Anda di halaman 1dari 2

- Definisi

Secara etimologi indhibath berasal dari kata dhobth yang berarti komitmen dengan
sesuatu. Ustadz Fathi Yakan memberikan definisi al-indhibath dengan komitmen kepada
Islam dan hukum-hukumnya serta menjadikannya sebagai poros kehidupan, pijakan
berfikir, dan sumber hukum dari setiap permasalahan.
- Kisah mengenai indibath
1. Seekor semut
Bagaimana jika kita perhatikan kinerja mahluk kecil seperti semut, yang tertib dan teratur
dalam barisannya. Bersama menopang beban agar ringan yang terasa.
2. Perang uhud
Betapa mahalnya harga yang yang harus dibayar akibat tindakan liar sebagian pasukan
artileri yang ditempatkan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam di bukit pada Perang
Uhud itu. Mereka dipesan untuk jangan meninggalkan front tanpa komando, baik
pasukan kita kalah atau menang. Tak pelak, kemenangan yang nyaris diraih berbalik
keadaan menjadi tersudutkan karena lemahnya indibath pasukan yang tersilaukan oleh
harta rampasan yang menggoda.
Dua dari banyak kisah yang menyiratkan pentingnya indibath ini tentu perlu kita gali hikmah
didalamnya. Bahwasanya sebagai seorang da’I, bekal indibath perlu kita kuatkan dalam diri.
Bagaimana kita juga menyadari bahwa amanah yang kita emban mungkin lebih banyak porsinya
dari waktu yang kita miliki. Sehingga kedisiplinan menjadi kunci untuk kita tidak bertindak
dzolim pada hak2 tubuh sendiri, hak orang lain yang melekat pada diri kita, maupun hak Allah
untuk kita sebagai hamba Nya.
- Telah banyak rambu dan ajarannya yang membentuk pelakunya bersikap disiplin. Di
antaranya shalat tepat waktu dan berjamaah dengan mengikuti imam. Namun lagi-lagi yang
dialami langsung dalam umat ini jauh dari kenyataan. Sehingga ketidak disiplinan acap kali
terjadi. Dan menimbulkan kerugian serta kekalahan umat ini. Karenanya kedisiplinan ini
meliputi:
1. Pertama, Al Indhibath As Syar’y (disiplin terhadap aturan syar’i)
Seorang kader dakwah selalu disiplin pada aturan yang telah ditetapkan Allah SWT.
Aturan tersebut harus mengikat dirinya. Agar ia tidak sembrono dalam berbuat. Dan
dengan aturan itu seorang kader dakwah mentaati rambu-rambu yang disinyalkan
kepadanya. Kepahaman yang utuh dan baik terhadap aturan itu akan menjaga kader
dakwah dari penyimpangan syar’i. Oleh sebab itu kader dakwah ini patut untuk
meningkatkan kepahaman syar’inya. Sehingga tidak terjerumus pada perbuatan yang
melanggar ketentuan itu.
2. Kedua, Al Indhibath Al Khuluqy (disiplin perilaku atau akhlaq).
Disiplin pada akhlaq Islam sebagai wujud dari keimanannya. Karena kesempurnaan iman
seorang mukmin adalah mereka yang paling baik akhlaqnya. Kader dakwah yang
senantiasa menjaga norma perilakunya akan menjadi pintu gerbang simpati dan
ketertarikan umat pada dakwah ini. Bukankah modal besar Rasulullah SAW. dalam
dakwahnya juga dari norma perilaku beliau yang sangat menawan hati. Hingga beliau
mendapatkan gelar al amin, orang yang tepercaya.
3. Ketiga, Al Indhibath Al Amaly (disiplin amal)
Disiplin dalam melakukan sesuatu secara sistematis tidak serampangan apalagi tak
beraturan. Sikap ini karena mampu mengintegrasikan antara waktu dan tugas. Ia bisa
memenej waktunya agar tidak merugikan yang lain. Tidak terlambat dalam melakukan
sesuatu dan tidak juga terlampau di awal waktu karena dapat merepotkan orang lain.
Disiplin Amal juga mampu menata tugas-tugasnya dengan baik. Dengan itu tidak ada
tugas-tugas yang molor apalagi tidak tertuntaskan. Karena itu Rasulullah SAW.
memotivasi dengan sabdanya:
“Allah SWT. menyukai amal salah seorang di antaramu yang rapih amalnya”.
Dan amal yang tertata baik berimplikasi pada produktivitas dan nuansa orang yang
melakukannya.
4. Keempat, Al Indhibath At Tarbawi (disiplin tarbiyah)
Disiplin dalam bertarbiyah maknanya adalah terus membina diri untuk mencapai
keshalihah pribadi dan sosial dengan menerapkan aturan manhaj secara tepat dan pas.
Kedisiplinan ini berawal dari komitmen bahwa tarbiyah amal prioritas dari amalan
lainnya. Agar mampu mengokohkan bangunan keterikatan dan keterlibatan dalam amal
tarbawi ini.
Bila kelonggaran dalam tarbiyah ini ditolerir terus menerus maka keutuhan tarbiyah ini
dapat runtuh. Bahkan imbasannya mungkin tertular pada amal lainnya. Bisa saja pada
kesetiaan terhadap dakwah. Oleh karena itu komitmen pada dakwah ini tidak perlu
ditawar-tawar. Allah SWT. menganggap mereka yang mulai kendor pengorbanan dan
kesetiaannya pada dakwah ini disejajarkan dengan bunuh diri. Firman Allah SWT.:
“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan
dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berbuat baik”. (Al-Baqarah: 195).
- Bagaimana cara agar mampu mengaktualisasi indibath dalam diri :
1. Meningkatkan kepahaman (dengan baca banyak buku, meneladani dan mengambil
hikmah dari sirah)
2. Meningkatkan muraqabatullah
3. Banyak berdoa

Anda mungkin juga menyukai