Anda di halaman 1dari 9

Akidah Manhaj Fikih

Akhlak dan Nasihat Keluarga dan Wanita #

Akidah Manhaj Fikih Akhlak dan Nasihat Keluarga dan Wanita


Pendidikan Anak Kisah
" #
Pendidikan Anak Kisah

Sosmedmu, Surga dan Nerakamu


oleh Dian Pratiwi — 8 November 2019 di Akhlak dan Nasihat Waktu Baca: 8 menit !6
Di zaman ini, kehidupan manusia hampir tidak pernah lepas dari sosial media (sosmed). Hidup
tanpa sosmed di dunia yang cangggih ini bagaikan makan sayur tanpa garam. Keakraban dengan
sosmed inilah yang mendorong seseorang selalu memperbaharui status di akun yang mereka
punya, untuk setiap keadaan dan peristiwa yang dialami, dibagikannya pada orang seluruh dunia
melalui sosmed.

Wahai saudaraku, ketahuilah bahwa ketenaran sosmed di zaman kita ini telah di kabarkan oleh
hamba Allah yang paling benar ucapannya, yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau
mengabarkan dalam hadits riwayat Imam Ahmad, bahwasanya diantara tanda-tanda dekatnya
kiamat adalah dzuhurul qalam (tersebarnya pena/tulisan). Ulama menjelaskan bahwa yang
dimaksud dengan pena tersebut adalah tersebarnya tulisan-tulisan di media komunikasi (sosmed)
secara masif. Mari renungkan!

Perkataan Rasul sekitar 15 abad yang lalu telah terbukti, dimana sosmed kini menjamur dan
menghabitat pada sebagian besar penduduk dunia. Maka sepantasnya bagi setiap muslim yang
mau berpikir dan merenungkan faidah dari hadist tersebut akan merasakan bertambahnya
keimanan dalam dadanya.

Betapa tidak, ketika Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan tentang sosmed dan itu
terbukti di zaman ini, maka benar pula sabda Beliau mengenai adanya siksa kubur, adanya fitnah
kubur, adanya pertanyaan kubur, adanya hari kebangkitan dan adanya hari pembalasan, maka
semua itu akan terjadi, karena setiap ucapan Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah wahyu,
sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam QS. An Najm : 1-4, yang artinya “Demi bintang ketika
terbenam, kawanmu (Muhammad) tidak sesat tidak pula keliru, dan tidaklah yang ia ucapkan itu
menurut hawa nafsunya, ucapannya itu tidak lain hanyalah wahyu yang diwahyukan padanya”.

Oleh karena itu, sudah semestinya dengan keberadaan sosmed ini kita menjadi lebih beriman dan
taat pada Allah dan RasulNya, karena setiap yang dikabarkan oleh Allah dan RasulNya adalah
benar dan pasti terjadi.
Sosmed merupakan media yang dapat membuat kita mendapat siksa kubur/nikmat kubur.
Sosmed pulalah yang yang menjadi wasilah/media untuk memasukkan kita ke neraka atau ke
surga, ia bagaikan pedang bermata dua. Barangsiapa tak pandai mengambil manfaatnya pastilah
ia akan terbunuh karenanya. Maka dari itu, seorang muslim yang di zaman ini tidak pernah bisa
lepas dengan sosmed harus mengetahui adab-adab dalam menggunakan sosmed, diantaranya :

Pertama: Mengingat bahwa islam menuntut kita membagi waktu dengan proporsional. Tidak ada
yang melarang penggunaan sosmed, namun kita harus menjaga diri agar tidak terjerumus terlalu
dalam ke dalam kelalaian memanfaatkan waktu.

Dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa ada seorang sahabat, yang bernama Abu
Darda’radhiyallahu ‘anhu yang selalu berpuasa di siang hari, dan selalu qiyamul lail dari ba’da
isya’ hingga menjelang subuh, kabar ini sampai pada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka
Beliau menasihatinya,

“Sesungguhnya bagi dirimu, keluargamu dan tubuhmu ada hak atasmu yang harus engkau penuhi,
maka berikanlah masing-masing pemilik hak itu haknya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Itulah nasihat Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam pada Abu Darda’radhiyallahu ‘anhu yang
kerajinan ibadah. Lalu bagaimanakah kiranya nasihat Beliau pada kita yang kerajinan
berinteraksi dengan gadget kita? Jika qiyamul lail seperti Abu Darda’ saja tidak bisa
melegitimasi penelantaran hak, maka apalagi dengan kesibukan berinteraksi dengan gadget?

Dari Abu Barzah Al-Aslami, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

??? ??????? ??????? ?????? ?????? ???????????? ?????? ???????? ???? ???????? ??????
????????? ?????? ???????? ?????? ?????? ?????? ??????? ???? ?????? ???????????
???????? ?????????? ?????? ???????? ?????? ?????????

“Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai: (1)
umurnya di manakah ia habiskan, (2) ilmunya di manakah ia amalkan, (3) hartanya bagaimana ia
peroleh dan (4) di mana ia infakkan dan (5) mengenai tubuhnya di manakah usangnya.” (HR.
Tirmidzi no. 2417, Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Wahai saudaraku, tak mengapa kita mempunyai beberapa grup dalam suatu akun sosmed,
asalkan kita pastikan ada manfaatnya. Namun jika grup-grup tersebut hanya berisi komen-komen
tertawa, emoticon, dan jempol belaka, atau bahkan cenderung hal-hal haram lain, maka delete
segera grup tersebut. Masih ingatkah kita akan hadits, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu , dia
berkata: “Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

???? ?????? ????????? ????????? ???????? ??? ??? ??????????

‘Di antara (tanda) kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat
baginya’.” (Hadits hasan. Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi).

Salah satu tanda Allah berpaling dari kita adalah Allah biarkan kita sibuk mengurusi hal-hal yang
tidak bermanfaat untuk kita. Kita tidak diberi taufiq dan hidayah untuk melakukan kebaikan.

Terdapat suatu kisah inspiratif, suatu hari Imam Malik ditanya, “Berapa umurmu wahai Imam?”.
Imam Malik pun menjawab dengan tegas, “uruslah dirimu sendiri!”. Lihat bagaimanakah
kesungguhan Imam Malik dalam menjaga waktu. Beliau tidak mau menjawab pertanyaan yang
tidak ada manfaat akhiratnya, tidak mengandung ilmu.

Dan kisah ini juga mengajarkan pada kita untuk tidak over kepo terhadap kehidupan orang lain.
Masih banyak aib kita yang perlu diperbaiki, masih banyak kitab yang belum kita pelajari. Bagi
seorang muslim, waktu itu sangatlah mahal, sehingga muslim yang baik keislamannya akan
menginggalkan kegiatan di sosmed yang hanya sekedar like dan dislike, tanpa menebar faedah
dan kebaikan. Maka mari kita bagi waktu kita dengan bijak, agar hisab Allah pada waktu kita lebih
ringan.

Kedua: Menanamkan kuat-kuat dibenak kita bahwa setiap postingan, komen, copas, dan share
kita di sosmed akan dihisab, semuanya dan tak ada yang terluput olehNya! Karena Allah
mempunyai malaikat yang ditugaskan untuk selalu mencatat setiap perbuatan kita. Allah Ta’ala
berfirman dalam Q.S Qaf : 18

???? ???????? ??? ?????? ?????????????? ??????? ???????

“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang
selalu hadir”.

Kontrol jari kita agar tidak terlalu mudah memposting, berkomentar, copy-paste, dan menshare,
dan diam adalah salah satu cara terampuh untuk mengontrolnya. Karena jari di dunia sosmed
bagaikan lisan di dunia nyata.

Dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu’anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

??????????? ???? ?????? ?????????????? ???? ????????? ???????? ?????????????? ????


?????? ??? ????? ??????? ??????

“Seorang muslim yang baik adalah yang membuat kaum muslimin yang lain selamat dari gangguan
lisan dan tangannya. Dan seorang yang benar-benar berhijrah adalah yang meninggalkan segala
perkara yang dilarang Allah.” (HR. Bukhari).

Wahai saudaraku, ingat! Ini zaman ynag penuh fitnah, semakin banyak komen, maka semakin
lama hisab kita di akhirat kelak. Dan semakin banyak aktif tanpa manfaat, maka akan semakin
banyak pertanyaan Allah pada kita. Karena, di sosmed tidak ada yang gratisan, walau online
pake WiFi atau bonus paket internet. Semakin banyak teman yang kita yang menerima berbagai
bentuk tulisan kita di sosmed, dan tulisan tersebut adalah tulisan yang salah, maka kelak semua
teman kita akan menyalahkan kita ketika di akhirat.

Ketiga: Ketika kita akan masuk dunia sosmed, maka jangan lupa pasang niat. Niatkan semua
karena Allah, niatkan untuk menjalin tali silaturahmi, niatkan untuk berbagi faedah yang
disampaikan oleh para ustadz.

Kaidah fikih mengatakan,

???????????? ????? ????????? ???????????

“Hukum sarana itu tergantung pada tujuannya.”

Jika tujuan menggunakan sosmed adalah untuk menebar faidah dan berdakwah, maka
penggunaan sosmed yang semacam ini akan berpahala.

Akan tetapi jika penggunaan sosmed hanya untuk ikut-ikutan, rame-ramean tanpa ada unsur
taqarrub (mendekatkan diri pada Allah), tanpa ada amall sholeh, maka celakalah kita, karena
semua itu kelak akan memperpanjang waktu hisab kita.

Ingat, akibat sosmed itu fatal! Ia dapat tersebar keseluruh pelosok dunia. Wahai saudaraku, jika
kita bukan merupakan da’i yang pandai berbicara didepan umat, maka jadilah mad’u (obyek
dakwah) yang bersemangat membagikan faidah-faidah dari para ustadz melalui sosmed.

Mari kita gunakan segala kemampuan yang kita miliki untuk berbuat kebaikan semaksimal
mungkin, karena Allah memudahkan hambaNya beramal sebagaimana Allah mengaruniakan rizki
pada hambaNya, dengan cara yang berbeda-beda.

Oleh karena itu, wajib bagi kita untuk selalu mengoreksi niat kita, karena Allah atau tidak. Karena
setiap perbuatan itu tergantung dari niatnya. Jika niat kita ikhlas, maka sosmed akan menjadi
lumbung pahala buat kita, namun jika niat kita salah, maka bersiaplah dengan hisabNya.

Keempat: Ingat kaidah para ulama fiqh dalam berbicara! Hak berbicara itu ada ketika kita telah
memenuhi 3 syarat yang ulama sampaikan, yaitu :

Syarat pertama: Niat harus karena Allah, sebagaimana hadits yang telah masyhur di tengah-
tengah kita, bahwa innamal ‘amalu bin niyati…. (semua amal tergantung pada niatnya).

Syarat kedua: Menyampaikan informasi dengan benar, baik dari sisi kandungan isinya, maupun
dari cara penyampaiannya. Allah Ta’ala berfirman dalam Q.S Al-Israa’ : 53

????? ??????????? ?????????? ??????? ???? ???????? ? ????? ??????????? ???????


?????????? ? ????? ??????????? ????? ??????????? ???????? ?????????

“Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang


paling baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka.
Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia”.

Karena di sosmed kita tidak dapat memberikan intonasi bicara, ekspresi kita pun terbatas. Tidak
setiap ekspresi tergambarkan oleh emoticon dalam sosmed, sehingga hal ini sangat rawan terjadi
perselisihan dan salah paham.

Ketika kita akan membicarakan hal yang sensitif, lebih baik gunakan komunikasi langsung, dan
seandainya terpaksa menggunakan sosmed, maka sampaikan dengan adab yang benar dan
perkataan terbaik.

Diantaranya memulai dengan basmalah, shalawat pada Rasul, lalu salam, karena orang yang
melakukan ini berarti ia mempunyai niatan baik ketika ingin mengajak kita berbicara. Sehingga
kita pun harus pasang hati untuk selalu berhusnudzon atas setiap berita yang akan disampaikan.

Oleh karena itu, selayaknya seseorang mempelajari ilmu berkomunikasi ala Nabi sebelum ia
menggunakan sosmed. Allah Ta’ala berfirman dalam Q.S Ali Imran : 159

??????? ???????? ????? ??????? ????? ?????? ? ?????? ????? ??????


??????? ????????? ???????????? ???? ???????? ? ??????? ????????
????????????? ?????? ????????????? ??? ????????? ? ??????? ????????
??????????? ????? ??????? ? ????? ??????? ??????? ?????????????????
Artinya : “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan
tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya”.

Maka jangan sampai dakwah ini tercemar gara-gara sikap keras dan kasar dari kita. Selain itu,
juga harus benar dari segi kandungannya, yakni dengan mengcrosscheck setiap informasi yang
didapat, jangan asal kopas dan share.

Karena setiap orang yang membaca berita akan mempunyai beberapa pendapat, dan pendapat
ini lah yang akan mendatangkan perpecahan ketika suatu berita disebarkan dengan ada tambah-
tambahan yang keliru karena bersal dari pendapat penulis semata.

Allah Ta’ala berfirman dalam Q.S Al Hujurat : 6

??????????? ????????? ??????????? ??? ?????????? ???????? ????????


??????????????? ??? ?????????? ???????? ?????????? ????????????? ??????
??? ?????????? ?????????

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka
periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. “

Syaikh Sholeh Al-Ruhaili mengatakan, terdapat 2 makna “fasik” dalam ayat diatas, yaitu :

1. sumber berita/orang yang menyebarkan beritanya yang fasik, dan

2. beritanya yang disampaikan merupakan berita kefasikan, dimana berita kefasikan ini bisa
dibawa oleh orang soleh sekalipun, karena orang sholeh pun manusia, tempat salah dan
lupa.

Bisa saja seseorang itu terlupa akan nama tokoh dalam berita tersebut, sehingga ia salah dalam
menyebutkan namanya. Bisa pula orang yang menyampaikan berita pada kita benar-benar orang
yang terpercaya dari segi kekuatan ingatan dan kesholehan, namun bukankah masih mungkin
terjadi kefasikan dari penyampai berita sebelumnya?

Tidak semua orang sholeh itu selektif dalam menerima berita, maka tidak ada alasan untuk tidak
crosscheck berita! Namun ketika kita tidak bisa melakukannya, maka berita tersebut jangan
dipercaya, jangan disebar, cukup dijadikan pengetahuan angin lalu. Karena sekali lagi, klarifikasi di
dunia sosmed itu berat! Belum tentu orang yang telah membaca berita fasik tersebut membaca
pula hasil klarifikasinya.

Syarat ketiga: Efek yang ditimbulkan dari disampaikannya berita tersebut adalah efek yang
positif, atau bisa menekan kemudhorotan saat itu. Ingat! Walaupun berita tersebut benar, ketika
disampaikan pada kondisi yang salah maka akan memperburuk keadaan. Kaidah fikih
mengatakan “Apabila suatu kerusakan berhadapan dengan suatu kemaslahatan, maka secara
umum, menolak kerusakan itu lebih didahulukan (kecuali jika kerusakan itu tidak dominan).
Karena sesungguhnya perhatian pembuat syari’at terhadap perkara yang dilarang itu lebih keras
daripada terhadap perkara yang diperintahkan. (Al-Asybaah wan Nazhaa`ir).

Kelima: Mampu membedakan ranah publik dan ranah pribadi.

Keenam: Ingat! Tidak semua yang kita dengar kita sampaikan. Rasul shallallahu ‘alahi wa sallam
bersabda, dari Hafshah radhiyallahu ‘anha :

????? ?????????? ??????? ???? ????????? ??????? ??? ??????

“Cukuplah seseorang dikatakan berdusta bila menceritakan segala hal yang ia dengar.” [HR.
Muslim].

Ketujuh: Hindari ghibah dan fitnah di sosmed. Dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh
Muslim, dari Abu Hurairah radhiyallau ‘anhu, Rasul shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda mengenai
definisi ghibah dan dusta/buhtan/fitnah. Beliau shallallahu ‘alahi wa sallam menjelaskan bahwa
ghibah adalah menceritakan keburukan saudaramu, meskipun keburukan/aib itu memang benar
adanya. Sedangkan dusta/buhtan/fitnah adalah menceritakan keburukan/aib yang tidak ada pada
saudaramu. Maka perhatikan lisan kita wahai saudaraku, karena bahaya ghibah ini luar biasa.

Kelak di akhirat Allah Ta’ala akan menyediakan bangkai saudara kita yang kita ghibahi, sebanyak
apa kita mengghibahi seseorang maka sebanyak itulah bangkai yang Allah sajikan pada kita untuk
kita makan sampai habis. Bukan menjadi masalah ketika yang disajikan banyak itu adalah
makanan kesukaan kita, namun ini bangkai wahai saudaraku.

Bangkai yang telah berbau busuk dan berbelatung, dan kita harus menghabiskannya, dan
mungkin bisa lebih dari satu. Na’udzubillahi mindzalik. Saudaraku, bukankah masih banyak kitab
yang belum kita baca? Bukankah masih banyak hukum Islam yang belum kita ketahui? Bukankah
sholat kita masih sering tidak khusyu’?

Lalu mengapa kita berani membuang waktu kita hanya untuk mencar-cari keselahan dan aib
saudara kita? Ingat! Kita pun juga punya aib, dan seandainya tidak karena hidayah Allah pada
kita, niscaya kita pun juga akan memiliki aib yang kita benci dari saudara kita tersebut. Allahu
waliyyut taufiq.

Maka mari jadikan sosmed kita sebagai lumbung pahala, jadikan sosmed kita sarana untuk
mempermudah kita meraih surgaNya. Yassarallahu lanaa, baarakallahu ‘alaynaa.

Washallallaahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi washahbihi wattabi’in.

————————————————–

Referensi :

1. Aktualisasi Akhlaq Muslim, Ummu dan Abu Ihsan Al-Atsari

2. Mandzumah Qawa’idh Fiqhiyyah, Abdurrahman bin Naashir bin Abdullah As-Sa’di

3. Rekaman Kajian Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri hafidzahullahu ta’ala

***

Penulis : Dian Pratiwi

Murojaah: Ustadz Ammi Nur Baits

Artikel www.muslimah.or.id

Tags: ADAB BERSOSIAL MEDIA ADAB MEMAKAI INTERNET

Dian Pratiwi

Anda mungkin juga menyukai