Anda di halaman 1dari 8

Ringkasan Buku “Bagaimana Menyentuh Hati – Abbas As Siisiy”

 Untukmu saudaraku
Tonggak daam gerakan kita adalah individu, kemudian keluarga dan akhirnya masyarakat.
Karakter Islam yang palaing menonjol yaitu pribadi Islami (takwin asy-syakhshiyah al-islamiyah).
Tugas kita adalah meluruskan opini umum yang salah terhadap Islam. Jika individu bisa menjadi
baik, maka masyarakatpun akan menjadi baik, dan dengan sendirinya Islam akan berdiri tegak.
Yang perlu diperhatikan oleh para da’i pada masa pembentukan (fase takwiniyah) adalah
memberikan uswah hasanah, guna menampilkan dihadapan masyarakat gambaran nyata
tentang Islam.
 Tugas kita
Allah SWT telah menurunkan Al-Qura’an kepada kita, dan dialah sebesar-besar energi dalam
kehidupan ini (lihat QS Al-Maidah : 15-16)
Al-Qur’an adalah pusat pembangkit “tenaga” bagi kaum muslimin yang kini dicampakkan (lihat
QS. Al-An’am : 122)
 Rintangan Dakwah
Permasalahan seorang da’i adalah permasalahan yang muncul dari diri sendiri, maksudnya
kembali kepada diri sang da’i itu sendiri.
Setan juga punya tahap-tahap untuk pengikutnya (lihat QS. Al-Baqarah : 168), maka da’i juga
perlu punya program semacam itu.
Tugas seorang da’i seperti tugas seorang pengajar dan dokter yang akan memberi obat
sesuai penyakit yang diderita pasien
Tugas pengajar adalah menghayati hati dan pola pikir siswa, lalu dibimbing sedikit demi
sedikit. Perilaku dan keteladan seorang da’i yang ikhlas, pengaruhnya lebih besar daripada
tulisan dan ceramah
Tatapan mata yang dipenuhi rasa iman dan kasih sayang akan menimbulkan cinta dan
keimanan. Indra yang diberikan oleh Allah sangatlah berharga, orang yang tidak
menggunakan indranya adalah orang yang hidup dalam “dunia yang tidak nyata”, sehingga
alam sekitarnya tidak akan melihat dan merasakan keberadaannya, serta tidak akan sedih
jika ditinggal pergi.
Da’i ibarat qolbu (hati), jika tidak digunakan maka ia tidak akan dapat sambutan dari
masyarakat.
 Tiga Karakteristik Manusia
1. Berakhlak Isalamiyah : rajin ibadah
2. Berakhlak Asasiyah : tidak taat agama, tapi tidak terang-terang bermaksiat karena masih
jaga harga diri
3. Berakhlak Jahiliyah : tidak taat dan tidak bisa jaga harga diri. Orang semacam ini
menempati urutan terakhir dalam dakwah fardhiyah
Dalam mengajak kepada kebaikan kita harus terus berusaha sehingga yang ditunggu-tunggu
dapat dipetik, disertai do’a agar Allah bukakan hati mereka.
 Menghafal Nama
Merupakan langkah awal dan benang pertama yang mengikat antara hati individu setiap
orang merasa senang jika dipanggil namanya.
Metode menghafal nama :
1. Tanamkan rasa ingin dan suka menghafal nama orang lain
2. Sigap untuk menghafal namanya secara lengkap atau sebagian saja
3. Nama yang paling disukainya adalah namanya sendiri atau kuniah-nya. Akan lebih baik
jika ditambahkan nama keluarganya
4. Mengingat orang-orang yang mempunya nama yang sama yang telah dikenal
sebelumnya, agar mudah menghafal nama yang baru
5. Saat berkenalan, perhatikan wajah dan keadaannya
6. Bisa menulis nama-nama tersebut, dan setiap kali bertemu hendaklah memanggil
mereka dengan nama-nama tersebut
7. Ketika bertemu lagi, ingat-ingat pertemuan-pertemuan sebelumnya dan yagn pertama
kali
8. Kenalan dengan seseorang merupakan pintu berkenalan dengan teman-temannya. Jadi
harus berusaha agar nama-nama itu tetap melekat
Karena saat bersama seseorang dalam perjalanan, dan tidak menanyakan namanya
termasuk sifat angkuh
 Bagaimana memulai perkenalan
- Mengetahui nama orang
- Membuat hal yang menarik, sehingga yang disamping kita ikut tertarik. Akan
memudahkan perkenalan
- Ketika perkenalan tidak harus dengan diakhiri saling mengetahui nama, tapi hendaknya
pembicaraan yang berlangsung berkisar dakwah Islamiyah
- Meninggalkan kesan baik dihati mereka, sehingga membuka pintu saling mengenal
 Dakwah Fardhiyah
- Menonjolkan karakteristik Islam, merupakan proklamasi aqidah Islamiyah di negara-
negara muslim, dengan begitu kaum muslimin dapat mengenal satu sama lain. Juga
mengikat hati non-muslimin
- Memberikan gelar, misal kepada keyakinan orang Nasrani yaitu Yunus AS dengan
menyebut “hamba yang shalih”. Sehingga hati seseorang tersebut semakin tersentu dan
tertarik (seperti salah dalam kisah Rasulullah)
- Lalu diberi sentuhan yang amat lembut dengan ungkapan “saudaraku”. Agar
menonjolkan sifat tawadhu
- Rasulullah biasa menyanjung dalam mengikat hati mad’unya
 Sarana-sarana Dakwah
- Senyummu pada wajah saudaramu adalah sedekah
- Jika bertemu maka berilah salam
- Jika tidak kelihatan maka cari tahulah
- Jika sakit maka jenguklah
- Jika ia mengundangmu dalam sebuah acara, maka penuhilah. Dan jika kita membuat
acara maka undanglah dia
- Jika ia bersin dan mengucapkan “hamdalah” maka jawablah “yarhamukallah”
- Jika meninggal dunia, maka antar ke pemakamannya
 Langkah yang Harus Ditempuh
Pertama, bertasbih, bertakbir, dan bertahlil
Kedua, menyingkirkan duri dijalan agar tidak mengganggu orang lewat
Ketiga, menolong orang yang tuli atau buta
Keempat, menunjukkan jalan kepada orang yang kebingungan
Kelima, menolong orang dengan segera orang yang memerlukan pertolongan
Keenam, menolong orang yang lemah
 Senyummu di Depan Saudaramu Adalah Sedekah
Senyuman adalah gambar isi hati yang menggerakkan perasaan dan memancar pada wajah
seperti kilatan cahaya, seakan berbicara dan memanggil, sehingga hati yang mendengar
akan terpikat.
Senyuman yang dibuat-buat adaalh kreasi seni, tak lebih dari sebuah plastik. Senyuman yang
tulus ikhlas adalah fitrah, menjadikan jiwa terlena dan bersimpati
 Penampilan Seorang Da’i
Da’i yang hidup dalam sebuah masyarakat atau yang menjadi utusan pada sebuah yayasan
atau jama’ah, hendaklah senantiasa berpenampilan baik atau indah dan berakhlak mulia
 Mush’ah Bin Umair RA
Duta pertama yang diutus Rasul kepada penduduk kota Madinah.
Saat di Madinah ada Sa’adz bin Mu’adz dan Usaid bin Hudhair sebagai pemimpin suku Bani
Abdil Asyhadi. Keduanya awalnya ingin mengusir Mus’ab, tapi saat sampai dihadapan
Mush’ab, mereka malah masuk kedalam Islam karena perkataan Mush’ab yang halus,
senyum, dan penuh ketenangan. Akhirnya kaumnya pun, Bani Abdul asyhal masuk Islam juga
 Pandangan Kasih Sayang
Mata adalah saran terpenting bagi seorang da’i dan merupakan wasilah yang dampaknya
sangat besar bagi mad’u. Ketika seorang da’i memandang dengan penuh kasih sayang,
seakan ia teah memberikan hartanya yang paling berharga.
Pandangan yang penuh cinta dan kasih juga dapat berperan dalam mengantarkan kepada
kebenaran yang akhirnya dapat mempererat barisan dan memperkuat bangunan
 Sebarkan Salam di Antaramu
Rasulullah SAW bersabda :
“Kamu tidak akan masuk surga hingga kamu beriman, dan kamu tidak beriman hingga kamu
saling mencintai (karena Allah). Apakah kamu mau jika aku tunjukkan satu perkara jika kamu
kerjakan perkara itu maka kamu akan saling mencintai ? Sebarkanlah salam diantara kamu”
(HR. Muslim)
 Lebih Dahulu Mengucap Salam
Sikap ini mempunyai daya tarik tersendiri bagi orang tersebut, selain itu juga mendapat
pahaa yang besar di sisi Allah
 Memanggilnya Dengan Panggilan yang Paling Ia Sukai
Hal ini dapat mempererat hubungan kita dengan orang tersebut. Dibeberapa tempat ada
yang memanggi dengan menggunakan kunyah, seperti : wahai, Abu Muhammad; atau
wahai, Abu Hasan
 Memberikan Tempat Duduk dalam Satu Majelis
Orang akan merasa lega, dan kebaikan kita tidak akan terlupakan
 Berjabat Tangan
Tangan adalah alat yang sangat peka yagn dapat menerima dan mengirim isyarat-isyarat
yang tampak pada wajah atau yang tersimpan dalam hati. Berjabat tangan dapat mengukur
jarak antara dua hati dan dapat menghapus dosa-dosa.
Rasulullah SAW dalam berjabat tangan, tidak melepaskan sehingga orang itu yang
melepaskannya.
 Balas Keburukan dengan Kebaikan
Karena tidaklah mudah bagi orang yang sudah berbangga dengan dosa yang ia lakukan untuk
mengalah dan datang kepada orang yang menyakitinya lalu menjabat tangan serta
mema’afkannya.
 Sarana Pembuka Hati
- Membuat orang tersebut gembira, atau meringankan kesulitannya, atau melunasi
hutangnya, atau memberinya makan
- Berjalan menemani saudara seiman menyelesaikan keperluannya
- Jangan berperilaku jelek, karena dapat merusak perbuatan
 Anak Adalah Fondasi Sebuah Bangunan
Mendidik anak dengan manhaj Islami merupakan fondasi berdirinya masyarakat Islami.
Karena berarti mempersiapkan generasi yang siap mengemban risalah dakwah dan
menegakkan bendera Islam.
 Tidak Ada Paksaan dalam Agama
Seseorang yang mengetahuinya dan mengikutinya karena sebuah kebenaran, bukan dari
paksaan, maka ia akan beralih dari kepercayaan itu dengan sikap tegas dan keras. (lihat QS.
Al-Baqarah : 256, An-Nahl : 125, Al-Kahfi : 28, Al-Ghasyiyah : 21-22)
 Dakwah Fardhiyah
Sarana :
- Dakwah tanpa kata-kata “Qudwah Hasanah” (lihat QS. Al-Ahzab : 21)
Hasan Al-Banna mengatakan : “Kitab yang terletak diperpustakaan sedikit yang
membacanya, tapi seorang muslim sejati adalah *kitab terbuka*, ia adalah dakwah yang
bergerak”
- Dakwah dengan kata-kata (ihat QS. Al-Ahzab : 70)
Rasulullah SAW Bersabda, “sampaikan dariku walau hanya satu ayat!”
 Optimisme yang Penuh Senyum dan Lapang Dada
Para aktivis dakwah sering mempersepsikan setiap orang harus mencurahkan segala yang
dimilikinya, padahal Allah SWT berfirman, “Allah tidak membebani seseorang melainkan
sesuai dengan kesanggupannya . . . .” (QS. Al-Baqarah : 286
 Bukanlah Engkau yang Menunjuki Mereka (lihat QS. Al-Baqarah : 272, Al-Qashash : 56)
Orang dengan cinta yang dalam bukanlah penyebab datangnya hidayah, tetapi Allah yang
memberinya hidayah kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
 Memanfaatkan kesempatan untuk menghidupkan yang mati
Misalnya, kita dapat mengundang makan-makan dengan orang lain dan menjadikan sebagai
sarana untuk bertemu dan peluang dakwah kepada para pemuda yang baru
 Magnet Hati (QS. Al-Anfal : 24)
Orang-orang yang kering hatinya (QS. Al-Baqarah : 74)
 Bidang garap seorang Da’i
- Da’i bertugas menuntun kaum muslimin mencapai tujuan Islam dan risalahnya, dan juga
membebaskan dari penghambaan selain Allah. Berbeda dengan penceramah yang
bertugas menunjukkan manusia ke arah keimanan kepada dasar-dasar agama dan
aqidahnya.
- Seorang penceramah berhadapan dipublik. Sementara seorang da’i menyaring pribadi
dan sekelompok orang
- Penceramah menyampaikan ceramahnya, lalu langsung pergi. Seorang da’i
menyampaikan, memberi tugas, lalu menguji mad’unya.
 Dua Karakter Da’i : “Cerdas dan Bersih”
Maksudnya cerdas akalnya dan besih hatinya. Cerdas dalam memandang segala sesuatu
secara proporsional, tidak ditambah atau dikurangi. Bersih hati yang dapat mencintai dan
menyayangi orang lain. Merasa sedih atas kesalahan orang lain dan berharap agar mereka
mendapat jalan kebenaran.
 Tidak Mengetahui Dakwah
Ketika berusaha mengubah seorang dari pemikiran lama menuju pemikiran baru, kita harus
menyadari bahwa pemikiran itu benar-benar baru baginya, Ia belum mengenalnya. Bila
seorang da’i memahami bahwa sesungguhnya dirinya adalah pelaku ishlah (perbaikan),
maka pastilah ia akan mengubah metode dakwah terhadap orang-orang awam.
Misi seorang da’i ditengah kegelapan adalah menyalakan lilin, menuntun si buta,
memperdengarkan yang tuli, mengemban beban, memberi makan yang lapar dan tawadhu’,
dan kasih sayang kepada sesama muslim.
 Kekuatan Besar yang Mampu Menghancurkan
Pada diri para pemuda tedapat kekuatan yang luar biasa. Bila mereka diberi kesempatan
untuk berkreasi, niscaya kana mampu mengubah kondisi umat menjadi bebas, adil, dan
berwibawa. Dalam diri umat ini banyak jalan terang menuju hari yang tertutup oleh debu-
debu zmaan dan maraknya kebathilan yang menenggalamkan kebenaran.
 Sikap Islam dan Para Da’i terhadap Fenomena Budaya Modern
Syeikh Muhammad Al-Ghazali mengatakan, “Pada dasarnya segala sesuatu itu boleh (tidak
haram) kecuali ada dalil yang pasti”
Peradaban modern seperti radio, televisi, nyanyian, dan hiburan lainnya menurut Al-Ghazali,
sesuai maknanya. Jika positif dan bernada indah maka tidak berdosa, juga sebaliknya.
 Ucapan Salam sebagai Pembuka Hati dan Pemberi Kedamaian
Ketika salam terucap, ia bagai air dingin menyiram api yang tengah berkobar.
 Strategi Psikologis dlam Forum Dialog Umum
Adalah menyentuh inti permasalah dan memberikan kesempatan lebih luas dalam berdialog
yang bebas dan tenang (bilati hiya ahsan), sehingga bisa daling tukar pandangan dan adu
argumentasi. Dawah fardhiyah merupakan sarana terbuka, karena terkadang ada
pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat diungkap di depan umum.
 Dakwah “Ruh dan Perasaan”
Potensi ruhiyah, sentuhan rasa, kecintaan pada kebaikan, serta perasaan yang lembut itu
tidak akan muncul hanya sekedar dengan peringatan dan perintah. Yang dapat
membangkitkannya adalah dengan sentuhan-sentuhan hati yang penuh kasih sayang dan
kerinduan yang sangat dalam terhadap pasangan seaqidahnya.
 Setia Semasa Masih Hidup dan Setelah Mati
Ziarah atau kunjungan kewajiban syar’i (agama). Tidak adanya kunjungan ketempat teman
yang sedang sakit akan berpengaruh pada hubungan pribadi, dapat memadamkan api cinta,
melemahkan semangat, dan mengubah karakter jiwa serta membalik kesedihan yang ringan
mnejadi perasaan yang penuh kepahitan.
 Akhlak Lebih Utama daripada Keahlian
Akhlak yang lembut merupakan keahlian hakiki yang daapat menyelesaikan segala
tantangan, dan ini lebih utama daripada ijazah dan keahlian
 Keindahan adalah Bahasa Hati
Maksudnya adalah kecantikan dan ketampanan alama yang memancarkan cahaya
kebersihan dan kesucian. Hal ini merupakan faktor penggerak dalama memikat hati dan
menyentuh perasaan, sehingga orang yang memilikinya selalu disukai dan dihormati
 Carilah Tokoh Masyarakat, Incar dan Dekatilah
Dalam dakwah membutuhkan orang yang dapat mengangkat citra dan pamer dakwah.
Seperti masuknya Umar bin Khatab (tokoh kafir Quraisy), telah membawa keuntungan besar
dalam penegakan risalah Islam.
 Tipudaya, Kecerdikan, dan Latihan Berpikir
Dalam kisah Utsman bin Affan ada seorang Yahudi di Madinah ia menyimpang sumur
penampung air yang dijualnya kepada kaum muslimin. Utsman menawar untuk membeli
sumur itu, namun Yahudi tersebut menolak. Lalu Utsman menawar sebagian dari sumur
tersebut yakni sehari diambil Utsman, sehari diambil Yahudi. Utsman lalu berkata lagi, pada
gilirannya kaum muslimin berhak mengambil air secukup, namun pada giliran Yahudi
tersebut kaum muslimin tidak akan membeli kepadanya. Karena merasa tertekan, maka
alternatif lain ia menjual bagiannya yang lain kepada Khalifah Utsman
 Cinta, Ada Batas dan Rambu-Rambunya
Saling terbuka antarsesama, terutama antar suami-istri, merupakan sesuatu yang
tidakterpuji. Diam dan tidak mengikuti gejolak emosi saat perselisihan dalam rumah tangga
demi kemaslahatan masa depan keluarga.
 Diantara Sarana Terbiyah
Jangan terburu-buru dalam memetik buah dan menuai hasil. Misal menanam kapas
memerlukan waktu 6 bulan, maka gunakan waktu luang untuk menanam tanaman ringan
lainnya. Sehingga sebelum mendapat hasil dari kapas, kita dapat hasil kecil-kecilan terlebih
dahlu sebelum hasil yang besar
 Tarbiyatul Aulad
Seorang da’i harus pandai-pandai memilih kata-kata, gambar, dan sikap yang sesuai dengan
pikiran anak kecil. Sehingga tidak mempengaruhi sensivitasnya yang mudah menerima apa
saja dengan polos dan jujur.
 Perantara
Kesamaan usia, pekerjaan, wawasan, maupun lingkungan merupakan cara untuk
mempercepat keakraban, saling pengertian dan saling kasih sayang. Bila sorang da’i yang
sudah lanjut usia tidak memungkinkan lagi dalam berinteraksi dengan pemuda dalam rangka
membina. Maka tidak masalah bila memanfaatkan pemuda aktivis dakwah sebagai
perantara guna mengarakahkan sang da’i dalam mengenali mereka
 Kami telah Memuliakan Manusia
Setiap manusia adalah makhluk Allah yang harus diperlakukan secara terhormat (Al-Isra’ :
70). Allah memberi rezeki kepada hamba-Nya karena hendak menguji sebagian kamu
dengan sebagian yang lain.
 Tukang Sapu dan Tukang Sampah
Ketika kaum muslimin berada dalam masjid. Miskin duduk berdampingan dengan kaya, yang
lemah dengan yang kuat, tukang sapu dengan tukang sampah sama begitu juga.
Bukankah kannas (tukang sapu) itu kan-nas (sama seperti manusia lain) ?
Sungguh, ini kata acak yang kebetulan pas.
 Perdebatan
Dalam perdebatan, seorang da’i harus dapat menyimpulkan pembicaraan bila telah tampak
jelas mana “benang putih” dan “benang hitam”. Sebab, perdebatan yang tidak menghasilkan
kesepakatan dan tanpa kata akhir justru dapat menumbuhkan kebencian dalam jiwa,
mengotori dan menutupinya, serta merusak rasa cinta kasih. Ia juga akan menguras potensi
tanpa faedah, bahkan tidak menyumbangkan kebaikan apapun bagi dakwah itu sendiri.
 Dakwah Fardiyah adalah Pangkal Dakwah Jama’iyah
Dakwah jama’iyah (kolektif) mengandalkan ceramah, semangat, dan kemampuan
menggugah perasaan. Dakwah fardiyah (individu) memiliki karakteristik, cara, dan tahapn-
tahapannya sendiri. Ia adalah tahap kedua dari proses interprestasi, penjelasan, studi
argumentasi, serta pembuktian dalil. Pada akhirnya, ia merupakan masa panen dan
pemetikan buah.
 Problem Para Pemuda
Bila orang tua yang menghalangi pemuda untuk shalat dimasjid, menghadiri ceramah, dan
sebagainya.
Solusinya adalah seorang anak harus taat kepada kedua orang tuanya, perilaku yang
berakhlak tinggi, selalu unggul dalam studi, berinteraksi baik dengan saudara-saudaranya,
dan tidak pulang malam yang dapat menggusarkan pikiran keluarganya. Sudah pasti ayahnya
akan mengizinkannya untuk mewujudkan apapun yang sebelumnya tidak diperbolehkan
 Cinta Karena Allah adalah Pintu Menuju Hati
Persaudaraan karena Allah adalah curahan perasaan, berjuang untuk membantu saudaranya
demi peningkatan potensi diri secara bersama-bersamam dengan tarbiyah dan takwiniyah,
dorongan semangat dan hasrat, penyebaran dakwah melalui persaudaraan yang tulus,
ibadah yang khusyuk, serta kontuinitas dalam menyampaikan dakwah.
 Jadilah Akh yang Hangat
Seorang akh tidak boleh membeda-bedakan dalam berjabat tangan, kecuali ia bukan
seorang da’i yang memiliki tujuan menarik orang baru dalam dakwah. Salam seorang da’i
yang dilontarkan, ucapan, dan penyambutannya adalah sarana dakwah
Dapat juga memberi hadiah bantuan-bantuan yang dibutuhkan, atau hadiah pada
momentum yang tepat
 Sebuah Sikap
Cara berinteraksi dengan orang yang memiliki kedudukan istimewa bukan perkara gampang.
Bukan sesuatu yang mudah ketika menjumpai seesorang yang sedang dalam keadaaan
emosi memuncak. Bila anda melihat ini secara jelas diwajahnya, lalu dalam sekejap harus
mampu meredakan emosinya
 Pengunjung Masjid
Hendaknya menyambut hangat kedatangan orang-orang yang datang melaksanakan shalat
di masjid. Agar diantarai kaum muslimin terjalin saling mengenal.
Menyambut anak-anak yang hendak masuk ke dalam masjid dan mengarahkannya dengan
baik. Karena saat ini seorang pengurus masjid mengusir anak-anak dari masjid, karena
menyangkan hanya kaan mengganggu orang yang sedang shalat
 Keagungan Da’i
Seorang da’i harus mendekati masyarakat dan menjalin kasih sayang dengan mereka
Pada hakikatnya seluruh manusia adalah mad’u, kecuali yang terlepas dari kita karena
kelalaian atau keteledoran
Da’i terpatri dengan cita-cita membuka pintu hati dengan getara-getaran yang lembut,
pembicaraan yang indah, atau sikap yang daapt menggerkana hati dan perasaan
 Ulama dan Pemimpin
Ulama adalah pemegang kendali kata-kata, sedangkan pemimpin adalah pemegang kendali
tindakan.
Ulama suu’ (jahat) yaitu menyeru manusia ke surga dengan kata-katanya, namum mengajak
ke neraka dengan tindakannya secara lahiriah mereka adalah penunjuk jalan, tapi secara
hakikat mereka adalah penyamu (penjahat, perampas, perampok)
 Dakwah kepada Allah adalah Rezeki
“Sungguh yang dihari kiamat nanti pada wajah mereka terdapat cahaya; mereka berada
diatas mimbar-mimbar yang terbuat dari permata. Padahal mereka bukan nabi dan bukan
pula syuhada. Adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allah, dari tempat yang
berbeda-bedal lalu berkumpul untuk melakukan dzikrullah
 Dakwah adalah Terminal
Ada perkara yang membutuhkan penanganan perlahan, ibarat pohon yang perlu tumbuh
perlahan hingga kokoh batangnya. Namun ada perkara yag membutuhkan penanganan
cepat, karena kehadirannya mungkin hanya sekali itu dan tak pernak kembali lagi
Tahap pertama adalah perkenalan dan ikatan perasaan, sehingga terbangun kepercayaan
untuk memperoleh ketsiqahan (ketenangan hati seorang prajurit kepada pemimpinnya) dan
loyalitas. Menjenguknya disaat ia sakit dengan memberi do’a-do’a. Berilah sekedar hadiah,
suatu ketika ia berpergian maka sambutlah kedatangannya. Bila terjadi masalah, jadilah
pendampingnya. Bila ia pergi umrah, harus mengantar dan menjemputnya
 Penampilan Da’i
Penampilan menarik dapat menanamkan pengaruh yang dalam pada jiwa seseorang, dapat
membuat mereka respek, untuk kemudian rela berhimpun bersaam disekitarnya. Da’i
seharunsnya menghindari sikap ekstrim dan berlebihan dalam persoalan agama. Tetapi
harus mengaitkan kehidupannya dengan agama.
 Nama-Nama yang Baik
Sebuah nama dapat mempengaruhi kejiwaan pemilik nama, karena perilaku juga dapat
dihasilkan oelh refleks dari makna yang terkandung dari nama. Nama-nama buruk dapat
melukai hati pemiliknya, tatkala ia dapat minder dan menjauh dari pergaulan apabila ada
seseorang yang mencemooh dengan namanya
Nama juga dapat membuat seseorang terbayang akan diri pemilik nama tersebut. Jika
namanya baik, maka dibenak seseorang Ia adalah seseorang yang tampan dan
menyenangkan, juga sebaliknya. Yang paling baik adalah menamai anak-anak dengan nama-
nama Islami
 Sementara....
Di dunia ini hanya sementara, dan setiap yang ada diatas dunia akan binasa
“semua manusia tertidur lelap, hingga ketika kematian menghampiri barulah tersadar.”
Sabda Rasulullah SAW

Anda mungkin juga menyukai