatkan sahur serta menyegerakan berbuka.
Melambatkan sahur yaitu mendekati waktu Shubuh. Dan mempercepat berbuka yaitu secepatnya membatalkan puasa
setelah waktu Maghrib. Ini lebih baik daripada mempercepat sahur dan melambatkan berbuka. (Bukhari, Muslim, Tirmidzi,
Nasa’i, Ibnu Majah). Sunnah memulai berbuka dengan buah kurma. Jika tidak ada, cukup dengan minum air. (Tirmidzi.
Nasa’i, Ibnu Majah).
4. Ketika berbuka puasa disunnahkan berdoa:
Artinya: “Telah lenyap dahaga, dan telah basah urat-urat, dan tetap berpahala Insya Allah.” (Nasa’i). Dan atau,
Artinya: “Ya Allah, karena Engkau aku berpuasa dan kepada Engkau aku beriman, dan atas rezeki Engkau aku berbuka
puasa.” (Ibnu Majah).
5. Jika ditawari makanan ketika berpuasa, sunnah menyatakan, ‘aku berpuasa’. (Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah).
6. Haram bagi wanita berpuasa tanpa seijin suaminya, kecuali puasa yang wajib, seperti puasa Ramadhan. (Muslim).
Yang Dibolehkan Dalam Berpuasa
1. Suami istri boleh berciuman selama tidak menimbulkan birahi. (Bukhari, Muslim, Nasa’i, Ibnu Majah). * Namun
dianjurkan agar menghindari hal-hal yang dapat membangkitkan syahwat.
2. Menurut madzhab Imam Syafi’i, orang yang berpuasa dibolehkan bersiwak sampai waktu Zhuhur, dan makruh bersiwak
setelah Zhuhur.
3. Boleh menyiramkan air ke kepala karena panas. (Ahmad, Abu Dawud).
4. Makan minum karena lupa tidak membatalkan puasa. (Nasa’i).
5. Boleh memakai celak mata. (Ibnu Majah).
Yang Tidak Dibolehkan Dalam Berpuasa
1. Haram bersetubuh pada siang hari ketika berpuasa. (Jamaah)
2. Makruh berbekam dan membekam orang lain ketika berpuasa. (Tirmidzi Ahmad, Ibnu Majah).
3. Makruh berciuman bagi pasangan muda suami istri yang sedang berpuasa. (Ibnu Majah).
Puasa-puasa Sunnah
Di antara keutamaan berpuasa sunnah adalah dijauhkan wajahnya dari api neraka sejauh tujuh puluh tahun perjalanan. Dan
maksimal berpuasa adalah berpuasa sehari dan berbuka sehari (Puasa Dawud). (Bukhari, Muslim, Nasa’i).
Puasa Asyura atau Muharram
Disunnahkan berpuasa Asyura dan Tasu’a yaitu berpuasa pada tanggal 10 dan 9 Muharram. (Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i).
* Di antara keuntungannya ialah Allah akan menghapuskan dosa-dosanya pada tahun lalu. (Muslim).
Puasa Tiga Hari Setiap Bulan
Sunnah berpuasa tiga hari pada pertengahan bulan Hijriah. (Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah). * Di antara keuntungannya ialah akan
disamakan pahalanya seperti berpuasa setahun penuh. (Alquran – Ahmad, Tirmidzi).
Puasa Enam Hari Bulan Syawwal
Sunnah berpuasa enam hari pada bulan Syawal. (Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah). * Di antara keuntungannya ialah:
a. Disamakan pahala berpuasa selama setahun penuh. (Jamaah).
b. Dihapuskan seluruh dosa-dosanya, seolah-olah baru dilahirkan kembali. (Thabrani).
Puasa Pada Hari Arafah
1. Disunnahkan berpuasa pada hari Arafah bagi yang sedang tidak berhaji. (Bukhari, Muslim, Nasa’i, Ibnu Majah). *
Keuntungannya ialah Dihapuskan dosa-dosa dua tahun yang lalu dan tahun-tahun yang akan datang. (Muslim).
2. Puasa Arafah dimakruhkan bagi orang yang sedang wukuf di Arafah. (Bukhari, Muslim, Ahmad, Ibnu Majah). 
Puasa Senin Kamis
Disunnahkan berpuasa pada hari Senin dan Kamis. (Muslim, Tirmidzi, Nasa’i). * Keuntungannya ialah pada “hari Senin Kamis
manusia diperiksa amalnya. Nabi saw. senang jika diperiksa amalnya dalam keadaan berpuasa. (Tirmidzi).
Puasa Pada Bulan Sya’ban
1. Sunnah berpuasa di pertengahan bulan Sya’ban. (Nasa’i, Baihaqi, Ibnu Majah).
2. Rasulullah saw. selalu berpuasa sebulan penuh pada bulan Sya’ban hingga bersambung ke bulan Ramadhan. (Imam yang
Lima).
Puasa Pada Bulan Dzulhijjah
Sunnah berpuasa sepuluh hari di awal bulan Dzulhijjah, yaitu dari tanggal 1 sampai tanggal 9 Dzulhijjah. (Bukhari). * Di antara
keuntungannya ialah akan disamakan pahalanya dengan puasa setahun penuh. (Ibnu Majah, Tirmidzi).
Puasa Yang Tidak Dibolehkan
1. Tidak boleh berpuasa sehari sebelum dan sesudah bulan Ramadhan, kecuali bagi orang yang biasa melakukannya.
(Bukhari, Muslim, Tirmidzi).
2. Dilarang berpuasa wishal (yaitu berpuasa dua hari terus menerus tanpa berbuka. (Bukhari, Muslim, Ahmad).
3. Tidak boleh berpuasa setahun penuh. (Bukhari, Muslim). * Walaupun mampu, itu akan melemahkan badan, sehingga
kewajiban-kewajiban lain terbengkalai.
4. Haram berpuasa pada hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha. (Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah).
5. Haram berpuasa pada hari Tasyriq, yaitu tanggal 11,12, 13 Dzulhijyah. (Muslim, Nasa’i, Tirmidzi).
6. Jangan berpuasa pada hari Jum’at saja. Hendaknya diiringi sehari sebelumnya (hari Kamis) atau sesudahnya (hari Sabtu).
(Bukhari, Muslim).
7. Makruh berpuasa pada hari yang diragukan (ragu antara akhir bulan Sya’ban atau awal bulan Ramadhan). (Tirmidzi,
Nasa’i, Ibnu Majah).

12
ADAB MEMBACA AL QUR’AN
1. Badan, pakaian dan tempat, suci dari najis, dan ada wudhu. (Abu Dawud, Tirmidzi, Thabrani,
Hakim).
2. Bersiwak dahulu sebelum membaca Al Qur’an. (Baihaqi, Abu Nu’aim).
3. Menghadap kiblat. (Ibnu Hajar).
4. Al Qur’an diletakkan di tempat yang lebih tinggi. Jangan meletakkan Al Qur’an di bawah apapun.
(Hakim). * Sebaiknya memakai meja atau bantal, baik ketika sedang dibaca atau tidak, hendaknya
ditaruh di tempat yang tinggi. Jangan menaruh Al Qur’an di lantai sejajar dengan kaki kita.
5. Membaca dengan memahami artinya, sehingga bisa diresapi. (Thabrani).
6. Membaca dengan penuh rasa takut kepada Allah. (Baihaqi, Khatib). * Al Qur’an adalah Kalamullah.
Perkataan yang Maha Segalanya. Sebagaimana kita gentar, jika membaca surat dari orang yang
berkedudukan tinggi, maka kita harus lebih gentar ketika membaca surat dari Maha Raja di atas
segala Raja.
7. Dianjurkan menangis ketika mendengar ayat-ayat siksa dan neraka. Dan bergembira ketika
mendengar ayat-ayat pahala dan surga. Jika tidak bisa menangis, berpura-puralah menangis.
(Baihaqi).
8. Membaca dengan makhraj Arab. Jangan membacanya dengan menggunakan dialek bahasa sendiri.
(Baihaqi, Thabrani, Hakim).
9. Membaca dengan tajwid dan tartil. (Ibnu Abu Dawud, Al Qur’an). * Tajwid adalah aturan membaca
Al Qur’an. Tartil adalah aturan membaca Al Qur’an secara menyeluruh, yaitu; bertajwid, bermakhraj
dsb.
10. Memulai pembacaan Al Qur’an dengan membaca: “Aku berlindung kepada Allah dari godaan syetan
yang terkutuk.” dan Basmalah (Bismilahir rahmanir rahim). (Al Qur’an). * Kecuali pada surat At-
Taubah tidak perlu membaca Basmallah.
11. Membaca dengan qiraat Arab. Haram membacanya dengan nada nyanyian. (Baihaqi, Thabrani,
Hakim).
12. Boleh mengeraskan suara ketika membaca Al Qur’an, jika; Diperkirakan tidak akan menimbulkan
riya, Dapat menyemangatkan orang lain membaca Al Qur’an, Tidak mengganggu orang lain. (Abu
Dawud, Tirmidzi, Nasa’i). * Sebaiknya merendahkan suara bacaan jika ada orang yang sedang
shalat. Dan jangan mengeraskannya (Al Qur’an) untuk membangunkan orang ketika Shubuh. (Al
Qur’an – Abu Dawud, Tirmidzi).
13. Dianjurkan menutup Al Qur’an ketika diajak bicara oleh orang lain dan mulai membacanya lagi
dengan membaca ta’awudz.
14. Jangan memandang kesana-kemari ketika membaca Al Qur’an. Orang yang sedang membaca Al
Qur’an, berarti Allah sedang berbicara dengannya. Sangatlah tidak beradab, ketika Allah berbicara
dengan kita, tetapi tidak dipedulikan. Dan jangan membaca Al Qur’an sambil makan dan minum.
15. Apabila membaca ayat-ayat sajdah, maka disunnahkan untuk bersujud Tilawah dengan ada wudhu,
menghadap kiblat, dan cukup dilakukan sekali. (Muslim, Ahmad, Thabrani, Ibnu Majah).
16. Doa sujud Tilawah, ialah; “Kuhadapkan mukaku kepada yang telah mendaptakannya, yang telah
membukakan pendengarannya dan penglihatannya, dengan ucapannya dan kekuatan-Nya.”
17. Sujud tilawah adalah sunnah muakkadah, sebagai hak Al Qur’an. Kecuali jika sedang menghafal Al
Qur’an, cukup sekali sujud tilawah.
Adab Terhadap Al Qur’an
1. Meletakkan Al Qur’an dengan bagian Al-Fatihah di atas.
2. Jangan membawa Al Qur’an ke negeri musuh Islam. Ditakutkan Al Qur’an akan dirusak oleh
mereka. (Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ibnu Majah).
3. Jangan berdebat dengan Al Qur’an. (Baihaqi, Ibnu Majah, Hakim). * Dikhawatirkan, argumen Al
Qur’an yang diajukan, ditolak oleh lawan bicara kita, berarti secara tidak langsung ia sudah menolak
Al Qur’an. Dan berdebat itu sendiri sangat tidak disukai oleh agama. Bahkan dianjurkan untuk
menghindari perdebatan walaupun merasa benar.
4. Seseorang yang sudah menghafal Al Qur’an atau sebagian ayat Al Qur’an, jangan mengatakan, “Aku
lupa ayat ini…”, tetapi katakanlah, “Aku dilupakan oleh Allah ayat ini..”. (Bukhari, Muslim,
Tirmidzi, Ahmad).
5. Orang-orang yang tidak boleh memegang Al Qur’an, ialah: Orang junub, Orang haid, Orang nifas,
Orang kafir
6. Jangan menyelonjorkan kaki ke Al Qur’an atau menyentuhnya dengan kaki. (Abu Nasir).
7. Al Qur’an tidak boleh dipakai bantal atau alas. (Thabrani, Baihaqi).
8. Al Qur’an tidak boleh dilangkahi. (Ibnu Hajar Asqalani).
9. Umar ra. senang jika melihat orang yang membaca Al Qur’an memakai baju putih. (Malik).
10. Ketika khatam dari tilawah Al Qur’an disunnahkan agar:
a. Memperbanyak takbir dan tahmid.
b. Mengumpulkan keluarga dan doa bersama-sama. (Ibnu Najar).

13
ADAB HARI JUM’AT
Pada hari Jum’at telah terjadi lima peristiwa penting, yaitu; 1. Allah menciptakan Adam manusia
pertama, 2> Allah menurunkan Adam dari surga ke bumi, 3> Allah mematikan Adam, 4> Ada satu saat
yang bila hamba meminta kepada-Nya pasti akan dikabulkan oleh Allah asal pada saat tersebut, 5>
Terjadinya hari Kiamat. (Ahmad, Abu Dawud).
1. Shalat Jum’at disyariatkan dan diwajibkan ke atas setiap muslim. (Al-Jum’ah: 9-Abu Dawud).
2. Shalat Jum’at sebaiknya diadakan di satu masjid dalam satu kampung. (Bukhari, Muslim).
3. Untuk menghormati hari Jum’at, kita sebaiknya memulai persiapannya sejak hari Kamis, seperti:
Memotong kuku, rambut, dsb.. (Bukhari).
4. Disunnahkan mandi pada hari Jum’at. (Bukhari). * Salah satu hak Allah dari hamba-hamba-Nya
adalah mandi seminggu sekali yaitu pada hari Jum’at.
5. Dianjurkan agar memperbanyak bersiwak, memotong kuku, merapikan rambut dan berwangi-
wangian pada hari Jum’at serta memakai pakaian yang terbaik pada hari Jum’at. (Bukhari, Al
Bazzar). * Jum’at adalah hari Raya umat muslimin, sebagaimana hari Raya umat Yahudi pada hari
Sabtu dan Nashrani hari Ahad. Dan sebaik-baik pakaian ialah gamis warna putih. (Tirmidzi).
6. Syarat diadakan shalat Jum’at adalah: Pada waktu dhuhur, lingkungan kampung, minimal berjumlah
empat puluh orang. (Baihaqi, Abu Dawud).
7. Pada shalat Shubuh hari Jum’at, imam disunnahkan membaca surat As-Sajadah di rakaat pertama
dan Al-Insan di rakaat kedua. (Bukhari).
8. Hendaknya segera pergi ke masjid untuk shalat Jum’at. Allah menugasi dua malaikat khusus pada
hari Jum’at menunggu di pintu masjid untuk mencatat siapa yang lebih dahulu tiba di masjid dan
yang tiba kemudian. Barangsiapa lebih dulu pergi ke masjid pada hari Jum’at, berpahala lebih besar.
(Bukhari).
9. Sebaiknya pergi ke masjid untuk shalat Jum’at dengan berjalan kaki. Setiap langkah menuju shalat
Jum’at mendapatkan pahala setahun berpuasa. (Bukhari). * Dengan berjalan kaki, pahala puasa akan
lebih banyak didapatkan. Hal itu apabila memungkinkan untuk jalan kaki.
10. Sambil menunggu imam, dianjurkan makmum shalat sunnah Intizhar sampai imam datang. (Ahmad).
11. Jangan berbicara ketika khutbah berlangsung. Berbicara ketika khutbah menghapuskan pahala
Jum’at. Termasuk mengatakan, ‘Diam’ kepada orang yang berbicara. Hendaknya mendengarkan
khutbah dengan khusyu’, walaupun tidak mengerti. (Bukhari).
12. Jika disebut nama Nabi saw., hendaknya bershalawat dalam hati.
13. Sunnah berdoa dalam hati di antara dua khutbah tanpa mengangkat tangan. Berdoa di antara dua
khutbah adalah di antara waktu terkabulnya doa pada hari Jum’at. (Bukhari).
14. Sunnah membaca surat Al-Ala di rakaat pertama shalat Jum’at dan Al-Ghasyiyah di rakaat kedua.
15. Sunnah membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, di antara pahalanya adalah: 1> Diampuni dosa-
dosa selama minggu yang lalu, 2> Diselamatkan dari gangguan Dajjal, 3> Diterangi cahaya hingga
Jum’at depan, 4> Akan diiringi 70.000 malaikat, 5> Dijauhkan dari penyakit ‘Dabibah’. (Imam
Nawawi).
16. Sunnah memperbanyak shalawat atas Nabi saw. pada hari Jum’at. Barangsiapa membaca delapan
puluh kali shalawat, setelah shalat Ashar pada hari Jum’at, sebelum berdiri dari tempat shalatnya,
akan mendapat pahala, delapan puluh tahun beribadah dan delapan puluh tahun dosanya dimaafkan
oleh Allah, yaitu shalawat: Artinya: “Semoga Allah limpahkan shalawat ke atas Muhammad (saw).
Nabi yang Umi dan ke atas keluarganya serta para sahabatnya semua.” (Abu Dawud).
17. Jangan bepergian (jauh) pada hari Jum’at setelah adzan. Hal itu dianggap seolah-olah sengaja
meninggalkan shalat Jum’at.
18. Boleh berpuasa pada hari Jum’at, jika diiringi pada hari Kamis atau Sabtunya. (Bukhari, Muslim).
19. Barangsiapa meninggalkan tiga kali shalat Jum’at berturut-turut dengan sengaja tanpa udzur syar’i,
maka hilanglah ke-Islamannya. (Imam yang lima). * Dan barangsiapa meninggalkan shalat Jum’at,
Allah akan menutup hatinya dan ia akan tergolong sebagai orang-orang yang lalai. (Muslim).
20. Tidak ada shalat Zhuhur pada hari Jum’at.
21. Disunnahkan memperbanyak doa pada hari Jum’at. (Bukhari, Muslim) * Saat-saat terkabulnya doa
pada hari Jum’at, ialah: 1> Setelah shalat Shubuh sampai Isyraq, 2> Ketika matahari tepat berada di
atas kepada kita, 3> Ketika khatib sedang menaiki mimbar, 4> Di antara dua khutbah, 5> Ketika
khatib turun dari mimbar, 6> Setelah shalat Jum’at, dan 7> Setelah shalat Ashar sampai menjelang
Maghrib.
22. Jangan memisahkan tempat duduk di antara dua orang. Dan jangan menempati tempat duduk orang
lain. (Abu Dawud, Nasa’i, Ahmad).
23. Sunnah menunaikan shalat Tahiyyatul masjid, walaupun khutbah sudah dimulai. (Imam yg Lima).
24. Jika mengantuk ketika mendengarkan khutbah, maka disunnahkan untuk berpindah tempat
duduknya. (Abu Dawud, Tirmidzi).
25. Yang tidak diwajibkan untuk melaksanakan shalat Jum’at, yaitu: 1> Hamba sahaya/ budak, 2>
Wanita, 3> Anak kecil, dan 4> Orang sakit. (Abu Dawud).

14
ADAB SHOLAT
1. Tiga hal yang disunnahkan sebelum shalat, yaitu; Adzan, iqamat, memasang sutrah (penghalang). (Bukhari,
Muslim).
2. Syarat sah shalat ringkasnya ada empat perkara sebagai berikut: 1) Bersuci (thaharah), 2) Mengetahui
masuknya waktu, 3) Menutup Aurat, 4) Menghadap Kiblat. (Al-Baqarah:150).
Rukun-rukun Shalat ( Prosedur yang pokok )
Rukun shalat ada tiga belas, yaitu:
1. Niat. Sesungguhnya setiap perbuatan itu bergantung pada niatnya. (Bukhari, Muslim). * Sahnya niat shalat,
harus berbareng dengan Takbiratul Ihram dan hati sadar betul bermaksud akan shalat, dengan mengingat apa
yang dilakukan shalat, juga tentang kefardhuannya. Dan tidak dipersyaratkan menggerakkan lidah dalam
berniat.
2. Berdiri dalam shalat fardhu jika mampu. Jika kamu tidak mampu karena udzur, boleh duduk. Jika tidak mampu
juga, maka berbaringlah miring. (Bukhari). * Berdiri adalah tegak lurus. Tidak boleh membungkuk tanpa
udzur. Boleh duduk dalam shalat sunnah, baik ia mampu ataupun tidak. (Bukhari).
3. Takbiratul Ihram. Kunci shalat ia bersuci, tahrimnya ialah takbir, dan tahlilnya ialah mengucapkan salam.
(Tirmidzi, Abu Dawud). 
Syarat-syarat Takbiratul Ihram:
 Mengucapkan Takbiratul Ihram ( Ucapan ‘Allohu Akbar’ saat pertama kali mulai sholat ) sambil berdiri. 
 Mengucapkannya seraya menghadap kiblat.
 Takbiratul ihram dalam bahasa Arab. Bagi orang yang tidak mampu dan ia tidak mungkin belajar,
boleh dengan maknanya. Namun ia wajib belajar mengucapkan Takbir dengan bahasa Arab.
 Semua huruf dalam Takbiratul Ihram harus terdengar oleh dirinya sendiri, jika ia sehat pendengarannya.
 Diucapkan berbarengan dengan niat.
4. Membaca Al-Fatihah. Tidak sah shalat seseorang tanpa membaca Al-Fatihah. (Bukhari, Muslim).
    Syarat-syarat Membaca Al-Fatihah:
 Bacaan Al-Fatihah terdengar oleh diri sendiri, bila sehat pendengarannya.
 Dibaca tertib sebagaimana tercantum dalam Alquran, dengan huruf-huruf dan menegaskan tasydid-tasydidnya.
 Tidak keliru mengucapkan sehingga mengubah arti bacaan Al-Fatihah.
 Dengan bahasa Arab, bukan membaca terjemahan Al-Fatihah.
 Dibaca sambil berdiri. Apabila orang shalat itu ruku’ sementara dia masih menyelesaikan Fatihahnya,
maka bacaannya itu batal, dan wajib diulangi.
5. Ruku’. Minimal menunduk seukuran yang memungkinkan orang yang shalat meletakkan telapak tangannya di
lututnya. Ruku’ yang sempurna ialah menunduk sehingga punggung menjadi rata. (Al-Hajj: 77,
Bukhari, Muslim).
   Syarat-syarat Ruku’:
 Menunduk minimal telapak tangan mencapai lutut. (Bukhari)
 Menunduk, tidak bertujuan lain, selain ruku’.
 Tenang (thuma’ninah) minimal selama kira-kira membaca tasbih, (Bukhari). * Seburuk-buruk pencuri adalah
orang yang mencuri shalatnya, yaitu sujud dan ruku’ tidak sempurna.” (Ahmad Thabrani).
 Ruku’ yang paling sempurna ialah apabila pungung rata dengan leher secara horizontal lagi lurus, tidak
melengkung, memekarkan jari-jari, dan mengucapkan dengan tenang sebanyak tiga kali, “Subhaana Rabbiyal 
Azhim.” (Muslim, Tirmdzi, Abu Dawud).
6. Berdiri Tegak Sesudah Ruku’ (I’tidal). Yaitu berdiri tegak memisahkan antara ruku dan sujud. (Bukhari,
Muslim).
Syarat-syarat I’tidal:
 Bangkit dari ruku’ tanpa ada maksud lain selain ibadat.
 Tenang (thuma’ninah) selama i’tidal selama kira-kira bacaan tasbih.
 Tidak terlalu lama berdiri dalam i’tidal, sampai melebihi bacaan Al-Fatihah.
7. Sujud Dua Kali Pada Setiap Rakaat. (Al-Hajj: 77, Bukhari).
Syarat-syarat Sujud:
 Kening harus terbuka ketika disentuh pada tanah.
 Bersujud pada tujuh anggota sujud; Kening hidungnya, dua tangan, dua lutut dan ujung-ujung kaki. (Bukhari,
Muslim).
 Pantat hendaknya lebih tinggi posisinya daripada kepala.
 Tidak bersujud di atas kain yang berkaitan dengan tubuh, yang jika bergerak, maka kain itu ikut bergerak.
 Bersujud tanpa ada maksud lain selain sujud.
 Menekan kening benar-benar di tempat sujud, sehingga bila bersujud di atas kapas atau semisalnya, kapas itu
menjadi cekung dan berbekas sujudnya.
 Tenang (thuma’ninah) minimal selama kira-kira bacaan tasbih, Adapun sujud yang sempurna adalah bertakbir
ketika menjatuhkan tubuh hendak bersujud, lalu meletakkan kedua lutut lalu kedua tangan, lalu kening dan
hidung di tempat sujud. Kedua tangan setentang dengan pundak, jari-jari terentang dihadapkan ke kiblat, dan
perut renggang dari paha. Dan kedua siku renggang dari lantai dan dari lambung,  seraya mengucapkan tiga
kali. “Subhana Rabbiyal Ala.” (Bukhari, Muslim, Abu Dawud Tirmidzi). * Itu adalah sujud sempurna yang
terpendek. Namun ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan pada sebagian hal tersebut di atas, yakni
bahwa perempuan bersujud dengan merapatkan tubuhnya satu sama lain dan merapat ke lantai. (Baihaqi).
8. Duduk Antara Dua Sujud
Syarat-syarat Duduk Antara Dua Sujud
 Duduk itu bermaksud ibadat.

15
 Duduk tidak terlalu lama, tidak melebihi duduk tasyahud yang terpendek.
 Tenang (thuma’ninah) selama paling sedikit bacaan tasbih.
9. Duduk Terakhir. Yaitu duduk pada akhir rakaat yang terakhir dari shalat itu, diakhiri dengan salam.
10. Tasyahhud Pada Duduk Terakhir. Wajib membaca Tasyahhud. (Bukhari, Muslim, Baihaqi, Daruquthni). *
Terdapat berbagai riwayat mengenai ucapan tasyahud yang semuanya shahih.
Syarat Tasyahud:
 Terdengar oleh diri sendiri, apabila pendengarannya sehat.
 Dibaca berturut-turut. Tidak berhenti atau diam lama.
 Tasyahud dibaca sambil duduk, kecuali udzur, boleh dibaca dengan cara apapun yang mungkin.
 Dengan bahasa Arab. Jika tidak dapat, boleh dengan terjemahan bahasa apa saja. Dan ia wajib belajar  tasyahud
berbahasa Arab.
 Memelihara makhraj-makhraj dan syiddah-syiddah.
 Kalimat tasyahhud harus tertib, sesuai dengan dalilnya. 
11. Shalawat Atas Nabi saw.. Yaitu membaca shalawat atas Nabi Muhammad saw. sesudah membaca tasyahud di
atas, sebelum salam. (Al-Ahzab: 56 – Ibnu Hibban, Hakim, Tirmidzi, Abu Dawud, Bukhari, Muslim).
Syarat-syarat Shalawat:
 Bacaan shalawat terdengar oleh diri sendiri, apabila pendengarannya sehat.
 Menggunakan kata ‘Muhammad’, atau ‘An-Nabiy’ atau ‘Ar-Rasul.’ Tidak sah jika menggunakan kata 
‘Ahmad’ umpamanya.
 Menggunakan bahasa Arab, jika tidak mampu, boleh dengan terjemahannya bahasa apapun yang
dia kehendaki. Tetapi, ia wajib belajar bershalawat dengan bahasa Arab.
 Tertib dalam mengucapkan shalawat. Dan tertib antara shalawat itu dengan tasyahud. Tidak sah jika shalawat
didahulukan daripada tasyahud. 
12. Salam Yang Pertama. Yaitu mengucapkan “Assalamu ‘alaikum Wa rahmatullah..” Dua kali. Sekali sambil
menengok ke sebelah kanan dan sekali lagi sambil menengok ke sebelah kiri, hingga terlihat pipinya dari
belakang. (Muslim, Abu Dawud Tirmidzi).
13. Tertib. Yakni dimulai dengan niat dan Takbiratul ihram, kemudian membaca Al-Fatihah, lalu ruku’, i’tidal,
sujud….. .dan seterusnya.
Adab Shalat
1. Amalan yang paling utama adalah shalat tepat pada waktunya. (Bukhari, Muslim). * Hendaknya sedih, jika
tertinggal shalat tepat pada waktunya.
2. Memulai shalat dengan membentangkan tangan dan mengangkatnya ke atas sambil membaca takbir.
(Tirmidzi). * Mengangkat tangan dalam bertakbir bagi laki-laki sampai batas telinga dan bagi wanita sampai
batas dada. (Bukhari, Muslim, Tirmidzi).
3. Meletakkan kedua tangan secara bertumpuk, yaitu tangan kanan berada di bagian atas dan punggung kanannya
menghadap kiblat. (Muslim). * Tidak boleh bertolak pinggang dalam shalat. (Bukhari, Muslim).
4. Disunnahkan membaca doa iftitah shalat. (Muslim). * Kemudian membaca ta’awudz sebelum membaca ayat
Alquran. (Alquranul Karim).
5. Disunnahkan membaca Al-Fatihah ayat demi ayat, satu ayat satu nafas. Seperti; ‘Bismillahir rahmanir rahim,…
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin …, berhenti sebentar kemudian, Ar-rahmanir rahim…, berhenti, begitu
seterusnya. (Tirmidzi, Hakim).
6. Disunnahkan membaca ayat Alquran setelah Al-Fatihah minimal tiga ayat. (Ibnu Saad).
7. Mengucapkan ‘Amiin’ dengan dikeraskan dalam shalat Jahr, setelah membaca: (Walaadhaaaalliin) Dan dengan
suara pelan dalam shalat Sirr. (Ibnu Majah, Abu Dawud).
8. Disunnahkan ‘saktah’ atau berhenti sejenak pada dua tempat:
 Setelah bertakbir hingga membaca Al-Fatihah.
 Setelah membaca Al-Fatihah dan surat ketika akan ruku’. (Ibnu Majah, Abu Dawud, Bukhari).
1. Diwajibkan ‘Thuma’ninah’ (tenang) dalam setiap rukun. Tidak boleh terburu-buru dalam mengerjakan
shalat. (Tirmidzi). Dan disunnahkan bertakbir setiap perpindahan dari rukun ke rukun. (Muslim).
2. Sunnah merenggangkan jari-jari ketika ruku’ dan menekankannya di atas lutut. (Abu Dawud,
Tirmidzi). Pinggul dan kepala hendaknya rata ketika ruku’, jangan berdiri sebelum sempurna ruku’nya.
(Muslim, Tirmidzi). * Jangan membaca Alquran ketika ruku’. (Nasa’i).
3. Ketika berdiri dari ruku’ hendaknya imam mengucapkan: (Sami ‘Allohu liman khamidah) Artinya:
“Maha Mendengar Allah bagi yang memujiNya” Dan makmum membaca: ( Robbanaa lakal khamdu )
Artinya: “Wahai Rabb kami dan bagi-Mu segala puji.” (Tirmidzi). * Jika shalat sendirian, hendaknya
mengucapkan kedua kalimat di atas tadi.
4. Ketika akan sujud, dahulukanlah lutut menyentuh lantai, kemudian tangan, dan dahi. (Bukhari,
Muslim). Boleh mendahulukan tangan, kemudian lutut, dan dahi karena keduanya pernah dilakukan
oleh Nabi saw.
Tidak ada mengangkat tangan ketika bertakbir akan sujud. (Bukhari).
Ketika sujud hendaknya jari-jari menghadap kiblat dan dirapatkan. Berbeda dengan ketika ruku’, jari-jari
hendaknya direnggangkan. (Baihaqi, Hakim). Ketika sujud, dahi dan muka berada di antara kedua telapak
tangan. Bagi laki-laki sebaiknya merenggangkan antara perut dan paha dengan siku tangan yang terbuka.
Seolah-olah anak kambing pun bisa melewatinya. (Abu Dawud, Nasa’i). * Wanita sebaiknya merapatkan
antara perut, paha, dan siku tangan dan pinggul yang direndahkan dan tidak mengangkat pantatnya terlalu
tinggi, sehingga tidak membentuk lekukan tubuhnya.
Ketika sujud, hendaknya kedua telapak kaki ditegakkan dan jari-jari kaki menghadap kiblat. (Tirmidzi).

16
Dianjurkan agar memperbanyak berdoa ketika sujud. Waktu yang terdekat antara manusia dengan Allah adalah
ketika sujud. (Tirmidzi, Nasa’i). * Insya Allah doa tersebut mustajab.
Dalam sujud hendaknya merasa seolah-olah sedang bersujud di bawah ‘kaki’ Allah swt.. (Syaikh Muhammad
Yusuf rah. a). Tidak boleh membaca Alquran ketika sujud. (Nasa’i). Cara duduk diantara dua sujud dan duduk
tasyahud awal : Duduk di atas telapak kaki kiri dan menegakkan telapak kaki kanan dan jari-jari kaki
menghadap kiblat. (Nasa’i).
Dalam Tasyahud disunnahkan memberi isyarat dengan jari telunjuk. Yaitu membentuk lingkaran antara ibu jari
kanan dan jari tengah di atas paha kanan dan meluruskan jari telunjuk. (Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Abu
Dawud).
Membaca shalawat dan doa dalam Tasyahud akhir. (Tirmidzi). * Contoh doa yang pernah diucapkan Nabi
saw.: Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari adzab Jahanam dan adzab kubur,
fitnah hidup dan mati, dan dari fitnah Masih Dajjal”
Setelah berdoa dalam Tasyahud akhir, disunnahkan mengucapkan salam: Assalamu’alaikum warahmatullahi
Artinya: “Keselamatan dan rahmat Allah semoga terlimpah ke atasmu.” (Tirmidzi). * Bagi imam, salam
hendaknya diucapkan dengan keras, seraya menoleh ke kanan dan ke kiri sehingga terdengar oleh makmum.
Wajib khusyu’ di dalam shalat. Dan Allah menyediakan neraka ‘Wail’ bagi orang-orang yang tidak khusyu’
dalam shalatnya. (Alquran).
Lima hal yang membuat kita khusyu’ :
1) Yakin kepada Allah bahwa shalat menyelesaikan segala masalah.
2) Mengikuti cara shalat Nabi saw.
3) Mengetahui nilai dan keuntungan shalat.
4) Menjaga tawajuh/ konsentrasi di dalam empat rukun, yaitu: ketika berdiri atau qiyam, ketika ruku’, ketika
sujud, ketika duduk. Sebaiknya masa-masa tersebut diperlama dan sekurang-kurangnya tiga kali merasa
bahwa Allah melihat kita.
5) Ikhlas lillahi Ta’ala. Jangan sampai timbul riya di dalam hati ataupun ingin dilihat orang lain. (Maulana
Yusuf rah. a).
Disunnahkan melaksanakan shalat dengan menggunakan sutrah (pembatas di depan). (Bukhari, Muslim, Abu
Dawud).
Jangan shalat menghadap kuburan. (Muslim).
Jangan bertempat khusus di masjid, kecuali imam. (Ahmad, Ibnu Hibban, Hakim).
Makmum tidak bersamaan dengan imam dalam gerakan shalat, hendaknya menunggu imam sempurna
gerakannya. (Bukhari, Muslim).
Jangan membatalkan shalat tanpa udzur. (Jama’ah, kecuali Tirmidzi).
Yang Dibolehkan Dalam Shalat
1. Menangis terharu atas bacaan Alquran. (Ahmad, Abu Dawud, Nasa’i).
2. Membunuh ular dan kalajengking. (Ahmad, Ashhabus sunan).
3. Menggendong anak, jika sangat sulit ditinggalkan. (Ahmad, Nasa’i).
4. Bergerak sedikit, apabila sangat terpaksa. (Bukhari, Ahmad, Baihaqi).
5. Bertasbih dan bertepuk tangan mengingatkan imam ketika lupa. Meneruskan bacaan ayat Alquran untuk
mengingatkan imam, apabila imam terlupa atau salah. (Abu Dawud).
Hal-hal Yang Membatalkan Shalat
1. Berbicara sengaja, selain tasbih, takbir dan baca Alquran. (Muslim)
2. Perbuatan yang banyak, apabila perbuatan itu banyak dan berturut-turut.
3. Terkena najis pada pakaian atau badan, kecuali karena tertiup angin atau semisalnya dan bisa di buang
seketika, maka shalat tidak batal.
4. Sebagian aurat terbuka dengan sengaja. Jika tidak sengaja, tidak batal shalatnya asal segera ditutup seketika.
5. Makan dan minum, para fuqaha membuat ukuran makanan yang banyak adalah seukuran kacang kedelai. Sisa-
sisa makanan di sela-sela gigi yang tidak sebesar ukuran ini, lalu tertelan ludah tanpa sengaja, maka hal itu
tidak membatalkan shalat.
6. Hadats sebelum salam yang pertama, karena salah satu syarat sah shalat adalah suci dari hadats sebelum semua
rukun shalat disempurnakan.
7. Berdehem, tertawa, menangis, dan merintih sampai mengeluarkan dua suku kata, sekalipun tidak dipahami
artinya. Tersenyum tidak membatalkan shalat, tetapi dzikir dan doa untuk berbicara kepada orang lain
membatalkan shalat.
8. Berubah niat, apabila ada niat keluar dari shalat, maka shalat menjadi batal.
9. Membelakangi kiblat.
Yang Dibenci Dalam Shalat:
1. Membunyikan sendi tangan ketika shalat. (Ibnu Majah),
2. Menutupi mulut dalam shalat. (Ibnu Majah), 
3. Shalat di depan makanan. (Muslim), Menahan kentut atau buang air. (Muslim), 
4. Memandang ke atas atau ke langit. (Bukhari), 
5. Menguap, karena syetan akan masuk jika menguap terbuka. (Thabrani, Ibnu Majah), 
6. Mengantuk (Jamaah), 
7. Menoleh atau melihat sesuatu yang melalaikan shalat, seperti; gambar-gambar di dinding, dan sebagainya.
(Bukhari, Muslim).

17
ADAB WUDHU
1. Wudhu adalah syarat sahnya shalat. Firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,
maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai kedua mata kaki.” (Al-
Ma’idah: 6).
2. Niat. Karena wudhu adalah ibadah dan dengan niat, ibadah bisa dibedakan dari pekerjaan biasa. Rasulullah saw. bersabda,
“Sesungguhnya amal itu bergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang hanya akan memperoleh apa yang ia niatkan.”
(Bukhari, Muslim).
3. Niat bersuci dari hadats kecil. Jangan sampai tertinggal niat, hingga membasuh muka. (As-Syafi’i). * Sebaiknya berniat bukan
hanya untuk mensucikan badan, tetapi juga membersihkan kotoran hati. (Imam Hanafi).
4. Disunnahkan berwudhu di rumah sebelum pergi ke masjid, sebab setiap langkah yang dilangkahkan ke masjid dalam keadaan
wudhu yang sempurna akan berpahala menghapus dosa dan mengangkat derajat. (Bukhari).
5. Memulai wudhu dengan membaca basmalah. (Tirmidzi, Ibnu Majah, Nasa’i).
6. Dianjurkan menghadap kiblat ketika berwudhu. (Imam Nawawi).
7. Ditekankan bersiwak setiap berwudhu. Jika tidak ada, dapat menggunakan jari telunjuk. (Bukhari, Muslim). * Bersiwak dapat
menjadi wajib, jika setelah memakan bawang putih atau merah pada hari Jum’at. (Imam Nawawi).
8. Setiap bersiwak, disunnahkan lebih dahulu membasuh kedua tangan sampai pergelangan tangan sebanyak tiga kali. Kemudian
berkumur, menghirup air ke hidung dan mengeluarkannya, membasuh muka, menyela-nyela janggut dengan jari yang basah,
membasuh kedua lengan dari ujung tangan hingga ke atas siku, lalu mengusap kepala sekali, membasuh telinga sekali dan terakhir
membasuh kedua kaki sampai mata kaki. (Bukhari, Muslim, Nasa’i).
9. Cara mengusap kepala satu kali dalam berwudhu adalah: Meletakkan sebagian jari jemari telapak tangan di bagian depan ujung
kepala tempat tumbuhnya rambut, lalu ditarik ke belakang sampai ke tengkuk, kemudian dikembalikan lagi ke depan ke bagian
yang pertama tadi. (Abu Dawud). * Membasuh khusus tengkuk bukanlah bagian wudhu. (Imam Nawawi).
10. Jangan membasuh muka dengan menyiram air langsung. Baik ditampung dulu di kedua telapak tangan, lalu diusapkan ke muka.
(Imam Nawawi).
11. Cara membasuh kedua telinga satu kali dalam wudhu yaitu: Dua jari telunjuk diletakkan di lubang telinga, lalu diputarkan ibu jari
membasuh bagian luar telinga. (Abu Dawud). * Membasuh telinga hendaknya dengan air yang baru, bukan dengan air setelah
membasuh kepala. (Imam Nawawi).
12. Cara mencuci kaki dalam berwudhu ialah; Renggangkan jari-jari kaki dan disela-sela dengan jari-jari tangan dari kelingking kanan
ke kiri. (Abu Dawud) . * Lebih utama jika mencucinya hingga ke betis. (Abu Hurairah).
13. Hendaknya berwudhu dengan tertib, berurutan, dan sempurna. Jangan tertinggal walaupun setitik bagian wudhu. Kebanyakan
adzab kubur disebabkan wudhu yang tidak sempurna. Termasuk berhati-hati dan memperhatikan bagian di bawah kuku dan cincin
agar tidak tertinggal wudhu. (Bukhari, Muslim).
14. Sunnah membasuh bagian wudhu tiga kali. Jangan menambah lebih dari tiga kali. Barangsiapa menambahnya, berarti telah
menzhalimi din sendiri. (Nasa’i, Ibnu Majah, Abu Dawud). * Boleh membasuh kurang dari tiga kali, jika memang ada udzur,
seperti; Waktu sempit, air sedikit, dsb. (Imam Nawawi).
15. Disunnahkan mendahulukan anggota sebelah kanan ketika berwudhu, kemudian bagian sebelah kiri. (Bukhari, Muslim, Nasa’i).
16. Sunnah shalat dua rakaat sunat Syukur Wudhu setiap selesai wudhu. Dan dilakukan tanpa diselingi oleh pembicaraan. (Bukhari,
Muslim, Nasa’i). * Antara shalat Syukur Wudhu dan shalat wajib sebaiknya memperbanyak istighfar. (Ahmad).
17. Doa memulai wudhu : Artinya: “Ya Allah, ampunilah segala dosaku, lapangkanlah rumah tanggaku, dan berkatilah rezeki
untukku.” (Dailami, Ibnu Asakir).
18. Disunnahkan melihat langit, lalu membaca doa selesai wudhu; Artinya: “Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku
bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan-Nya. Ya Allah, jadikanlah diriku dari golongan orang-orang yang bertaubat dan
jadikanlah diriku dari golongan orang yang bersuci,” (Muslim). * Barangsiapa membaca doa di atas setelah wudhu, niscaya akan
dibukakan baginya delapan pintu surga yang darimana saja ia dapat memasukinya. (Tirmidzi, Nasa’i).
19. Jangan berwudhu di tempat orang buang air. Khawatir ada air najis yang tersisa, sehingga mengenai badan kita ketika berwudhu.
(Tirmidzi, Dailami). * Bila terpaksa wudhu di WC, siramlah dulu sampai bersih sebelum berwudhu.
20. Sunnah menjaga kelangsungan wudhu dan menggantinya setiap batal. (Hakim). * Menjaga wudhu berarti menjaga kelangsungan
kelapangan rezeki. Allah berfirman, “Hai Musa, jika engkau mengalami musibah sedang engkau tidak dalam keadaan wudhu,
maka jangan engkau menyalahkan kecuali dirimu.” (Hadits Qudsi).
21. Dianjurkan agar melamakan ‘ghurah’ dan ‘tahjil’. (Muslim, Bukhari). * Ghurrah, adalah membasuh sebagian dari kepala bagian
depan. Sedang ‘Tahjil’ adalah membasuh sebelah atas siku, ketika membasuh kedua tangan, dan sebelah atas mata kaki ketika
membasuh kedua kaki. “Sesungguhnya umat ini akan diseru pada hari Kiamat dalam keadaan cemerlang kening, kedua tangan dan
kedua kaki mereka, karena bekas-bekas wudhu. (Bukhari, Muslim).
22. Diwajibkan berwudhu ketika akan melaksanakan shalat, membaca Alquran, sa’i, wuquf, jumrah, baligh, setelah tertawa keras
dalam shalat.
23. Dan disunnahkan berwudhu ketika akan tidur ( Bukhari ), akan mengulangi persetubuhan dengan istri ( Abu Dawud ), menengok
orang sakit ( Bukhari ), setelah makan sesuatu yang dimasak ( Muslim ), setelah memakan daging kambing dan unta ( Muslim ),
setelah menyentuh kemaluan ( Baihaqi ), ketika marah, agar reda marahnya ( Ahmad, Abu Dawud ), keluar dari WC ( Ahmad ),
akan adzan, akan menziarahi kubur Nabi saw., mempelajari hadits atau tafsir, setelah berghibah atau berbohong.
24. Jangan berbicara ketika berwudhu. ( Nasa’i ).
25. Jangan boros. Dianjurkan menggunakan air sehemat mungkin. (Bukhari, Ibnu Majah, Abu Dawud). Nabi saw. bersabda,
“Hematlah dalam memakai air walaupun di atas lautan. (Ahmad, Ibnu Majah).
26. Air bekas wudhu dapat dipakai sebagai obat ( Bukhari ). Air bekas wudhu dapat menyembuhkan tujuh puluh penyakit ( Dailami ).
* Caranya: Kita berwudhu di atas ember, sehingga air bekas wudhu itu akan jatuh ke dalam ember. Kemudian air itu diminumkan
kepada si sakit.
27. Sebaiknya jangan berwudhu dibantu orang lain. (Ibnu Najjar, Al-Bazzar).
Hal-Hal Yang Membatalkan Wudhu
1. Ada sesuatu yang keluar dari salah satu di antara dua jalan, seperti kencing, tahi, darah atau angin. (An-Nisa’: 443 – Bukhari,
Muslim). * Allah tidak menerima shalat seorang apabila berhadats, sebelum ia berwudhu.
2. Tidur yang tidak mantap. Maksud mantap ialah tidur sambil duduk, dan pantat menempel rapat di tempat duduk. Dan tidak
mantap, yaitu jika pantat renggang dari tempat duduk. Nabi saw. bersabda, “Barangsiapa tidur, maka hendaklah berwudhu.” (Abu
Dawud). * Tidur dengan sikap mantap, tidak membatalkan wudhunya. ( Bukhari, Muslim ).
3. Hilang akal, baik dikarenakan mabuk, pingsan, sakit, ataupun gila.
4. Bersentuhan antara laki-laki dengan istrinya atau wanita asing, tanpa ada penghalang. (An-Nisa’: 43).
5. Menyentuh farji/ alat vital sendiri atau farji orang lain, baik dubur maupun qubul (penis/ vagina), dengan telapak tangan atau jari-
jari, tanpa ada penghalang.

18
ADAB MANDI
Mandi itu ada 2 macam. Mandi WAJIB dan Mandi Sunnah. Apa itu Mandi Wajib? Definisi Mandi
Wajib berdasarkan firman Allah: “ Dan jika kamu junub, maka mandilah.” ( Al Maidah: 6 ) Definisi
Mandi Sunnah,berdasarkan hadits Nabi: “ Adalah kewajiban setiap muslim kepada Allah, mandi
pada setiap minggunya sehari ( Seminggu sekali ), dimana ia membasuh kepala dan tubuhnya.”
(Bukhari, Muslim).
Kenapa harus Mandi Wajib?:
1. Jika dua kemaluan, laki – laki dan wanita bertemu.
2. Keluar mani dengan sebab apapun, baik mimpi, mengkhayal, bergurau, bermimpi, dsb.
Sedangkan jika bermimpi tapi tidak keluar mani, maka tidak diwajibkan mandi.
3. Setelah berhenti dari keluar darah haidh dan selesai nifas. ( Tirmidzi )
4. Mandi bagi mayit ( Bukhari )
5. Mualaf ( orang kafir yang baru masuk Islam ) wajib mandi. ( Bukhari ).
Mandi termasuk dalam rangkaian bersuci (Bukhari, Muslim). Hikmah disyariatkannya
mandi:
1. Memperoleh pahala, karena bersuci adalah bagian dari iman ( Muslim )
2. Memperoleh kebersihan ( Bukhari, Muslim )
3. Memperoleh semangat dan kesegaran.
Prosedur yang dianjurkan dalam mandi:
1. Terlebih dahulu berniat untuk mandi, untuk menghilangkan hadats besar.
2. Mencuci kedua telapak tangan, lalu membasuh kemaluan dan telapak tangan digosokkan ke
tanah atau ke dinding.
3. Dianjurkan untuk berwudlu terlebih dulu, yaitu berkumur, beristinsyaq ( memasukkan air ke
dalam hidung lalu mengeluarkannya ), mencuci muka dan kedua hasta tangan, kemudian
mengalirkan air di atas kepala sebanyak 3 x. Selanjutnya mengalirkan air ke seluruh tubuh.
Terakhir adalah mencuci kedua kaki. ( Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i )
4. Wanita berambut panjang, boleh hanya dengan menyiramkan air 3 x ke atas rambutnya ketika
mandi wajib. ( Muslim )
5. Sunnah ( dianjurkan ) untuk mendahulukan bagian tubuh sebelah kanan ketika menyiram badan,
lalu bagian sebelah kiri, selanjutnya bagian depan dan terakhir bagian belakang. ( Nasa’i )
6. Boleh mandi junub dengan berendam di dalam air, asalkan semua anggota badan terkena air.
(Asy Syafi’i).
7. Dalam mandi wajib, air harus mengenai semua pori-pori badan, kemudian meratakannya,
sekaligus membersihkannya. ( Tirmidzi )
8. Sebaiknya berwudlu terlebih dahulu sebelum tidur. Dan cukup sekali mandi setelah menggauli
beberapa istri ataupun beberapa kali. Akan tetapi dianjurkan berwudlu lebih dulu sebelum
melakukan yang kedua kalinya. ( Tirmidzi ). Dan boleh langsung mandi setelah berhubungan
atau tidak langsung mandi, menangguhkannya hingga bangun dari tidur. ( Nasa’i ).
9. Usahakan jangan sampai menyentuh kemaluan dengan telapak tangan jika sudah selesai mandi.
Jika menyentuh, maka batallah wudlunya. ( Nasa’i ).
10. Nabi saw menolak memakai handuk setelah mandi. ( Nasa’i ).
11. Usahakan menutup aurat ketika mandi ( tidak telanjang bulat ). Sebaiknya memakai kain khusus
basahan saat mandi.
12. Disunnahkan mandi pada saat:
a. Hari Raya ( Imam Malik ),
b. Hari Jum’at ( Tirmidzi, Bukhari, Muslim ),
c. Saat terjadi gerhana matahari dan bulan,
d. Sesudah memandikan jenazah ( Imam Ahmad, Tirmidzi ),
e. Setelah kembali dari peperangan ( Muslim ),
f. Ketika ihram ( Bukhari ),
g. Ketika wuquf di Arafah ( Bukhari ),
h. Ketika memasuki kota Makkah ( Bukhari, Abu Dawud ).
13. Hal –hal yang dimakruhkan ketika mandi: a. Boros air. Nabi saw mandi dengan 1 sha’ air atau 5
mud. ( 1 sha’ = 4 mud = 40 cm3 ). ( Bukhari, Muslim ), b. Mandi di air yang tergenang.
(Muslim). Jika terpaksa, harus diambil dengan hati-hati agar tidak mustakmal.

19
ADAB THAHARAH BERSUCI
Definisi/ Arti :
Menurut bahasa, thaharah berarti bersih dan suci dari segala kotoran, baik yang nyata seperti
najis maupun yang tidak nyata, contohnya aib. Menurut syariat, thaharah artinya; melakukan
sesuatu agar diijinkan shalat atau hal-hal lain yang sehukum dengannya, seperti wudlu, mandi
wajib, dan menghilangkan najis dari pakaian, tubuh dan tempat shalat. ( QS Al Maa’idah:6 )
Dalil naqli:
1. Allah SWT berfirman, “ Dan pakaianmu bersihkanlah.” ( Al Muddatsir: 4 )\
2. “ Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang gemar bertaubat, dan menyukai orang-
orang yang mensucikan diri. ( Al Baqarah: 222 ).
3. “ Bersuci adalah separuh dari iman. ( HR Muslim )
Hikmah Bersuci:
1. Thaharah termasuk tuntutan fitrah. Fitrah manusia cenderung kepada kebersihan dan
membenci kotoran serta hal-hal yang menjijikkan.
2. Memelihara kehormatan dan harga diri. Karena manusia suka berhimpun dan duduk
bersama. Islam sangat menginginkan, agar orang muslim menjadi manusia terhormat dan
punya harga diri di tengah kawan-kawannya.
3. Memelihara kesehatan. Kebersihan merupakan jalan utama yang memelihara manusia dari
berbagai penyakit, karena penyakit lebih sering cepat tersebar disebabkan kotoran. Dan
membersihkan tubuh, membasuh wajah, kedua tangan, hidung dan kedua kaki sebagai
anggota tubuh yang paling sering berhubungan langsung dengan kotoran, akan membuat
tubuh terpelihara dari berbagai penyakit.
4. Beribadah kepada Allah dalam keadaan suci. Allah menyukai orang-orang yang gemar
bertaubat dan bersuci.
Thaharah ada dua macam: 1> Bersuci dari najis, dan 2> Bersuci dari hadats.
Air yang untuk bersuci;
1. Air yang turun dari langit, contohnya air hujan, air es, dsb. Dasar hukumnya; “ Allah
turunkan dari langit air yang sangat bersih untuk bersuci. ( QS Al Anfal;11 ).
2. Air yang keluar dari dalam bumi, contohnya air laut, air sumur, air sungai, air dari mata air.
Dalil; “ Karena laut itu sangat suci airnya dan halal bangkainya. ( Hadits Riwayat Abu
Dawud, Tirmidzi, Nasa’I, Ibnu Majah dan Ahmad )
Pembagian/ klasifikasi air:
1. Air suci lagi mensucikan ( Thahir Muthahhir ) adalah Air mutlak, yaitu air yang measih
tetap pada sifat keasliannya sebagaiman yang diciptakan Allah swt ( HR Bukhari )
2. Air suci mensucikan tetapi makruh. ( Thahir Muthahhir Makruh ): Air musyammas, yaitu air
yang terkena panas matahari.Air ini akan menjadi makruh bila; a. Jika berada di negeri yang
sangat panas, b. Jika air itu diletakkan di bejana logam selain logam emas dan perak, seperti
besi, tembaga dan logam apapun yang bisa ditempa, c. Jika air itu digunakan pada tubuh
manusia atau binatang ( Dari Umar r.a, As Syafi’i )
3. Air suci tapi tidak mensucikan ( Thahir Ghoiru Muthahhir ). Adalah air sedikit yang sudah
digunakan untuk bersuci yang fardhu. ( Bukhari, Muslim ).
4. Air terkena najis. ( Mutanajjis ), yaitu air yang kemasukan najis. Air ini terbagi menjadi dua
macam:
 Air sedikit, yaitu yang kurang dari 2 kulah. Air ini akan otomatis menjadi
najis, begitu kemasukan najis meskipun sedikit dan tidak merubah sifat-sifat air seperti
warna, bau dan rasa. ( HR Muslim, Kitab Al Khamis ). Ukuran 2 kulah= 60cm x 60cm x
60 cm.
 Air banyak, yaitu air 2 kulah atau lebih. Air ini tidak otomatis menjadi najis jika
kemasukan najis. Air ini baru menjadi najis, jika najis tersebut mampu merubah salah
satu sifat-sifat dasar air yang tiga yaitu warna, rasa atau baunya. ( Ibnu Mundzir, Imam
Nawawi )
NAJIS
Definisi:
1. Menurut bahasa : Apa saja yang kotor
2. Menurut Syara : Berarti kotoran yang mengakibatkan shalat tidak sah. Contoh; darah dan air
kencing

20
Jenis najis yang terpenting ada 7 macam:
1. Khamer dan cairan apapun yang memabukkan. ( QS Al Maidah:90 ). Setiap yang
memabukkan itu khamer, dan setiap khamer itu haram. ( HR Muslim ).
2. Anjing dan babi. ( HR Muslim, Daruqutni ).
3. Bangkai. Yaitu setiap binatang yang mati tanpa disembelih secara syar’i. ( QS Al
Maidah:3 ). Kecuali bangkai-bangkai yang tidak dihukumi najis, yaitu antara lain a. Bangkai
manusia, karena Allah telah memuliakan manusia ( QS Al Isra:70 ), b. Jasad orang Islam.
( Sesungguhnya orang Islam itu tidak najis. Hadits riwayat Bukhari ), c. Bangkai ikan dan
belalang. ( HR Ibnu Majah:” Dihalalkan 2 macam bangkai dan dua macam darah, yaitu
bangkai ikan dan belalang. Dan darah hati serta anak limpa.)
4. Darah yang mengalir termasuk nanah, karena kotor. ( QS Al An’am:145 ).
5. Kencing dan kotoran manusia maupun binatang. ( HR Bukhari, Muslim ).
6. Setiap bagian tubuh yang terlepas dari binatang yang masih hidup. Apa-apa yang terpotong
dari seekor binatang, adalah bangkai. ( HR Hakim ), Kecuali rambut dan bulu binatang yang
halal dimakan dagingnya, adalah suci. ( QS An Nahl:80 ).
7. Susu hewan yang haram dimakan dagingnya, seperti keledai, karena hukum susunya sama
dengan dagingnya. Sedangkan dagingnya itu najis.
Tingkatan Najis:
1. Najis Mughallazhah ( Kelas Berat ), ialah najisnya anjing dan babi.
2. Najis Mukhaffafah ( Ringan ), ialah kencing bayi laki-laki yang belum memakan makanan
selain susu, dan belum berumur 2 tahun. ( HR Bukhari, Muslim )
3. Najis Muthawassithah. ( Pertengahan ), yaitu najis selain anjing dan babi dan selain kencing
bayi laki-laki yang baru hanya makan susu. Contoh kencing manusia, tahi binatang dan
darah.
4. Najis yang dimaafkan, yaitu contohnya :
 Percikan air kencing yang sangat sedikit, yang tidak bisa ditangkap oleh mata telanjang.
 Sedikit darah, nanah, darah kutu, tahi lalat, tahi cicak dan sejenisnya, selagi hal itu
bukan perbuatan yang disengaja.
 Darah dan nanah dari luka, sekalipun banyak, dengan syarat berasal dari orang itu
sendiri, bukan atas perbuatan yang disengaja, dan najis itu tidak melampaui dari
tempatnya yang biasa.
 Tahi binatang yang mengenai biji-bijian ketika ditebah, dan tahi binatang ternak yang
mengenai susu ketika diperah, asalkan sedikit dan tidak merubah sifat susu itu.
 Tahi ikan dalam air apabila tidak sampai merubahnya dan tahi burung-burung di tempat
yang biasa mereka datangi, seperti burung-burung di Masjidil Haram di Makkah dan
Madinah dan yang lainnya. Karena tahi hewan itu tersebar merata dimana-mana
sehingga sulit untuk dihindari.
 Darah yang mengenai baju tukang potong hewan, asalkan sedikit.
 Darah yang menempel di daging, asalkan sedikit.
 Mulut anak kecil yang terkena najis muntahannya sendiri, ketika ia menetek dari
ibunya.
 Debu yang menerpa di jalanan.
 Bangkai hewan yang darahnya tidak mengalir, seperti lalat, lebah, semut, dengan syarat
binatang itu tercebur sendiri dan tidak merubah sifat air yang dimasukinya. ( HR
Bukhari )
Cara Bersuci dari Najis pada Pakaian, Tubuh dan Tempat.
1. Najis Mughallazhah: Hanya bisa disucikan dengan dibasuh 7 x, salah satu di antaranya
dicampur dengan tanah, baik pada pakaian, tubuh ataupun tempat shalat.
2. Najis Mukhaffafah ( Ringan ). Caranya ialah dengan diperciki air sampai merata.
3. Najis Muthawassithah. ( Pertengahan ). Hanya dapat disucikan jika dialiri air yang dapat
menghilangkan bekasnya, sehingga wujud dan sifat-sifat najis itu hilang. Dan tidak mengapa
jika masih tersisa warnanya seandainya memang amat sulit dihilangkan, seperti darah.
4. Kulit bangkai selain anjing dan babi. Disucikan dengan cara disamak, maksudnya
dihilangkan cairannya yang dapat merusaknya jika dibiarkan, dengan menggunakan bahan
pedas, sehingga jika kulit itu direndam di dalam air, tidak akan busuk dan rusak. ( HR
Muslim ). Catatan; sesudah disamak, kulit itu masih wajib dicuci dengan air bersih, karena
ia telah bertemu dengan obat-obatan yang najis, yang digunakan untuk menyamaknya.

21
ADAB MAJELIS
1. Dalam setiap majelis hendaknya memperbanyak dzikrullah, dan setidak-tidaknya bershalawat atas Nabi saw. sekali.
(Nasa’i, Ibnu Hibban, Thabrani).
2. Orang yang hadir dalam suatu majelis terbagi menjadi tiga jenis orang, yaitu: 1> Ghani yaitu orang yang banyak mengingat
Allah dan tidak lalai kepada-Nya. 2> Salim yaitu orang yang diam saja, hanya mendengar ucapan orang lain. Dan 3> Syaji
yaitu orang yang banyak membicarakan keburukan majelis. (Thabrani, Ibnu Majah).
3. Jika memungkinkan sebaiknya majelis itu menghadap ke arah kiblat. (Thabrani, Ibnu Adi).
4. Majelis yang terjelek adalah pasar dan yang terbaik adalah masjid. (Thabrani).
5. Hendaknya duduk di dalam majelis dengan sopan, ramah, dan penuh adab.
6. Jangan duduk dengan sombong dan angkuh. (Muslim).
7. Jangan duduk di antara dua orang tanpa ijin keduanya. (Bukhari, Abu Dawud, Tirmidzi). * Duduk di antara dua orang tanpa
ijin, mungkin akan mengganggu komunikasi diantara keduanya.
8. Jangan memerintahkan orang lain untuk pindah dari tempatnya, lalu kita menduduki tempatnya. Perbuatan itu mengandung
beberapa kesalahan, yaitu: Menyusahkan orang lain, menunjukan kesombongan, Berbangga diri dengan merendahkan
orang lain. Yang disunnahkan justru memberikan tempat duduk untuk orang lain yang baru datang. (Bukhari, Muslim).
9. Hendaknya memuliakan orang sesuai dengan kedudukannya, baik secara duniawi atau agama. (Ibnu Majah). * Tidak hanya
ulama yang harus dihormati, tetapi juga orang tua, tokoh masyarakat, dan lainnya.
10. Dalam majelis hendaknya memuliakan: Orang tua muslim yang beruban, Hafizh Al Qur’an yang berakhlak Al Qur’an,
Penguasa yang adil. (Ibnu Majah).
11. Sesungguhnya berkah Allah terletak pada para tokoh yang duduk dalam majelis. (Ibnu Majah, Hakim).
12. Jika bertiga dalam majelis, jangan berbicara hanya berdua tanpa seijin satunya. (Bukhari, Muslim). * Demi menjaga
perasaan sesama ahli majelis agar tidak menimbulkan perpecahan.
13. Setelah meninggalkan majelis, Nabi saw. biasa beristighfar sepuluh atau lima belas kali. (Ibnu Sunni). * Kafarat atas
perbuatan atau ucapan yang tidak baik selama dalam majelis. Istighfar yang diucapkan oleh Nabi saw. adalah, Artinya :
“Aku memohon ampun kepada Allah, Dzat yang tiada Tuhan Nya, Dia Maha hidup, Maha Berdiri dan aku bertaubat
kepada-Nya.”
14. Sebelum berdiri dari majelis, sunnah membaca doa kifarah majelis, Artinya: “Maha Suci Engkau ya Allah. Dan dengan
memuji-Mu, tiada Tuhan selain Engkau, aku memohon ampunan-Mu, aku bertaubat kepada-Mu (Tirmidzi, Nasa’i).
Barangsiapa membaca doa ini, Allah akan menghapuskan dosa-dosa atas kelalaian selama dalam majelis.
15. Majelis adalah amanat, yaitu tidak membicarakan aib orang lain. Dan apa yang dibicarakan dalam majelis, hendaknya
berhati-hati dalam menyebarkan. Tidak semua orang boleh mengetahui apa yang dibicarakan di majelis. (Tirmidzi).
16. Hendaknya selalu memusatkan pikiran, hati, pendengaran, dan penglihatan, kepada isi pembicaraan majelis. (Bukhari).
17. Makruh memuji terlalu berlebihan kepada sesama muslim. (Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majah). Dianjurkan agar melemparkan
pasir ke mulut orang yang memuji dengan berlebihan. (Muslim).
18. Jangan membuat majelis atau duduk di jalanan. Jika terpaksa hendaknya memenuhi hak-hak jalanan. Di antaranya ialah:
Menundukkan pandangan, amar ma’ruf nahi munkar, menyebarkan salam, dan tidak mengganggu orang lewat. (Bukhari,
Muslim).
19. Sebaiknya jangan mengobrol setelah shalat Isya, kecuali berbicara agama atau kepentingan umat. Kadangkala Nabi saw.
membicarakan keadaan umat dengan Abu Bakar ra. hingga larut malam. (Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i)
20. Jangan melihat siapa yang berbicara, tetapi dengarlah apa yang dibicarakan (Ali bin Abi Thalib ra.). * Melihat siapa yang
berbicara akan membuat kita meremehkan majelis tersebut, walaupun majelis itu majelis agama. Dengan mendengar apa
yang dibicarakan, akan membuat kita menghormati setiap majelis agama, walau siapapun yang membicarakannya.
21. Hendaknya selalu mendatangi majelis orang alim yang senantiasa mengajak dari lima hal kepada lima hal: 1) Dari keraguan
kepada keyakinan, 2) Dari kesombongan kepada ketawadhu’an, 3) Dari permusuhan kepada persatuan 4) Dari riya kepada
keikhlasan, 5) Dari cinta dunia kepada kezuhudan. (Ibnu Asakir).
22. Jika ada keperluan untuk meninggalkan majelis, maka disunnahkan untuk meminta ijin terlebih dahulu kepada pimpinan
majelis. (Al Qur’an).
23. Sunnah memakai wangi-wangian. Para malaikat menyukai bau-bauan harum. Sebaliknya, jangan membawa bau-bauan
busuk ke dalam majelis, syetan menyukai bau busuk dan akan mengganggu orang lain.
24. Sunnah meninggalkan majelis perdebatan. Rasulullah saw. bersabda, “Sebuah rumah di surga disediakan bagi orang yang
meninggalkan perdebatan walaupun itu benar.” (Tirmidzi).
25. Jangan banyak bertanya tentang hal-hal yang tidak berguna. (Bukhari).
26. Apabila disampaikan ayat-ayat Al Qur’an dan hadits Nabi saw., maka hendaknya ada rasa ta’dzim (mengagungkan) di
dalam hati seolah-olah Nabi saw. sendiri yang menyampaikannya.
27. Berniat sungguh-sungguh untuk mengamalkan apa yang telah didengar dari kebaikan. (Al Qur’an).
28. Yang hadir dalam majelis hendaknya bemiat menyampaikan kepada orang-orang yang tidak hadir di dalam majelis
tersebut. (Bukhari).
29. Keutamaan majelis yang di dalamnya ada dzikrullah, ialah: a) Dicucuri rahmat, b) Dinaungi malaikat, c) Diberi sakinah, d)
Nama kita dan nama orang tua kita dipuji di hadapan majelisnya malaikat, e) Menghancurkan majelis-majelis maksiat, f)
Menjadi asbab hidayah, g) Melembutkan hati. (Bukhari).
30. Tidak boleh berdiri untuk menghormati kedatangan seseorang. (Thabrani, Ibnu Majah, Abu Dawud).
Cara Duduk dalam Majelis:
1. Di dalam majelis disunnahkan duduk dengan merapat satu sama lainnya. (Abu Dawud). * Majelis yang ada dzikrullah,
akan dicucuri rahmat Allah. Jika lebih rapat, maka seluruh rahmat akan mengenai tubuh-tubuh ahli majelis, dan akan
menyatukan hati sesama ahli majelis, serta akan menutup celah-celah syetan untuk menggoda.
2. Jangan duduk menyandarkan kedua tangan ke belakang. Duduk seperti itu adalah duduk yang dibenci oleh Allah. (Abu
Dawud, Ibnu Majah).
3. Boleh duduk dengan bersila. (Muslim, Timidzi, Nasa’i). * Dan boleh duduk sambil mendekap lutut dan betis. (Bukhari).
4. Dianjurkan melepaskan alas kaki dalam majelis. (Baihaqi, Bazzar).
5. Majelis sebaiknya diadakan dengan duduk di lantai. (Thabrani). * Dengan susunan majelis melingkar. (Bazzar). Tetapi
jangan duduk sendirian di tengah-tengah majelis. (Tirmidzi, Ahmad, Abu Dawud).

22
ADAB DOA
1. Sesering mungkin berdoa kepada Allah. Lebih sering berdoa, akan lebih disukai oleh Allah swt.. (Alquran,
Thabrani). * Orang-orang yang tidak suka berdoa, seolah-olah ia meyakini atas kemampuan diri sendiri tanpa
bersandar kepada Allah. Orang seperti ini, adalah orang-orang yang sombong atas diri sendiri.
2. Hendaknya berdoa sambil mengangkat tangan dengan telapak tangan terbuka ke atas. (Bukhari, Muslim, Tirmidzi,
Abu Dawud, Hakim). * Jangan berdoa dengan punggung tangan menghadap ke atas, kecuali pada shalat Istisqa dan
minta dijauhkan dari bala. (Abu Dawud, Thabrani, Baihaqi, Ibnu Majah).
3. Dianjurkan berdoa dengan menghadap ke kiblat. (Tirmidzi, Thabrani).
4. Sunnah memulai doa dengan memuji Allah, lalu bershalawat ke atas Rasulullah saw.. (Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu
Hibban, Baihaqi, Hakim).
5. Berdoa hanya untuk hal-hal yang dihalalkan oleh agama. Jangan berdoa untuk hal-hal yang dilarang atau
diharamkan. (Muslim, Ahmad, Abu Dawud).
6. Hendaknya merasa yakin bahwa Allah akan mengabulkan doa kita. Jangan ada keragu-raguan. Apabila ada
prasangka bahwa Allah tidak akan mengabuikan doa kita, maka Allah tidak akan mengabulkannya karena Allah
bergantung pada sangkaan hamba-Nya. (Tirmidzi, Hakim).
7. Hendaklah menangis ketika berdoa. Jika tidak bisa menangis, berpura-puralah untuk menangis. (Baihaqi).
8. Setiap doa boleh diulangi sampai tiga kali. Dan diakhiri dengan ‘Aamiin’ yang berarti; “Kabulkanlah, ya Allah”. Jika
berdoa dengan berjamaah, maka salah seorang berdoa dan yang lain mengaminkannya. (Abu Dawud). * Yang berdoa
dan yang mengaminkan akan mendapatkan ganjaran yang sama. Dan disunnahkan mengamini do’a kita walaupun
berdoa sendirian. (Ibnu Adi).
9. Sunnah mengusapkan tangan ke muka setelah selesai berdoa. (Abu Dawud, Thabrani, Baihaqi, Ibnu Majah).
10. Rasulullah saw. biasa berdoa dengan mendahulukan untuk dirinya sendiri kemudian untuk orang lain. (Tirmidzi,
Ibnu Hibban, Ahmad, Hakim).
11. Sebelum berdoa pastikan bahwa apa yang di badan kita adalah halal. Allah swt. tidak menerima doa seseorang yang
pada dirinya, baik makanan, minuman, dan berpakaiannya dari cara yang haram. (Muslim).
12. Jangan berdoa dengan suara terlalu keras atau berlebihan. Hendaknya berdoa dengan suara yang merendah dan
bertawadhu kepada Allah. (Alquran).
13. Berdoa harus dengan penuh keyakinan dan kesungguhan. Tidak boleh berdoa dengan berkata, “Kalau Engkau mau,
ya Allah”. Hal itu menunjukkan ketidaksungguhan dalam berdoa. (Bukhari, Muslim, Ahmad, Nasa’i).
14. Apabila doa belum diterima oleh Allah, hendaknya kita mengakui bahwa doa kita sudah diijabah oleh Allah swt.
dengan mengatakan: Artinya: “Maha Suci Allah dengan segala nikmat-Nya menyempurnakan orang-orang yang
shaleh.” (Baihaqi).
15. Jika doa kita belum diijabah/ dikabulkan, maka ucapkan: Artinya: “Segala puji bagi Allah dari segala keadaan.”
(Baihaqi).
16. Hendaknya selalu meminta maaf dan afiat kepada Allah swt.. (Abu Dawud, Ibnu Majah, Tirmidzi).
17. Hendaknya selalu berdoa meminta surga. Dan jika meminta surga, mintalah surga Firdaus. Barangsiapa meminta
surga tiga kali, maka surga akan mengatakan, “Ya Allah, masukanlah ia ke dalam surga.” Tiga kali. Dan neraka
berkata, “Ya Allah Jauhkanlah ia dari neraka!” (Hakim, Nasa’i).
18. Sunnah memulai doa dengan menyebut Asmaul Husna. Rasulullah saw. sering mengucapkan, “Yaa Hayyu, Ya
Qayyuum.” (Tirmidzi).
19. Hendaknya berdoa dengan doa yang pernah dibaca dan diajarkan oleh Nabi saw. atau doa yang terdapat di dalam
Alquran. Dan tidak boleh berdoa meminta kematian. (Bukhari, Muslim, Nasa’i).
20. Hendaknya memahami arti doa kita. Jangan berdoa dengan doa yang tidak tahu maksudnya. Boleh berdoa dengan
menggunakan bahasa masing-masing agar dapat memahami arti doanya. (Abu Dawud, Ibnu Majah).
21. Lebih baik berdoa dengan kata-kata yang ringkas, tetapi bermakna dalam dan luas. (Bukhari). * Seperti doa meminta
kebaikan dunia dan akherat. Itu adalah salah satu doa yang ringkas dan luas maknanya.
22. Berdoa tetap harus diiringi dengan usaha untuk memperoleh hasil doa kita.
23. Disunnahkan berdoa ketika mendengar ayam berkokok, karena ia melihat malaikat. Dan disunnahkan membaca
ta’awudz ketika mendengar lolongan anjing atau ringkikan keledai, karena ia melihat syetan. (Bukhari).
Doa-doa Yang Mustajab
1. Doa orang yang beribadah haji. Doa orang yang sedang sakit. (Muslim, Baihaqi, Abu Dawud).
2. Doa seseorang untuk orang lain yang tidak ada di dekatnya. Ini adalah doa tercepat dikabulkan oleh Allah swt.
(Thabrani, Tirmidzi, Ibnu Majah).
3. Doa seseorang yang adil dan bijaksana. Doa orang yang dizhalimi. Allah akan cepat mengabulkan doa mereka
karena antara Allah dengan mereka tidak ada penghalang sama sekali. Doa orang,tua untuk anaknya. (Ibnu Majah).
4. Doa seorang musafir. (Ibnu Majah, Tirmidzi, Abu Dawud, Nasa’i). * Asal perjalanannya bukan untuk kemaksiatan.
5. Doa orang yang sedang berpuasa. Doa orang yang banyak menghabiskan waktunya untuk berdzikir mengingat Allah.
(Baihaqi).
Waktu-waktu Doa Mustajab
1. Setelah shalat fardhu lima waktu dan setelah mengkhatam tilawat Alquran 30 juz. (Thabrani).
2. Ketika bersujud dalam shalat, sebagai waktu yang terdekat antara hamba dengan Allah swt.. (Muslim, Abu Dawud,
Nasa’i).
3. Sebelum waktu Shubuh. (Muslim, Abu Dawud, Nasa’i).
4. Ketika Fii sabiilillah, sedang berjuang di jalan Allah. (Thabrani).
5. Ketika adzan. (Thabrani, Hakim).
6. Ketika turun hujan lebat. (Hakim).
7. Antara adzan dan iqamat. (Abu Dawud, Ahmad, Tirmidzi, Nasa’i).
8. Sepertiga akhir malam. (Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, Abu Dawud).
9. Ketika melihat Ka’bah. Ketika berlari antara Shafa dan Marwa. Ketika wukuf di Arafah. Ketika melempar jumrah.
(Baihaqi).

23
ADAB MUADZIN
Adab-adab Adzan dan Iqomat
1. Disyariatkan mengumandangkan adzan jika tiba waktu sholat ( HR Bukhari, Muslim ).
2. Muaddzin ( orang yang mengumandangkan adzan ) dianjurkan berwudlu lebih dulu ( HR Tirmidzi ).
Makruh hukumnya adzan tanpa wudlu ( Abu Dawud ).
3. Disunnahkan menyerukan adzan dengan suara yang keras dan lantang, karena tujuan adzan adalah
untuk memanggil orang banyak agar melaksanakan sholat berjamaah. Tidak seorangpun jin, manusia
atau apa saja yang mendengar betapa keras suara muaddzin, melainkan menjadi saksi baginya pada
hari kiamat. ( HR Bukhari, Nasa’i, Ibnu Majah ).
4. Disunnahkan memilih orang yang ternyaring suaranya untuk adzan ( Abu Dawud ).
5. Lafadz adzan adalah :
Artinya:
Allah Maha Besar 2x
Aku bersaksi bahwa tidak ada Ilah selain Allah 2x
Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Utusan Allah 2x
Marilah mengerjakan sholat 2x
Marilah menuju kemenangan 2x
Allah Maha Besar 2x
Tiada Ilah selain Allah
6. Kalimat-kalimat dalam iqomat sama dengan kalimat-kalimat dalam adzan, hanya jumlahnya
diganjilkan ( HR Nasa’i, Abu Dawud, Tirmidzi ).
7. Adzan diserukan dengan alunan lambat, sedangkan iqomat diserukan dengan nada cepat tetapi jelas.
( Tirmidzi ).
8. Pada saat adzan shubuh, ditambah kalimat:
Artinya: “Sholat itu lebih baik daripada tidur”, 2x ( HR Tirmidzi, Abu Dawud )
9. Imam bertanggung jawab terhadap makmum dalam mengimami. Dan muaddzin bertanggung jawab
dalam menjaga waktu sholat, agar jamaah menunaikan sholat pada waktu yang benar. (HR Tirmidzi).
10. Disunnahkan melantunkan adzan di tempat yang tinggi seperti bukit atau menara. (HR Abu Dawud).
11. Disunnahkan adzan dengan berdiri. ( HR Bukhari, Muslim ).
12. Sebaiknya orang yang iqomat adalah orang yang adzan. ( HR Tirmidzi ).
13. Muaddzin hendaknya memasukkan jari telunjuknya ke telinga ketika adzan. ( HR Tirmidzi ).
14. Muaddzin disunnahkan memiringkan kepala ke kiri ketika menyerukan kalimat: ( Hayya
‘alashsholaat..) Artinya: Marilah sholat 2x. lalu ke kanan ketika kalimat: ( Hayya ‘alal falaah…)
“Marilah menuju kemenangan” 2x.
15. Orang yang mendengar adzan disunnahkan menjawab adzan dengan ucapan yang sama yang
dilantunkan oleh muaddzin, kecuali ketika mendengar kalimat: “ Hayya ‘alashsholaat” 2x, “ Hayya
a’lal falaah” 2x Dijawab dengan: ( Laa khaula wala quwwata illa billah )
“ Tidak ada daya dan kekuatan kecuali pada Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung”
16. Disunnahkan membaca do’a setelah mendengar seruan adzan, sbb: Artinya :
“ Ya Allah, Rabb dakwah yang sempurna ini. Dan sholat yang didirikan. Berilah kepada Tuan kami
Muhammad ‘wasilah’ dan ‘fadhilah’. Dan angkatlah ia ke kedudukan yang terpuji, sebagaimana
Engkau janjikan kepadanya. Sesungguhnya Engkau tidak pernah ingkar janji.” ( HR Bukhari ). Juga
disunnahkan membaca sholawat ( HR Muslim ).
17. Tidak boleh menggaji seorang muaddzin. Lebih utama adzan secara sukarela. ( HR Muslim,
Tirmidzi, Nasa’i ).
18. Jangan keluar dari masjid setelah mendengar adzan, kecuali karena batal wudlu atau sesuatu yang
sangat mendesak. ( HR Muslim, Tirmidzi, Nasa’i ). Sebaiknya kita sudah duduk dalam shaf sebelum
waktu sholat tiba dalam keadaan sudah berwudlu.
19. Muaddzin ditugaskan menunggu Imam. Jangan iqomat sebelum Imam datang. ( HR Muslim,
Tirmidzi ).
20. Wanita hanya boleh adzan dan iqomat untuk jama’ah kaum wanita. ( HR Hakim ).
21. Sebaiknya tetap menyerukan adzan dan iqomat walaupun dalam perjalanan. ( HR Tirmidzi ). Di
samping memberitahu waktu sholat kepada musafir yang lain, juga sebagai dakwah agar mereka
sholat dengan berjamaah jika memungkinkan.
22. Syarat-syarat sah menjadi muaddzin: 1> Islam, 2> Tamyiz ( sudah bisa membedakan yang baik dan
tidak baik ). Tidak sah adzannya anak kecil yang belum tamyiz. 3> laki-laki. Tidak sah adzannya
seorang wanita kepada jamaah laki-laki. 4> Kalimat adzan tertib ( urutannya benar ), 5> Kalimat
adzan tidak boleh diselingi dengan kata-kata lain selain kalimat adzan. 6> Adzan dengan suara yang
lantang dan keras.

24
ADAB TA’LIM WAT TA’LUM
Ta’lim Wat Ta’lum adalah belajar dan mengajar
Maksud dan tujuannya adalah memasukan Nur Kalamullah ( cahaya ilmu dan pemahaman ayat Al
Quran )
Keutamaan Ta’lim Wat Ta’lum :
1. Mendapatkan sakinah ketenangan jiwa.
2. Dicucuri Rahmat oleh Allah Swt.
3. Dikelilingi para malaikat bershaf-shaf sampai di Arsy Allah Swt.
4. Nama kita di bangga – banggakan oleh Allah Swt di hadapan majelis para malaikat.
5. Menghancurkan 100 majelis lalai bila dilakukan di rumah.
Kerugian apabila tidak di laksanakan Ta’lim Wat Ta’lum :
1. Beramal dengan mengikuti hawa nafsu.
2. Tidak mengetahui nilai akhirat.
3. Syetan akan berdakwah dalam rumah kita sehingga maksiat akan merajalela
Adab – adab Taklim terbagi menjadi dua ,yaitu :
1. Adab Zhahiriah.
2. Adab Batiniah.
1. Adab Zhahiriah ,diantaranya :
 Berwudhu lalu duduk rapat-rapat dengan posisi Iftirasy menghadap qiblat
denga tawajjuh kepada Allah Swt dengan memekai wangi-wangian.
 Membaca dengan jelas dan teratur bila perlu diulangi sampai tiga kali dan tidak menambah
dengan kata-kata sendiri.Bacalah apa yang tertulis dalam kitab Fadhail A’mal.bila belum mampu
membaca dengan betul ayat-ayat Al Quran atau Hadist-Hadist Rasulullah Saw,cukup membaca
artinya atau Mafhum hadistnya saja.
 Apabila disebut nama dari Rasulullah Saw, disunnahkan bershalawat, apabila nama sahabat
r.a disebut ucapkanlah radiallahu anhum dan apabila disebut nama orang-orang yang di laknat
maka ucapkanlah laknatul alaihi.
 Bila mendengar kabar gembira tentang pahala dan surga ucapkanlah tasbih,
tahmid dan takbir. semoga Allah Swt menganugrahkan kepada diri kita.
 BIla mendengar tentang adab dan siksaan kita memohon perlindungan dari Allh Swt dengan
berisgtigfar atau mengucapkan “na uudzubillaahimindzalik”.
 Tidak meninggalkan majelis sebelum selesai setan berusaha bagaimana kita berhajat keluar
padahal pada saat itu Allah Swt akan menganugrahkan Hidayah,jika terpaksa meninggalkan
majelis cukup menggunakan isyarat mengangkat telunjuk untuk berwudhu atau buang air
kecil,dua jari untuk buang air besar dan mengangkat lima jari untuk keperluan khusus dan tidak
akan kembali lagi pada majelis.
 Buat Jaulah Ta’lim agar pikir manusia di luar masjid bisa berubah.
2. Adab Batiniah, diantaranya :
 Taz’him Wal Ihtiram : Mengagungkan dan memuliakan
 Tashdiq WalYaqin : Membenarkan dan meyakini.
 Ta’atsur Bil Qalbi : Berkeswan di dalam hati.
 Niyatul Amal Wattabligh : Niat mengamalkan dan menyampaikan

25
ADAB JAULAH
Ini merupakan lanjutan tulisan sebelumnya dengan Judul “Jaulah (Keliling) ”
Maksud dan Tujuan Jaulah
Maksud dan Tujuan Jaulah antara lain untuk membentuk sifat sabar, tawadu, ikhlas, ihsan, dan sifat
lainnya. Sehingga mudah mengamalkan kurang lebih 154 hukum Islam. Sehingga Allah Subhanahu
wa ta’ala memberikan hidayah dan mengekalkan hidayah dalam diri kita dan menjadi asbab
tersebarnya hidayah pada diri orang lain.
Keutamaannya :
 Siapa saja yang mengalami kesusahan untuk mengajak seorang dalam jaulah, maka
Allah Subhanahu wa ta’ala akan memudahkan langkahnya masuk ke jannah. Setiap langkah kaki
akan mengangkat derajatnya 700 kali di sisi Allah Subhanahu wa ta’ala dan akan menggugurkan
dosa-dosa.
 Para malaikat dan seluruh makhluk , baik yang di darat dan di laut dan di angkasa memohon
ampunan bagi orang yang berjaulah.
 Para malaikat merendahkan sayapnya untuk dilalui dan debu-debu yang menempel akan
menjadi tameng asap api neraka.
 Berdiri sesaat di jalan Allah lebih baik dari pada shalat sunnat sepanjang malam di depan
Hajar Aswad dan pada malam lailatul Qadri.
 Barang siapa yang terluka di jalan Allah atau tertimpa musibah, maka sesungguhnya ia akan
dibangkitkan dengan darah yang masih menetes seperti keadaannya pada waktu ia terluka, yang
warna darahnya seperti za’faron dan harumnya seperti harum katsuri.
Kelompok jaulah terbagi dua, yaitu :
 Kelompok di dalam masjid adalah : (1) dzakirin/mudzakir , tugasnya berdzikir dengan
khusyu’ dan berdo’a hingga meneteskan air mata, dan baru berhenti bila jamaah yang diluar telah
kembali, (2) muqarrar , tugasnya mengulang-ulang pembicaraan iman dan ‘amal shalih (taqrir),
(3) mustami’, tawajjuh mendengar pembicaraan taqrir , dan (4) Istiqbal, tugasnya menyambut
orang yang datang ke masjid lalu mempersilahkan shalat Tahiyyatul Masjid , dipersilahkan
duduk dalam majlis taqrir, juga menunggu dengan penuh kerisauan dan fikir kepada saudaranya
yang belum datang ke masjid.
 Kelompok di luar masjid adalah : (1) dalil, sebagai penunjuk jalan , sebaiknya dalil adalah
warga setempat untuk menunjukan mana rumah non muslim, muslim, ulama, umara, dan ahli
masjid atau orang yang belum shalat berjamaah di masjid. Keutamaan seorang dalil  adalah ia
lebih dahulu masuk Jannah 500 tahun, (2) mutakallim, sebagai juru bicara, penyambung lidah
rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam. (3) Makmur, tugasnya berdzikir (dalam hati), tidak
berbicara , dan mengantarkan jamaah cash ke masjid , dan (4) amir jaulah, bertanggungjawab
terhadap rombongan jaulah. Jika ada yang melanggar tertib maka amir
mengucapkan Subhanallah, dan masing-masing mengoreksi dirinya bukan melihat orang lain.
Jika masih tidak tertib juga , maka amir memberi targhib dan berhak memutuskan, apakah jaulah
dilanjutkan atau kembali ke masjid.
Pada waktu jaulah hendaknya membawa empat sifat :
 Fikir, dalam berjaulah ini bukan sekaedar melihat-lihat suasana tetapi harus dijalankan
dengan penuh fikir dan risau Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam , bagaimana agar umat
manusia selamat dari adzab Allah Subhanahu wa ta’ala sehingga Islam menjadi rahmatan
lil’alamin.
 Dzikir, jangan buat jaulah dengan hati yang lalai , buat jaulah dengan do’a dan mengingat
Allah Subhanahu wa ta’ala, merasa diawasi dan dilihat oleh Allah Subhanahu wa ta’ala dan
berharap Allah Subhanahu wa ta’ala menurunkan hidayah-Nya.
 Syukur, hemdaknya bersyukur telah dipilih dan dilibatkan oleh Allah Subhanahu wa
ta’ala dalam tugas yang mulia untuk melanjutkan usaha nubuwwah, padahal kita orang
yang dhaif dan tak berilmu, karena sesungguhnya kita tak pantas melakukan usaha yang mulia
ini, usaha para nabi dan rasul.
 Sabar , hendaknya memahami bahwa segala usaha ke arah perbaikan pasti ada rintangannya,
iblis dan sekutu-sekutunya tidak akan pernah berhenti sampai hari kiamat untuk menghalangi.
Tidak semua orang paham akan amalan ini, kecuali orang-orang yang telah diberi hidayah oleh
Allah Subhanahu wa ta’ala. Oleh sebab itu kita akan bertemu dengan orang-orang yang memilii
sifat-sifat seperti : (1) Abu Bakar , langsung menyambut baik menerima dan ikut ambil bagian
dalam usaha ini (jamaah cash) , (2) Abu Thalib, sangat mendukung dan memberi fasilitas serta
membela jika ada yang menentang, tetapi sayang tak mau bergabung hingga akhir hayatnya,

26
karena menganggap derajat bangsawannya akan jatuh jika bergabung dalam usaha ini , (3) Abu
Sofyan, masih enggan dan malu, nanti orang-orang berbondong-bondong memeluk Islam , baru
bergabng setelah fathul Makkah. (4) Abu Jahal , yang digambarkan menentang keras dan
berusaha selalu menghalangi dengan berbagai cara kapanpun dan dimanapun serta dalam  situasi
dan kondisi apa saja.
kerja Dakwah adalah kerja yang paling banyak memberikan masehat , sehingga syetan dan kawan-
kawannya takkan berhenti menghalangi. Hal ini adalah sunnatullah, sebagaimana Allah Subhanahu
wa ta’ala menurunkan hujan ke bumi ini, ada yang suka dan ada yang tidak suka. Para petani akan
bergembira karena tanamannya mendapat siraman air, tetapi sebaliknya, petani yang sedang
menjemur padi-nya kurang senang karena jemurannya tidak kering . Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam yang berakhlak mulia, juga tetap diuji dengan hal-hal yang tidak menyenangkan dalam
amal dakwah ini. Dan tetap bergerak walaupun kaum kuffar , musrikun, munafikun, dan fasikin tidak
suka.
“Dialah Yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia
memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang-orang musyrik benci.” (QS. As
Shaff : 9)
Para Nabi dan rasul yang terdahulu pun mengalaminya. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman :
“Dan seperti itulah telah kami adakan bagi tiap-tiap nabi, musuh dari (kalangan) orang-orang yang
berdosa. Dan cukuplah Rabbmu menjadi Pemberi Petunjuk dan Penolong.” (Qs. Al Furqon : 31)
Sebelum berjaulah seluruh rombongan dipersiapkan . Adab-adab jaulah di sampaikan setelah selesai
pembagian tugas agar masing-masing memahami adab-adabnya. Diantara adab jaulah adalah :

 Berdoa memohon hidayah di tempat yang terbuka


 Disunnahkan berjalan di sebelah kanan dengan menundukan pandangan seolah mencari
barang yang hilang, karena pandangan yang tidak terjaga  akan dapat menyebabkan rusaknya
amalan ini, sehingga menghalangi turunnya hidayah. Ketika jaulah kita menundukan pandangan,
maka akan mudah mengamalkan Al Qur’an. Tetapi bila tidak menundukan pandangan, tidak
akan dapat mengamalkan Al Qur’an, bahkan hafalan ayat-ayat Al Qur’an akan dapat hilang.
Memandang yang halal diperbolehkan , tetapi pandangan tersebut dapat mentasykil (mengajak)
hati untuk menginginkan barang yang dilihat. Apabila menundukan pandangan, maka akan
melihat hakikat tanah tempat kita akan dikuburkan serta batu yang pecah-pecah  ketika Allah
Subhanahu wa ta’ala menghancurkan bumi ini.
 Dalil dan mutakallim berada di depan, sedangkan amir di belakang
 Hindari berdiri di depan pintu rumah, apa yang ada dalam rumah bagi orang yang kita
kunjungi adalah “aurat“, maka hendaknya kita menghormati pemilik rumah dengan tidak
melihat-lihat pemandangan dalam rumah tanpa seizin pemilik rumah. jika kita berdiri tepat di
depan pintu rumah kemungkinan untuk melihat isi rumah menjadi besar.
 Dalil mengetuk pintu rumah ,  jika tuan rumah tidak merespon, maka ketukan diulangi lagi
sehingga sampai 3 kali , ditiap jeda saat menuggu respon dari tuan
rumah, muttakallim dianjurkan  berdzikir kalimat thoyyibah subhanallah wal hamdulillah wa
laailahaillallah wa Allahuakbar (dzikir lisanataupun dzikir qolbi , yang tidak dikeraskan) , jika
tidak ada respon  dari tuan rumah maka jamaah meninggalkan rumah tersebut dengan
berprasangka baik.
 Apabila tuan rumah berada di tempat, maka mutakallim yang berbicara dan semua anggota
rombongan mendengarkan pembicaraan mutakallim dengan tawajjuh(konsentrasi) dan risau
bagaimana Allah Subhanahu wa ta’alamemudahkan langkah tuan rumah menuju masjid.
Mutakallim menyampaikan maksud dan tujuan silaturrahim, targhib mengenai kebesaran Allah
dan alam akhirat, serta pentingnya iman dan amal shalih. Kemudian tasykil ke masjid.
(pembicaraan tidak panjang seperti bayan dan tidak pendek seperti i’lan(pengumuman) , sesuai
dengan kapasitas orang yang dijumpai (pembicaraan tidak mesti seragam).
 Jaulah ditangguhkan sebelum waktu adzan, dengan amir rombongan memberi  targhib dan
mengingatkan lagi bahwa jaulah ini di niatkan untuk seluruh alam dan niat akan dilanjutkan
sampai anak cucu kelak sampai hari kiamat. Dan perbanyak istighfar sebab mungkin banyak
melanggar tertib, dan juga karena masih banyak saudara muslim  yang belum tertunaikan hak-
haknya.
 Jaulah dilakukan sebelum shalat waktu Maghrib, atau sesuai dengan kondisi masyarakat
setempat. Apabila masyarakat rata-rata berada dirumah pada malam hari, jaulah dilakukan ba’da
Maghrib dan bayannya ba’da Isya (diantara dua waktu shalat).

27
ADAB RUMAH
1. Adab-adab memasuki rumah.
Memberi salam sebelum masuk ke dalam rumah. Firman Allah s.w.t yang bermaksud ;
"Apabila kamu memasuki rumah-rumah, maka hendaklah kamu memberi salam kepada
sesama kamu, sebagai penghormatan yang berkat, lagi baik disisi Allah". (Surah An-
Nur ayat 61).
Ketika kembali dari berpergian dan hendak masuk ke rumah, disunnahkan untuk
berdoa:
"Allahuma inni as aluka khoiral muulaji wa khoiral mukhroji bismillahi walajnaa wa
bismillahi khorojnaa wa alalloohi rabbina tawakkalnaa" Artinya: “Ya Allah, aku minta
kepadaMu baiknya rumah yang ku masuki dan rumah yang ku tinggalkan. Dengan
nama Allah kami masuk rumah, dengan nama Allah aku keluar rumah, serta kepada-
Nya aku berserah diri. ” Ketika masuk ke rumah hendaknya mendahulukan kaki kanan
dan mengucapkan salam kepada keluarga yang berada di rumah.
Membaca Ayat Al-Kursi semasa didalam rumah bagi tujuan menghalau syaitan
Diriwayatkan dari Abu Hurairah (r.a) bahawa Rasulullah saw bersabda :’Didalam surah
Al-Baqarah ada ayat yang merupakan penghulu Al-Quran, Tidak dibaca didalam rumah,
kecuali akan keluar Syaitan dari [rumah]nya : Ayat Al-Kursi " (Hadis Riwayat dari
Zaa’idah dari Hakim ibn Jubayr)
Membaca beberapa do’a yang disunatkan membacanya. (‘Auzdhu bi kalimaat-Illaah it-
taammaati min sharri ma khalaq.) “Aku memnohon perlindungan dengan kalimah Allah
yang sempurna dari kejahatan makhluk-Nya”
2. Adab-adab keluar rumah.
Membaca do'a bila hendak keluar daripada rumah. "Bismillahi tawakaltu ‘alallahi laa
haula walaa quwwata illa billah" Artinya: “Dengan nama Allah, aku berserah diri
kepada Allah. Tidak ada daya dan kekuatan selain dari Allah.” (Hadis Riwayat Abu
Daud, Tirmidzy dan Nasai) Doa lain yang diajarkan Rasulullah s.a.w iaitu: "Allahumma
innii a’uudzubika an adlilla au udlalla, au azilla au uzalla, au azhlima au uzhlama, au
ajhala au yujhala ‘alayya: Artinya: “Dengan nama Allah, aku berserah diri kepada
Allah. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari menyesatkan atau disesatkan; dari
menggelincirkan atau digelincirkan; dari menganiaya atau dianiaya; dari membodohi
atau saya dibodohi (orang lain) (Hadis Riwayat Abu Daud dan Tirmidzy)
Sunnah berikutnya adalah mendahulukan kaki kiri ketika keluar rumah, serta memberi
salam kepada keluarga. Sebelum keluar rumah hendaknya menentukan niat dan tujuan,
serta memastikan barang bawaan tidak ada yang tertinggal.
Kaum perempuan yang hendak keluar rumah harus memperhatikan hal-hal berikut:
tidak diperkenankan memakai wangi-wangian, menutup aurat dengan sempurna. Selain
itu, haram bagi wanita berpergian tanpa izin orangtua atau suami dan dilarang
berpergian sampai tiga hari tanpa disertai mahramnya. Diriwayatkan dari Abu Said al-
Khudri ra katanya: Rasulullah s.a.w bersabda maksudnya : “Haram bagi seorang wanita
yang beriman kepada Allah dan hari akhirat musafir, di mana perjalanannya melebihi
dari tiga hari melainkan bersama ayah, anak lelaki, suami, saudara lelaki atau siapa
sahaja mahramnya yang lain.” (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)

28
MUDZAKARAH

(ADAB-ADAB DALAM ISLAM)

TEMA “USAHA MEMAKMURKAN


MASJID”

Masjid babul iman tampo

DEWAN KEMAKMURAN MASJID (DKM)

MASJID BABUL IMAN

TAMPO

29

Anda mungkin juga menyukai