MATERI -- AL INDHIBATH –
Sumber : http://gemadakwah.blogspot.com/2013/04/indhibath-disiplin.html
https://bersamadakwah.net/disiplin-diri-menuju-insan-beriman/
dan lain-lain
Secara etimologi indhibath berasal dari kata dhobth yang berarti komitmen dengan sesuatu.
“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa dan
janganlah kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam” (Al-Imron : 102),
#Al-Indhibath (disiplin) adalah salah satu sikap dasar yang dimiliki oleh seorang kader
dakwah
Al-Indhibath berarti berkomitmen terhadap hal-hal yang mengikat dirinya utk berbuat
sesuatu
.Dien ini telah banyak mengajarkan kita ttg #al-indhibath. Di antaranya adalah perintah
shalat tepat waktu dan perintah berjamaah dengan mengikuti imam.
Macam-macam Indhibath
1. Al-Indhibath Al-‘Aam
b. Indhibath dengan jihad untuk menerepkann hukum Islam serta meninggikan kalimat
Allah
2. Al-Indhibath Al-Khosh
a. Indhibath dengan kewajiban-kewajiban sesama muslim
Seorang kader dakwah selalu disiplin pada aturan yang telah ditetapkan Allah SWT.
Aturan tersebut harus mengikat dirinya. Agar ia tidak sembrono dalam berbuat. Dan
dengan aturan itu seorang kader dakwah mentaati rambu-rambu yang disinyalkan
kepadanya. Kepahaman yang utuh dan baik terhadap aturan itu akan menjaga kader
dakwah dari penyimpangan syar’i. Oleh sebab itu kader dakwah ini patut untuk
meningkatkan kepahaman syar’inya. Sehingga tidak terjerumus pada perbuatan yang
melanggar ketentuan itu.
Disiplin pada akhlaq Islam sebagai wujud dari keimanannya. Karena kesempurnaan
iman seorang mukmin adalah mereka yang paling baik akhlaqnya. Kader dakwah yang
senantiasa menjaga norma perilakunya akan menjadi pintu gerbang simpati dan
ketertarikan umat pada dakwah ini. Bukankah modal besar Rasulullah SAW. dalam
dakwahnya juga dari norma perilaku beliau yang sangat menawan hati. Hingga beliau
mendapatkan gelar al amin, orang yang tepercaya. Ada pula paparan kisah seorang
penuntut umum yang tertarik pada dakwah ini karena mendapatkan bantuan dari
seorang ulama dakwah di saat sang penuntut umum itu amat sangat membutuhkan
bantuan. Lantaran itu ia lebih bersikap sebagai pembela ketimbang sebagai jaksa saat
menghadapi kasus-kasus dakwah.
Disiplin dalam melakukan sesuatu secara sistematis tidak serampangan apalagi tak
beraturan. Sikap ini karena mampu mengintegrasikan antara waktu dan tugas. Ia bisa
memenej waktunya agar tidak merugikan yang lain. Tidak terlambat dalam melakukan
sesuatu dan tidak juga terlampau di awal waktu karena dapat merepotkan orang lain.
Imam Hasan Al Banna menyatakan at tabkir kat ta’khir (orang yang datang lebih-lebih
awal sama seperti orang yang datang terlambat). Unagkapan untuk mengingatkan kita
agar disiplin amal yang tidak merugikan orang lain. Bagi mereka yang datang lebih-
lebih awal kadang merepotkan orang yang didatangi. Dan orang yang hadir terlambat
menzhalimi hak orang yang datang terdahulu.
Disiplin Amal juga mampu menata tugas-tugasnya dengan baik. Dengan itu tidak ada
tugas-tugas yang molor apalagi tidak tertuntaskan. Karena itu Rasulullah SAW.
memotivasi dengan sabdanya:
“Allah SWT. menyukai amal salah seorang di antaramu yang rapih amalnya”.
Dan amal yang tertata baik berimplikasi pada produktivitas dan nuansa orang yang
melakukannya.
Disiplin dalam bertarbiyah maknanya adalah terus membina diri untuk mencapai
keshalihah pribadi dan sosial dengan menerapkan aturan manhaj secara tepat dan pas.
Kedisiplinan ini berawal dari komitmen bahwa tarbiyah amal prioritas dari amalan
lainnya. Agar mampu mengokohkan bangunan keterikatan dan keterlibatan dalam amal
tarbawi ini. Ada hal yang sangat menarik saya saat saya temukan satu halaqah tarbiyah
yang membangun prinsip kebersamaan dalam komitmen tarbiyah ini dengan sikap tidak
boleh meninggalkan halaqah tarbiyah ini kecuali mati. Prinsip kebersamaan ini sah-sah
saja dalam tarbiyah. Untuk membangkitkan semangat membina diri secara kontinyu
dan terarah.
Bila kelonggaran dalam tarbiyah ini ditolerir terus menerus maka keutuhan tarbiyah ini
dapat runtuh. Bahkan imbasannya mungkin tertular pada amal lainnya. Bisa saja pada
kesetiaan terhadap dakwah. Oleh karena itu komitmen pada dakwah ini tidak perlu
ditawar-tawar. Allah SWT. menganggap mereka yang mulai kendor pengorbanan dan
kesetiaannya pada dakwah ini disejajarkan dengan bunuh diri. Firman Allah SWT.:
“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan
dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berbuat baik”. (Al-Baqarah: 195).