Anda di halaman 1dari 3

Perpecahan dari Kecerdasan Buatan

Oleh: Tiorivaldi

Akhir-akhir ini kondisi dunia memang tak menentu. Apakah ia bisa kita sebut sebagai satu
segi positif maupun negatif. Walaupun pada akhirnya kita harus mengakui, jika apapun yang
terjadi dan apapun juga yang kita pilih akan menghasilkan konsekuensi positif dan negatif.
Iya, jangan berpikir sesuatu yang kita anggap baik belum tentu hanya akan menghasilkan
kebaikan di dalamnya. Namun, jika kita hendak jujur sepenuhnya, akan ditemukan juga
keburukannya. Anggaplah kita sedang bersedekah kepada seseorang, lalu kita menganggap
itu adalah hal yang positif. Akan tetapi, bukan hanya positif yang dihasilkan dari pilihan kita
tersebut. Mau bagaimanapun juga berkurangnya uang yang kita milliki juga adalah efek
negatifnya. Hanya saja, karena nilai positifnya cenderung lebih mayoritas, maka pekerjaan
tersebut akan ternilai positif di tengah masyarakat.
Jangankan untuk menengok dunia, jika kita menengok bumi Indonesia maka berbagai hal
kebaikan dan keburukan, keindahan dan kejelekan, ataupun kebenaran dan kesalahan akan
selalu terlihat dimanapun juga. Karena Allah SWT selalu menciptakan segala hal
berpasangan dalam segala sifat dan fisik. Pasangan tidak mesti selalu tentang romantisme,
akan tetapi antagonisme pun juga merupakan ciri dari sebuah pasangan. Ada gelap dan
terang, siang dan malam, hidup dan mati, fakta dan hoax serta persatuan dan perpecahan.
Persatuan dan perpecahan selalu ada dimana-mana, Di satu sisi kita melihat ada sebuah forum
yang menyatukan satu entitas masyarakat, di lain pihak sedang terjadi pemecahan sebuah
kelompok menjadi dua atau lebih. Apapun persatuan dan perpecahan dalam satu bentuk tema
politik, agama, sosial, pendidikan dan lain sebagainya. Memang tidak mungkin jika
perpecahan yang sedang melanda masyarakat Indonesia akhir-akhir ini, hanya terjadi karena
satu faktor. Sangat banyak faktor yang terjadi, yang mungkin menjadi komponen dari
terjadinya berbagai perpecahan dimanapun. Pasti ada faktor internal dan eksternal yang
melingkupinya. Namun, pembahasan saat ini hanya akan lebih terjurus kepada faktor yang
menurut penulis sangat signifikan menciptakan perpecahan berjalan sangat rumit dan lancar,
yaitu Artificial Intelligence (Kecerdasan Buatan) yang disingkat menjadi AI.
AI menurut Andreas Kaplan dan Michael Haenlein adalah kemampuan sistem untuk
menafsirkan data eksternal dengan benar, untuk belajar dari data tersebut, dan menggunakan
pembelajaran tersebut guna mencapai tujuan dan tugas tertentu melalui adaptasi yang
fleksibel. Ada beberapa macam bidang yang menggunakan kecerdasan buatan antara lain
sistem pakar, permainan komputer (games), jaringan saraf tiruan dan robotika. Apa yang ada
di dalam komputer dan ponsel kita saat ini, sangat dipenuhi oleh kecerdasan buatan yang
setiap waktunya tidak terbendung lagi terjadinya perkembangan yang sangat pesat. Sehingga
tak dapat dipungkiri lagi, banyak pekerjaan manusia saat ini yang digantikan oleh AI yang
lebih taat kepada tuannya dan lebih sedikit melakukan kesalahan dalam pekerjaannya.
Kita sendiri sudah banyak yang memahami bahwa apapun yang kita lakukan di dunia maya,
dan login ke dalam berbagai website. Semua data yang kita miliki tersebut sudah terekam dan
tersimpan dalam kecerdasan buatan ini. Maka jika kita melakukan login kembali ke dalam
sosial media, akan ada jejak yang pernah kita lakukan terdahulu sehingga tidak jarang dunia
maya menjadi tempat kita menyimpan berbagai hal yang kita sukai. Akan tetapi, AI bukan
saja hanya menyimpan data tersebut melainkan mengumpulkan data tersebut untuk menjadi
rumusan dalam halaman depan yang tertunjuk dalam sebuah website. Misalnya, kita
membuka Youtube dan mencari berbagai hal yang ada di dalamnya. Lalu data tersebut akan
tersimpan dan menjadi sebuah rumusan dari homepage Youtube.
Apakah korelasi segala hal tersebut dengan terciptanya perpecahan?
Role model yang paling mudah dijadikan contoh pada saat ini, yaitu tentang 01 dan 02. Coba
saja anda membuka Youtube dan melakukan pencarian terhadap berbagai hal yang memberi
dukungan kepada 01 dan menjelek-jelekkan kepada 02. Lalu pada saat itu juga Youtube akan
mengolah data pencarian anda menjadi sebuah bentuk halaman depan, yang, tidak akan jauh
dari hal bersangkutan pada pencarian yang kita lakukan. Kurang lebih akan banyak video-
video lain yang memunculkan dukungan kepada 01 dan menjelek-jelekkan kepada 02. Dan
secara sadar maupun tidak sadar kita akan membukanya, dan secara terus menerus apa yang
ada di halaman depan Youtube kita akan memunculkan hal yang serupa. Sehingga kita hanya
akan menemukan nilai positif 01 dan nilai negatif 02. Hal itu pun juga sebaliknya akan terjadi
jika kita mencari hal yang mendukung 02 dan menjelekkan 01. Tidak penting apakah video
tersebut terklarifikasi fakta atau hoax pada pihak Youtube, mereka akan terus memberikan
suplemen yang memuaskan nafsu dan hasrat penggunanya.
Dengan hal semacam itu lah kita hanya akan mempersempit sudut pandang kita terhadap
segala hal dan saling merasa benar pada kalangan 01 dan 02 akan semakin membesar. Karena
untuk meluaskan pandangan, maka model yang berlawanan dari informasi yang pernah kita
temukan harus diketahui. Agar diperoleh kesepahaman dan mencari model alternatif yang
menyimpulkan dengan lebih baik. Sama seperti model Hegel, yang menyatakan untuk
memperoleh sebuah kesimpulan yang terbaik diperlukan sebuah tesis dan anti-tesis. Dengan
begitu dapat terlahir sintesis yang dapat menyelaraskan pemahaman dengan lebih benar dan
komprehensif. Sehingga dapat lebih bijaksana dalam menerima perbedaan yang ada.
Bayangkan. AI dapat membuat manusia Indonesia terbuai untuk terus mencari sebuah video
yang mendukung hasratnya. Apalagi dipermudah oleh Youtube, dengan menyediakan
langsung pada muka awal halamannya. Dipertambah lagi pada jejaring sosial media kita yang
hanya mengikuti akun yang mendukung gagasan kita
Bayangkan. AI dapat membuat manusia Indonesia terbuai untuk menghujat satu sama lain
karena merasa punya data yang dapat menolak video atau tulisan yang ditemui berbeda
dengan hasratnya.
Bayangkan. AI yang diciptakan manusia melakukan pengolahan data yang cukup rumit
terlebih dahulu sebelum memberi keputusan. Namun, manusia pada mayoritasnya sekarang
memberi keputusan tanpa mengolah data sebanyak mungkin
Bayangkan. Dengan mengandalkan kecerdasan buatan, setiap manusia bisa mempengaruhi
orang lainnya dengan hanya menyebarkan video atau tulisan yang tak jelas arah sumbernya.
Bahkan, dengan sifat buruknya manusia dapat merubah sesuatu hal yang palsu menjadi
terlihat benar, walau sejatinya dipenuhi dengan kedustaan.
Garry Kasparov sang juara dunia catur telah dikalahkan dengan AI bernama Deep Blue.
Lee Sedol yang sudah 18 kali menjadi juara dunia go pun pernah kalah dengan AI bernama
AlphaGo
Dan akhirnya sekarang manusia sedang diperpecahkan dengan kecerdasan buatan yang
diciptakan oleh manusia itu sendiri. Apakah manusia telah kalah dengan robot yang
diciptakannya sendiri?
Wallahu ‘alam

Anda mungkin juga menyukai