Anda di halaman 1dari 6

ETIKA BERMEDIA SOSIAL DI DALAM ISLAM

Dewasa ini manusia mampu menciptakan kemajuan dalam berbagai bidang seperti
transportasi, teknologi-informasi, tranformasi komunikasi dan digitalisasi.

Oleh karena itu, kita harus membentengi diri dalam menyikapi akhir zaman yang penuh
dengan fitnah dan permusuhan. Bahkan Imam Ali Bin Abi Tholib mengatakan
 ‫أفضل الناس هو الحق في االستجابة لعصره‬.
“Sebaik-baik orang adalah yang tepat dalam menyikapi jamannya” (HR. Bukhori)
Perkembangan teknologi yang semakin pesat memberikan kemudahan dalam mengakses
informasi dari berbagai penjuru. Keberadaan media sosial pun tidak bisa terlepas dari segala
sisi kehidupan masa kini.

Berikut adalah beberapa etika yang harus diperhatikan dalam menggunakan jejaring sosial:
1) Jadikan Sebagai Sarana untuk Menebar Kebaikan
Informasi yang tersebar di media sosial sedikit banyak mendeskripsikan kejernihan
akhlak penulisnya. Mereka yang memiliki pandangan menyebarkan manfaat melalui
tulisan dan berwawasan luas tidak akan tergesa-gesa dalam mem-posting berita.

2) Mengingat Hisab atas Segala Perbuatan                                                                       


Menyadari sepenuhnya akan adanya hisab atau perhitungan atas tiap detail yang kita
perbuat dapat menjadi pengontrol utama dalam mengendalikan perbuatan. Akan ada
hari akhir di ujung kehidupan dunia yang menjadikan manusia sadar akan keterbatasan
usia yang dimilikinya.
3) Lakukan Kroscek Sebelum Berpendapat (Tabayun)
Apabila berita yang ditampilkan hanya untuk mencari popularitas dan “ like” dari
pembaca tanpa mengindahkan kebenaran dan fitnah yang akan ditimbulkan, hal ini bisa
menjadi awal kesalahpahaman.
Untuk itulah, mencari kebenaran berita menjadi hal wajib sebelum menyebarkannya.
‫غ بَ ْينَهُ ْم ۗ  اِ َّن ال َّشي ْٰطنَ َكا نَ لِاْل ِ ْن َسا ِن َع ُد ًّوا ُّمبِ ْينًا‬
ُ ‫َوقُلْ لِّ ِعبَا ِديْ يَقُوْ لُوا الَّتِ ْي ِه َي اَحْ َسنُ ۗ  اِ َّن ال َّشي ْٰطنَ يَ ْن َز‬
“Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan
yang paling baik (benar). Sesungguhnya, setan menimbulkan perselisihan di antara
mereka. Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi manusia” (Q.S Al-Israa’ Ayat
53)

4) “CCTV” di Kedua Bahu


Merasa selalu diawasi oleh malaikat utusan Allah di bahu kanan dan kiri semestinya
menjadikan tubuh dan akal berpikir sebelum melakukan tindakan.
Pengawasan 24 jam semasa detak jantung masih berdebar bukankah cukup untuk
menjadi pengendali di setiap perbuatan? Begitu pula dengan aktivitas di jejaring sosial.
Like, komen, atau share kita akan disaksikan dan kelak akan dimintai
pertanggungjawaban.
5) Ruang Keikhlasan Tanpa Mengumbar Riya
Misi atau niat hanya terjadi satu arah, yaitu kejujuran hati kepada Sang Pemilik
Kehidupan. Kita tidak bisa melihat, apalagi memberikan penilaian terhadap niat
seseorang.
Namun tidak dapat disangkal, bukankah kita tiap pagi bangun tidur buka WA, buka
Instagram? saat masih ngantuk, sudah pada buka Youtube ? siang Facebook, malam
malah mabuk, maka tidak mustahil jikalau pintu rahmat akhirnya tertutup.
Jangan aneh jika di kalangan milenial berfikirnya lambat, sulit konsentrasi dengan tepat, 
sulit mendengarkan nasihat, berangkat sekolah telat, sukanya yang cepat dan singkat,
menjadikan kita tak mampu` menyelesaikan masalah dan menjadikan stress setiap saat.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Hal ini terjadi disebabkan tidak arif dan bijaksananya
manusia dengan perkembangan yang ada.
Dengan demikian dari uaraian ini dapat disimpulkan bahwa perkembangan media sosial
sangatlah cepat  akan mampu melahirkan generasi yang berkualitas dan berakhlak.
Perkembangan media sosial pun akan bisa memunculkan generasi  tak berahlak.

Selalu menjaga keikhlasan menjadi salah satu etika yang harus dilakukan


muslimin saat bermedia sosial. Termasuk didalamnya agar tidak memposting
sesuatu dengan maksud ria. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang mampu
merahasiakan amal salehnya, maka hendaknya ia lakukan.” (HR. Al Khatib)

Pasalnya, bermain media sosial ibarat menghunus sebuah pedang. Jika salah
mengayunkannya, maka kita sendiri yang akan tertebas. Sedikitnya ada 10 etika
yang mesti diperhatikan agar tak salah langkah dalam menjelajah akses internet
yang canggih tersebut. Etika pertama yakni merasa selalu diawasi oleh Allah.

1. Muraqabah,
Etika pertama yakni merasa selalu diawasi oleh Allah. Apapun yang kita
posting, termasuk niat dibalik postingan tersebut, sadarilah selalu bahwa
semua itu diketahui oleh Sang Maha Tahu. Dengan selalu merasa diawasi
Allah, maka pastilah kita takut melanggar batasan-batasan agama dalam
memanfaatkan medsos.
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, “Jika kamu menampakkan sesuatu
atau menyembunyikannya, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu.” (QS. Al-Ahzab: 54).
2. Hisab,
Ingatlah selalu bahwa ada hisab atau perhitungan atas setiap apa yang kita
lakukan, meski seberat dzarrah. Setiap kalimat, foto, video yang kita
unggah, akan dipertanyakan kelak di akhirat. Allah berfirman, “Maka
barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat Dzarrah, niscaya dia akan
melihat balasannya. Barangsiapa mengerjakan kejahatan sebesar Dzarrah,
niscaya dia akan melihat balasannya.” (QS. Az-Zalzalah: 7-8).

3. Istifadah,
Yakni menggunakan sarana yang ada untuk diambil manfaatnya. Jika media
sosial bermanfaat bagi kehidupan kita, maka tak ada salahnya untuk
memanfaatkannya. Namun jika medsos justru membawa lebih banyak
kerugian daripada manfaatnya, maka etika seorang muslim pastilah
menghentikan aktivitas tersebut.
Rasulullah bersabda, “Di antara tanda baiknya keislaman seseorang adalah
ia meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat baginya.” (HR. At Tirmidzi).
4. Bertanggung jawab,
Menggunakan medsos berarti kita bertanggung jawab atas semua yang
diposting ke publik, termasuk saat follow, share, Iike, retweet, repost,
comment dan lain sebagainya. Seorang muslim beretika baik akan berhati-
hati dalam menyampaikan sesuatu atau menanggapi sesuatu. “Dan
janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena
pendengaran, penglihatan dan hati akan diminta pertanggung jawabannya.”
(QS. Al-Isra’: 36)

5. Menjaga batasan pergaulan,


Batasan ini terkhusus pada hubungan antara pria dan wanita. Meski tidak
bertatapan langsung, medsos mampu membawa jerat-jerat penyakit hati di
setiap interaksi lawan jenis. Maka batasilah interaksi dengan lawan jenis
yang bukan mahram dan yang tak ada keperluan penting dengannya.

7. Wasilah
Etika muslim berikutnya yakni menjadikan medsos sebagai penghantar
atau sarana atau wasilah kepada kebaikan. Artinya, manfaatkanlah medsos
untuk menebar kebaikan. Sebagai contoh, memposting ayat-ayat Al-Qur’an,
hadits, kata mutiara para shahabat Rasulullah, permasalahan agama dan
lain sebagainya.

8. Tidak lalai,
Inilah yang sering luput jika sudah asyik bermain medsos. Kita mudah
terlalaikan hingga waktu yang berhaga terbuang begitu saja.
9. Mengumpulkan kebaikan,
Etika muslim dalam bermedia sosial dengan menjadikannya sebagai sarana
pengumpul ilmu dan kebaikan. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang
memberi teladan dalam agama ini suatu kebaikan, maka baginya pahala
setiap orang yang mengamalkannya hingga hari Kiamat tanpa mengurangi
pahala mereka sedikitpun.”

10. Ikhlas,
Selalu menjaga keikhlasan menjadi salah satu etika yang harus dilakukan
muslimin saat bermedia sosial. Termasuk didalamnya agar tidak
memposting sesuatu dengan maksud ria. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa
yang mampu merahasiakan amal salehnya, maka hendaknya ia lakukan.”
(HR. Al Khatib)
Ibnu Rajab pernah berkata, “Tidaklah seseorang yang ingin dilihat itu
mencari perhatian makhluk. Akan tetapi mereka melakukannya akibat
kejahilan (kebodohan) diri akan keagungan Sang Khalik.”

Dengan melaksanakan 10 etika ini, maka media sosial yang sejatinya


berbahaya dapat menjadi sebuah anugerah bagi manusia. Kemajuan
teknologi tentu bersifat memudahkan kehidupan manusia. Namun
kemajuan tersebut harus dibarengi dengan ilmu syar’i dan akhlakul
karimah. Mari beretika muslim saat memanfaatkan media
Dalam upaya mengurangi kasus tersebut, maka diperlukan etika dalam
bermedia sosial agar kita sebagai warga negara digital lebih berhati-hati
dalam menyebarkan maupun menerima informasi.

Konsep dalam menggunakan Media Sosial “ T.H.I.N.K.”


1. Is it True? (Benarkah?)
Benarkah postingan atau informasi yang kalian sampaikan dan terima? Atau
hanya isu yang tidak jelas sumbenya? Apabila kalian ragu-ragu terhadap
informasi yang kalian dapatkan, coba cek kebenarannya dengan bertanya
kepada sang ahli.
Jika membagikan dan menyebarkan sebuah postingan, pastikan postingan
tersebut berasal dari sumber yang jelas, tepat, dan tidak diragukan
kebenarannya.
Hindari penyebaran berita HOAX atau berita yang tidak benar, namun seolah-
olah berita tersebut dibuat benar.
2. Is it Hurtful? (Menyakitkankah?)
Apakah postingan atau informasi yang kalian bagikan menyakiti hati orang
lain? Selalu pastikan bahwa postingan yang kalian sebarkan atau bagikan
tidak menyinggung hati orang lain dan tidak mengandung unsur SARA
(suku, ras, agama, dan antargolongan). Sebarkan informasi yang
informatif, mengandung ilmu pengetahuan dan pembelajaran agar
bermanfaat bagi pengguna media sosial.
3. Is it Illegal? (Illegalkah?)
Illegalkah postingan atau informasi yang kalian bagikan? Apakah postingan
yang kalian bagikan sah di mata hukum? Hati-hati saat membagikan
sebuah postingan atau informasi, perhitungkan risiko dan dampak
kedepannya yang akan kalian didapatkan setelah membagikan informasi
tersebut di media social
4. Is it Necessary? (Pentingkah?)
Seberapa penting informasi yang kalian sebarkan? Atau hanyalah sebuah
spam belaka? Ketika kalian akan membagikan informasi di dunia maya,
pilahlah informasi tersebut. Perhitungkan seberapa pentingnya informasi
yang akan kalian sebarkan. Jangan lakukan spamming saat membagikan
informasi, karena orang lain akan merasa terganggu.
5. Is it Kind? (Santunkah?)
Santunkah postingan atau informasi yang kalian bagikan? Bagaimana kalimat
yang kalian gunakan? Apakah menyinggung perasaan orang lain?
Penggunaan bahasa yang santun merupakan factor penting saat
menyebarkan informasi. Gunakan bahasa yang santun, lugas, dan tidak
bertele-tele.

Anda mungkin juga menyukai